A.
Tujuan Pelaporan Keuangan
Para pemakai mempunyai konsep laba dan model
pengambilan keputusan yang berbeda-beda. Apapun pengertian dan cara
pengukurannya, laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat
digunakan antara lain sebagai:
a. Indicator efisiensi penggunaan dana yang tertanam
dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of rturn on invested capital).
b. Pengukuran prestasi atau kinerja badan usaha dan
manajemen.
c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu
negara.
e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam
perusahaan publik.
f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak
utang.
g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i.
Dasar pembagian
dividen.
B.
Konsep Laba Konseptual
Teori tentang laba masih harus dikembangkan dan
dimantapkan agar dicapai interpretasi yang tepat secara intuitif maupun
ekonomik sehingga angka laba akuntansi mempunyai manfaat yang tinggi khususnya
bagi investor dan kreditor. Hendriksen dan Van Berda (1992) mengemukakan bahwa
laba akuntansi yang sekarang berjalan (konvensional) masih problematic secara
teoritis. Laba akuntansi mempunyai beberapa kelemahan berikut:
a. Laba akuntansi belum didefinisi secara semantic dan
jelas sehingga laba tersebut secara intuitif dan ekonomik bermakna.
b. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada
pemegang saham atau bias residual.
c. Prinsip akuntansi berterima umum (PABU) sebagai pedoman
pengukuran laba masih memberi peluang untuk terjadinya ketaktaatasasan
(inkonsitensi) antarperusahaan.
d. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba
akuntansi secara umum belum memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan
harga.
e. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, inestor
dan kreditor memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau
bahkan lebih bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi
tuntutan yang mendesak.
C.
Konsep Laba dalam Tataran Semantik
Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan
masalah makna apa yang harus dilekatkan oleh perekayasa pelaporan dengan symbol
atau elemen laba sehingga laba bermanfaat (useful)
dan bermakna (meanningful) sebagai
informaasi. Pada tataran ini, teori berusaha untuk menjawab pertanyaan apakah
yang harus direpresentasi oleh laba. Seperti teori tentang asset, realitas atau
kegiatan entitas apa yang harus direpresentasi oleh angka laba. Makna yang
dikandung dalam laba akhirnya harus diinterpretasi oleh pemakai. Pemaknaan laba
secara sintaktik yaitu pengukuran dan penyajian.
·
Laba Akuntansi versus Ekonomik
Laba akuntansi adalah laba dari kacamata perekayasa
akuntansi atau kesatuan usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi
secara objektif dan terandalkan. Oleh karena itu, laba akuntansi didasarkan
pada data yang telah terjadi bukannya ada hipotesis yang dapat berupa kos
kesempatan. Pengertian ekonomik dari segi akuntansi adalah kelayakan ekonomik
jangka pendek. Oleh karena itu depresiasi dalam akuntansi merupakan proses
alokasi dan bukan proses alokasi dan bukan proses penilaian.
Sementara itu, laba ekonomik adalah laba dari kacamata
investor karena keperluan untuk enilai investasi dalam saham yang dalam banyak
hal bersifat subyektif bergantung pada karakteristik investor. Dalam menilai
investasinya, investor selalu mendasarkan diri pada kos kesempatan yang
diwujudkan dalam bentuk tingkat kembalian pasar. Dari konsep depresiasi, laba
akuntansi dihitung atas dasar depresiasi akuntansi (alokasi) dan laba ekonomik
dihitung atas dasar depresiasi ekonomik (penurunan nilai).
Laba ekonomik pada umumnya memperhitungkan perubahan
daya beli uang diperhitungkan karena investor lebih berkepentingan dengan kos
kesempatan untuk menilai secara ekonomik investasinya. Dalam hal ini akuntansi
juga berusaha untuk meningkatkan relevansi informasi dengan cara melengkapi
seperangkat statemen pokok (kos historis) dengan laporan pelengkap untuk
menujukkan pengaruh perubahan harga dan daya beli.
Berdasarkan konsep dasar yang dianut, laba akuntansi
dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha yang memandang asset sebagai sisa
potensi jasa sehingga kos historis menjadi basis pengukurannya. Sementara itu,
laba ekonomik dilandasi oleh konsep likuidasi yang melihat asset sebagai
simpanan atau sediaan nilai (store of
value) setiap saat sehingga nilai sekarang menjadi basis pengukurannya.
Dengan demikian, laba dipandang sebagai
perubahan nilai dalam suatu periode.
·
Makna Laba
Laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut:
a. Kenaikan kemakmuran (wealt atau well-offness)
yang dimiliki atau dikuasai auatu entitas. Entitas dapat berupa
perorangan/individual, kelompok individual, institusi, badan, lembaga, atau
perusahaan.
b. Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu (perioda)
sehingga harus diidentifikasi kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
c. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik
oleh entitas yang menguasai kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
·
Laba Versus Kapital
Capital dapat diasosiasi dengan sediaan atau potensi
jasa (stock concept). Jadi, capital
dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu. Sementara itu,
laba dapat diasosiasi dengan aliran kemakmuran (flow concept). Jadi, laba adalah aliran potensi jasa yang dapat
dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat
potensi jasa mula-mula.
Bila dianalogi dengan tanki air (reservoar), capital
adalah kandungan air sampai level tertentu pada suatu saat. Dalam suatu
perioda, air dalam tanki akan diisi dan sekaligus juga digunakan. Laba adalah
aliran air yang keluar dari tanki (digunakan atau dinikmati untuk berbagai
keperluan rumah tangga) dalam suatu perioda dengan tetap mempertahankan
kandungan air di tanki pada level semula.
·
Konsep Pertahanan Kapital
Konsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas
(perusahaan atau investor) berhak mendapatkan kembalian/imbalan atau return dan
menikmatinya setelah kapital (investasi) dipertahankan keutuhannya atau pulih
seperti sedia kala (recovered).
Harapan umum dalam kegiatan bisnis adalah kapital atau investasi yang tertanam
selalu berkembang. Konsep ini mempunyai arti penting atau konsekuensi dalam
beberapa hal yang saling berkaitan sebagai berikut:
a. Membedakan antara kembalian atas investasi dan
pengembalian investasi.
b. Memisahkan dan membedakan transaksi operasi
(produktif) dalam arti luas dengan transaksi pendanaan dari pemilik (owner transaction).
c. Menjamin agar laba yang dapat didistribusi tidak
mengandung pengembalian investasi. Artinya, kalau laba suatu perioda harus
dikonsumsi/didistribusi seluruhnya, jumlah tersebut harus benar-benar
merefleksi jumla yang memenuhi definisi laba sehingga antitas empunyai
kemampuan ekonomik yang sama dengan kemampuan mula-mula.
d. Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital
untuk mempertahankan kemampuan ekonomik (kapital) awal perioda akibat perubahan
harga dan daya beli sehingga laba ekonomik akan tertukar pula.
e. Memungkinkan penggunaan berbagai dasar penilaian untuk
menentukan tingkat capital pada saat tertentu (awal dan akhir).
f. Memungkinkan penerapan pendekatan asset-kewajiban
secara penuh dalam pemaknaan laba akuntansi akan mendekati angka laba ekonomik. Laba didefinisikan
sebagai perubahan asset bersih bukan sebagai selisih antara pendapatan
dikurangi biaya. Dengan kata lain, laba merupakan selisih pengukuran/penilaian
asset bersih pada dua titik waktu yang berbeda.
D.
Konsep Laba dalam Tataran Sintaktik
Makna semantic laba yang dikembangkan di atas akhirnya
harus dapat dijabarkan dalam tataran sintatik. Ini berarti konsep laba harus
dioperasionalkan dalam bentuk standard an prosedur akuntansi yang mantap dan
objektif sehingga angka laba dapat diukur dan disajikan dalam statemen
keuangan. Terdapat tiga kriteria atau
pendekatan dalam pengukuran laba yaitu:
a. Pendekatan transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada
saat terjadinya transaksi (terutama transaksi ekstenal) yang kemudian
terakumulasi sampai akhir perioda. Karena laba didefinisi sebagai pendapatan
dikurangi biaya, pengukuran dan pengakuan pendapatan dikurangi biaya, pengukuran
dan pengakuan pendapatan dan biaya dalam suatu perioda sebenarnya juga
merupakan pengukuran dan pengakuan laba. Oleh karena itu, pengukuran dan
pengakuan laba juga akan parallel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan
biaya.
b. Pendekatan kegiatan
Dengan pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan
dengan berlangsungnya kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil transaksi pada
saat tertentu. Pendekatan ini parallel dengan konsep penghimpunan atau
pembentukan pendapatan (earning process)
sebagai basis pengakuan pendapatan. Dengan konsep ini, pendapatan (dengan
sendirinya laba) dapat dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan telah
dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas (produksi, penjualan,
dan pengumpulan kas).
c. Pendekatan pemertahanan capital
Dua pendekatan yang dibahas di atas sebenarnya
mengikuti pendekatan pendapatan-biaya (revenue-expense
approach) dalam pengukuran dan penilaian elemen neraca (asset dan
kewajiban). Nilai asset dan kewajiban merupakan konsekuensi dari pengukuran pendapatan
dan biaya atas dasar konsep penandingan. Dengan konsep pemertahanan capital,
laba merupakan konsekuensi dari pengukuran capital pada dua titik waktu yang
berbeda. Dengan konsep ini, elemen statemen keuangan diukur atas dasar
pendekatan asset-kewajiban. Jadi, dapat dikatakan bahwa laba adalah perubahan
atau kenaikan capital dalam suatu perioda.
1.
Pengukuran dan Penilaian Kapital
Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan
masalah konseptual karena dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat
ekonomik berubah dan harus dipertimbangkan yaitu unit atau skala pengukur
dan dasar pengukuran. Hal lain yang menentukan cara menilai kapital adalah
jenis kapital (fisis atau finansial) dan dasar penilaian.
·
Jenis Kapital:
1) Kapital Finansial adalah klaim dipandang dari jumlah
rupiah atau nilai yang melekat padanya tanpa memperhatikan wujud fisis klaim
tersebut. Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital finansial akan
timbul bila jumlah rupiah klaim finansial pada akhir suatu periode melebihi
jumlah klaim finansial pada awal periode (setelah pengaruh transaksi pemilik
atau penguasa klaim selama periode dikeluarkan).
2) Kapital Fisis adalah sumber ekonomik yang dikuasai
oleh entitas yang dipandang atau dimaknai sebagai kapasitas produksi fisis yaitu
kemampuan menghasilkan barang dan jasa. Dengan konsep ini, laba atau
kembalian atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas produksi fisis pada
akhir periode melebihi kapasitas produksi fisis pada awal periode.
Perbedaan antara kedua jenis kapital dilihat dari pengaruh perubahan harga atas aset yang ditahan atau kewajiban yang ditanggung selama satu periode. Dalam kapital finansial pengaruh perubahan diakui sebagai untung atau rugi menahan atau penahanan dan dilaporkan melalui statemen laba rugi, sedangkan kapital fisis pengaruh perubahan diakui sebagai penyesuai kapital dan tidak masuk dalam statemen laba rugi.
·
Skala Pengukuran:
1)
Skala Nominal adalah satuan rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa
memperhatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan
kondisi ekonomik. Karena dalam kenyataannya nilai satuan uang berubah karena
inflasi, pengukuran atas dasar skala rupiah nominal mengandung kelemahan.
2)
Skala daya beli. Skala daya beli atau lebih tepatnya skala rupiah daya beli
atau skala daya beli konstan merupakan skala untuk mengatasi kelemahan skala
rupiah nominal. Dengan skala ini rupiah nominal dinyatakan kembali dalam bentuk
rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu.
·
Dasar
atau Atribut pengukuran:
1)
Kos Historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang
telah tercatat dalam sistem pembukuan.
2)
Kos sekarang; menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan
yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama jenis
dan kondisinya atau penggantinya yang setara.
Kos sekarang berbeda dengan kos historis bukan karena perubahan harga umum tetapi karena perubahan harga barang tertentu akibat perubahan selera, teknologi dan fungsi.
2.
Pengukuran Laba dengan Mempertahankan kapital
Berbagai pendekatan penilaian kapital dan implikasinya terhadap penentuan
laba antara lain adalah :
a.
Kapitalisasi aliran kas harapan
Konsep laba ini
mendekati konsep laba ekonomik. Dengan konsep ini, akan ditentukan nilai
kapitalisasian investasi pemegang saham pada awal dan akhir periode. Dalam hal
ini, laba merupakan selisih nilai kapitalisasian awal dan akhir periode.
Meskipun, konsep ini mendekati laba ekonomik namun sistem pembukuan perusahaan
mungkin tidak mendukung konsep pengoperasian.
b.
Penilaian pasar atas aset bersih perusahaan
Penilaian ini
memandang kapital sebagai kapital finansial. Dimana, kapital diukur atas dasar
berapa jumlah rupiah yang investor bersedia membayar untuk seluruh kekayaan
perusahaan dikurangi seluruh kewajiban. Untuk memperoleh nilai kapital yang
wajar dapat digunakan alternatif penilaian yaitu kapital diukur atas dasar
perkalian antara volume saham yang beredar dengan harga pasar saham pada awal
dan akhir periode.
c.
Setara Kas sekarang
Penilaian ini
memandang kapital sebagai kapital fisis. Dasar pengukuran adalah semua jumlah
rupiah setara tunai pos aset dikurangi jumlah rupiah setara tunai semua
utang. Berbeda dengan penilaian pasar atas aset bersih perusahaan, penilaian
ini merupakan jumlah harga pasar tiap jenis aset secara individual. Walaupun
penilaian ini objektif , pasar bebas untuk tiap jenis aset tidak selalu ada.
d.
Harga masukan historis
Penilaian ini
memandang kapital sebagai kapital fisis. Laba diukur berdasarkan selisih aset
bersih awal dan akhir periode yang masing-masing dinyatakan dalam kos
historisnya. Hal inilah yang dianut.
e.
Harga masukan sekarang
Perbedaan
penilaian ini dengan harga masukan historis adalah pendekatan ini menilai
komponen-komponen kapital awal dan akhir dengan kos masukan sekarang atau kos
pengganti pada saat itu. Kapital dapat dipertahankan apabila kos pengganti
akhir perioda sama dengan kos pengganti awal periode. Dimana perusahaan mampu
mempertahankan kemampuan produktif seperti sedia kala (awal periode) sebelum
kenaikan kapital dapat didistribusikan dalam bentuk deviden.
f.
Pembertahanan daya beli konstan
Pengukuran
dengan unit daya beli konstan ini basisnya adalah kos historis. Kapital awal
dan akhir dinyatakan dalam unit daya beli konstan pada indeks dasar tertentu.
Laba yang diukur berdasarkan selisih kapital awal dan akhir akan menggambarkan
tambahan daya beli kapital yang dimiliki / dikuasai perusahaan tanpa harus
mengurangi daya beli kapital yang mula-mula.
Secara umum, penentuan laba atas dasar konsep pemertahanan kapital memerlukan penilaian atas kapital baik fisis maupun finansial pada awal dan akhir suatu periode.
E.
Konsep Laba dalam tataran pragmatik
Tataran ini membahas apakah informasi laba bermanfaat
atau apakah informasi laba nyatanya digunakan.
- Prediktor Aliran Kas ke Investor
Aliran kas yang diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan untuk menciptakan kas yang cukup untuk membayar semua
kewajiban pada saatnya, mendanai keperluan operasi, reinvestasi, membayar bunga
dan membayar deviden. Kemampuan menciptakan kas tersebut akan ditentukan oleh
kemampuan perusahaan mendatangkan laba jangka panjang yang memadai. Oleh karena
itu investor dan kreditor harus memprediksi kemampuan melaba jangka panjang.
Untuk itu, investor dan kreditor memerlukan informasi laba masa lalu untuk
memprediksi laba masa datang. Bahwa laba merupakan prediktor aliran kas ke
investor sebenarnya menunjukkan bahwa laba menentukan harga saham.
- Perkontrakan Efisien
Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan
dan yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang diperjanjikan.
Aspek pragmatik laba dalam pengontrakan efisien didasarkan pada gagasan bahwa
kontrak akan efisien jika laba akuntansi menjadi kriteria dalam kontrak tanpa
memandang aspek semantik laba tersebut. Jadi, laba akuntansi mempunyai manfaat
karena secara pragmatik dapat dijadikan alat untuk mencapai kontrak yang
efisien.
- Pengendalian Manajemen
Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen.
Sistem ini dirancang untuk mengerahkan perilaku para manajer agar mereka
memaksimumkan kepentingan dirinya atau divisinya, tetapi pada saat yang sama
kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga tercapai. Perilaku manajer
dikendalikan melalui laba dengan cara mengaitkan konpensasi dengan laba sebagai
pengukur kinerja.
- Teori Pasar Efisien
Reaksi pasar modal terhadap informasi dapat digunakan untuk mengukur atau
menguji kebermanfaatan informasi. Hubungan antara informasi dan harga saham
dibahas dalam kontek yang disebut efiensi pasar. Terdapat tiga bentuk efisiensi
yaitu:
ü
Bentuk lemah, jika harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga
dan volume sekuritas masa lalu.
ü
Bentuk semi kuat, jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua
informasi yang tersedia secara publik termasuk data statemen keuangan.
ü
Bentuk kuat, jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi
privat yang tidak dipublikasikan.
Laba
Sebagai Signal
Laba merupakan sarana untuk menyampaikan signal-signal
dari manajemen yang tidak disampaikan secara publik. Jadi, laba mempunyai
kandungan informasi yang penting bagi pasar modal.
Pengujian Pandangan Informasi Laba
Untuk menguji kandungan informasi laba ada dua
pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengujian asosiasi
Pengujian asosiasi menunjukkan bahwa asosiasi atau
korelasi antara laba dan return tidak begitu kuat atau sempurna.
2. Pengujian peristiwa
Bahwa laba mempunyai efek pragmatik terhadap perilaku
pasar modal.
LABA DAN
TEORI ENTITAS
Teori entitas berkaitan dengan penentuan siapa yang
dianggap paling berkepentingan dengan suatu kegiatan ekonomi sehingga pihak
tersebut berhak menikmati laba. Teori entitas atau ekuitas yang banyak dibahas
dalam literatur teori akuntansi adalah :
1. Entitas usaha bersama
Terdiri dari
manajar, karyawan, pemegang saham, kreditor, pelanggan, pemerintah dan
masyarakat. Sehingga laba didefinisikan sebagai seluruh jumlah rupiah
nilai-tambahan atau (kenaikkan kemakmuran) yang dihasilkan oleh kegiatan para
partisipan secara bersama-sama dikurangi dengan kos material dan mesin atau
peralatan (bahan baku, overhead non tenaga kerja dan depresiasi).
2. Entitas usaha atau bisnis
Perusahaan dipandang sebagai orang atau bahan yang
berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, serta terpisah dari investor,
kreditor dan pihak eksternal lainnya. Laba dipandang sebagai kenaikan aset
karena pendapatan dianggap sebagai aliran masuk (kenaikan aset) dan biaya
sebagai aliran keluaran aset (penurunan aset) sebagai akibat kegiatan operasi
perusahaan.
3. Entitas investor
Investor terdiri dari kreditor dan pemegang saham
dimana perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama investor.
4. Entitas pemilik
Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan
istimewa) sebagai pemilik dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Untuk
perusahaan perseroan pandangan entitas pemilik tidak tepat karena manajemen dan
pemegang saham merupakan pihak yang terpisah. Entitas pemilik residual
5. Entitas pemilik residual
Konsep entitas ini memandang pemegang saham sebagai
pusat perhatian akuntansi, dimana pemilik adalah pemegang saham biasa,
sedangkan pemegang saham istimewa dianggap sebagai pihak luar. Sehingga deviden
untuk mereka dipandang sebagai biaya. Oleh karena itu penyajian laba harus
dipusatkan pada pemegang saham biasa untuk membantu mereka memprediksi aliran
kas masa datang.
6. Entitas pengendali
Teori ini menitikberatkan pandangannya kepada pihak
yang mengendalikan sumber ekonomik perusahaan tanpa memperhatikan kepemilikan.
Implikasi konsep ini tidak berbeda dengan implikasi konsep kesatuan usaha,
karena kemampuan mengendalikan sumber ekonomik lebih penting daripada
kepemilikan.
7. Entitas dana
Konsep ini berpaut dengan organisasi non profit
khusunya organisasi kepemerintahan. Dalam pembahasan akuntansi kepemerintahan,
dikenal dua kelompok kesatuan dana, yaitu dana non belanja atau usaha dan dana
belanja.
PENYAJIAN
LABA
Masalah yang dibahas dalam penyajian laba ini lebih
difokuskan pada masalah konseptual tentang apa yang disebut laba. Masalah yang
erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan pos-pos transaksi
operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik (transaksi modal). Pos-pos operasi
dalam arti luas (transaksi nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statemen
laba-rugi, sedangkan pos-pos yang merupakan transaksi modal dilaporkan melalui
statemen laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas
No comments:
Post a Comment