Sunday, June 7, 2015

KONSEP LABA (INCOME)


A.      Tujuan Pelaporan Keuangan
Para pemakai mempunyai konsep laba dan model pengambilan keputusan yang berbeda-beda. Apapun pengertian dan cara pengukurannya, laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai:
a.       Indicator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of rturn on invested capital).
b.      Pengukuran prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
c.       Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
d.      Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
e.       Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
f.       Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
g.      Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h.      Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i.        Dasar pembagian dividen.

B.       Konsep Laba Konseptual
Teori tentang laba masih harus dikembangkan dan dimantapkan agar dicapai interpretasi yang tepat secara intuitif maupun ekonomik sehingga angka laba akuntansi mempunyai manfaat yang tinggi khususnya bagi investor dan kreditor. Hendriksen dan Van Berda (1992) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang berjalan (konvensional) masih problematic secara teoritis. Laba akuntansi mempunyai beberapa kelemahan berikut:
a.       Laba akuntansi belum didefinisi secara semantic dan jelas sehingga laba tersebut secara intuitif dan ekonomik bermakna.
b.      Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham atau bias residual.
c.       Prinsip akuntansi berterima umum (PABU) sebagai pedoman pengukuran laba masih memberi peluang untuk terjadinya ketaktaatasasan (inkonsitensi) antarperusahaan.
d.      Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga.
e.       Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, inestor dan kreditor memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang mendesak.

C.    Konsep Laba dalam Tataran Semantik
Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus dilekatkan oleh perekayasa pelaporan dengan symbol atau elemen laba sehingga laba bermanfaat (useful) dan bermakna (meanningful) sebagai informaasi. Pada tataran ini, teori berusaha untuk menjawab pertanyaan apakah yang harus direpresentasi oleh laba. Seperti teori tentang asset, realitas atau kegiatan entitas apa yang harus direpresentasi oleh angka laba. Makna yang dikandung dalam laba akhirnya harus diinterpretasi oleh pemakai. Pemaknaan laba secara sintaktik yaitu pengukuran dan penyajian.

·         Laba Akuntansi versus Ekonomik
Laba akuntansi adalah laba dari kacamata perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan. Oleh karena itu, laba akuntansi didasarkan pada data yang telah terjadi bukannya ada hipotesis yang dapat berupa kos kesempatan. Pengertian ekonomik dari segi akuntansi adalah kelayakan ekonomik jangka pendek. Oleh karena itu depresiasi dalam akuntansi merupakan proses alokasi dan bukan proses alokasi dan bukan proses penilaian.
Sementara itu, laba ekonomik adalah laba dari kacamata investor karena keperluan untuk enilai investasi dalam saham yang dalam banyak hal bersifat subyektif bergantung pada karakteristik investor. Dalam menilai investasinya, investor selalu mendasarkan diri pada kos kesempatan yang diwujudkan dalam bentuk tingkat kembalian pasar. Dari konsep depresiasi, laba akuntansi dihitung atas dasar depresiasi akuntansi (alokasi) dan laba ekonomik dihitung atas dasar depresiasi ekonomik (penurunan nilai).
Laba ekonomik pada umumnya memperhitungkan perubahan daya beli uang diperhitungkan karena investor lebih berkepentingan dengan kos kesempatan untuk menilai secara ekonomik investasinya. Dalam hal ini akuntansi juga berusaha untuk meningkatkan relevansi informasi dengan cara melengkapi seperangkat statemen pokok (kos historis) dengan laporan pelengkap untuk menujukkan pengaruh perubahan harga dan daya beli.
Berdasarkan konsep dasar yang dianut, laba akuntansi dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha yang memandang asset sebagai sisa potensi jasa sehingga kos historis menjadi basis pengukurannya. Sementara itu, laba ekonomik dilandasi oleh konsep likuidasi yang melihat asset sebagai simpanan atau sediaan nilai (store of value) setiap saat sehingga nilai sekarang menjadi basis pengukurannya. Dengan demikian,  laba dipandang sebagai perubahan nilai dalam suatu periode.

·         Makna Laba
Laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut:
a.       Kenaikan kemakmuran (wealt atau well-offness) yang dimiliki atau dikuasai auatu entitas. Entitas dapat berupa perorangan/individual, kelompok individual, institusi, badan, lembaga, atau perusahaan.
b.      Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu (perioda) sehingga harus diidentifikasi kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
c.       Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.

·         Laba Versus Kapital
Capital dapat diasosiasi dengan sediaan atau potensi jasa (stock concept). Jadi, capital dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu. Sementara itu, laba dapat diasosiasi dengan aliran kemakmuran (flow concept). Jadi, laba adalah aliran potensi jasa yang dapat dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat potensi jasa mula-mula.
Bila dianalogi dengan tanki air (reservoar), capital adalah kandungan air sampai level tertentu pada suatu saat. Dalam suatu perioda, air dalam tanki akan diisi dan sekaligus juga digunakan. Laba adalah aliran air yang keluar dari tanki (digunakan atau dinikmati untuk berbagai keperluan rumah tangga) dalam suatu perioda dengan tetap mempertahankan kandungan air di tanki pada level semula.

·         Konsep Pertahanan Kapital
Konsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas (perusahaan atau investor) berhak mendapatkan kembalian/imbalan atau return dan menikmatinya setelah kapital (investasi) dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti sedia kala (recovered). Harapan umum dalam kegiatan bisnis adalah kapital atau investasi yang tertanam selalu berkembang. Konsep ini mempunyai arti penting atau konsekuensi dalam beberapa hal yang saling berkaitan sebagai berikut:
a.       Membedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi.
b.      Memisahkan dan membedakan transaksi operasi (produktif) dalam arti luas dengan transaksi pendanaan dari pemilik (owner transaction).
c.       Menjamin agar laba yang dapat didistribusi tidak mengandung pengembalian investasi. Artinya, kalau laba suatu perioda harus dikonsumsi/didistribusi seluruhnya, jumlah tersebut harus benar-benar merefleksi jumla yang memenuhi definisi laba sehingga antitas empunyai kemampuan ekonomik yang sama dengan kemampuan mula-mula.
d.      Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital untuk mempertahankan kemampuan ekonomik (kapital) awal perioda akibat perubahan harga dan daya beli sehingga laba ekonomik akan tertukar pula.
e.       Memungkinkan penggunaan berbagai dasar penilaian untuk menentukan tingkat capital pada saat tertentu (awal dan akhir).
f.       Memungkinkan penerapan pendekatan asset-kewajiban secara penuh dalam pemaknaan laba akuntansi akan mendekati  angka laba ekonomik. Laba didefinisikan sebagai perubahan asset bersih bukan sebagai selisih antara pendapatan dikurangi biaya. Dengan kata lain, laba merupakan selisih pengukuran/penilaian asset bersih pada dua titik waktu yang berbeda.

D.    Konsep Laba dalam Tataran Sintaktik
Makna semantic laba yang dikembangkan di atas akhirnya harus dapat dijabarkan dalam tataran sintatik. Ini berarti konsep laba harus dioperasionalkan dalam bentuk standard an prosedur akuntansi yang mantap dan objektif sehingga angka laba dapat diukur dan disajikan dalam statemen keuangan. Terdapat  tiga kriteria atau pendekatan dalam pengukuran laba yaitu:
a.       Pendekatan transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi (terutama transaksi ekstenal) yang kemudian terakumulasi sampai akhir perioda. Karena laba didefinisi sebagai pendapatan dikurangi biaya, pengukuran dan pengakuan pendapatan dikurangi biaya, pengukuran dan pengakuan pendapatan dan biaya dalam suatu perioda sebenarnya juga merupakan pengukuran dan pengakuan laba. Oleh karena itu, pengukuran dan pengakuan laba juga akan parallel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya.
b.      Pendekatan kegiatan
Dengan pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil transaksi pada saat tertentu. Pendekatan ini parallel dengan konsep penghimpunan atau pembentukan pendapatan (earning process) sebagai basis pengakuan pendapatan. Dengan konsep ini, pendapatan (dengan sendirinya laba) dapat dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas (produksi, penjualan, dan pengumpulan kas).
c.       Pendekatan pemertahanan capital
Dua pendekatan yang dibahas di atas sebenarnya mengikuti pendekatan pendapatan-biaya (revenue-expense approach) dalam pengukuran dan penilaian elemen neraca (asset dan kewajiban). Nilai asset dan kewajiban merupakan konsekuensi dari pengukuran pendapatan dan biaya atas dasar konsep penandingan. Dengan konsep pemertahanan capital, laba merupakan konsekuensi dari pengukuran capital pada dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen statemen keuangan diukur atas dasar pendekatan asset-kewajiban. Jadi, dapat dikatakan bahwa laba adalah perubahan atau kenaikan capital dalam suatu perioda.

1.      Pengukuran dan Penilaian Kapital
Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual karena dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik berubah dan harus dipertimbangkan  yaitu unit atau skala pengukur dan dasar pengukuran. Hal lain yang menentukan cara menilai kapital adalah jenis kapital (fisis atau finansial) dan dasar penilaian.
·      Jenis Kapital:
1)   Kapital Finansial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang melekat padanya tanpa memperhatikan wujud fisis klaim tersebut. Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital finansial akan timbul bila jumlah rupiah klaim finansial pada akhir suatu periode melebihi jumlah klaim finansial pada awal periode (setelah pengaruh transaksi pemilik atau penguasa klaim selama periode dikeluarkan).
2)   Kapital Fisis adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai sebagai kapasitas produksi fisis yaitu kemampuan menghasilkan  barang dan jasa. Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas produksi fisis pada akhir periode melebihi kapasitas produksi fisis pada awal periode.

Perbedaan antara kedua jenis kapital dilihat dari pengaruh perubahan harga atas aset yang ditahan atau kewajiban yang ditanggung selama satu periode. Dalam kapital finansial pengaruh perubahan diakui sebagai untung atau rugi menahan atau penahanan dan dilaporkan melalui statemen laba rugi, sedangkan kapital fisis pengaruh perubahan diakui sebagai penyesuai kapital dan tidak masuk dalam statemen laba rugi.

·      Skala Pengukuran:
1)        Skala Nominal adalah satuan rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa memperhatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan kondisi ekonomik. Karena dalam kenyataannya nilai satuan uang berubah karena inflasi, pengukuran atas dasar skala rupiah nominal mengandung kelemahan.
2)        Skala daya beli. Skala daya beli atau lebih tepatnya skala rupiah daya beli atau skala daya beli konstan merupakan skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah nominal. Dengan skala ini rupiah nominal dinyatakan kembali dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu.

·          Dasar atau Atribut pengukuran:
1)        Kos Historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan.
2)        Kos sekarang; menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara.

Kos sekarang berbeda dengan kos historis bukan karena perubahan harga umum tetapi karena perubahan harga barang tertentu  akibat perubahan selera, teknologi dan fungsi.

2.     Pengukuran Laba dengan Mempertahankan kapital
Berbagai pendekatan penilaian kapital dan implikasinya terhadap penentuan laba antara lain adalah :
a.         Kapitalisasi aliran kas harapan
Konsep laba ini mendekati konsep laba ekonomik. Dengan konsep ini, akan ditentukan nilai kapitalisasian investasi pemegang saham pada awal dan akhir periode. Dalam hal ini, laba merupakan selisih nilai kapitalisasian awal dan akhir periode. Meskipun, konsep ini mendekati laba ekonomik namun sistem pembukuan perusahaan mungkin tidak mendukung konsep pengoperasian.

b.        Penilaian pasar atas aset bersih perusahaan
Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital finansial. Dimana, kapital diukur atas dasar berapa jumlah rupiah yang investor bersedia membayar untuk seluruh kekayaan perusahaan dikurangi seluruh kewajiban. Untuk memperoleh nilai kapital yang wajar dapat digunakan alternatif penilaian yaitu kapital diukur atas dasar perkalian antara volume saham yang beredar dengan harga pasar saham pada awal dan akhir periode.

c.         Setara Kas sekarang
Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital fisis. Dasar pengukuran adalah semua jumlah rupiah setara tunai pos aset dikurangi jumlah rupiah setara tunai  semua utang. Berbeda dengan penilaian pasar atas aset bersih perusahaan, penilaian ini merupakan jumlah harga pasar tiap jenis aset secara individual. Walaupun penilaian ini objektif , pasar bebas untuk tiap jenis aset tidak selalu ada.

d.        Harga masukan historis
Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital fisis. Laba diukur berdasarkan selisih aset bersih awal dan akhir periode yang masing-masing dinyatakan dalam kos historisnya. Hal inilah yang dianut.

e.         Harga masukan sekarang
Perbedaan penilaian ini dengan harga masukan historis adalah pendekatan ini menilai komponen-komponen kapital awal dan akhir dengan kos masukan sekarang atau kos pengganti pada saat itu. Kapital dapat dipertahankan apabila kos pengganti akhir perioda sama dengan kos pengganti awal periode. Dimana perusahaan mampu mempertahankan kemampuan produktif seperti sedia kala (awal periode) sebelum kenaikan kapital dapat didistribusikan dalam bentuk deviden.

f.            Pembertahanan daya beli konstan
Pengukuran dengan unit daya beli konstan ini basisnya adalah kos historis. Kapital awal dan akhir dinyatakan dalam unit daya beli konstan pada indeks dasar tertentu. Laba yang diukur berdasarkan selisih kapital awal dan akhir akan menggambarkan tambahan daya beli kapital yang dimiliki / dikuasai perusahaan tanpa harus mengurangi daya beli kapital yang mula-mula.

Secara umum, penentuan laba atas dasar konsep pemertahanan kapital memerlukan penilaian atas kapital baik fisis maupun finansial pada awal dan akhir suatu periode.


E.       Konsep Laba dalam tataran pragmatik
Tataran ini membahas apakah informasi laba bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan.
  • Prediktor Aliran Kas ke Investor
Aliran kas yang diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk menciptakan kas yang cukup untuk membayar semua kewajiban pada saatnya, mendanai keperluan operasi, reinvestasi, membayar bunga dan membayar deviden. Kemampuan menciptakan kas tersebut akan ditentukan oleh kemampuan perusahaan mendatangkan laba jangka panjang yang memadai. Oleh karena itu investor dan kreditor harus memprediksi kemampuan melaba jangka panjang. Untuk itu, investor dan kreditor memerlukan informasi laba masa lalu untuk memprediksi laba masa datang. Bahwa laba merupakan prediktor aliran kas ke investor sebenarnya menunjukkan bahwa laba menentukan harga saham.

  • Perkontrakan Efisien
Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan dan yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang diperjanjikan. Aspek pragmatik laba dalam pengontrakan efisien didasarkan pada gagasan bahwa kontrak akan efisien jika laba akuntansi menjadi kriteria dalam kontrak tanpa memandang aspek semantik laba tersebut. Jadi, laba akuntansi mempunyai manfaat karena secara pragmatik dapat dijadikan alat untuk mencapai kontrak yang efisien.

  • Pengendalian Manajemen
Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen. Sistem ini dirancang untuk mengerahkan perilaku para manajer agar mereka memaksimumkan kepentingan dirinya atau divisinya, tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga tercapai. Perilaku manajer dikendalikan melalui laba dengan cara mengaitkan konpensasi dengan laba sebagai pengukur kinerja.

  • Teori Pasar Efisien
Reaksi pasar modal terhadap informasi dapat digunakan untuk mengukur atau menguji kebermanfaatan informasi. Hubungan antara informasi dan harga saham dibahas dalam kontek yang disebut efiensi pasar. Terdapat tiga bentuk efisiensi yaitu:
ü  Bentuk lemah, jika harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga dan volume sekuritas masa lalu.
ü  Bentuk semi kuat, jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi yang tersedia secara publik termasuk data statemen keuangan.
ü  Bentuk kuat, jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi privat yang tidak dipublikasikan.

Laba Sebagai Signal
Laba merupakan sarana untuk menyampaikan signal-signal dari manajemen yang tidak disampaikan secara publik. Jadi, laba mempunyai kandungan informasi yang penting bagi pasar modal.



Pengujian Pandangan Informasi Laba
Untuk menguji kandungan informasi laba ada dua pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:
1.    Pengujian asosiasi
Pengujian asosiasi menunjukkan bahwa asosiasi atau korelasi antara laba dan return tidak begitu kuat atau sempurna.
2.    Pengujian peristiwa
Bahwa laba mempunyai efek pragmatik terhadap perilaku pasar modal.

LABA DAN TEORI ENTITAS
Teori entitas berkaitan dengan penentuan siapa yang dianggap paling berkepentingan dengan suatu kegiatan ekonomi sehingga pihak tersebut berhak menikmati laba. Teori entitas atau ekuitas yang banyak dibahas dalam literatur teori akuntansi adalah :
1.      Entitas usaha bersama
Terdiri dari manajar, karyawan, pemegang saham, kreditor, pelanggan, pemerintah dan masyarakat. Sehingga laba didefinisikan sebagai seluruh jumlah rupiah nilai-tambahan atau (kenaikkan kemakmuran) yang dihasilkan oleh kegiatan para partisipan secara bersama-sama dikurangi dengan kos material dan mesin atau peralatan (bahan baku, overhead non tenaga kerja dan depresiasi).
2.      Entitas usaha atau bisnis
Perusahaan dipandang sebagai orang atau bahan yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, serta terpisah dari investor, kreditor dan pihak eksternal lainnya. Laba dipandang sebagai kenaikan aset karena pendapatan dianggap sebagai aliran masuk (kenaikan aset) dan biaya sebagai aliran keluaran aset (penurunan aset) sebagai akibat kegiatan operasi perusahaan.
3.      Entitas investor
Investor terdiri dari kreditor dan pemegang saham dimana perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama investor.
4.      Entitas pemilik
Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Untuk perusahaan perseroan pandangan entitas pemilik tidak tepat karena manajemen dan pemegang saham merupakan pihak yang terpisah. Entitas pemilik residual
5.      Entitas pemilik residual
Konsep entitas ini memandang pemegang saham sebagai pusat perhatian akuntansi, dimana pemilik adalah pemegang saham biasa, sedangkan pemegang saham istimewa dianggap sebagai pihak luar. Sehingga deviden untuk mereka dipandang sebagai biaya. Oleh karena itu penyajian laba harus dipusatkan pada pemegang saham biasa untuk membantu mereka memprediksi aliran kas masa datang.
6.      Entitas pengendali
Teori ini menitikberatkan pandangannya kepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomik perusahaan tanpa memperhatikan kepemilikan. Implikasi konsep ini tidak berbeda dengan implikasi konsep kesatuan usaha, karena kemampuan mengendalikan sumber ekonomik lebih penting daripada kepemilikan.
7.      Entitas dana
Konsep ini berpaut dengan organisasi non profit khusunya organisasi kepemerintahan. Dalam pembahasan akuntansi kepemerintahan, dikenal dua kelompok kesatuan dana, yaitu dana non belanja atau usaha dan dana belanja.


PENYAJIAN LABA

Masalah yang dibahas dalam penyajian laba ini lebih difokuskan pada masalah konseptual tentang apa yang disebut laba. Masalah yang erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan pos-pos transaksi operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik (transaksi modal). Pos-pos operasi dalam arti luas (transaksi nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statemen laba-rugi, sedangkan pos-pos yang merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas

No comments:

Post a Comment