Sunday, June 7, 2015

TREN DALAM AKUNTANSI

A.    Pengantar
Akuntansi sebagai ilmu terus beradaptasi dengan lingkungan sosial ekonomi dimana ia berada sehingga perkembangan sosial ekonomi juga memengaruhi perkembangan ilmu akuntansi itu sendiri. Teori akuntansi merupakan guidance yang mengarahkan perkembangan itu sendiri sehingga tetap berada dalam kerangka teoritis yang sudah disepakati, kendatipun dengan terjadinya revolusi ilmu pengetahuan seseperti yang digambarkan oleh Kuhn maupun Popper bisa saja muncul perkembangan yang sama sekali keluar dari kerangka teori yang sudah menjadi konvensi.

B.     Tren Akuntansi
Adolf J.H Enthoven (1995) dalam Accounting Research Monograph No. 5 dengan judul Mega Accountancy Trends, berdasarkan Megatrend 2000-nya Naisbitt, ia merefleksikan megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan sebagai berikut:
1.      Perlunya akuntansi memberikan pengukuran efisiensi dan produktivitas.
2.      Perlunya keterpaduan akuntansi dengan bidang dan disiplin lainnya.
3.      Perlunya mengidentifikasi, mwngukur, dan melaporkan informasi yang lebih relevan
Kualitas relevan sudah menjadi ciri akuntansi, namun sampai saat ini kualitas ini belum dapat dinilai tercapai. Kemudian untuk mengantisipasi tren tersebut, Enthoven menganjurkan penyempurnaan infrastruktur akuntansi agar bisa memenuhi  tuntutan tren itu.
1.      Penyempurnaan sistem pendidikan, pelatihan, dan riset dalam bidang akuntansi.
2.      Struktur dan persyaratan sosio ekonomi dan budaya.
3.      Persyaratan legal, status, dan persyaratan lainnya dalam profesi akuntan.
4.      Praktik profesi dan kelembagaan akuntansi.



Megatrends 2010
Megatrends 2010 yang ditulis oleh Patrice Aburdene (2005). Beliau mengemukakan paling tidak ada tujuh kecenderungan bisnis yang tentu nantinya akan mempengaruhi profesi akuntansi. Dari teori akuntansi ketujuh Megatrends tersebut adalah:
1.      Kekuatan spiritualitas (The Power of Spiritualy).
2.      Munculnya kapitalisme yang sadar(The Down on Conscious Capitalism).
3.      Pemimpin lahir dari level tengah (Leading From the Middle).
4.      Bisnis spiritualisme (Spirituality in Business).
5.      Konsumen berbasis nilai (The Value-Driven Consumer).
6.      Gelombang solusi kesadaran (The Wave of Conscious Salutions).
7.      Boomnya investasi pada perusahaan yang memiliki tanggungjawab (The Socially Rensponsible Investment Boom).
Dari ketujuh megatrends ini baru trends no. 7 yang mulai ditanggapi oleh profesi akuntansi. Dalam teori dan standar akuntansi belum memberikan pedoman yang tetap. Megatrend lainnya sama sekali belum terlihat arah dan petunjuk untuk memenuhinya. Misalnya bagaimana peran kauntansi mengukur, mencatat atau melaporkan aspek nilai-nilai, spiritualisme, dan sebagainya.

C.    Beberapa Topik Baru Dalam Akuntansi
Perkembangan terakhir yang masih terus menjadi bahan riset dan pengembangan bidang akuntansi yang menjadi tren diantaranya adalah:
1.      Akuntansi internasional atau akuntansi global.
2.      Akuntansi islam.
3.      Akuntansi sumber daya manusia.
4.      Triple entry accounting system.
5.      Employee reporting.
6.      Value added reporting.
7.      Akuntansi perilaku.
8.      Multiiciplines paradigm.
9.      Akuntansi dan pembangunan berkelanjutan.
10.  Kegagalan efficient market hypothesis (EMH).
11.  Krisis akuntansi.

a.      Triple Entry System
Dalam sistem ini transaksi dicatat dalam tiga dimensi. Moel ini adalah pengembanagn dari double entry bookeepping system. Dalam model ini bukan saja transaksi yang memengaruhi pos-pos pada sisi aktiva dan passiva yang dilaporkan, tetapi juga force atau power yang menyebabkan sihingga laporan neraca misalnya menyajikan Wealth=Capital=Force.
Model ini sebenarnya merupakan upaya untuk menambah informasi kepada pembaca pada khususnya pihak manajemen dan para pengambil keputusan yang berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan.

b.      Employee Reporting
Employee Reporting merupakan bentuk laporan keuangan yang memuat informasi yang relevan bagi karyawan atau serikat pekerja. Beberapa hal yang mendesak dan mendorong perlunya employee reporting ini adalah (Purdy dalam Belkaoui, 1985):
1.      Tekanan semakin besar akan perlunya full diclosure.
2.      Praktik dan masalah yang berkaitan dengan hubungan perburuan.
3.      Munculnya perdebatan tentang demokratisasi perusahaan.
4.      Perkembangan dinegara lain akan perlunya informasi dimaksud.

c.       Value Added Reporting
Value Added Reporting (VAR) atau laporan pertambahan nilai berkaitan juga dengan Human Resouces Accounting dan Employee Reporting terutama dalam hal informasi yang disajikannya. Value Added Reporting ini masih belum diwajibkan sebagai laporan utam diberbagai negara, jadi masih dalam tahap wacana akademik. Value Added Reporting ini sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan utama, neraca, laba rugi, dan arus kas. Karena semua laporan ini gagal memberikan informasi:
1.      Total produktivitas dari perusahaan.
2.      Share dari setiap stakeholders atau anggota tim yang ikut dalam proses manajemen yaitu: pemegang saham, kreditor, pegawai, dan pemerintah.
VAR berusaha untuk mengisi kekurangan ini ditambah dengan memberikan informasi tentang kompensasi yang diberikan kepada pegawai yang dapat digunakan baik oleh pegawai maupun mereka yang berkepentingan lainnya terhadap informasi kegiatan SDM dan prestasi perusahaan.
Beberapa keterbatasan VAR yaitu sebagai berikut:
1.      Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu merasa senang bekerjasama dengan yang lain. Tidak jarang justru ada konflik sehingga laporan inijustru bisa menimbulkan atau mempertajam konflik.
2.      Ada kemungkinan dengan adanya laporan pertambahan nilai ini manajemen salah tanggap seolah ingin memaksimasi pertambahan nilai. Padahal sikap ini bisa menimbulkan inefesiensi.
3.      Kesalahan penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat menimbulkan kepalsuan pendapat seperti:
a.       Kenaikan pertambahan nilai dianggap kenaikan laba.
b.      Kenaikan pertambahan nilai per unit dianggap otomatis bermanfaat bagi pemegang saham.
c.       Seolah dianggap bisa mengidentifikasi distribusi yang adil atas perubahan pertambahan nilai.
d.      Pertambahan nilai yang tinggi untuk tenaga kerja per unit dianggap merupakan prestasi ekonomi yang baik.
e.       Share tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak berhak mendapatkan gaji yang tinggi.

d.      Akuntansi Perilaku
Dalam akuntansi perilaku ini yang menjadi sorotan adalah dampak dari informasi akuntansi terhadap perilaku orang yang membaca atau menyiapkannya. Dampak perilaku dari sistem pengawasan, dampak sistem budget terhaap perilaku, dampak sistem resbonsibility accounting terhadap perilaku, dampak sistem desentralisasi ataupun sentralisasi pengambilan keputusan terhadap perilaku, dimensi perilaku dalam sistem pengawasan internal, beberapa pola perilaku auditor, aspek perilaku dalam proses pengambialn keputusan, faktor perilaku dalam capital budgeting, aspek perilaku dalam kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku dalam akuntansi sumber daya manusia, dan sebagainya. Lebih simpel Siegel, Ramanauskas, dan Marconi (1989), membaginya atas tiga bagian besar berikut ini:
1.      Pengaruh perilaku manusia terhadap desain, konstruksi, dan pengungkapan sistem akuntansi. Disini akuntansi perilaku membahas sikap dan filosofi manajemen yang dapat memengaruhi sifat pengawasan akuntansi dan fungsi organisasi.
2.      Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia.
3.      Metode untuk meramalkan dan strategi untuk mengubah perilaku manusia.

e.       Multidicipline Paradigm
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin munculnya paradigma baru yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan dan keterkaitan yang semakin erat antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya. Fenomena ini juga melandasi akuntansi.
Mulanya ilmu yang dikenal manusia adalah ilmu filsafat. Menurut Al-farabi, ilmu filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya (Anshari, 1991). H.Endang Saifuddin Anshari (1991) mengungkapkan ilmu itu kemudian berkembang menjadi tiga bidang:
1.      Ilmu pengetahuan alam (natural science)
a.       Biologi
b.      Antropologi fisik
c.       Kedokteran
d.      Farmasi
e.       Pertanian
f.       Ilmu pasti
g.      Ilmu alam
h.      Teknik
i.        Geologi, dan lain-lain
2.      Ilmu sosial (sosial science)
a.       Ilmu hukum
b.      Ekonomi
c.       Jiwa sosial
d.      Bumi sosial
e.       Sosiologi
f.       Antropologi sosial budaya
g.      Sejarah
h.      Politik
i.        Pendidikan
j.        Publisistik dan jurnalistik
k.      Dan lain-lain
3.      Humaniora (humanities study)
a.      Ilmu agama
b.      Ilmu filsafat
c.       Ilmu bahasa
d.      Ilmu seni
e.       Ilmu jiwa (psikologi)

Perkembangan ilmu dimasing-masing bidang ini selalu berkaitan erat dan saling mengisi dengan disiplin ilmu lain. Akuntansi sebagai suatu sistem informasi membutuhkan komputer, information science, dan decision science. Akhirnya muncullah ilmu baru seperti desicion science yang sumber formula dan elemen-elemennya berasal dari berbagai ilmu. Decision science ini merupakan disiplin ilmu baru di Amerika dan bahkan sudah menjadi salah satu jurusan yang populer di College of Business, femomena inilah yang disebut multidicipline paradigm.

f.       Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan
Dilaksanakannya ”Earth Summit” mengingatkan pada isu yang sam diajukan oleh Club of Rome tahun 1975 lalu yaitu konsep Limit to Growth atau sering juga disebut Zero Growth. Club para ahli nomor wahid ini menganggap bahwa kerusakan bumi timbul dari kombinasi dari berbagai faktor yang harus direm perkembangannya seperti perkembangan penduduk , investasi, konsumsi sumber alam, industri, ketidakadilan distribusi pendapatan, pertanian, kehutanan. Club ini ingin menyelamatkan masa depan umat manusis dengan mengingatkan perlunya keharmonisan pengelolaan ekosistem yang bersifat global dan dependen.

Akuntansi Sebagai Alat Ukur
Kerusakan lingkungan yang terjadi disuatu negara memengaruhi dunia lain sehingga kerusakan lingkungan yang berlangsung disuatu negara tanpa dibatasi negara lain. Negara berkembang berpacu mengejar ketertinggalan ekonominya sehingga kadangkala kerusakan lingkunganpun terpaksa ditelan untuk mengejar ketertinggalan dan kemiskinan yang juga harus dipecahkan.
Untuk mengelola setiap suatu masalah perlu keputusan-keputusan. Keputusan yang baik hanya dayang pat lahir dari analisis terhadap keadaan yang valid, faktual, dan relevan. Keadaan yang valid, faktual, dan relevan dapat disupply oleh akuntansi. Dalam akuntansi disiplin yang mensupply ini disebut enviromental accounting. Disiplin secara praktis, teori-teorinya sepenuhnya disepakati oleh sebagian besar para ahli akuntansi dan organisasi profesi. Bidang ini sampai saat ini masih terus menjadi ladang penelitian para ahli dan secara parsial, ada yang sudah diwajibkan dan ada yang masih dalam taraf dianjurkan penyajiannya dalam laporan keuangan.

Perlunya Akuntansi Lingkungan
Keperluan akan akuntansi lingkungan ini sebenarnya sudah jelas. Konsep yang mengangap bahwa perusahaan sebagai wadah hukum yang melakukan eksploitasi dalam suatu wilayah atau negardan mendapatkan keuntungan dari kekayaan alam wilayah itu, mestinya juga menjadi  penduduk yang baik, yang melindungi alamnya dan juga makhluk pengisinya. Filosofi ini jelas dan rasional. Sebuah industri sebenarnya hidup dari lingkungan.

Kesulitan Pengukuran
Kelemahan utama ari akuntansi bidang ini adalah ketidaksepakatan para ahli dalam menentukan kriteria pengukuran. Mengukur nilai kerusakan lingkungan, nilai social cost  maupun social benefit-nya tidak semudah yang dibayangkan. Contohnya kasus Cernobyl, kasus Union Carbides, dan lain sebagainya menunjukkan betapa sukarnya melakukan penetapan nilai kerusakan dan perbaikan lingkungan yang sama-sama diterima dan sesuai pula dengan prinsip akuntansi yang sudah baku.

Penyajian
Semua negara tampaknya mempunyai kemauan politik untuk ikut bertanggungjawab pada keamanan bumi. Model ini sudah cukup menjadi pegangan dalam mengelola lingkungan. Untuk mengelola lingkungan diperlukan informasi yang sebenarnya dapat di supply oleh enviromental accounting yang masih terus dikembangkan oleh profesi akuntan. Indonesia juga yang bertanggungjawab terhadap buminya sudah selayaknya memulai memolopori penyusunan prinsip akuntansi lingkungan.


g.      Kegagalan Efficient Market Hypothesis
Teori EMH ini menyatakan bahwa ”pasar akan menyesuaikan diri dengan setiap informasi baru yang dikeluarkan mengenai saham”. Dalam bahasa penelitian bidang penelitian yang menyangkut soal ini adalah positive accounting theory.dalam teori ini yang dibahas bukan bagaiman mencatat transaksi, tetapi menyangkut:
1.      Melihat hubungan antara pengumuman informasi akuntansi kepada publik dam reaksi pasar terhadap informasi itu yang dilihat dari indikator harga saham dibursa.
2.      Melihat pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap harga pasar.
Fama (1969) menyatakan bahwa beberapa syarat untuk menciptakan pasar yang efisien adalah sebagai berikut:
1.      Tidak ada biaya transaksi dalam perdagangan saham.
2.      Semua informasi tersedia secara cuma-cuma bagi semua peserta pasar.
3.      Semua sepakat terhadap implikasi informasi saat ini terhadap harga sekarang dan distribusi harga masa yang akan datang dari tiap saham.
Menurut fama informasi ada tiga set informasi:
1.      Gerakan harga saham masa lalu.
2.      Informasi yang tersedia bagi publik
3.      Seluruh informasi baik uang tersedia bagi publik maupun milik  perusahaan.
Ketiga set informasi diatas apat memengaruhi harga saham sebagai berikut:
1.      Bentuk lemah (weak form) dari pasar efisiensi.
2.      Bentuk semi kuat (semi strong) dimana harga saham secara penuh merupakan gambaran dari seluruh informasi yang tersedia kepada publik termasuk harga saham masa lalu.
3.      Bentuk kuat (strong form) dimana harga saham merupakan gambaran dari seluruh informasi yang ada baik informasi harga saham yang lalu, informasi yang tersedia untuk publik dan informasi lainnya seperti informasi dari dalam dan informasi pribadi lainnya.

Dari ketiga bentuk ini maka bentuk semi strong-lah yang paling relevan dengan akuntansi karena dasar informasinya adalah informasi yang tersedia bagi publik. Dalam EMH sering digunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Yang dimaksud dengan model CAPM ini adalah suatu model yang menkasir laba yang yang abnormal atau laba yang tidak diperkirakan dari saham biasa suatu perusahaan pada saat diumumkannya laba perusahaan. Bentuk semi strong juga dipakai dalam model ini.


DAFTAR PUSTAKA


Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rajawali Pers.

No comments: