A. Pengantar
Akuntansi
sebagai ilmu terus beradaptasi dengan lingkungan sosial ekonomi dimana ia
berada sehingga perkembangan sosial ekonomi juga memengaruhi perkembangan ilmu
akuntansi itu sendiri. Teori akuntansi merupakan guidance yang mengarahkan perkembangan itu sendiri sehingga tetap
berada dalam kerangka teoritis yang sudah disepakati, kendatipun dengan
terjadinya revolusi ilmu pengetahuan seseperti yang digambarkan oleh Kuhn
maupun Popper bisa saja muncul perkembangan yang sama sekali keluar dari
kerangka teori yang sudah menjadi konvensi.
B. Tren
Akuntansi
Adolf
J.H Enthoven (1995) dalam Accounting Research Monograph No. 5 dengan judul Mega
Accountancy Trends, berdasarkan Megatrend 2000-nya Naisbitt, ia merefleksikan
megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan sebagai berikut:
1. Perlunya akuntansi memberikan pengukuran efisiensi dan
produktivitas.
2. Perlunya keterpaduan akuntansi dengan bidang dan disiplin
lainnya.
3. Perlunya mengidentifikasi, mwngukur, dan melaporkan
informasi yang lebih relevan
Kualitas
relevan sudah menjadi ciri akuntansi, namun sampai saat ini kualitas ini belum
dapat dinilai tercapai. Kemudian untuk mengantisipasi tren tersebut, Enthoven
menganjurkan penyempurnaan infrastruktur akuntansi agar bisa memenuhi tuntutan tren itu.
1. Penyempurnaan sistem pendidikan, pelatihan, dan riset
dalam bidang akuntansi.
2. Struktur dan persyaratan sosio ekonomi dan budaya.
3. Persyaratan legal, status, dan persyaratan lainnya dalam
profesi akuntan.
4. Praktik profesi dan kelembagaan akuntansi.
Megatrends
2010
Megatrends
2010 yang ditulis oleh
Patrice Aburdene (2005). Beliau mengemukakan paling tidak ada tujuh
kecenderungan bisnis yang tentu nantinya akan mempengaruhi profesi akuntansi.
Dari teori akuntansi ketujuh Megatrends tersebut
adalah:
1. Kekuatan spiritualitas (The Power of Spiritualy).
2. Munculnya kapitalisme yang sadar(The Down on Conscious Capitalism).
3. Pemimpin lahir dari level tengah (Leading From the Middle).
4. Bisnis spiritualisme (Spirituality
in Business).
5. Konsumen berbasis nilai (The Value-Driven Consumer).
6. Gelombang solusi kesadaran (The Wave of Conscious Salutions).
7. Boomnya investasi pada perusahaan yang memiliki
tanggungjawab (The Socially Rensponsible
Investment Boom).
Dari ketujuh megatrends ini baru trends no. 7 yang mulai
ditanggapi oleh profesi akuntansi. Dalam teori dan standar akuntansi belum
memberikan pedoman yang tetap. Megatrend lainnya sama sekali belum terlihat
arah dan petunjuk untuk memenuhinya. Misalnya bagaimana peran kauntansi
mengukur, mencatat atau melaporkan aspek nilai-nilai, spiritualisme, dan
sebagainya.
C. Beberapa
Topik Baru Dalam Akuntansi
Perkembangan
terakhir yang masih terus menjadi bahan riset dan pengembangan bidang akuntansi
yang menjadi tren diantaranya adalah:
1.
Akuntansi
internasional atau akuntansi global.
2.
Akuntansi
islam.
3.
Akuntansi
sumber daya manusia.
4.
Triple entry accounting system.
5.
Employee reporting.
6.
Value added reporting.
7.
Akuntansi
perilaku.
8.
Multiiciplines paradigm.
9.
Akuntansi
dan pembangunan berkelanjutan.
10. Kegagalan efficient
market hypothesis (EMH).
11. Krisis akuntansi.
a.
Triple
Entry System
Dalam sistem ini transaksi dicatat dalam tiga dimensi.
Moel ini adalah pengembanagn dari double
entry bookeepping system. Dalam model ini bukan saja transaksi yang
memengaruhi pos-pos pada sisi aktiva dan passiva yang dilaporkan, tetapi juga force atau power yang menyebabkan sihingga laporan neraca misalnya menyajikan Wealth=Capital=Force.
Model ini sebenarnya merupakan upaya untuk menambah
informasi kepada pembaca pada khususnya pihak manajemen dan para pengambil
keputusan yang berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan.
b.
Employee
Reporting
Employee
Reporting merupakan bentuk
laporan keuangan yang memuat informasi yang relevan bagi karyawan atau serikat
pekerja. Beberapa hal yang mendesak dan mendorong perlunya employee reporting ini adalah (Purdy dalam Belkaoui, 1985):
1.
Tekanan
semakin besar akan perlunya full
diclosure.
2.
Praktik
dan masalah yang berkaitan dengan hubungan perburuan.
3.
Munculnya
perdebatan tentang demokratisasi perusahaan.
4.
Perkembangan
dinegara lain akan perlunya informasi dimaksud.
c.
Value
Added Reporting
Value
Added Reporting (VAR) atau
laporan pertambahan nilai berkaitan juga dengan Human Resouces Accounting dan Employee
Reporting terutama dalam hal informasi yang disajikannya. Value Added Reporting ini masih belum
diwajibkan sebagai laporan utam diberbagai negara, jadi masih dalam tahap
wacana akademik. Value Added Reporting ini
sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
utama, neraca, laba rugi, dan arus kas. Karena semua laporan ini gagal
memberikan informasi:
1.
Total
produktivitas dari perusahaan.
2.
Share dari
setiap stakeholders atau anggota tim
yang ikut dalam proses manajemen yaitu: pemegang saham, kreditor, pegawai, dan
pemerintah.
VAR berusaha untuk mengisi kekurangan ini ditambah dengan
memberikan informasi tentang kompensasi yang diberikan kepada pegawai yang
dapat digunakan baik oleh pegawai maupun mereka yang berkepentingan lainnya
terhadap informasi kegiatan SDM dan prestasi perusahaan.
Beberapa keterbatasan VAR yaitu sebagai berikut:
1.
Tidak
semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu merasa
senang bekerjasama dengan yang lain. Tidak jarang justru ada konflik sehingga
laporan inijustru bisa menimbulkan atau mempertajam konflik.
2.
Ada
kemungkinan dengan adanya laporan pertambahan nilai ini manajemen salah tanggap
seolah ingin memaksimasi pertambahan nilai. Padahal sikap ini bisa menimbulkan
inefesiensi.
3.
Kesalahan
penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat menimbulkan kepalsuan pendapat
seperti:
a.
Kenaikan
pertambahan nilai dianggap kenaikan laba.
b.
Kenaikan
pertambahan nilai per unit dianggap otomatis bermanfaat bagi pemegang saham.
c.
Seolah
dianggap bisa mengidentifikasi distribusi yang adil atas perubahan pertambahan
nilai.
d.
Pertambahan
nilai yang tinggi untuk tenaga kerja per unit dianggap merupakan prestasi
ekonomi yang baik.
e.
Share
tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak berhak mendapatkan gaji
yang tinggi.
d.
Akuntansi Perilaku
Dalam akuntansi perilaku ini yang menjadi sorotan adalah
dampak dari informasi akuntansi terhadap perilaku orang yang membaca atau
menyiapkannya. Dampak perilaku dari sistem pengawasan, dampak sistem budget terhaap perilaku, dampak sistem resbonsibility accounting terhadap
perilaku, dampak sistem desentralisasi ataupun sentralisasi pengambilan
keputusan terhadap perilaku, dimensi perilaku dalam sistem pengawasan internal,
beberapa pola perilaku auditor, aspek perilaku dalam proses pengambialn
keputusan, faktor perilaku dalam capital
budgeting, aspek perilaku dalam kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku
dalam akuntansi sumber daya manusia, dan sebagainya. Lebih simpel Siegel,
Ramanauskas, dan Marconi (1989), membaginya atas tiga bagian besar berikut ini:
1.
Pengaruh
perilaku manusia terhadap desain, konstruksi, dan pengungkapan sistem
akuntansi. Disini akuntansi perilaku membahas sikap dan filosofi manajemen yang
dapat memengaruhi sifat pengawasan akuntansi dan fungsi organisasi.
2.
Pengaruh
sistem akuntansi terhadap perilaku manusia.
3.
Metode
untuk meramalkan dan strategi untuk mengubah perilaku manusia.
e.
Multidicipline
Paradigm
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan
semakin munculnya paradigma baru yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan
dan keterkaitan yang semakin erat antara satu disiplin ilmu dengan disiplin
ilmu lainnya. Fenomena ini juga melandasi akuntansi.
Mulanya ilmu yang dikenal manusia adalah ilmu filsafat.
Menurut Al-farabi, ilmu filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud
dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya (Anshari, 1991). H.Endang
Saifuddin Anshari (1991) mengungkapkan ilmu itu kemudian berkembang menjadi
tiga bidang:
1.
Ilmu
pengetahuan alam (natural science)
a.
Biologi
b.
Antropologi
fisik
c.
Kedokteran
d.
Farmasi
e.
Pertanian
f.
Ilmu
pasti
g.
Ilmu
alam
h.
Teknik
i.
Geologi,
dan lain-lain
2.
Ilmu
sosial (sosial science)
a.
Ilmu
hukum
b.
Ekonomi
c.
Jiwa
sosial
d.
Bumi
sosial
e.
Sosiologi
f.
Antropologi
sosial budaya
g.
Sejarah
h.
Politik
i.
Pendidikan
j.
Publisistik
dan jurnalistik
k.
Dan
lain-lain
3.
Humaniora (humanities study)
a. Ilmu agama
b. Ilmu filsafat
c. Ilmu bahasa
d. Ilmu seni
e. Ilmu jiwa (psikologi)
Perkembangan ilmu dimasing-masing bidang ini selalu
berkaitan erat dan saling mengisi dengan disiplin ilmu lain. Akuntansi sebagai
suatu sistem informasi membutuhkan komputer, information science, dan decision
science. Akhirnya muncullah ilmu baru seperti desicion science yang sumber formula dan elemen-elemennya berasal
dari berbagai ilmu. Decision science ini
merupakan disiplin ilmu baru di Amerika dan bahkan sudah menjadi salah satu
jurusan yang populer di College of Business, femomena inilah yang disebut multidicipline paradigm.
f.
Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan
Dilaksanakannya ”Earth Summit” mengingatkan pada isu yang
sam diajukan oleh Club of Rome tahun 1975 lalu yaitu konsep Limit to Growth atau sering juga disebut Zero Growth. Club para ahli nomor wahid
ini menganggap bahwa kerusakan bumi timbul dari kombinasi dari berbagai faktor
yang harus direm perkembangannya seperti perkembangan penduduk , investasi,
konsumsi sumber alam, industri, ketidakadilan distribusi pendapatan, pertanian,
kehutanan. Club ini ingin menyelamatkan masa depan umat manusis dengan mengingatkan
perlunya keharmonisan pengelolaan ekosistem yang bersifat global dan dependen.
Akuntansi
Sebagai Alat Ukur
Kerusakan
lingkungan yang terjadi disuatu negara memengaruhi dunia lain sehingga
kerusakan lingkungan yang berlangsung disuatu negara tanpa dibatasi negara
lain. Negara berkembang berpacu mengejar ketertinggalan ekonominya sehingga
kadangkala kerusakan lingkunganpun terpaksa ditelan untuk mengejar
ketertinggalan dan kemiskinan yang juga harus dipecahkan.
Untuk mengelola
setiap suatu masalah perlu keputusan-keputusan. Keputusan yang baik hanya
dayang pat lahir dari analisis terhadap keadaan yang valid, faktual, dan
relevan. Keadaan yang valid, faktual, dan relevan dapat disupply oleh akuntansi. Dalam akuntansi disiplin yang mensupply ini disebut enviromental accounting. Disiplin secara praktis, teori-teorinya
sepenuhnya disepakati oleh sebagian besar para ahli akuntansi dan organisasi
profesi. Bidang ini sampai saat ini masih terus menjadi ladang penelitian para
ahli dan secara parsial, ada yang sudah diwajibkan dan ada yang masih dalam
taraf dianjurkan penyajiannya dalam laporan keuangan.
Perlunya
Akuntansi Lingkungan
Keperluan akan akuntansi lingkungan ini sebenarnya sudah
jelas. Konsep yang mengangap bahwa perusahaan sebagai wadah hukum yang
melakukan eksploitasi dalam suatu wilayah atau negardan mendapatkan keuntungan
dari kekayaan alam wilayah itu, mestinya juga menjadi penduduk yang baik, yang melindungi alamnya dan
juga makhluk pengisinya. Filosofi ini jelas dan rasional. Sebuah industri
sebenarnya hidup dari lingkungan.
Kesulitan
Pengukuran
Kelemahan utama ari
akuntansi bidang ini adalah ketidaksepakatan para ahli dalam menentukan
kriteria pengukuran. Mengukur nilai kerusakan lingkungan, nilai social cost maupun social
benefit-nya tidak semudah yang dibayangkan. Contohnya kasus Cernobyl, kasus
Union Carbides, dan lain sebagainya menunjukkan betapa sukarnya melakukan
penetapan nilai kerusakan dan perbaikan lingkungan yang sama-sama diterima dan
sesuai pula dengan prinsip akuntansi yang sudah baku.
Penyajian
Semua negara tampaknya mempunyai kemauan politik untuk
ikut bertanggungjawab pada keamanan bumi. Model ini sudah cukup menjadi
pegangan dalam mengelola lingkungan. Untuk mengelola lingkungan diperlukan
informasi yang sebenarnya dapat di supply oleh enviromental accounting yang masih terus dikembangkan oleh profesi
akuntan. Indonesia juga yang bertanggungjawab terhadap buminya sudah selayaknya
memulai memolopori penyusunan prinsip akuntansi lingkungan.
g.
Kegagalan Efficient
Market Hypothesis
Teori EMH ini
menyatakan bahwa ”pasar akan menyesuaikan diri dengan setiap informasi baru
yang dikeluarkan mengenai saham”. Dalam bahasa penelitian bidang penelitian
yang menyangkut soal ini adalah positive
accounting theory.dalam teori ini yang dibahas bukan bagaiman mencatat
transaksi, tetapi menyangkut:
1.
Melihat
hubungan antara pengumuman informasi akuntansi kepada publik dam reaksi pasar
terhadap informasi itu yang dilihat dari indikator harga saham dibursa.
2.
Melihat
pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap harga pasar.
Fama (1969) menyatakan bahwa beberapa syarat untuk
menciptakan pasar yang efisien adalah sebagai berikut:
1.
Tidak
ada biaya transaksi dalam perdagangan saham.
2.
Semua
informasi tersedia secara cuma-cuma bagi semua peserta pasar.
3.
Semua
sepakat terhadap implikasi informasi saat ini terhadap harga sekarang dan
distribusi harga masa yang akan datang dari tiap saham.
Menurut fama informasi ada tiga set informasi:
1.
Gerakan
harga saham masa lalu.
2.
Informasi
yang tersedia bagi publik
3.
Seluruh
informasi baik uang tersedia bagi publik maupun milik perusahaan.
Ketiga set informasi diatas apat memengaruhi harga saham
sebagai berikut:
1.
Bentuk
lemah (weak form) dari pasar
efisiensi.
2.
Bentuk
semi kuat (semi strong) dimana harga
saham secara penuh merupakan gambaran dari seluruh informasi yang tersedia
kepada publik termasuk harga saham masa lalu.
3.
Bentuk
kuat (strong form) dimana harga saham
merupakan gambaran dari seluruh informasi yang ada baik informasi harga saham
yang lalu, informasi yang tersedia untuk publik dan informasi lainnya seperti
informasi dari dalam dan informasi pribadi lainnya.
Dari ketiga bentuk ini maka bentuk semi strong-lah yang paling relevan dengan akuntansi karena dasar
informasinya adalah informasi yang tersedia bagi publik. Dalam EMH sering
digunakan Capital Asset Pricing Model
(CAPM). Yang dimaksud dengan model CAPM ini adalah suatu model yang
menkasir laba yang yang abnormal atau laba yang tidak diperkirakan dari saham
biasa suatu perusahaan pada saat diumumkannya laba perusahaan. Bentuk semi strong juga dipakai dalam model
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap,
Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi.
Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rajawali Pers.
No comments:
Post a Comment