Suatu entitas pelaporan mengungkapkan, baik dalam
Neraca maupun dalam Catatan atas Laporan Keuangan subklasifikasi pos-pos yang
disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang sesuai dengan operasi entitas yang
bersangkutan. Suatu pos disubklasifikasikan lebih lanjut, bilamana perlu,
sesuai dengan sifatnya.
Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi di Neraca
atau di Catatan atas Laporan Keuangan tergantung pada persyaratan dari Standar
Akuntansi Pemerintahan dan materialitas jumlah pos yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang disebutkan dalam paragraf 86 dapat digunakan dalam
menentukan dasar bagi subklasifikasi.
Pengungkapan akan bervariasi untuk setiap pos, misalnya:
a)
Piutang dirinci menurut jumlah piutang pajak,
retribusi, penjualan, fihak terkait, uang muka, dan jumlah lainnya; piutang
transfer dirinci menurut sumbernya;
b)
Persediaan dirinci lebih lanjut sesuai dengan standar
yang mengatur akuntansi untuk persediaan;
c)
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kelompok
sesuai dengan standar yang mengatur tentang aset tetap;
d)
Utang transfer dianalisis menurut entitas penerimanya;
e)
Dana cadangan diklasifikasikan sesuai dengan
peruntukannya;
f)
Pengungkapan kepentingan pemerintah dalam perusahaan
negara/daerah/lainnya adalah jumlah penyertaan yang diberikan, tingkat
pengendalian dan metode penilaian.
PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial
yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode
tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris.
Klasifikasi
arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris
memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai
pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah.
Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pendanaan sedangkan pembayaran bunga utang pada umumnya akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi kecuali bunga yang dikapitalisasi akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas investasi.
Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pendanaan sedangkan pembayaran bunga utang pada umumnya akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi kecuali bunga yang dikapitalisasi akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas investasi.
Dalam
hal entitas bersangkutan masih membukukan penerimaan dan pengeluaran dalam buku
kas berdasarkan akun pelaksanaan anggaran maka laporan arus kas dapat disajikan
dengan mengacu pada akun-akun pelaksanaan anggaran tersebut.
Yang dimaksud dengan akun-akun pelaksanaan anggaran
adalah akun yang berhubungan dengan pendapatan, belanja, transfer, pembiayaan,
dan transaksi nonanggaran, yang dalam Laporan Arus Kas dikelompokkan menjadi
aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.
1. AKTIVITAS OPERASI
Aktivitas
operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk
kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama
diperoleh dari:
a)
Penerimaan Perpajakan;
b)
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
c)
Penerimaan Hibah;
d)
Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi
Lainnya;
e)
Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar
Biasa; dan
f)
Penerimaan Transfer.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
a)
Pembayaran Pegawai;
b)
Pembayaran Barang;
c)
Pembayaran Bunga;
d)
Pembayaran Subsidi;
e)
Pembayaran Hibah;
f)
Pembayaran Bantuan Sosial;
g)
Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan
h)
Pembayaran Transfer.
Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga
yang sifatnya sama dengan persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan
dan penjualan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas
operasi.
Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk
kegiatan suatu entitas lain, yang peruntukannya belum jelas apakah sebagai
modal kerja, penyertaan modal, atau untuk membiayai aktivitas periode berjalan,
maka pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
2. AKTIVITAS INVESTASI
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta
investasi lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas.
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan
sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan
pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
a)
Penjualan Aset Tetap;
b)
Penjualan Aset Lainnya;
c)
Pencairan Dana Cadangan;
d)
Penerimaan dari Divestasi;
e)
Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Arus
keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
a)
Perolehan Aset Tetap;
b)
Perolehan Aset Lainnya;
c)
Pembentukan Dana Cadangan;
d)
Penyertaan Modal Pemerintah;
e)
Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.
3. AKTIVITAS PENDANAAN
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang yang berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang
dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang jangka panjang.
Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
a)
Penerimaan utang luar negeri;
b)
Penerimaan dari utang obligasi;
c)
Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;
d)
Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.
Arus
keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
a)
Pembayaran pokok utang luar negeri;
b)
Pembayaran pokok utang obligasi;
c)
Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah
daerah;
d)
Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan
negara.
4.
AKTIVITAS TRANSITORIS
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan.
Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran, serta kiriman uang. PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.
Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran, serta kiriman uang. PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang persediaan dari bendahara pengeluaran. Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang persediaan kepada bendahara pengeluaran.
PELAPORAN ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI, INVESTASI,
PENDANAAN, DAN TRANSITORIS
Entitas pelaporan melaporkan secara terpisah kelompok
utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto dari aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris.
Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari aktivitas operasi dengan cara:
a. Metode Langsung. Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto.
Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari aktivitas operasi dengan cara:
a. Metode Langsung. Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto.
b.
Metode Tidak Langsung. Dalam metode ini, surplus atau
defisit disesuaikan dengan transaksi-transaksi operasional nonkas, penangguhan
(deferral) atau pengakuan (accrual) penerimaan kas atau pembayaran yang
lalu/yang akan datang, serta unsur penerimaan dan pengeluaran dalam bentuk kas
yang berkaitan dengan aktivitas investasi dan pendanaan.
c.
Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknya
menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi.
Keuntungan penggunaan metode langsung adalah sebagai berikut:
a) Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus kas
a) Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus kas
di
masa yang akan datang;
b)
Lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan; dan
c)
Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas
bruto dapat langsung diperoleh dari catatan akuntansi.
PELAPORAN
ARUS KAS ATAS DASAR ARUS KAS BERSIH
Arus kas yang timbul dari aktivitas operasi dapat
dilaporkan atas dasar arus kas bersih dalam hal:
a) Penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan
penerima manfaat (beneficiaries) arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas
pihak lain daripada aktivitas pemerintah. Salah satu contohnya adalah hasil
kerjasama operasional.
b) Penerimaan dan pengeluaran kas untuk transaksi-transaksi yang perputarannya cepat, volume transaksi banyak, dan jangka waktunya singkat.
b) Penerimaan dan pengeluaran kas untuk transaksi-transaksi yang perputarannya cepat, volume transaksi banyak, dan jangka waktunya singkat.
ARUS
KAS MATA UANG ASING
Arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing
harus dibukukan dengan menggunakan mata uang rupiah dengan menjabarkan mata
uang asing tersebut ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal
transaksi.
Arus kas yang timbul dari aktivitas entitas pelaporan di luar negeri harus dijabarkan ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal transaksi.
Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasikan akibat perubahan kurs mata uang asing tidak akan mempengaruhi arus kas.
Arus kas yang timbul dari aktivitas entitas pelaporan di luar negeri harus dijabarkan ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal transaksi.
Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasikan akibat perubahan kurs mata uang asing tidak akan mempengaruhi arus kas.
Dalam rangka pengungkapan yang memadai, Catatan atas
Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a)
Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas
Akuntansi;
b)
Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan
ekonomi makro;
c)
Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun
pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d)
Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksian kejadian-kejadian penting lainnya;
e)
Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang
disajikan pada lembar muka laporan keuangan;
f)
Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
dan
g)
Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan
keuangan mengikuti pernyataan standar akuntansi berlaku yang mengatur tentang
pengungkapan untuk pos-pos yang terkait. Misalnya, Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan tentang Persediaan mengharuskan pengungkapan kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam pengukuran persediaan.
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami laporan keuangan, pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan dapat disajikan secara narasi, bagan, grafik, daftar, dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan dan hasil-hasilnya selama satu periode.
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami laporan keuangan, pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan dapat disajikan secara narasi, bagan, grafik, daftar, dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan dan hasil-hasilnya selama satu periode.
1.
PENYAJIAN
INFORMASI UMUM TENTANG ENTITAS PELAPORAN DAN ENTITAS AKUNTANSI
Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan
informasi yang merupakan gambaran entitas secara umum. Untuk membantu pemahaman
para pembaca laporan keuangan, perlu ada penjelasan awal mengenai baik entitas
pelaporan maupun entitas akuntansi yang meliputi:
a)
Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta
jurisdiksi tempat entitas tersebut berada;
b)
Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan
pokoknya; dan
c)
Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan
kegiatan operasionalnya.
2. PENYAJIAN INFORMASI TENTANG KEBIJAKAN FISKAL/ KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO
Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat membantu pembaca memahami realisasi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara
keseluruhan, termasuk kebijakan fiskal/keuangan dan kondisi ekonomi makro.
Untuk membantu pembaca Laporan Keuangan, Catatan atas
Laporan Keuangan harus menyajikan informasi yang dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana perkembangan realisasi dan posisi
keuangan/fiskal entitas pelaporan serta bagaimana hal tersebut tercapai.
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, entitas pelaporan harus menyajikan informasi mengenai perbedaan yang penting mengenai realisasi dan posisi keuangan/fiskal periode berjalan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran, dan dengan rencana lainnya sehubungan dengan realisasi anggaran. Termasuk dalam penjelasan perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan anggaran dibandingkan dengan realisasinya.
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, entitas pelaporan harus menyajikan informasi mengenai perbedaan yang penting mengenai realisasi dan posisi keuangan/fiskal periode berjalan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran, dan dengan rencana lainnya sehubungan dengan realisasi anggaran. Termasuk dalam penjelasan perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan anggaran dibandingkan dengan realisasinya.
Kebijakan fiskal yang perlu diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkata
pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan pembiayaan.
Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan penyusunan APBN/APBD,
sasaran, program dan prioritas anggaran, kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi
perpajakan, pengembangan pasar surat utang negara.
Ekonomi makro yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan APBN/APBD berikut tingkat capaiannya. Indikator ekonomi makro tersebut antara lain Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional Bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar, harga minyak, tingkat suku bunga dan neraca pembayaran.
Ekonomi makro yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan APBN/APBD berikut tingkat capaiannya. Indikator ekonomi makro tersebut antara lain Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional Bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar, harga minyak, tingkat suku bunga dan neraca pembayaran.
3. PENYAJIAN
IKHTISAR PENCAPAIAN TARGET KEUANGAN SELAMA TAHUN PELAPORAN BERIKUT KENDALA DAN
HAMBATAN YANG DIHADAPI DALAM PENCAPAIAN TARGET
Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan
perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan dibandingkan dengan
anggaran yang pertama kali disetujui oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang
ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang
dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk diketahui pembaca laporan
keuangan.
Dalam satu periode pelaporan, dikarenakan alasan dan
kondisi tertentu, entitas pelaporan mungkin melakukan perubahan anggaran dengan
persetujuan DPR/DPRD. Agar pembaca laporan keuangan dapat mengikuti kondisi dan
perkembangan anggaran, penjelasan atas perubahan-perubahan yang ada, yang
disetujui oleh DPR/DPRD, dibandingkan dengan anggaran pertama kali disahkan
akan membantu pembaca dalam memahami kondisi anggaran dan keuangan entitas
pelaporan.
Ikhtisar pencapaian target keuangan merupakan
perbandingan secara garis besar antara target sebagaimana yang tertuang dalam
APBN/APBD dengan realisasinya.
Ikhtisar ini disajikan untuk memperoleh gambaran umum
tentang kinerja keuangan pemerintah dalam merealisasikan potensi pendapatan-LRA
dan alokasi belanja yang telah ditetapkan dalam APBN/APBD.
Ikhtisar ini disajikan baik untuk pendapatan-LRA, belanja, maupun pembiayaan dengan struktur sebagai berikut:
Ikhtisar ini disajikan baik untuk pendapatan-LRA, belanja, maupun pembiayaan dengan struktur sebagai berikut:
a)
Nilai target total;
b)
Nilai realisasi total;
c)
Presentase perbandingan antara target dan realisasi;
dan
d)
Alasan utama terjadinya perbedaan antara target dan
realisasi.
Untuk membantu pembaca laporan keuangan, manajemen entitas
pelaporan mungkin merasa perlu untuk memberikan informasi keuangan lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui pembaca, misalnya kewajiban yang memerlukan ketersediaan dana dalam anggaran periode mendatang.
Untuk membantu pembaca laporan keuangan, manajemen entitas
pelaporan mungkin merasa perlu untuk memberikan informasi keuangan lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui pembaca, misalnya kewajiban yang memerlukan ketersediaan dana dalam anggaran periode mendatang.
4.
DASAR
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN PENGUNGKAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI KEUANGAN
Entitas pelaporan mengungkapkan dasar penyajian
laporan keuangan dan kebijakan akuntansi dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
•
ASUMSI DASAR AKUNTANSI
Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu yang
mendasari penyusunan laporan keuangan, biasanya tidak perlu diungkapkan secara
spesifik. Pengungkapan diperlukan jika entitas pelaporan tidak mengikuti asumsi
atau konsep tersebut dan disertai alasan dan penjelasan.
Sesuai dengan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan, asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah
adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan
agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:
a)
Asumsi kemandirian entitas;
b)
Asumsi kesinambungan entitas; dan
c)
Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary
measurement).
5.
PENGGUNA
LAPORAN KEUANGAN
Pengguna/pemakai
laporan keuangan pemerintah meliputi:
a)
Masyarakat;
b)
Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga
pemeriksa;
c)
Pihak yang memberi atau yang berperan dalam proses
donasi, investasi, dan pinjaman; dan
d)
Pemerintah.
Para pemakai/pengguna laporan keuangan membutuhkan
keterangan kebijakan akuntansi terpilih sebagai bagian dari informasi yang
dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan keuangan dan keperluan lain.
Mereka tidak dapat membuat penilaian secara andal jika laporan keuangan tidak
mengungkapkan dengan jelas kebijakan akuntansi terpilih yang penting dalam
penyusunan laporan keuangan. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan
keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti.
Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan keuangan yang sangat membantu pengguna/pemakai
laporan keuangan, karena kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah
digunakan untuk suatu komponen laporan realisasi anggaran, laporan perubahan
saldo anggaran lebih, neraca, laporan operasional, laporan arus kas, atau laporan
perubahan ekuitas terbias dari pengungkapan kebijakan terpilih.
6. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi
perlu disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan. Sasaran pilihan kebijakan
yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi entitas pelaporan secara
tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan kegiatan.
Empat pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan
akuntansi yang paling tepat dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:
a)
Pertimbangan Sehat.
b)
Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal
tersebut seharusnya diakui dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati
tidak membenarkan penciptaan cadangan rahasia atau disembunyikan.
c)
Substansi Mengungguli Bentuk Transaksi dan kejadian
lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai dengan hakekat transaksi
dan realita kejadian, tidak semata-mata mengacu bentuk hukum transaksi atau
kejadian.
d)
Materialitas Laporan keuangan harus mengungkapkan
semua komponen yang cukup material yang mempengaruhi evaluasi atau keputusan-keputusan.
Pengungkapan kebijakan akuntansi harus
mengidentifikasikan dan menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan
oleh entitas pelaporan dan metode-metode penerapannya yang secara material
mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran,Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,Laporan Arus Kas, dan Laporan
Perubahan Ekuitas.
Pengungkapan
juga harus meliputi pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil dalam
memilih prinsip-prinsip yang sesuai. Secara umum, kebijakan akuntansi pada
Catatan atas Laporan Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini:
a)
Entitas pelaporan;
b)
Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan
keuangan;
c)
Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan;
d)
Sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang
berkaitan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini diterapkan oleh
suatu entitas pelaporan pada masa transisi. Sebaliknya penerapan lebih dini
disarankan berdasarkan kesiapan entitas.
e)
Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan
untuk memahami laporan keuangan.
Diungkapkannya entitas pelaporan dalam kebijakan
akuntansi adalah untuk menyatakan bahwa entitas yang berhak membuat kebijakan
akuntansi hanyalah entitas pelaporan. Entitas akuntansi hanya mengikuti
kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh entitas pelaporan di atasnya.
Ketiadaan informasi mengenai entitas pelaporan dan komponennya mempunyai
potensi kesalahpahaman pembaca dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada.
Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
telah menyarankan penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan laporan
keuangan pemerintah, pernyataan penggunaan basis akuntansi yang mendasari
laporan keuangan pemerintah semestinya diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk pernyataan kesesuaiannya dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
Hal ini akan memudahkan pembaca laporan tanpa harus
melihat kembali basis akuntansi yang tertera pada Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan. Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui dasar-dasar pengukuran
yang digunakan sebagai landasan dalam penyajian laporan keuangan. Apabila lebih
dari satu dasar pengukuran digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, maka
informasi yang disajikan harus cukup memadai untuk dapat mengindikasikan aset
dan kewajiban yang menggunakan dasar pengukuran tersebut.
Dalam menentukan perlu tidaknya suatu kebijakan
akuntansi diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan manfaat pengungkapan
tersebut dalam membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang tercermin
dalam laporan keuangan. Pertimbangan dalam paragraf 40 dapat dijadikan pedoman
dalam mempertimbangkan kebijakan akuntasi yang perlu diungkapkan.
Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu
dipertimbangkan untuk disajikan antara lain:
a) Pengakuan pendapatan-LRA;
b) Pengakuan pendapatan-LO;
c) Pengakuan belanja;
d) Pengakuan beban;
e) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
f) Investasi;
g) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud;
h) Kontrak-kontrak konstruksi;
i) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
j) Kemitraan dengan pihak ketiga;
k) Biaya penelitian dan pengembangan;
l) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
m) Pembentukan dana cadangan;
n) Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
o) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
Setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan-kegiatan dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan pendapatan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib, penjabaran mata uang asing, dan perlakuan akuntansi terhadap selisih kurs.
Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai pos-pos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Standar ini.
Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka dengan periode sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material, perubahan kebijakan dan dampak perubahan secara kuantitatif harus diungkapkan.
Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh material dalam tahun perubahan juga harus diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap tahun-tahun yang akan datang.
7. PENYAJIAN RINCIAN DAN PENJELASAN MASING-MASING POS YANG DISAJIKAN PADA LEMBAR MUKA LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan rincian dan penjelasan atas masing-masing pos dalam Laporan Realisasi Anggaran,Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas.
Penjelasan atas Laporan Realisasi Anggaran disajikan untuk pos pendapatan-LRA, belanja, dan pembiayaan dengan struktur sebagai berikut:
a) Anggaran;
b) Realisasi;
c) Prosentase pencapaian;
d) Penjelasan atas perbedaan antara anggaran dan realisasi;
e) Perbandingan dengan periode yang lalu;
f) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
g) Rincian lebih lanjut pendapatan-LRA menurut sumber pendapatan;
h) Rincian lebih lanjut belanja menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan fungsi;
i) Rincian lebih lanjut pembiayaan; dan
j) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
Penjelasan atas Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih disajikan untuk Saldo Anggaran Lebih awal periode, penggunaan Saldo Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) tahun berjalan, koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, dan SAL akhir periode dengan struktur sebagai berikut:
a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
c) Rincian yang diperlukan; dan
d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
Penjelasan atas Laporan Operasional disajikan untuk pos pendapatan-LO dan beban dengan struktur sebagai berikut:
a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
c) Rincian lebih lanjut pendapatan-LO menurut sumber pendapatan;
d) Rincian lebih lanjut beban menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan fungsi; dan
e) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
Penjelasan atas Neraca disajikan untuk pos aset, kewajiban, dan ekuitas dengan struktur sebagai berikut:
a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
c) Rincian lebih lanjut atas masing-masing akun dalam aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, aset lainnya, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas; dan
d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
Penjelasan atas Laporan Arus Kas disajikan untuk pos arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi aset non keuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran dengan struktur sebagai berikut:
a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
c) Rincian lebih lanjut atas atas masing-masing akun dalam masing-masing aktivitas; dan
d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
Penjelasan atas Laporan Perubahan Ekuitas disajikan untuk ekuitas awal periode, surplus/defisit-LO, dampak kumulatif perubahan kebijakan/kesalahan mendasar, dan ekuitas akhir periode dengan struktur sebagai berikut:
a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
c) Rincian yang diperlukan; dan
d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
8. PENGUNGKAPAN INFORMASI YANG DIHARUSKAN OLEH PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN YANG BELUM DISAJIKAN DALAM LEMBAR MUKA LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan lainnya serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lain. Pengungkapan informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat memberikan informasi lain yang belum disajikan dalam bagian lain laporan keuangan.
Karena keterbatasan asumsi dan metode pengukuran yang digunakan, beberapa transaksi atas peristiwa yang diyakini akan mempunyai dampak penting bagi entitas pelaporan tidak dapat disajikan dalam lembar muka laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap, pembaca laporan perlu diingatkan kemungkinan akan terjadinya suatu peritiwa yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan entitas pelaporan pada periode yang akan datang.
Pengungkapan informasi dalam catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi yang tidak mengulang rincian (misalnya rincian persediaan, rincian aset tetap, atau rincian pengeluaran belanja) dari seperti yang telah ditampilkan pada lembar muka laporan keuangan. Dalam beberapa kasus, pengungkapan kebijakan akuntansi, untuk dapat meningkatkan pemahaman pembaca, harus merujuk ke rincian yang disajikan pada tempat lain di laporan keuangan. Dalam kebijakan akuntansi pos aset tetap disebutkan dasar pengukuran adalah harga perolehan. Penelitian terhadap akun-akun yang mendukung pos aset tersebut menunjukkan ada salah satu akun aset dengan harga selain harga perolehan, karena aset dimaksud diperoleh dari donasi.
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
a) Pengakuan pendapatan-LRA;
b) Pengakuan pendapatan-LO;
c) Pengakuan belanja;
d) Pengakuan beban;
e) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
f) Investasi;
g) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud;
h) Kontrak-kontrak konstruksi;
i) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
j) Kemitraan dengan pihak ketiga;
k) Biaya penelitian dan pengembangan;
l) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
m) Pembentukan dana cadangan;
n) Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
o) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
Setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan-kegiatan dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan pendapatan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib, penjabaran mata uang asing, dan perlakuan akuntansi terhadap selisih kurs.
Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai pos-pos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Standar ini.
Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka dengan periode sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material, perubahan kebijakan dan dampak perubahan secara kuantitatif harus diungkapkan.
Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh material dalam tahun perubahan juga harus diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap tahun-tahun yang akan datang.
7. PENYAJIAN RINCIAN DAN PENJELASAN MASING-MASING POS YANG DISAJIKAN PADA LEMBAR MUKA LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan rincian dan penjelasan atas masing-masing pos dalam Laporan Realisasi Anggaran,Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas.
Penjelasan atas Laporan Realisasi Anggaran disajikan untuk pos pendapatan-LRA, belanja, dan pembiayaan dengan struktur sebagai berikut:
a) Anggaran;
b) Realisasi;
c) Prosentase pencapaian;
d) Penjelasan atas perbedaan antara anggaran dan realisasi;
e) Perbandingan dengan periode yang lalu;
f) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
g) Rincian lebih lanjut pendapatan-LRA menurut sumber pendapatan;
h) Rincian lebih lanjut belanja menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan fungsi;
i) Rincian lebih lanjut pembiayaan; dan
j) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
Penjelasan atas Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih disajikan untuk Saldo Anggaran Lebih awal periode, penggunaan Saldo Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) tahun berjalan, koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, dan SAL akhir periode dengan struktur sebagai berikut:
a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
c) Rincian yang diperlukan; dan
d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
Penjelasan atas Laporan Operasional disajikan untuk pos pendapatan-LO dan beban dengan struktur sebagai berikut:
a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
c) Rincian lebih lanjut pendapatan-LO menurut sumber pendapatan;
d) Rincian lebih lanjut beban menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan fungsi; dan
e) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
Penjelasan atas Neraca disajikan untuk pos aset, kewajiban, dan ekuitas dengan struktur sebagai berikut:
a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
c) Rincian lebih lanjut atas masing-masing akun dalam aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, aset lainnya, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas; dan
d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
Penjelasan atas Laporan Arus Kas disajikan untuk pos arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi aset non keuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran dengan struktur sebagai berikut:
a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
c) Rincian lebih lanjut atas atas masing-masing akun dalam masing-masing aktivitas; dan
d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
Penjelasan atas Laporan Perubahan Ekuitas disajikan untuk ekuitas awal periode, surplus/defisit-LO, dampak kumulatif perubahan kebijakan/kesalahan mendasar, dan ekuitas akhir periode dengan struktur sebagai berikut:
a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
c) Rincian yang diperlukan; dan
d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
8. PENGUNGKAPAN INFORMASI YANG DIHARUSKAN OLEH PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN YANG BELUM DISAJIKAN DALAM LEMBAR MUKA LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan lainnya serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lain. Pengungkapan informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat memberikan informasi lain yang belum disajikan dalam bagian lain laporan keuangan.
Karena keterbatasan asumsi dan metode pengukuran yang digunakan, beberapa transaksi atas peristiwa yang diyakini akan mempunyai dampak penting bagi entitas pelaporan tidak dapat disajikan dalam lembar muka laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap, pembaca laporan perlu diingatkan kemungkinan akan terjadinya suatu peritiwa yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan entitas pelaporan pada periode yang akan datang.
Pengungkapan informasi dalam catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi yang tidak mengulang rincian (misalnya rincian persediaan, rincian aset tetap, atau rincian pengeluaran belanja) dari seperti yang telah ditampilkan pada lembar muka laporan keuangan. Dalam beberapa kasus, pengungkapan kebijakan akuntansi, untuk dapat meningkatkan pemahaman pembaca, harus merujuk ke rincian yang disajikan pada tempat lain di laporan keuangan. Dalam kebijakan akuntansi pos aset tetap disebutkan dasar pengukuran adalah harga perolehan. Penelitian terhadap akun-akun yang mendukung pos aset tersebut menunjukkan ada salah satu akun aset dengan harga selain harga perolehan, karena aset dimaksud diperoleh dari donasi.
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
No comments:
Post a Comment