Menganalisis Pendapatan
Pada umumnya, sumber pendapatan perusahaan dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu pendapatan usaha (operasi) dan pendapatan
bukan dari usaha (non operasi). Pendapatan usaha merupakan sumber pendapatan
utama bagi suatu perusahaan yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa
hasil produksi perusahaan. Sedangkan pendapatan non usaha dapat bersumber dari
kegiatan, seperti hasil penjualan aktiva, hasil investasi eksternal yang
bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Sumber pendapatan usaha perusahaan sangat bergantung
pada karakteristik perusahaan. Dalam hal ini, ada perusahaan yang beroperasi
hanya satu lini bisnis dan ada pula yang lebih dari satu unit bisnis
(terdiversifikasi). Pada perusahaan yang memiliki satu lini bisnis biasanya
sumber pendapatan usahanya hanya satu. Sedangkan perusahaan yang
terdiversifikasi biasanya sumber pendapatannya lebih dari satu. Dewasa ini,
hampir semua perusahaan memiliki unit bisnis yang terdiversifikasi sehingga
sumber pendapatan usaha juga lebih dari satu.
Analisis ini bertujuan untuk membantu menganalisis:
1.
Pertumbuhan penjualan
Analisis tren atau kecenderungan atas penjualan setiap
segmen berguna dalam menilai profitabilitas. Pertumbuhan penjualan sebagai
hasil dari satu atau lebih faktor, seperti perubahan harga, perubahan volume
penjualan, akuisisi, dan perubahan nilai tukar.
2.
Pertumbuhan aktiva
Analisis tren atau kecenderungan pada aktiva setiap
segmen adalah relevan untuk analisis profitabilitas. Ini dilakukan untuk
menganalisis tingkat efektivitas pengelolaan aktiva atau investasi dalam
menghasilkan pendapatan.
3.
Profitabilitas
Pengukuran laba operasi terhadap penjualan dan laba
operasi terhadap aktiva setiap segmen berguna dalam menganalisis
profitabilitas.
Ketahanan sumber pendapatan perusahaan
Ketahanan pendapatan dapat
digambarkan oleh stabilitas dan kecenderungan (trend) pendapatan. Hal ini penting sebagai dasar untuk menganalisis
profitabilitas suatu perusahaan. Pada bagian ini dapat digunakan dua alat
analisis untuk menilai ketahanan pendapatan yaitu: (1) analisis trend (trend analysis), dan (2) evaluasi
terhadap diskusi dan analisis manajemen (Management’s
Discussion and Analysis = MD&A).
1. Analisis tren (trend analysis) terhadap pendapatan
Analisis tren merupakan suatu
metode yang berguna dalam menilai ketahanan pendapatan, baik secara keseluruhan
maupun segmen. Analisis ini
menjadi dasar pertimbangan untuk menganalisis beberapa hal sebagai berikut:
a. Sensitivitas pendapatan terhadap kondisi
bisnis.
b. Antisipasi permintaan melalui produk baru
atau pengembangan produk baru.
2. Diskusi dan Analisis Manajemen (Management’s Discussion and Analysis)
terhadap pendapatan
Diskusi dan Analisis Manaemen
(MD&A) terhadap kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan berguna dalam
analisis ketahanan pendapatan. Informasi ini membantu dalam memahami dan
mengevaluasi perubahan akun-akun keuangan suatu perusahaan dari waktu ke waktu
termasuk pendapatan. Manajemen membutuhkan laporan atas perubahan
komponen-komponen pendapatan dan biaya yang relevan untuk memahami aktivitas
operasi suatu perusahaan. Manajemen juga perlu mengetahui mengenai hubungan
antara pertumbuhan pendapatan terhadap peningkatan harga, volume, inflasi, atau
pengenalan produk baru. Manajemen didorong untuk menggambarkan hasil secara
finansial, tinjauan atas informasi masa akan datang, serta kecenderungan dan
kekuatan yang tidak tampak dalam laporan keuangan.
Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan
Hubungan antara pendapatan
dengan piutang usaha serta pendapatan dengan persediaan akan memberikan
petunjuk yang penting untuk mengevaluasi hasil operasi serta berguna dalam
memprediksi kinerja di masa yang akan datang.
1. Hubungan pendapatan dengan piutang usaha
Analisis hubungan antara
pendapatan dan piutang usaha penting dalam mengevaluasi kualitas laba. Sebagai
contoh, jika piutang usaha tumbuh pada tingkat yang melebihi pendapatan, kita
perlu mengevaluasi untuk mengidentifikasi penyebabnya.
2. Hubungan pendapatan dengan persediaan
Sebagaimana telah diketahui
bahwa perputaran persediaan berhubungan dengan kualitas persediaan dan
perputaran aktiva. Analisis terhadap komponen-komponen persediaan menunjukkan
pendapatan dan kegiatan operasi di masa yang akan datang. Sebagai contoh ketika
peningkatan barang jadi disertai oleh penurunan bahan baku dan/atau barang
dalam proses maka dapat diperkirakan bahwa akan terjadi penurunan produksi.
Menganalisis Biaya dan Marjin Laba
Karakteristik biaya dalam suatu
perusahaan ada yang bersifat variabel dan ada yang bersifat tetap. Biaya yang
bersifat variabel dapat diartikan sebagai biaya yang nilainya berubah-ubah
sejalan dengan perubahan tingkat kegiatan produksi, misalnya biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya yang bersifat tetap dapat
diartikan sebagai biaya yang nilainya tidak berubah walaupun tingkat kegiatan
produksi mengalami perubahan, misalnya biaya gaji pimpinan, dll. Di samping
biaya-biaya tersebut, ada juga yang disebut sebagai biaya semi-variabel. Biaya
ini memiliki sifat variabel dan juga sifat tetap. Oleh karena itu, dalam
analisis biaya dilakukan pemisahan mengenai komposisi variabel dan tetap.
Pada bagian ini akan disajikan
analisis terhadap biaya-biaya operasi maupun beban-beban operasional dan
beban-beban non operasional, serta hubungannya dengan profitabilitas
perusahaan.
Menganalisis Harga Pokok
Penjualan
Harga pokok penjualan (HPP) atau cost of goods sold (CoGS) merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan sehubungan dengan perolehan output untuk siap dijual.
Biaya-biaya ini meliputi biaya bahan baku ,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
(biaya-biaya tidak langsung).
Analisis terhadap harga pokok
penjualan diperlukan dalam rangka menganalisis laba kotor (gross profit). Sementara laba kotor mengindikasikan kemampuan
perusahaan dalam menutupi beban-beban operasi. Analisis perubahan laba kotor
memberikan perhatian khusus terhadap faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
pada penjualan dan harga pokok penjualan. Analisis terhadap perubahan laba
kotor biasanya dibentuk secara internal sebab membutuhkan data non masyarakat,
seperti jumlah unit yang dijual, harga jual per unit, dan biaya per unit.
Untuk mengukur hubungan antara
harga pokok penjualan dengan profitabilitas perusahaan digunakan alat ukur yang
disebut marjin laba kotor. Ini hanya ditemukan pada jenis perusahaan manufaktur
dan perusahaan dagang. Sementara bagi jenis perusahaan jasa tidak ada harga
pokok penjualan. Marjin laba kotor (gross
profit margin) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba kotor
atas penjualan yang dilakukan. Untuk menghitung besarnya margin laba kotor (gross profit margin) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 1 dan Persamaan
2.
Menganalisis Beban-beban Operasi
Beban-beban operasi merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan sehubungan dengan kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi,
seperti beban-beban penjualan, beban depresiasi, beban pemeliharaan dan
perbaikan, beban-beban administrasi dan umum. Analisis terhadap beban-beban operasi perusahaan diperlukan
dalam rangka menganalisis laba operasi (operating
profit) perusahaan. Sementara laba operasi mengindikasikan kemampuan
perusahaan dalam menutupi beban-beban non operasi terutama beban-beban
finansial atas pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan, seperti beban bunga
atas pinjaman.
Untuk mengukur hubungan antara
beban-beban operasi dengan profitabilitas perusahaan secara spesifik digunakan
alat ukur marjin laba operasi (operating
profit margin). Hasil pengukuran marjin laba operasi menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba operasi atas penjualan yang dilakukan. Marjin
laba operasi juga sekaligus untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran atas
beban-beban operasi perusahaan. Untuk menghitung besarnya margin laba operasi dapat digunakan rumus
sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 3 dan Persamaan 4.
Peningkatan marjin laba
operasi lebih kecil dari peningkatan
marjin laba kotor. Ini mengindikasikan bahwa:
1. Peningkatan marjin laba operasi sebagai
akibat dari peningkatan marjin laba kotor.
2. Pengeluaran atas beban-beban operasi
justru tidak efisien sehingga menurunkan profitabilitas perusahaan.
Menganalisis Beban-beban Non
Operasi
Beban-beban non operasi merupakan pengeluaran
yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan kegiatan pendanaan dan
kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan operasi, seperti beban-beban pendanaan
dan beban pajak. Analisis terhadap beban-beban non operasi diperlukan dalam
rangka menganalisis laba bersih (net
profit). Sementara laba bersih mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
menutupi beban-beban pendanaan berupa beban dividen.
Untuk mengukur hubungan antara
beban-beban non operasi dengan profitabilitas perusahaan secara spesifik
digunakan alat ukur marjin laba bersih (net
profit margin). Hasil pengukuran marjin laba bersih menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba bersih
atas penjualan yang dilakukan setelah disesuaikan dengan pendapatan atau
beban-beban lain. Untuk
menghitung besarnya margin laba bersih dapat digunakan rumus sebagaimana
ditunjukkan pada Persamaan 5 dan Persamaan 6.
Peningkatan marjin laba bersih
lebih besar dari peningkatan laba marjin
laba operasi. Ini mengindikasikan bahwa:
1. Peningkatan marjin laba bersih sebagai
akibat dari akumulasi peningkatan marjin laba kotor dan marjin laba operasi.
2. Pengeluaran atas beban-beban non operasi
lebih efisien sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Menganalisis
Profitabilitas berdasarkan Investasi Perusahaan
Beberapa teknik dan pendekatan yang
dapat digunakan untuk menganalisis profitabilitas perusahaan antara lain
adalah: pengembalian atas modal yang diinvestasikan (return on invested capital), pengembalian atas ekuitas pemegang
saham biasa (Return on Common
Shareholders’ Equity), dan
pengembalian kas atas aktiva (cash return
on assets).
Analisis Pengembalian atas Modal
yang Diinvestasikan
Analisis laporan keuangan mencakup
penilaian terhadap risiko dan return. Analisis terhadap pengembalian atas modal
yang diinvestasikan atau return on
invested capital (ROIC) merupakan suatu analisis tentang kemampuan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan atas modal yang diinvestasikan. Jadi
analisis ini menunjukkan keberhasilan perusahaan menggunakan pendanaan untuk
menghasilkan laba, baik dana ditinjau dari penggunaan maupun sumbernya.
Secara filosofis hubungan antara
laba dengan modal yang diinvestasikan adalah bahwa investasi dilakukan untuk
menghasilkan output yang selanjutnya output dijual untuk menghasilkan
pendapatan dan akhirnya dari pendapatan tersebut diperoleh laba. Secara umum,
untuk menghitung pengembalian atas modal yang diinvestasikan (ROIC) dapat
digunakan rumus pada Persamaan 7.
Pada dasarnya, tidak ada
ukuran umum tentang modal yang diinvestasikan dalam menghitung tingkat
keuntungan. Definisi tentang modal yang diinvestasikan bergantung pengguna
laporan keuangan. Pengembalian atau return suatu perusahaan dapat dinilai dari
perspektif total aktiva dan total pendanaan (kewajiban dan ekuitas). Apabila
konsep modal yang diinvestasikan berdasarkan total aktiva maka hasil pengukuran
adalah pengembalian atas aktiva atau yang lebih dikenal sebagai return on total assets (ROA). Hasil
pengukuran ini adalah relevan untuk mengukur efisiensi operasi. Untuk
menghitung ROA dapat digunakan rumus pada Persamaan 8.
Laba bersih dan beban bunga
sebelum pajak bersumber dari laporan laba rugi. Rata-rata aktiva bersumber dari
neraca yang dihitung dari penjumlahan aktiva pada neraca dari dua periode
kemudian dibagi dua. Rata-rata aktiva dapat juga digunakan data aktiva satu
periode.
Selain rumus di atas,
penghitungan ROA dapat juga digunakan Persamaan 9, Persamaan 10, dan Persamaan 11.
Penghitungan ini sering juga dikenal sebagai pengembalian atas investasi atau return on investment (ROI).
Pengembalian
atas Ekuitas Pemegang Saham Biasa
Pengembalian atas ekuitas pemegang
saham biasa atau return on common
shareholders’ equity (ROCE) juga
lebih dikenal sebagai return on equity
(ROE) merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu
perusahaan. Secara spesifik, ROCE menggambarkan sejauhmana produktivitas
ekuitas saham biasa dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Untuk mengukur ROCE dapat digunakan rumus pada
Persamaan 12, Persamaan 13, dan Persamaan 14.
Rata-rata ekuitas saham biasa merupakan hasil
penjumlahan ekuitas pada neraca dua periode kemudian dibagi dua. Rata-rata
ekuitas dapat juga didasarkan pada ekuitas satu periode saja.
Pengembalian Kas atas Aktiva
Pengembalian kas atas
aktiva atau cash return on assets (CROA) merupakan suatu alat analisis yang
digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan aktiva yang diinvestasikan
dapat menghasilkan kas dari kegiatan operasi. Hubungan antara aktiva yang dioperasikan
dengan kas yang dihasilkan ditunjukkan oleh Gambar 1.
Gambar 1
Hubungan antara aktiva dengan kas perusahaan
Berdasarkan
Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktiva dengan kas,
dimana aktiva dioperasikan untuk menghasilkan output berupa barang atau jasa,
yang kemudian output dijual untuk menghasilkan kas dari pendapatan operasi.
Untuk menghitung CROA dapat
digunakan rumus sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 15.
Manajemen
Laba Perusahaan
Manajemen
laba (earnings management) perusahaan
merupakan suatu praktek window-dressing
terhadap laporan keuangan. Hal ini tentunya dilakukan agar laporan keuangan
perusahaan tampak baik sehingga diharapkan mendapatkan respon positif dari para
stakeholder. Manajemen laba
perusahaan menitikberatkan pada optimalisasi profitabilitas perusahaan sehingga
dapat diciptakan stabilitas kondisi keuangan perusahaan. Manajemen laba dapat
mengurangi muatan ekonomi suatu laporan keuangan dan juga dapat mengurangi
kepercayaan dalam proses pelaporan.
Menurut
Schipper (1989) dalam Subramanyam dan Wild (2009) bahwa manajemen laba dapat
didefinisikan sebagai intervensi dengan maksud tertentu oleh manajemen dalam
proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan yang mementingkan diri
sendiri. Selanjutnya, Subramanyam dan Wild (2009) mengemukakan bahwa manajemen
laba merupakan salah satu alasan yang membedakan antara laba akuntansi dan laba
ekonomi. Salah satu bentuk manajemen laba adalah perataan laba (income smoothing) yang boleh jadi
berdasarkan beberapa kondisi memperbaiki kemampuan laba akuntansi untuk menggambarkan
laba yang permanen.
Strategi
manajemen laba meliputi tiga jenis yaitu: (1) Manajer meningkatkan laba periode
berjalan, (2) Manajer mengurangi laba periode berjalan, dan (3) Manajer
mengurangi volatilitas laba melalui perataan laba.
Analisis Profitabilitas dan Respon
Stakeholder Perusahaan
Rasio profitabilitas
yang tinggi mengindikasikan kinerja operasi yang tinggi namun di lain pihak
mengindikasikan risiko yang tinggi. Ini didasarkan pada alasan bahwa ketika
manajemen menetapkan profitabilitas yang tinggi berarti dana yang tersedia dikerahkan
pada kegiatan produktif sehingga apabila terjadi suatu masalah operasi maka
dapat menimbulkan gangguan yang serius bagi perusahaan. Sebagai ilustrasi,
ketika kita mengendarai suatu kendaraan dengan kecepatan tinggi tentu risiko
perjalanan sangat tinggi. Karena ketika terjadi kecelakaan dalam perjalanan
maka boleh jadi kita tidak dapat tiba di tempat tujuan dengan selamat.
Rasio profitabilitas memberikan arti bagi para pemangku kepentingan
(stakeholders) sehingga mereka akan
merespon secara berbeda. Bagaimana respon para stakeholder terhadap rasio profitabilitas? Apabila rasio
profitabilitas tinggi maka respon para stakeholders
secara singkat digambarkan sebagai berikut:
1) Investor yang memiliki tipe sebagai
pengambil risiko (risk taker)
cenderung merespon positif sedangkan investor yang memiliki tipe sebagai
penghindar risiko (risk averter)
cenderung merespon negatif.
2) Kreditor cenderung merespon positif
3) Suplier cenderung merespon positif
4) Karyawan cenderung merespon positif
No comments:
Post a Comment