Wednesday, November 23, 2016

DEBAT TEORI AKUNTANSI POSITIF: TELAAH KEMUNCULAN, PERKEMBANGAN, KOMENTAR, DAN KRITIKAN

I. PENGANTAR

Perkembangan teori akuntansi pada hakikatnya dapat dikelompokkan ke dalam teori akuntansi tradisional dan teori akuntansi positif. Teori akuntansi tradisional merupakan teori akuntansi yang berkembang sebelum tahun 1970-an. Kelompok yang andil dalam perkembangan teori akuntansi tradisional ini terdiri atas: (1) Hendriksen [induktif dan deduktif (1977)]; (2) Belkoui (1978); (3) Ijiri (1967); (4) Sterling (1968); (5) Paton dan Littleton (1940); (6) Paul Grady (1965); (7) Goldberg (1965); (8) Sanders et al., (1938), dan lain-lainnya. Grady dan Sanders et al., menyatakan bahwa riset akuntansi merupakan deskripsi dari praktik akuntansi yang dapat diterima umum, namun demikian tak satupun yang dapat disebut sebagai teori, karena kurang menghubungkan antara praktik akuntansi dan statemen yang dilaporkan. Teori akuntansi tradisional adalah normatif, preskriptif dan deskriptif yang oleh Watts dan Zimmerman (1979, 1986) disebutnya sebagai tidak ilmiah (non-scientific).
            Hendriksen (1977) mengkaji definisi teori sebagai seperangkat prinsip, pragmatis, konseptual dan hipotetis yang terpadu, yang membentuk suatu rerangka referensi umum untuk bidang studi (definisi dari ASOBAT, 1966). Teori Akuntansi didefinisikan sebagai penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip yang berguna untuk: (1) menyediakan sebuah rerangka referensi umum yang dapat dipergunakan untuk menilai praktik akuntansi; dan (2) sebagai pedoman pengembangan prosedur dan praktik yang baru. Selanjutnya Hendriksen juga mengklasifikasi teori menjadi tiga hal, yaitu: teori sintaktis, teori semantik (interpretational theories), dan teori pragmatis (behavioral theories):
            Teori akuntansi tradisional menggunakan pendekatan kos historis (historical cost), sehingga dapat menghasilkan informasi yang andal (reliable), meskipun tidak serelevan dengan pendekatan penilaian yang didasarkan pada nilai sekarang (present value). Di dalam pendekatan kos historis, bukti transaksi dalam pengauditan (auditing) dapat ditelusuri dengan mudah sehingga dipandang lebih andal (reliable). Pendekatan tradisional mempunyai ciri yaitu tidak adanya proses pembuktian yang teliti dalam upaya untuk mengembangkan teori akuntansi. Pendekatan ini lebih merupakan riset yang konvensional dibanding dengan aliran riset baru yang mengandalkan penalaran tradisional untuk memutuskan suatu rerangka konseptual akuntansi. Pendekatan tradisional ini telah mencapai tingkat penerimaan dan penerapan yang lebih tinggi dibanding dengan pendekatan yang baru. Pendekatan tradisional ini terdiri atas: (1) pendekatan non-teoretis, praktis atau pragmatis (informal); dan (2) pendekatan teoretis: deduktif, induktif, etis, sosiologis, dan ekonomis.
            Teori akuntansi positif pertamakali diusulkan oleh Watts dan Zimmerman pada tahun 1978 dan 1979 dalam artikelnya (mendapat Awards dari AICPA karena dianggap mempunyai kontribusi yang berarti terhadap perkembangan teori akuntansi), melalui teori akuntansi positifnya, yaitu: (1) artikel 1978: Towards A Positive Theory of the Determination of Accounting Standards; dan (2) artikel 1979: The Demand for and Supply of Accounting Theory: The Market for Excuses. Di dalam bukunya Positive Accounting Theory (1986) Watts dan Zimmerman menunjukkan dampak negatif pemilihan metoda akuntansi yang berbeda, akan menguntungkan salah satu fihak dan merugikan fihak yang lain. Scott (2000) menyebutnya sebagai perilaku oportunistik akibat dimungkinkannya penggunaan metoda pengukuran yang berbeda. Selain dalam bentuk perilaku oportunistik yang negatif, teori akuntansi positif juga diinterpretasi positif yang disebut dengan kontrak efisien (efficient contracting). Di dalam bentuk ini manajemen memilih metoda akuntansi dengan tujuan kepentingan perusahaan, dan bukan kepentingan pribadi. Hal tersebut mengarahkan bahwa akuntansi berhubungan dengan pasar modal, yang teorinya sudah tersusun dan merupakan kumpulan hipotesis, dengan asumsi saling berhubungan di antara variabel yang ada.
            Kemunculan dan perkembangan teori akuntansi positif memfasilitasi riset akuntansi yang sampai saat ini telah mendominasi riset akuntansi. Studi Ball dan Brown (1968) merupakan studi monumental yang mendominasi teori dan riset akuntansi dan keuangan berbasis pasar sejak tahun 1968. Selanjutnya studi mereka direplikasi atau dikembangkan oleh peneliti-peneliti berikutnya, seperti Easton, Harris, dan Ohlson (1992), yang menemukan bahwa hubungan antara returns sekuritas dan laba berdasarkan kos historis. Selain dari studi hubungan antara laba dan harga atau return sekuritas, juga berkembang studi hubungan antara laba dan volume perdagangan saham yang dilakukan oleh Beaver (1968), dan dikembangkan oleh Bamber dan Cheon (1995), dan Baron (1995), studi rasio keuangan untuk prediksi kebangkrutan dilakukan oleh Altman (1968), dan dikembangkan Ohlson (1980), studi rasio keuangan untuk prediksi laba pertamakali dilakukan oleh Ou dan Penman (1989), studi hubungan antara arus kas dan returns oleh Wilson (1987), dan Livnat dan Zarowin (1990), studi akrual akuntansi oleh Sloan (1996), studi manajemen laba oleh Healy (1985), Jones (1991), Cahan (1992), Sweeney (1994), dan Dechow, Sloan dan Sweeney (1996).
            Perkembangan riset akuntansi dan keuangan tersebut tidak dapat dipisahkan dari muncul dan berkembangnya teori akuntansi positif (Watts dan Zimmerman, 1986) yang sangat dominan dalam mewarnai riset-riset akuntansi saat ini. Watts dan Zimmerman tidak menggunakan teori normatif, melainkan teori positif yang dalil-dalilnya menjelaskan bagaimana bekerjanya dunia nyata. Teori akuntansi positif adalah teori yang digunakan untuk memprediksi tindakan pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan perusahaan, dan bagaimana perusahaan akan merespon standar akuntansi yang baru (Scott, 2000). Teori akuntansi tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena akuntansi. Teori tidak akan dibuktikan kebenarannya, namun demikian akan diuji apakah prediksinya dapat ditolak oleh bukti secara empiris.
            Studi ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap debat kemunculan, perkembangan, dan kritikan teori akuntansi positif. Di dalam perkembangannya sampai saat ini, riset akuntansi positif seolah-olah menjadi cabang industri riset akuntansi yang paling subur di antara riset akuntansi yang pernah dilakukan. Selama tiga dasa warsa terakhir telah mencapai lebih dari seribu paper riset yang dipublikasi dalam jurnal ilmiah pada level internasional, sehingga memberi dorongan yang sangat berarti terhadap perkembangan literatur akademik di bidang akuntansi dan keuangan.

  
II. TEORI AKUNTANSI SEBAGAI BARANG EKONOMIS:
(ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN)

(Watts dan Zimmerman, 1979)

 Artikel Watts dan Zimmerman (1979) menelaah pertanyaan tentang mengapa teori akuntansi secara dominan dikuasai oleh aliran normatif, dan mengapa tidak ada satu teori yang bisa diterima secara umum. Teori akuntansi dianalisis sebagaimana barang ekonomis, yang dibentuk sebagai respon dari permintaan (demand) terhadap teori. Bentuk dari sifat permintaan di dalam artikel tersebut diuji, yaitu pertama pada kondisi ekonomi tanpa regulasi (unregulated), dan kedua dalam kondisi ekonomi yang terregulasi (regulated). Regulasi oleh pemerintah dapat menciptakan dorongan bagi individu untuk melobi usulan prosedur akuntansi, dan teori akuntansi dipergunakan untuk melakukan justifikasi terhadap lobi politik. Selanjutnya, intervensi oleh pemerintah akan menghasilkan permintaan untuk bermacam-macam teori, karena masing-masing kelompok dipengaruhi oleh permintaan dari perubahan akuntansi dan teori yang mendukung posisinya. Perbedaan posisi akan mencegah general agreement terhadap teori akuntansi, sehingga teori akuntansi tersebut merupakan sifat dari aliran normatif, karena dipergunakan sebagai alasan (excuses) untuk tindakan politis [misalnya proses politis dalam menciptakan permintaan teori yang menentukan (prescribe) daripada untuk menerangkan (describe) dunia nyata].
            Literatur yang secara umum disebut sebagai teori akuntansi keuangan adalah didominasi oleh preskriptif (prescriptive). Banyak di antara penulis menekankan pada apa seharusnya menjadi isi laporan keuangan yang dipublikasi, dan bagaimana perusahaan harus mengikuti dan mematuhinya. Secara umum belum terdapat kesimpulan bahwa teori akuntansi keuangan bersifat substantif, dan mempunyai akibat langsung terhadap praktik atau formulasi kebijakan tertentu, walaupun riset akuntansi telah berlangsung lebih dari setengah abad. Seringkali kurangnya dampak riset akuntansi dihubungkan dengan lemahnya dasar metodologi penelitian (research methodology), atau preskripsi (prescription) yang ditawarkan berdasarkan pada tujuan eksplisit dan implisit yang berbeda di antara penulis. Bukan hanya peneliti tidak dapat menyetujui tentang apa tujuan dari laporan keuangan, namun juga tidak dapat menyetujui metoda di dalam menurunkan preskripsi dari tujuan. Satu karakteristik umum dari preskripsi dan metodologi akuntansi yang ditawarkan, merupakan kegagalan mereka untuk memuaskan semua praktisi akuntansi yang bisa diterima secara umum oleh badan penentu standar akuntansi. Komite Asosiasi Akuntan Amerika (American Accounting Association) sampai saat ini telah menyatakan bahwa: belum ada satu dasar teori akuntansi yang diterima secara universal.
            Uraian dari gambaran metoda penelitian (research method) dalam akuntansi keuangan yang pernah dilakukan sebelumnya, telah memunculkan pertanyaan tentang apakah sebenarnya fungsi dari teori akuntansi dalam menentukan praktik akuntansi. Tujuan dari artikel Watts dan Zimmerman (1979) adalah untuk memulai membangun teori yang dapat menentukan teori akuntansi. Teori ini diharapkan merupakan teori positif, yaitu teori yang mampu untuk menjelaskan faktor-faktor yang menentukan literatur akuntansi yang telah ada, memprediksi bagaimana riset akan berubah apabila faktor-faktor yang mendasarinya berubah, dan menjelaskan peran teori dalam menentukan standar akuntansi. Tentunya dalam hal ini bukan merupakan aliran normatif ataupun deskriptif. Teori tentatif Watt dan Zimmerman tersebut adalah konsisten dengan observasi Zeff (1972) dan Horngren (1973), yaitu to predict (untuk memprediksi bahwa teori akuntansi akan dipergunakan untuk “buttress preconceived nation”) dan to explain (untuk menjelaskan mengapa demikian). Kontribusi terhadap ide Zeff dan Horngren adalah untuk memberi struktur yang lebih kuat, sehingga Watts dan Zimmerman (1979) dapat membuat prediksi tambahan terhadap teori akuntansi yang telah ada sebelumnya. Sumber dari struktur tersebut adalah ilmu ekonomi. Teori akuntansi dipandang dan dianalisis sebagai barang ekonomi (economic goods), dengan menguji permintaan dan penawaran terhadap barang tersebut.
            Pemahaman tentang bagaimana teori akuntansi seperti yang disyaratkan oleh Zeff dan Horngren adalah ketika mereka memerlukan teori dari proses politis. Model yang dipergunakan merupakan proses sebagaimana kompetisi antar individu untuk menggunakan kekuatan pemerintah dalam mencapai transfer kekayaan. Demi kepentingan dirinya para individu lebih menginginkan teori yang normatif. Alasannya adalah bahwa setiap informasi yang diperoleh adalah dengan melakukan pengorbanan biaya. Hasilnya adalah permintaan teori akuntansi normatif individu yang membuat preskripsi berdasarkan kepentingan publik (public interest), dan permintaan tersebut adalah untuk alasan yang rasional.

PERMINTAAN TEORI AKUNTANSI
1. Akuntansi pada kondisi ekonomi tanpa regulasi:
            Sampai saat ini pengauditan laporan keuangan perusahaan secara sukarela (voluntarily) dilakukan untuk memenuhi kewajiban yang disyaratkan oleh lembaga pemerintah. Watt (1977) menyatakan bahwa pelaksanaan audit laporan keuangan suatu perusahaan, pada awalnya dilakukan oleh manajer yang memiliki kontrak atau perjanjian utang. Persetujuan untuk mensuplai laporan keuangan, disebutkan di dalam kontrak pinjaman antara pihak perusahaan dan krediturnya. Kontrak ini dapat meningkatkan kesejahteraan manajer, karena dapat mengurangi timbulnya kos agensi (agency cost). Kos agensi tersebut muncul karena kepentingan manajer yang tidak selalu searah dengan kepentingan pihak shareholder atau bondholder.
            Watt (1977) melakukan analisis hubungan agensi, dan menyimpulkan bahwa fungsi dari audit laporan keuangan di dalam kondisi ekonomi tanpa regulasi (unregulated economy) adalah untuk mengurangi kos agensi. Teori tersebut memprediksi bahwa praktik akuntansi (seperti bentuk, isi, frekuensi, dan lainnya untuk laporan eksternal) akan berbeda-beda di antara perusahaan pada kondisi unregulated economy, tergantung pada bentuk dan besarnya kos agensi. Kos agensi merupakan fungsi dari total utang perusahaan dan jumlah saham relatif yang dimiliki manajer. Di samping itu juga bervariasi terhadap pemonitoran (monitoring) manajer, yang tergantung pada ukuran fisik, dispersi, dan kompleksitas perusahaan. Perjanjian atau kontrak yang dilakukan tersebut dapat mengurangi kos agensi, yaitu hanya jika memasukkan provisi untuk pemonitoran.

2. Fungsi Teori Akuntansi
            Di dalam memenuhi permintaan pedagogik, prosedur akuntansi digunakan sebagai alat untuk mengurangi biaya kontrak (cost of contracts). Karena kos agensi bervariasi di antara perusahaan, maka prosedur akuntansinya juga akan bervariasi dengan meningkatnya perbedaan teknik dan format, sehingga menimbulkan kesulitan dalam bidang pengajaran praktik akuntansi. Konsekuensinya adalah guru dan dosen akuntansi harus mengembangkan alat pedagogik (rule-of-thumb) untuk membantu proses pembelajaran dan struktur variasi yang ditemukan di dalam praktik akuntansi.
            Selain permintaan untuk menjelaskan variasi di dalam praktik akuntansi, terdapat pula permintaan untuk memprediksi pengaruh dari prosedur akuntansi, baik terhadap kesejahteraan manajer maupun kesejahteraan auditor. Manajer mungkin menggunakan akuntansi untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan kepentingan shareholder, sebagaimana yang digambarkan oleh Matheson (1893). Matheson di dalam justifikasinya memberi ilustrasi tentang bagaimana manajer bisa mengambil keuntungan dari ketidakefisienan terhadap metoda depresiaasi, reparasi, dan beban pemeliharaan untuk meningkatkan laba dan kompensasinya atas biaya shareholders dan atau bondholders-nya.

3. Akuntansi pada kondisi ekonomi terregulasi:
            Di dalam proses politis, akuntansi mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap dunia bisnis. Peranan akuntansi secara langsung misalnya pada transfer kesejahteraan, dalam bentuk seperti subsidi kepada perusahaan, tarif, walfare, keamanan sosial (social security), maupun komisi regulator. Peranan tidak secara langsung, misalnya pada penggunaan isi laporan keuangan oleh komisi pemerintah dalam proses regulator yang sering dijadikan dasar tindakan bagi legislatif. Hal ini akan mendorong manajemen untuk memilih prosedur akuntansi yang memenuhi syarat, baik untuk mengurangi biaya maupun untuk meningkatkan keuntungan.
            Pengaruh intervensi pemerintah, misalnya pada kepentingan publik atau kegagalan pasar (market jailure). Regulasi yang dibuat pemerintah dapat menciptakan permintaan untuk penggunaan teori akuntansi normatif oleh publik interest, yaitu teori yang dapat menunjukkan prosedur akuntansi yang harus digunakan, karena akan berdampak pada pembuatan keputusan yang lebih baik bagi investor, pasar modal lebih efisien, dan sebagainya. Di dalam upaya untuk menentukan tindakan apa bagi kepentingan publik, politisi memerlukan teori yang dapat memprediksi konsekuensi dari alternatif tindakan. Orentasi kepentingan publik bagi politisi/birokrat yang rasional cenderung memilih teori yang dapat dipergunakan untuk memprediksi yang paling baik, sehingga teori tersebut pada tahap selanjutnya akan selalu mendominasi.

PENAWARAN TEORI AKUNTANSI
            Sebagian dari teoritisi mungkin percaya bahwa tujuan riset mereka dan alasan mereka mensuplai teori, adalah untuk memberi pengetahuan yang akan meningkatkan praktik akuntansi, dan bukan sebagai penawaran (supply) dari “excuses.” Konsumen atau pemakai (vested interest) akan menentukan produksi atau hasil riset akuntansi melalui dorongan yang diberikan oleh teori akuntansi.
            Peneliti akuntansi sering memasukkan rekomendasi politis sebagai bagian dari projek riset mereka. Tendensi vested interest untuk melakukan riset yang mendukung posisi mereka, sehingga membuat hasil riset menjadi bias. Untuk menentukan apakah politisi atau birokrat menggunakan suatu teori, dapat dilakukan dengan mengobservasi apakah suatu teori terjadi sebelum, atau pada saat terjadinya aturan yang relevan, dengan mengamati teori pada literatur yang cenderung untuk maju (lead) atau mundur (lag) terhadap regulasi. Jika terjadi lead maka hipotesis public interes didukung, sedangkan jika terjadi lag maka teori yang didukung.

HUBUNGAN EMPIRIS INTERVENSI PEMERINTAH DAN TEORI AKUNTANSI
            Jika permintaan untuk “excuses” penting di dalam menentukan hasil (output) teori akuntansi, maka dapat dilakukan ekspektasi dengan mengobservasi perubahan teori akuntansi pada saat aturan baru diluncurkan yang berhubungan dengan praktik akuntansi. Selanjutnya dilakukan pengujian bagaimana praktik akuntansi dan teori dipengaruhi oleh beberapa sifat legislasi utama. Sifat legislasi dipilih dari bagian yang dapat dipercaya mempunyai dampak terhadap teori akuntansi, yaitu: pajak penghasilan (the income tax law), regulasi terhadap perhubungan seperti perkeretaapian (the law regulating raiload), dan peraturan pembinaan pasar modal (the securties acts). Tujuan ini khususnya menyajikan prima gacie yang mendukung hipotesis bahwa teori akuntansi berubah setelah diperkenalkannya aturan pemerintah. Suatu gambaran yang nyata adalah perbandingan kondisi di Inggris dan di Amerika Serikat. Perbedaan waktu penerapan peraturan dari kedua negara tersebut adalah bahwa Inggris ternyata lebih lambat 30 tahun untuk membicarakan atau debat masalah depresiasi. Perbedaan 30 tahun tersebut juga ditunjukkan dengan perbedaan 30 tahun dalam menerapkan peraturan pemerintah.
            Diskusi tersebut di atas menunjukkan bahwa banyak teori akuntansi (konsep depresiasi, akuntansi akrual, aplikasi konsep income ekonomi, dan ide mengenai tujuan dari laporan keuangan pada umumnya untuk memenuhi informasi investor dari pada untuk mengontrol kos agensi), yang mengikuti intervansi pemerintah. Pembuktian ini konsisten dengan hipotesis bahwa banyak teori akuntansi yang merupakan produk dari intervansi pemerintah, dan bahwa teori akuntansi memenuhi permintaan untuk excuses. Bukti ini nampaknya juga konsisten dengan apa yang disebut dengan hipotesis “public interest.” Tidak perlu diragukan lagi yaitu bahwa terdapat teori yang juga sekaligus dapat menjelaskan penentuan waktu (timing) dari literatur akuntansi.

SIMPULAN PAPER WATTS DAN ZIMMERMAN (1979)

           Teori akuntansi dipandang mempunyai peran penting di dalam menentukan kandungan informasi laporan keuangan. Watts dan Zimmerman (1979) tidak memberikan kebijakan terhadap keinginan teori akuntansi untuk memenuhi peran alasan (excuse), misalnya seperti pada proses penentuan standar akuntansi. Teori akuntansi menyediakan prediksi yang konsisten dengan fenomena yang diamati berdasarkan kepentingan golongan tertentu. Di dalam literatur teori akuntansi, saat ini tidak ada teori normatif (current value theories) yang dapat menjelaskan atau digunakan untuk menjustifikasi semua standar akuntansi karena alasan berikut, pertama standar akuntansi dijustifikasi menggunakan teori (excuse) vested interest groups yang memperoleh manfaat dari standar; dan vested interest groups yang berbeda berlaku pada isu yang berbeda.
  

III. METODOLOGI TEORI AKUNTANSI POSITIF

(Christenson, 1983)

Artikel Christenson (1983) merupakan komentar dari artikel Watts dan Zimmerman, yang merujuk pada pendapat Jensen (1976) yang disebut sebagai Rochester School of Accounting, yaitu bahwa sebagian besar dari teori akuntansi adalah tidak ilmiah (unscientific), karena alasan yang jelas yaitu bersifat normatif. Apa yang disebut teori akuntansi sebagian besar merupakan pengujian dari bentuk pertanyaan tentang ”apa yang seharusnya” dilakukan. Menurut Jensen, pengembangan dari teori akuntansi yang positif adalah yang menjelaskan mengapa akuntansi adalah seperti ini, mengapa akuntan melakukan apa yang mereka lakukan, dan apa dampaknya yang terjadi di dalam masyarakat dan penggunaan sumber daya. Tanpa “teori positif,” tidak ada komunitas akademisi atau profesional yang membuat kemajuan berarti dalam memperoleh jawaban dari pertanyaan normatif yang selanjutnya dipertanyakan, dan menjadi bahan perdebatan tersebut.
            Kolega Jensen adalah Watts dan Zimmerman (bekas mahasiswanya), telah banyak menulis artikel mengenai akuntansi positif (positive accounting) yang mengulangi beberapa pendapat dari Jensen yang disebut sebagai Rochester School of Accounting. Watts (1977) misalnya, menyatakan bahwa literatur akuntansi keuangan tradisional adalah unscientific karena terkonsentrasi pada preskriptif (prescriptive), dan memberi perhatian yang sedikit pada penjelasan mengapa laporan keuangan mempunyai bentuk seperti sekarang ini. Watts dan Zimmerman (1978) berpendapat bahwa teori positif yang menentukan standar akuntansi diperlukan untuk menentukan preskripsi teori normatif adalah dipandang layak (feasible). Selanjutnya mereka juga membedakan antara teori positif dan normatif secara jelas, dengan menyatakan bahwa teori pada literatur akuntansi normatif hanya menghindari debat semantis (semantic), dan lebih senang menyatakan bahwa “teori untuk prinsip” dengan mengembangkan penjelasan dari fenomena. Zimmerman (1980) menyatakan bahwa “riset positif mencari pengembangan teori yang dapat menjelaskan fenomena yang diobservasi.”
            Watts (1977) menyebut literatur akuntansi keuangan tradisional adalah “unscientificic, karena literatur tersebut berkonsentrasi pada preskripsi, dan tidak banyak memperhatikan pengembangan suatu teori untuk menjelaskan bagaimana laporan keuangan pada bentuk yang sekarang. Alasan bagi Watts dan Zimmerman (1978) adalah bahwa teori positif dari penentuan standar akuntansi adalah penting dan menentukan, jika preskripsi dari teori normatif adalah memungkinkan. Zimmerman (1980) menyatakan bahwa “riset positif mencari pengembangan teori yang dapat menjelaskan fenomena yang diamati.” Blaug (1980) menyatakan bahwa metodologi ilmiah merupakan bentuk rasional untuk menerima atau menolak teori atau hipotesisnya (accepting or rejecting its theories or hypotheses). Dengan demikian metodologi adalah normatif, sehingga alasan metodologi ini yang mendorong pihak Jensen, Watts dan Zimmerman menyebutnya sebagai tidak ilmiah “(unscientific).” Caws (1972) menyatakan bahwa untuk mendapatkan sebuah pengakuan ilmiah (science) dari apapun, harus memenuhi persyaratan berikut, yaitu: (1) mempunyai domain yang diakui dan merupakan seperangkat fenomena dalam domain tersebut, dan (2) mempunyai teori yang memikirkan tentang siapa masukan (input) dan keluaran (output) yang merupakan fenomena dalam domain, dan siapa yang akan menjelaskan dasar realitas dari domain tersebut. Menurut Jensen (1976), pertanyaan “normatif” dapat diwujudkan dalam bentuk kata seharusnya (should be) dan untuk pertanyaan “positif” adalah dalam bentuk “why, what, atau how.
            Artikel Christenson (1983) pada dasarnya menguji beberapa pertanyaan yang muncul dalam metodologi dari Rochester School of Accounting, yaitu: apa yang menjadi dominan dari teori positif? Apakah yang merupakan teori positif? Bagaimana teori ilmiah (scientific) digunakan untuk menjelaskan, memprediksi dan preskripsi? Bagaimana seharusnya teori ilmiah (scientific) dihargai?.

DOMAIN TEORI AKUNTANSI
            Di dalam usahanya untuk mengilustrasikan perbedaan antara positif dan normatif, Jensen membaurkan dengan yang lain, yaitu antara fenomena domain pada dua level yang berbeda. Kebingungan Jensen adalah pada jenis dari peringatan Popper (1972), yaitu bahwa permasalahan dari pemahaman perilaku problem solver adalah pada level yang lebih tinggi daripada permasalahan yang berhubungan dengan problem solver .
            Artikel Christenson menghindari penggunaan kata “positif” sebagai alternatif untuk membedakan antara positif dan normatif, yang selanjutnya akan dipergunakan sebagaimana Popper terhadap dualisme dari “proposisi” yang menyatakan fakta dan usulan (proposal) dengan tujuan kebijakan (policy). Pertanyaan kedua yang dipertanyakan mengenai klasifikasi permasalahan riset adalah apakah permasalahan tersebut diselesaikan dengan proposisi dan proposal?.
            Di dalam komentar Christenson juga dijelaskan mengenai taxonomy accounting problem. Dua hal yang menjadi perhatian ini adalah, pertama, baik pada literatur akuntansi tradisional maupun program dari Rochester School of Accounting  terjadi pada meta-level, sehingga baik literatur tradisional maupun Rochester School of Accounting  secara langsung berhubungan dengan apa yang seharusnya disebut dengan “teori akuntansi.” Kedua, Christenson setuju dengan Rochester School of Accounting yaitu bahwa teori scientific harus dapat dipergunakan untuk memprediksi dan menjelaskan fenomena yang terjadi pada domain.

KONSEP TEORI POSITIF
            Konsep dari “positive sciences” populer pada abad ke sembilanbelas yang berhubungan dengan ”positivism,” dan sebagai filsafat ilmu positivism tidak lagi dianggap serius. Bagian dari yang menghilangkan logika positivism adalah kegagalannya program tersebut untuk menentukan dogma positif tradisional, yang merupakan proposisi dari yang menentukan sciences, misalnya dalam bidang fisika, kimia dan biologi, yang hanya berkaitan dengan aktual seperti pada pertanyaan “what is.
            Kedua bentuk dari “positive sciences” atau “positive theory” adalah menyesatkan dan harus dibatalkan. Pengganti yang sesuai adalah empiris “(empirical),” yang akan dipergunakan lebih lanjut. Empirical sciences dapat dipandang baik sebagai produk maupun proses. Filsafat ilmu yang lebih baru menunjukkan pandangan proses, sebagaimana yang diusulkan oleh Popper, yaitu bahwa empirical science harus disifati sesuai dengan metoda, yaitu: dengan perilaku dalam menghadapi scientific system; dengan apa yang kita lakukan, dan apa yang akan kita lakukan, dan bukan semata-mata secara formal atau logika struktur dari pernyataan. Konsep Rochester School of Accounting adalah konsisten dengan pemikiran Popper, walaupun kemudian terdapat beberapa perbedaan. Popper memperhatikan metodologi yaitu bahwa tujuan dari science adalah untuk menjelaskan fenomena yang diobservasi, walaupun yang diobservasi adalah bagian utama dari pengetahuan yang penjelasannya juga diperlukan sebagai alat untuk memprediksi dan untuk aplikasi teknologi.
            Dari sudut pandang logika, proposisi di falsifikasi tidak menggunakan pengalaman, melainkan hanya dengan penerimaan dari proposisi yang lain yang secara logika tidak konsisten. Bentuk logika dari teori proposisi atau hukum yaitu: pertama, proposisi teori yang berhubungan dengan apakah (what is) adalah negatif existential, sedangkan proposisi observasi yang berhubungan dengan what is not adalah positif existential. Kedua, proposisi teori adalah stricly universal, dan proposisi obeservasi adalah tunggal (singular).
            Beberapa hukum empiris di samping berbentuk ekuivalen negatif (negative-equivalent), juga mempunyai bentuk alternatif dua ekuivalen secara logis (two logically-equivalent). Setiap hukum empiris yang kejadiannya dilarang (prohibit) bersama dengan dua atau lebih kejadian yang dapat dinyatakan dalam bentuk proposisi universal kondisonal.

PENJELASAN PREDIKTIF DAN ALASAN NORMATIF
            Rochester School menunjukkan bahwa apa yang disebut sebagai teoori positif, harus dapat memprediksi, menjelaskan fenomena, dan dapat menentukan apakah preskripsi dari teori normatif adalah feasible. Prediksi adalah satu atau lebih observasi proposisi yang merujuk pada kejadian yang tidak terobservasi, apakah terjadi di masa yang akan datang atau masa lalu. Untuk alasan normatif (normative reasoning), paper Christenson merujuk pada penurunan atau derifasi dari prediksi, namun lebih cenderung untuk mengkritik standar yang mereka perkirakan bahwa teori yang seharusnya dapat dihargai, yaitu yang mereka katakan sebagai metodologi. Dasar dari kritik ini adalah metodologi dari Rochester School yang mereka pergunakan untuk mempertahankan teori terhadap kritik yang sesuai.

            Kritikan utama dari metodologi akuntansi positif adalah :
1.      Penyataan dari Rochester School adalah bahwa riset positif merupakan syarat untuk teori akuntansi normatif yang didasarkan pada kebingungan fenomena domain untuk dua level yang berbeda (akuntansi dan akuntan). Kritik teori akuntansi tradisional Rochester School tidak memenuhi sasaran, karena kegagalannya untuk membedakan antara dua tingkat fenomena yang berbeda.
2.      Konsep teori positif “(positive theory)” diturunkan dari filsafat ilmu yang sudah ketinggalan jaman. Konsep teori positif didasarkan pada salah konsep (berasal dari positivisme abad ke-19) yaitu bahwa science empiris semata-mata memperhatikan pertanyaan “what is.” Hal ini menunjukkan bahwa teori empiris adalah normatif menurut pandangan mereka yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan sebagai “tidak mungkin secara empiris (empirically impossible).”
3.      Meskipun teori yang dipergunakan adalah prediksi, dan selanjutnya juga diketahui salah, namun penjelasan teori tetap dilakukan, atau yang dipergunakan untuk menguji proposal normatif tidak diketahui sebagai kesalahan. Hal ini menunjukkan bahwa teori “normatif” yang dijelaskan dalam artikel Watts dan Zimmerman secara pasti merupakan apa yang dibutuhkan dalam prediktif, penjelas, dan alasan normatif.
4.      Kebalikan dari metode empiris, Rochester School mengenalkan argumen untuk excuse dari kegagalan teori mereka. Standar yang disarankan oleh Rochester School untuk penilaian teori mereka tidak begitu lemah, dan teorinya gagal memenuhi proposal Popper terhadap demarkasi ilmu (science) dari metafisik.

TEORI POSITIF
            Menurut Friedman (1953) tujuan utama ilmu positif adalah mengembangkan suatu teori atau hipotesis yang menghasilkan prediksi yang valid dan berarti tentang fenomena yang belum diamati. Di lain pihak Keynes (1891) menyatakan bahwa ilmu positif didefinisikan sebagai suatu body ilmu pengetahuan yang sistematis tentang pertanyaan what is, sedangkan ilmu normatif atau regulatif didefinisikan sebagai suatu body ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kriteria dari pertanyaan what ought to be, dan tentang sesuatu yang ideal yang dibedakan dengan yang sesungguhnya. Ilmu empiris (empirical science) dapat dipandang sebagai suatu produk atau proses. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya yaitu bahwa dari pandangan logika, proposisi di falsifikasi tidak menggunakan pengalaman, namun hanya dengan penerimaan dari proposisi yang lain yang secara logika tidak konsisten. Bentuk logika dari teori proposisi atau hukum yaitu proposisi teori yang berhubungan dengan pertanyaan apakah (what is) adalah negatif existential, sedangkan proposisi observasi yang berhubungan dengan pertanyaan what is not adalah positif existential.

 IV. POSITIVE ACCOUNTING: RIVIEW ARTICLE
(Whittington, 1987)

Watts dan Zimmerman (1986) di dalam buku teori akuntansi positifnya melakukan pembahasan dengan pernyataan dasar yaitu fungsi dari teori. Menurut mereka tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan untuk memprediksi fenomena akuntansi. Dasar dari teori positif adalah menjelaskan dan memprediksi perilaku, yang berkebalikan dengan teori normatif, yang merupakan preskriptif, sehingga teori yang menyatakan bagaimana akuntansi harus dilakukan, dikeluarkan dari pandangan Watts dan Zimmerman tersebut. Sebagian dari bab di dalam buku teori akuntansi positif tersebut, Watts dan Zimmerman membahas tentang sejarah evolusi dari pendekatan terhadap teori akuntansi.
            Simpulan dari buku Watts dan Zimmerman tersebut yaitu kita diajak untuk percaya bahwa teori yang tidak explain dan tidak predict praktik akuntansi, sebagaimana yang dinyatakannya sebagai teori positif adalah unscientific dan merupakan hal yang buruk. Lebih lanjut mereka tampaknya ingin menyiapkan dan melengkapi beberapa peraturan. Pada saat merangkum dan mengevaluasi teori akuntansi positif mereka menawarkan banyak pandangan yang berimbang (balances view).

METODOLOGI TEORI AKUNTANSI POSITIF
            Metodologi dari akuntansi positif merupakan aspek yang paling kontroversial dari hasil kerja Watts dan Zimmerman secara umum. Analisis kritis dari Christenson (1983) adalah yang paling kuat yang berhubungan dengan metodologi dan kritik filosofi. Namun demikian buku Watts dan Zimmerman tersebut tidak merujuk paper Christenson (walaupun disebutkan pada daftar pustaka), dan tidak berusaha untuk menjawab kritik dari metodologi tersebut. Alasan yang mungkin dari hal ini adalah bahwa mereka tidak dapat memberi jawaban yang memuaskan, walaupun hipotesis alternatif adalah benar berdasarkan metodologi positif, dan mereka tidak mempertimbangkan bahwa jawaban tersebut adalah penting, di samping Christenson sendiri juga tidak menguji lebih jauh secara empiris proposisi yang dapat di refute. Dua hal penting dari pendekatan metodologi Watts dan Zimmerman yang dikritik oleh Christenson yaitu: pertama, mereka mengklaim lebih menyukai positif dari pada normatif. Kedua, mereka menekankan pada pembuktian empiris dari pada teori yang a priori.
            Dasar metodologi teori akuntansi positif mempunyai tujuan untuk menjelaskan (to explain) dan memprediksi (to predict) praktik akuntansi. Hal ini berbeda dengan proposisi normatif yang berusaha mencari preskripsi isi laporan keuangan. Perbedaan ini tergantung pada pandangan bahwa preskripsi memerlukan spesifikasi objektif dan fungsi objektif. Klaim bahwa teori positif adalah teori akuntansi yang berbasis ekonomi, yaitu meliputi penggunaan teori konsep scientific. Teori positif adalah bebas nilai (value free) dan scientific, sedangkan teori normatif adalah highly value laden. Dua penolakan yang dapat dilakukan yaitu: pertama, teori positif tidak bebas dari nilai judgment atau implikasi preskriptif. Kedua, akan menjadi tidak benar untuk mengasumsikan bahwa semua teori yang tidak positip, yang mengarah pada proposisi yang dapat di uji secara empris, adalah normatif yang berhubungan dengan preskripsi.

ASUMSI PASAR
            Asumsi pasar yang dipergunakan adalah keseimbangan kompetitif (competitive equilibrium) yang sempurna, yang kemungkinan tidak diterima oleh banyak deskripsi dari bagaimana sebenarnya operasionalisasi yang sesungguhnya. Watts dan Zimmerman telah menulis stimulasi yang penting dalam riset akuntansi dan telah memberi kontribusi yang besar. Kekurangan yang utama dari bukunya adalah antusias mereka dalam memilih pekerjaan yang lebih disukai dari teori akuntansi sebelumnya, dan peneliti kontemporer lain yang menggunakan pendekatan berbeda. Selanjutnya antusias mereka juga cenderung mengabaikan asumsi restriktif yang mempunyai fokus relatif sempit dari pekerjaan mereka. Hal ini dapat menimbulkan bahaya, karena mereka tidak pernah menggali semua potensi penelitian dari studi pemilihan metoda akuntansi.

RINGKASAN WHITTINGTON

           Watt & Zimmerman (1986) menyatakan bahwa tujuan teori akuntansi adalah to exlpain dan to predict praktik akuntansi. Teori akuntansi pada tahun 1960-an cenderung normatif, karena teori tersebut merupakan hasil dari preskripsi untuk praktik akuntansi. Whittington sangat menyayangkan teori positif yang dikaji oleh Watt and Zimmerman tersebut, karena hal itu dianggap tidak penting dan cenderung mengalihkan perhatian dari isu sentral, dan semua pendekatan teori akuntansi pada saat ini adalah dalam tahap elementer dari evolusi dan kebutuhan pengembangan konstruksi yang sangat mendesak. Selanjutnya mereka dianggap cenderung mengabaikan pada asumsi restriktif dan relatif mengarahkan pada risetnya (Watt & Zimmerman). Hal ini dapat menimbulkan bahaya, karena mereka tidak pernah menggali semua potensi riset dari pemilihan metoda akuntansi.

  
V. TEORI AKUNTANSI POSITIF: PERSPEKTIF SEPULUH TAHUN
(Watts dan Zimmerman, 1990)

Artikel Watts dan Zimmerman (1990) menelaah dan mengkritik literatur teori akuntansi positif, menyusul publikasi Watts dan Zimmerman (1978 dan 1979). Artikel tahun 1978 memberi landasan literatur akuntansi positif yang menjelaskan praktik akuntansi dan pentingnya biaya kontrak, dan telah menuntun ditemukannya beberapa peraturan empiris yang belum diketahui. Artikel tahun 1978 menghasilkan debat metodologi yang belum produktif. Artikel tersebut berusaha untuk menghilangkan miskonsepsi tentang metodologi yang diperdebatkan. Di samping itu juga memberikan cara untuk meningkatkan riset positif dan pemilihan akuntansi. Yang paling penting dari peningkatan tersebut adalah hubungan yang lebih kuat antara teori dan pengujian empiris. Peningkatan kedua pengembangan model tersebut mengenalkan indogenitas di antara variabel regresi, peningkatan dan pengurangan kesalahan pengukuran baik pada variabel dependen maupun variabel independen di dalam regresi.
            Lebih dari sepuluh tahun sejak dua artikel “Towards A Positive Theory of the Determination of Accounting Standards” dan The Demand for And Supply of Accounting Theories : The market for Excuses” dipublikasi di jurnal The Accounting Review, dimana dua artikel tersebut sangat kontroversial selama sepuluh tahun yang lalu bahkan sampai saat ini. Artikel tahun 1978 memberi kontribusi pada literatur yang belum banyak membahas masalah aturan empiris dalam praktik akuntansi.
            Tujuan utama dari artikel tersebut adalah untuk menyampaikan perspektif evolusi dan kenyataan saat ini tentang teori akuntansi positif, dan memperingkas bukti dari peraturan empiris secara sistematis di bidang akuntansi. Tujuan kedua adalah untuk mengevaluasi metoda riset dan metodologi yang dipergunakan untuk mendokumentasikan peraturan empiris. Pada bagian kedua didiskusikan kritik dari paper awal dan bagian dari literatur akuntansi positif yang menjelaskan praktik akuntansi yang masih belum banyak dijelaskan. Tujuan ketiga adalah untuk memberi arahan literatur akuntansi positif di masa mendatang. Artikel tersebut mendapat banyak komentar dan kritik terutama untuk paper tahun 1978, dan banyak dijadikan rujukan oleh beberapa penulis. Hal ini menunjukkan bahwa kedua paper tersebut merupakan artikel yang banyak menjadi perhatian utama bagi komunitas akademisi dan praktisi.

KONTRIBUSI LITERATUR TEORI AKUNTANSI POSITIF
            Isu dari metoda riset meliputi pengujian terhadap berkurangnya isu, dan kemungkinan hasil yang diperoleh dari literatur akuntansi positif adalah berhubungan dengan hipotesis alternatif yang tidak dikenali, dan bukan dari hipotesis yang dinyatakan. Isu dari filsafat ilmu menunjukkan bahwa pendekatan yang dipergunakan adalah akuntansi sosiologi bukan teori akuntansi, dan metoda yang tidak sesuai dipergunakan untuk menyusun penjelasan terhadap teori.
            Sumbangan lain dari literatur teori akuntansi positif ini adalah memberi rerangka berfikir yang logis dalam memahami akuntansi. Rerangka berfikir ini sangat bermanfaat di bidang pendidikan dan pengajaran akuntansi. Literatur teori akuntansi positif juga mendorong peneliti untuk mencari isu akuntansi dan menekankan peran utama dari biaya kontrak di dalam teori akuntansi.

ARAH RISET MENDATANG
            Artikel Watts dan Zimmerman (1990) memberi tiga arahan riset di masa mendatang. Pertama, tugas yang paling penting bagi peneliti akuntansi positif adalah meningkatkan hubungan antara teori dan pengujian empiris. Kedua, pada saat pilihan akuntansi kehilangan kedudukannya sebagai bagian dari teknologi kontrak yang efisien, variabel yang sering dipergunakan untuk menjelaskan dan memprediksi pilihan akuntansi adalah variabel endogin. Ketiga, kesalahan pengukuran yang sudah terjadi dapat dikurangi dengan meningkatkan kemampuan uji (power of test).
            Literatur akuntansi positif memberi peraturan empiris yang menjelaskan bidang literatur tersebut, sehingga menjadi jelas bahwa terdapat banyak kesempatan riset yang mungkin dilakukan. Pengujian terhadap kontrak utang, bonus, hipotesis biaya politis, menunjukkan betapa terbatasnya eksplorasi yang telah dilakukan. Menghubungkan antara insentif kontrak efisien ex ante dengan pengaruh pendistribusian kembali ex post, nampaknya terbukti cukup bermanfaat. Penelitian terhadap implikasi dari kontrak internal dan kontrak eksternal selain utang dan bonus, tampaknya menjadi sangat produktif.

RINGKASAN WATTS DAN ZIMMERMAN
Artikel Watts dan Zimmerman (1990) menelaah dan mengkritik literatur akuntansi positif sehubungan dengan publikasi dari artikel penulis yang sama (Watts and Zimmerman, 1978 dan 1979). Artikel tahun 1978 membantu menghasilkan literatur akuntansi positif yang memberi penjelasan praktik akuntansi, menyarankan pentingnya biaya kontrak, dan mengarahkan pada penemuan dari beberapa regulasi empiris yang tidak diketahui sebelumnya. Artikel tahun 1979 menghasilkan debat metodologi yang sangat tidak produktif. Artikel tahun 1990 berusaha untuk memindah beberapa miskonsepsi umum tentang metodologi yang dikemukakan dalam debat, dengan memberi saran tentang:
1.      Cara-cara untuk mengembangkan riset positif dalam bidang pilihan akuntansi. Yang lebih penting dari pengembangan ini adalah terjadinya hubungan yang erat antara teori dan pengujian empiris.
2.      Pengembangan di bidang ini merupakan perluasan model yang mengakui endogenitas antar variabel di dalam persamaan regresi.
3.      Pengembangan merupakan reduksi dalam pengukuran baik dalam variabel dependen maupun variabel independen di dalam regresi.



VI. SIMPULAN

Perkembangan teori akuntansi dapat dikelompokkan menjadi teori akuntansi tradisional dan teori akuntansi positif. Teori akuntansi tradisional merupakan teori akuntansi yang berkembang sebelum tahun 1970-an. Riset akuntansi adalah deskripsi dari praktik akuntansi yang dapat diterima umum, namun demikian tak satupun yang dapat disebut sebagai teori, karena kurang menghubungkan antara praktik akuntansi dan statemen yang dilaporkan. Teori akuntansi tradisional adalah normatif, preskriptif dan deskriptif, oleh karenanya disebut non-scientific (Watts dan Zimmerman, 1979, 1986). Teori akuntansi tradisional menggunakan pendekatan kos historis (historical cost), sehingga dapat menghasilkan informasi yang andal (reliable), meskipun tidak serelevan dengan pendekatan penilaian yang didasarkan pada nilai sekarang (present value). Pendekatan tradisional mempunyai ciri yaitu tidak adanya proses pembuktian atau konfirmasi yang teliti dalam upaya untuk mengembangkan teori akuntansi.
            Teori akuntansi positif pertamakali diusulkan oleh Watts dan Zimmerman pada tahun 1978 dan 1979 melalui teori akuntansi positifnya. Di dalam bukunya Positive Accounting Theory (1986), ditunjukkan dampak negatif dari pemilihan metoda akuntansi yang berbeda, yang akan menguntungkan salah satu fihak dan merugikan fihak yang lain. Scott (2000) menyebutnya sebagai perilaku oportunistik, akibat dimungkinkannya penggunaan metoda pengukuran yang berbeda. Teori akuntansi positif juga diinterpretasi positif yang disebut dengan kontrak efisien (efficient contracting), yaitu manajemen memilih metoda akuntansi dengan tujuan untuk kepentingan perusahaan, dan bukan kepentingan privat. Hal tersebut mengarahkan bahwa akuntansi berhubungan dengan pasar modal, yang teorinya sudah tersusun dan merupakan kumpulan hipotesis, dengan asumsi saling berhubungan di antara variabel yang ada.
            Kemunculan dan perkembangan teori akuntansi positif memfasilitasi riset akuntansi yang sampai saat ini telah mendominasi riset akuntansi. Studi Ball dan Brown (1968) merupakan studi monumental yang mendominasi teori dan riset akuntansi dan keuangan berbasis pasar sejak tahun 1968. Selanjutnya studi mereka direplikasi atau dikembangkan oleh peneliti-peneliti berikutnya, seperti studi hubungan antara returns sekuritas dan laba berdasarkan kos historis. Selain dari studi hubungan antara laba dan harga atau return sekuritas, juga berkembang studi hubungan antara laba dan volume perdagangan saham, studi rasio keuangan untuk prediksi kebangkrutan, studi rasio keuangan untuk prediksi laba, studi hubungan antara arus kas dan returns, studi akrual akuntansi, studi manajemen laba, dan studi-studi lainnya.
            Kemunculan dan berkembangnya teori akuntansi positif telah mendapat banyak perdebatan, baik dalam bentuk kritik metodologi, filosofi, maupun komentar. Christenson mencoba mengkritik konsep metodologi, karena Watts dan Zimmerman menyampaikan pendapat bahwa teori positif bersifat scientific, sedangkan teori normatif adalah unscientific. Menurut Christenson scientific tersebut itu hanya karena digunakannya statisitika. Dengan demikian apakah hal tersebut hanya merupakan metodologi postif saja? Christenson berpendapat bahwa teorinya Watts dan Zimmerman tersebut bukan teori positif dalam arti sesungguhnya, namun teori riset yang menggunakan metodologi positif. Selanjutnya Christenson menyampaikan empat pertanyaan yang sekaligus menjadi alat kritikannya, yaitu:

1.    Apa domain akuntansi itu? Entitas atau perusahaannya, atau perilaku manajernya? Permasalahan yang muncul adalah manajemen di suatu perusahaan, atau meta masalah dari banyak manajemen di banyak perusahaan. Christenson mendasarkan kritikannya dengan pola pemikiran Popper.
2.      Sesungguhnya apa yang dimaksudkan dengan teori positif itu jika memang ada? Kata teori positif diambil oleh Watts dan Zimmerman dari teori ekonomi. Bahkan sebagai filsafat ilmu, logika positif tersebut dianggap sudah mati. Menurut Christenson seharusnya Watts dan Zimmerman lebih dahulu harus dapat membedakan antara ilmu positif dan teori positif.
3.    Bagaimana teori yang ilmiah dapat dipergunakan dalam menjelaskan, memprediksi, dan mempreskripsi (menormatifkan) fenomena akuntansi?
4.    Bagaimana seharusnya teori yang ilmiah diapresiasi? Christenson menyampaikan bahwa Watts dan Zimmerman menggunakan metodologi positif hanya untuk mempertahankan pendapat teori positifnya.

Namun demikian, Christenson juga menghormati dan menghargai Watts dan Zimmerman beserta teorinya, karena bagaimanapun mereka siap untuk dikritik, dan bukan menganggap teori mereka sudah mapan (settle). Permasalahannya adalah mereka terlanjur telah mendapat penghargaan dan hadiah (pengakuan dan Awards dari AICPA karena dianggap memberi kontribusi yang berarti terhadap perkembangan teori akuntansi), sehingga mereka terpacu untuk melakukan riset, dan meminta orang lain ikut serta memperbaikinya, namun keuntungannya mereka yang menikmati.

  


REFERENSI


Altman, E. I., 1968, Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy,” Journal of Finance,” (September): 589-609.

Ball, Ray., and Kothari, S., 1991, “Security Returns Around Earnings Announcement,” The Accounting Review, Volume 66: 718-738.

_____., and G. Foster., 1982, “Corporate Financial Reporting: A Methodological Review of Empirical Research,” Journal of Accounting Research. 20 (Supplement): 161-245.

_____., and Philip Brown., 1968, “An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers,” Journal of Accounting Research, Autumn: 159-178.

Bamber, L. S., and Y. S. Cheon., 1995, “Differential Price and Volume Reactions to Accounting Earnings Announcements,” The Accounting Review, Volume 70: 417-441.

Baron, O. E., 1995, “Trading Volume and Belief Revisions that Differ Among Individual Analyst,” The Accounting Review, Volume 70: 581-597.

Beaver, William H., 1996, “Directions in Accounting Research: NEAR and FAR,” Accounting Horizons, Volume 10, No. 2: 113-124.

_____., 1970, “The Time Series Behavior of Earnings: Empirical Research in Accounting Studies,” Journal of Accounting Research, (Supplement), Volume 8: 62-99.

_____., 1968, “The Information Content of Annual Earnings Announcements,” Journal of Accounting Research, (Supplement), Volume 6: 67-92.

Belkoui, A., 1985, “Positive Accounting Theory,” Second Edition, Harbourt Brace Jovanovich, Inc.

Cahan, S. F., 1992, “The Effect of Antitrust Investigation on Discretionary Accruals: A Refined Test of the Political-Cost Hypothesis,” The Accounting Review, (January): 77-95.

Christenson, C., 1983, “The Methodology of Positive Accounting,” The Accounting Review, Volume LVII, No. 1 (January): 1-22.

Dechow, Patricia M.,  Richard G. Sloan., and Amy P. Sweeney., 1996, Causes and Consequences of Earnings Manipulation: An Analysis of Firms Subject to Enforcement Action by the SEC,” Contemporary Accounting Research 13: 1-36.

_____., Richard G. Sloan., and Amy P. Sweeney., 1995, “Detecting Earnings Management,” The Accounting Review, Volume 70, No. 2: 193-225.

_____ ., 1994, “Accounting Earnings and Cash Flows as Measures of Firm Performance the Role of Accounting Accruals,” Journal of Accounting and Economics, Volume 18, No. 1: 3-40.

Easton, P., T. Harris., and J. Ohlson., 1992, “Aggregate Accounting Earnings Can Explain Most of Security Returns: The Case of Long Event Windows,” Journal of Accounting & Economics, Volume 15: 119-142.

Fama, Eugene, G., 1991, “Efficient Capital Market II,” Journal of Finance 46: 1575-1617.

_____ ., L. Fisher., M. Jensen., and R. Roll., 1969, “The Adjustment of Stock Prices to New Information,” International Economics Review, Volume 10: 1-21.

Foster, G., 1977, “Quarterly Accounting Data: Time Series Properties and Predictive-Ability Results,” The Accounting Review, Volume 52: 1-21.

Friedman, Milton., 1953, “The Methodology of Positive Economics,” in Essays in Positive Economics, (University of Chicago Press): 3-43.

Gonedes, Nicholas J., and Nicholas Doupuch, 1974, “Capital Market Equilibrium, Information Production, and Selecting Accounting Techniques: Theoretical Framework and Review of Empirical Work,” Journal of Accounting Research, (Supplement), Volume 12: 48-130.

Goldberg, Louis., 1965, “An Inquiry into the Nature of Accounting,” American Accounting Association.

Grady, Paul., 1965, “Accounting Research Study,” No. 7: Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprises, AICPA.

Hendriksen, Eldon., 1977., “Accounting Theory,” Third Edition, Richard D. Irwin, Inc.,

Holthausen, R., and R. Watts., 2001, “The Relevance of the Value Relevance,” Journal of Accounting & Economics, Volume 31: 3-75.

_____ ., and R. Leftwich., 1983, “The Economics Consequences of Accounting Choice: Implementations of Costly Contracting and Monitoring,” Journal of Accounting & Economics, Volume 5: 77-117.

_____ ., 1985, “The Effect of Bonus Schemes on Accounting Discretions,” Journal of Accounting and Economics, Volume 7: 85-107.

Ijiri, Yuri., 1967, “The Foundations of Accounting Measurement,” Prentice-Hall Inc.,

Jensen, M. C., 1976, “Reflections on the State of Accounting Research and the Regulation of Accounting,” Stanford Lecturers in Accounting 1976, (Graduate School of Business), Stanford University.

Jones, Jennifer J., 1991, “Earnings Management During Import Relief Investigation,” Journal of Accounting Research, Volume 29 (Autumn): 193-228.

Kothari, S.P., 2001, “Capital Markets Research in Accounting,” Journal of Accounting and Economics, Volume 31: 105-231.

Keynes, J. N., 1981, “The Scope and Method of Political Economy, Fourth Edition, London Macmillan, 1981.

Leftwich, R. 1981, “Evidence on the Impact of Mandatory Changes in Accounting Principles on Corporate Loan Agreements,” Journal of Accounting & Economics, (March): 3-36.

Lev, Baruch., and J. A. Ohlson., 1982, “Market-Based Empirical Research in Accounting: A Review, Interpretation and Extension,” Journal of Accounting Research 20 (Supplement): 249-331.

Livnat, J., and P. Zarowin., 1990, “The Incremental Information Content of Cash Flow Components,” Journal of Accounting & Economics, Volume 13: 25-46.

Ohlson, J. A., 1980, “Financial Ratios and the Probabilistic Prediction of Bankruptcy,” Journal of Accounting Research, (Spring): 109-131.

Ou, J., and S. Penman., 1989a, “Financial Statement Analysis and the Prediction of Stock Returns,” Journal of Accounting & Economics, Volume 11: 295-329.

_____ ., and S. Penman., 1989b, “Accounting Measurement, Price-Earnings Ratios, and the Information Content of Security Prices,” Journal of Accounting Research, Volume 27: 111-152.

Paton, William A., and A. C. Littleton., 1940, ”An Introduction to Corporate Accounting Standards,” American Accounting Association.

Popper, K. R., 1959, “The Logic of Scientific Discovery,” Basic Book, 1959.

Sanders, Thomas, H., Henry R. Hatfield., and Underhill Moore., 1938, “A Statement of Accounting Principles” (American Institute of Accountants).

Scott, William R., 2000, “Financial Accounting Theory,” Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Sloan, R., 1996, “Do Stock Prices Fully Reflect Information in Accruals and Cash Flows about Future Earnings,” The Accounting Review, Volume 71: 289-316.

Sterling R., 1990, “Positive Accounting: An Assessment,” Abacus, Volume 26, No. 2 (September): 97-135

Sweeney, A. P., 1994, “Debt-Covenant Violations and Managers Accounting Response,” Journal of Accounting and Economics, Volume 17, (May): 281-308.

Watts, Ross L., and Jerold L. Zimmerman., 1986, “Positive Accounting Theory,” Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, NJ.

_____ ., and Jerold L. Zimmerman., 1979, “The Demand for and Supply of Accounting Theory: The Market for Excuses,” The Accounting Review, Volume 54: 273-305.

_____., and Jerold L. Zimmerman., 1978, “Toward a Positive Theory of the Determination of Accounting Standards,” The Accounting Review, Volume 53: 112-134.

Whittington, G., 1987, “Positive Accounting: A Review Article,” Accounting and Business Research, Volume 17, No. 68 (Autumn): 327-336

Wilson, P., 1987, “The Incremental Information Content of the Accruals and Funds Components of Earnings after Controlling for Earnings,” The Accounting Review, Volume 62: 293-322.

_____ ., 1986, “The Relative Information Content of Accruals and Cash Flows: Combined Evidence at the Earnings Announcement and Annual Report Release Date,” Journal of Accounting Research, (Supplement), Volume 24: 165-200.

Zeff, Stephen A., 1972, “Forging Accounting Principles in Five Countries: A History and an Analysis of Trends,” Arthur Anderson Lecturer Series, (Stipes Publishing Co.).








No comments: