Saturday, July 22, 2017

PENGGUNAAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KOMPETISI PASAR



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Penggunaan teknologi informasi dalam menunjang sistem informasi membawa pengaruh terhadap hampir semua aspek dalam pengelolaan bisnis, termasuk dalam pengelolaan bisnis pasar swalayan. Pasar swalayan merupakan bisnis yang bergerak dalam bidang perdagangan eceran sebagaimana halnya toko kelontong yang tersebar dimana-mana. Kelengkapan barang yang dijual, sistem pengelolaan dan sarana yang disediakan membuatnya berbeda dengan toko kelontong dan juga dengan pasar tradisional. Karena itulah agar dapat membuat keputusan secara cepat dan akurat, maka teknologi sistem informasi yang menampung seluruh informasi dari pasar swalayan sangat dibutuhkan.
            Penerapan teknologi sistem informasi dalam perusahaan khususnya pasar swalayan, tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh individu pemakai teknologi sistem informasi. Hal ini menyebabkan kurangnya manfaat yang diberikan oleh teknologi sistem informasi tersebut khususnya dalam meningkatkan kinerja individual. Keberhasilan sistem informasi suatu perusahaan khususnya pasar swalayan, tergantung bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan sistem itu bagi para pemakainya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan.
            Goodhue dalam Jumaili (2005: 725) menyatakan bahwa jika evaluasi pemakai atas teknologi cocok dengan kemampuan dan tuntutan dalam tugas pemakai, maka akan memberikan dorongan pemakai memanfaatkan teknologi. Oleh sebab itu, evaluasi pemakai digunakan sebagai alat ukur keberhasilan pelaksanaan dan kualitas jasa sistem informasi yang dihubungkan dengan kecocokan tugas-tugas dengan teknologi.
            Kepercayaan terhadap teknologi sistem informasi dalam mengevaluasi kinerja individu diperlukan oleh manajemen untuk memastikan bahwa teknologi sistem informasi berbasis komputer yang digunakan dapat dipakai untuk mengendalikan kinerja bawahan. Kepercayaan adalah hal yang diperlukan oleh pemakai teknologi sistem informasi agar pemakai tersebut merasa bahwa teknologi sistem informasi yang diterapkan dapat meningkatkan kinerja individual dalam menjalankan kegiatan dalam perusahaan, khususnya pasar swalayan.
            Teknologi sistem informasi akuntansi suatu perusahaan atau organisasi akan membantu penyediaan informasi dengan cepat sesuai dengan kebutuhan manajer dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi tersebut digunakan untuk meningkatkan kinerja individual dalam perusahaan bisnis, yang secara otomatis diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
            Teknologi sistem informasi akuntansi saat ini memainkan peranan yang penting dalam pengambilan keputusan manajemen. Hal ini mendorong adanya suatu kebutuhan penting yang melakukan evaluasi secara objektif tentang keberhasilan atau kegagalan sistem yang berguna dalam mendukung pembuatan keputusan yang tepat. Evaluasi yang dilakukan tersebut akan berguna dalam membantu tercapainya keberhasilan atas pengembangan sistem informasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
1.      Apa itu sistem informasi akuntansi?
2.      Bagaimana efektivitas penggunaan teknologi sistem informasi?
3.      Bagaimana kepercayaan orang-orang terhadap teknologi sistem informasi?
4.      Bagaimana pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap kompetisi pasar?
5.      Apa saja perbedaan pasar swalayan dengan perdagangan elektronik (e-commerce)?
6.      Bagaimana penggunaan teknologi informasi terhadap peningkatan kinerja?
7.      Apa saja faktor penyebab terdesaknya pasar tradisional oleh pasar swalayan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1.      Mengetahui sistem informasi akuntansi.
2.      Mengetahui efektivitas penggunaan teknologi sistem informasi.
3.      Mengetahui kepercayaan orang-orang terhadap teknologi sistem informasi.
4.      Mengetahui pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap kompetisi pasar.
5.      Mengetahui perbedaan pasar swalayan dengan perdagangan elektronik (e-commerce).
6.      Mengetahui penggunaan teknologi informasi terhadap peningkatan kinerja.
7.      Mengetahui faktor penyebab terdesaknya pasar tradisional oleh pasar swalayan.






  


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Informasi Akuntansi
            Menurut Haryono (2005) akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, mengolah data menjadi laporan dan mengomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan. Akuntansi adalah bahasa bisnis karena dengan akuntansi sebagian besar informasi bisnis dikomunikasikan. Akuntansi sebagai alat informasi mempunyai aktivitas-aktivitas yang terdiri dari pencatatan, pengolahan data, penganalisis data, penyusunan laporan-laporan tertentu dan pemahaman data untuk pengawasan efesiensi. Akuntansi sebagai alat informasi mempunyai aktivitas-aktivitas yang terdiri dari pencatatan, pengolahan data, penganalisis data, penyusunan laporan-laporan tertentu dan pemahaman data untuk pengawasan efesiensi. Mulyadi (2001) menyatakan sistem informasi akuntansi yaitu subsistem dari akuntansi manajemen yang terdapat dalam suatu organisasi yang mengolah data keuangan menjadi informasi keuangan untuk memnuhi pemakaian intern dan ekstern.
            Pendapat lain mengenai sistem informasi akuntansi dinyatakan oleh Widjajanto (2001) yaitu sistem informasi akuntansi sebagai susunan berbagai formulir catatan, peralatan termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi tenaga pelaksaannya dan laporan keuangan yang terkoordinasi secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen.
            Bornard dan Wiliams (2000) mendefinisikan sistem informasi akuntansi sebagai kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi. Menurut Barry E. Cushing dalam Baridwan (2000), sistem informasi akuntansi merupakan satu set sumber daya manusia dan dalam modal suatu organisasi yang bertugas untuk menyiapkan informasi keuangan dan juga informasi yang diperoleh dari kegiatan dan pengolahan data transaksi.
            Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sitem informasi akuntansi adalah suatu kumpulan sumberdaya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan data elektronik kemudian mengubahnya menjadi sebuah informasi yang berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan oleh pihak intern dan ekstern. Menurut Hall (2001), elemen model umum sistem informasi akuntansi meliputi penggunaan akhir, sumber data, pengumpulan data, pemrosesan data, manajemen database, penghasilan informasi dan umpan balik.
            Wilkinson (2000) menyatakan sistem informasi akuntansi dalam melaksanakan aktivitas memerlukan elemen yang spesifik yang bervariasi tergantung pada tingkat otomatisasi sistem informasi akuntansi tersebut. Cushing (1995) mengemukakan bahwa sistem informasi akuntansi mempunyai peranan penting dalam menunaikan tugas-tugas, yaitu:
a.       Merencanakan, mengkoordinsikan dan mengendalikan berbagai aktivitas yang dilakukan.
b.   Menyediakan informasi untuk banyak orang dan badan atau instansi yang mempunyai kepentingan pada aktivitas-aktivits tersebut.

            Untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh pembuatan keputusan sistem informasi akuntansi perlu memperhatikan beberapa tahap penting, yaitu:
1.  Mengumpulkan transaksi dan data lainnya dan memasukkannya ke dalam sistem informasi akuntansi.
2.      Mengelola data.
3.      Menyimpan data untuk keperluan masa yang akan datang.
4.      Melengkapi pemakai dengan informasi yang mereka butuhkan dengan membuat report.
5.      Diperlukan suatu pengendalian didalam seluruh proses tadi sehingga informasi yang dihasilkan akurat (accurate) dan dapat dipercaya (reliable).

            Menurut Jogiyanto (2000), melalui informasi yang dihasilkan sistem informasi akuntansi mempunyai tujuan utama yaitu:
1.  Untuk mendukung operasi-operasi sehari-hari. Sistem informasi akuntansi mempunyai bagian yang disebut dengan sistem transaction processing yang mengubah data transaksi menjadi informasi yang berguna untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
2.      Mendukung pengambilan keputusan manajemen. Informasi dari sistem informasi akuntansi juga diperlukan oleh manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan.
3.      Untuk memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan pertanggungjawaban.

            Manajemen perusahaan perlu melaporkan kegiatannya kepada stakeholder. Stakeholder dapat berupa pemilik, pemegang saham, kreditur, serikat pekerja, pemerintah, otoritas pasar modal dan lain sebagainya. Informasi yang dibutuhkan oleh stakeholder adalah informasi tentang laporan keuangan yang terdiri atas laporan neraca, laporan laba rugi dn laporan arus kas.
            Widanaputra (2009) menyatakan bahwa di dalam setiap periode akuntansi akan diawali dengan pencatatan transaksi dan berakhir dengan post-closing trial balance. Proses akuntansi bisa dilakukan secara manual ataupun menggunakan komputer.        
            Selanjutnya, efektif memiliki konotasi atau berkaitan dengan banyaknya hasil yang dicapai. Menurut Zulian (1998) efektivitas adalah suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai baik secara kualitas maupun waktu, orientasinya adalah pada keluaran (output) yang dihasilkan. Efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan menyangkut bagaimana melakukan pekerjaan yang benar. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dirumuskan bahwa efektivitas adalah kondisi yang menggambarkan tingkat keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan aktivitas atau kegiatan.
Efektivitas sistem informasi akuntansi merupakan suatu ukuran yang mencerminkan seberapa jauh target dapat dicapai dari suatu kumpulan sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan data elektronik, kemudian mengubahnya menjadi sebuah informasi yang berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan baik secara kualitas maupun waktu yang lebih singkat bagi para pemakai. Semakin tinggi efektivitas sistem informasi akuntansi maka kinerja individual akan semakin baik.
Boon dan Holmes (1991) dalam Kopczak (2007) menyatakan bahwa kepercayaan adalah kondisi dimana seseorang melakukan sesuatu hal dengan harapan yang positif. Kepercayaan merupakan hal yang diperlukan bagi pemakai sistem informasi agar pemakai merasa informasi tersebut dapat meningkatkan kinerja dalam menjalankan kegiatan organisasi (perusahaan).
Kepercayaan informasi dalam mengevaluasi kinerja diperlukan oleh manajemen untuk memastikan bahwa sistem informasi tersebut dapat digunakan untuk mengendalikan kinerja bawahan (Goodhue, 1995 dalam Jumaili, 2005). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepercayaan sistem informasi menggambarkan sikap pemakai tentang keyakinan bahwa sistem informasi yang diterapkan dapat meningkatkan kinerja.
Menurut Mohamad (2006) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu.
Definisi penilaian kinerja juga dikemukakan oleh Schuler (1999) adalah suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat kehadiran. Fokusnya adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang karyawaan dan apakah ia bisa bekerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang sehingga karyawan, organisasi dan masyarakat semuanya memperoleh manfaat.
Menurut Juniarti (2003) kinerja manajerial diwakili dengan faktor kemampuan manajer dalam membuat perencanaan, mencapai target dan melakukan kiprahnya diluar perusahaan. Penilaian kinerja berhubungan dengan penyelesaian tugas dari kewajiban tertentu, apakah pencapaian oleh pekerja berhasil atau gagal. Pencapaian ini juga perlu dikaitkan dengan sikap dari pekerja selama dilakukan proses penilaian. Kinerja dalam penilaian ini berhubungan dengan pencapaian serangkaian tugas dan kewajiban oleh individual.
Efektivitas sistem informasi merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai dari suatu kumpulan sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan data elektronik, kemudian mengubahnya menjadi sebuah informasi yang berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan baik secara kualitas maupun waktu. Markus dan Keil dalam Radityo (2007) menyatakan bahwa kesuksesan sistem akan berdampak pada individu dan organisasi penggunanya, dan pada selanjutnya dampak individual tersebut berpengaruh terhadap kinerja. Efektifitas sistem informasi yang baik akan meningkatkan proses kinerja karyawan sehingga menghasilkan informasi yang berkualitas.
Makalah yang dilakukan oleh Maria M.Ratna Sari (2009) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara efektifitas sistem informasi terhadap kinerja individual. Efektivitas sistem informasi akuntansi di perusahaan tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi, tetapi juga untuk mendukung terjadinya proses kinerja yang lebih efektif.

B. Efektivitas Penggunaan Teknologi Sistem Informasi
            Irwansyah dalam Jumaili (2005) mengemukakan bahwa penggunaan teknologi dalam sistem informasi perusahaan hendaknya mempertimbangkan pemakai. Tidak jarang ditemukan bahwa teknologi yang diterapkan dalam sistem informasi sering tidak tepat atau tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh individu pemakai sistem informasi, sehingga sistem informasi kurang memberikan manfaat dalam meningkatkan kinerja individual.
            Menurut Nelson dalam Suharno (2005) diterimanya suatu teknologi komputer tergantung pada teknologi itu sendiri, tingkat skill dan expertise dari individu yang menggunakannya. Bagi perusahaan, aplikasi teknologi yang tepat akan mendatangkan competitive advantage. Sedangkan bagi individu, keahlian yang dimiliki akan meningkatkan kinerja individu yang bersangkutan.
            Handoko (1999) mengemukakan bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, menyangkut bagaimana melakukan pekerjaan yang benar. Yamit (1998) mendefinisikan efektivitas sebagai suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai, baik secara kualitas maupun waktu, orientasinya adalah pada keluaran (output) yang dihasilkan.             Jumaili (2005) mengemukakan bahwa secara umum, efektivitas penggunaan atau pengimplementasian teknologi sistem informasi dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari kemudahan pemakai dalam mengidentifikasi data, mengakses data dan menginterpretasikan data tersebut. Data dalam sistem informasi tersebut seharusnya merupakan data yang terintegrasi dari seluruh unit perusahaan atau organisasi sehingga dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan tugas dalam perusahaan.
            Jumlah sarana komputer dalam perusahaan juga sangat mempengaruhi dalam pencapaian efektivitas penggunaan teknologi sistem informasi dalam perusahaan. Dengan lebih banyak fasilitas pendukung yang disediakan bagi pemakai, maka akan semakin memudahkan pemakai mengakses data yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas individu dalam perusahaan atau organisasi.
            Diharapkan dengan penggunaan teknologi sistem informasi, individu dari perusahaan atau organisasi yang merupakan pemakai sistem tersebut dapat menghasilkan output yang semakin baik dan kinerja yang dihasilkan tentu akan meningkat (Jumaili, 2005).

C. Kepercayaan terhadap Teknologi Sistem Informasi
            Goodhue dalam Jumaili (2005) mengemukakan bahwa kepercayaan terhadap teknologi sistem informasi dalam mengevaluasi kinerja individual diperlukan oleh manajemen untuk memastikan bahwa sistem informasi yang berbasis komputer tersebut dapat digunakan untuk mengendalikan kinerja bawahan. Keberhasilan sistem informasi suatu perusahaan tergantung bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan sistem itu bagi para pemakainya dan pemanfaatan teknologi yang digunakan. Konstruk evaluasi pemakai diri sendiri merupakan suatu konstruk yang sangat luas dan evaluasi pemakai merupakan suatu evaluasi atau pengukuran tentang sikap dan kepercayaan individu terhadap sesuatu, baik barang maupun jasa.
            Goodhue mengajukan konstruk hubungan kecocokan tugas teknologi untuk dijadikan sebagai acuan evaluasi pemakai dalam sistem informasi. Dalam model ini dinyatakan bahwa pemakai akan memberikan nilai evaluasi yang tinggi (positif) tidak hanya dikarenakan oleh karakteristik sistem yang melekat, tetapi lebih kepada sejauh mana sistem tersebut dipercaya dapat memenuhi kebutuhan tugas mereka dan sesuai dengan kebutuhan tugas mereka. Evaluasi pemakai atas kecocokan tugas teknologi menjadi penting artinya berkaitan dengan pencapaian kinerja individual yang tinggi. Goodhue menemukan kecocokan tugas teknologi akan mengarahkan individu untuk mencapai kinerja yang lebih baik.

D. Pengaruh Sistem informasi Akuntansi terhadap Kompetisi Pasar
            Pada tingkat strategis, manajer puncak diharapkan dapat mengidentifikasi dan menjustifikasi industrinya di tempat berkompetisi saat ini maupun di masa datang, sehingga sistem akuntansi yang diterapkan ditingkat ini diharapkan mampu menjaring informasi yang menyangkut lingkungan IPOLEKSOSBUDTEK (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Teknologi).
            Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap manajer saat ini, yaitu:
1.      Kompleksitas bisnis yang semakin meningkat, yang disebabkan oleh:
Ø  Pengaruh ekonomi internasional.
Ø  Kompetisi bisnis global.
Ø  Perkembangan dan pertumbuhan TI.
Ø  Pendayagunaan waktu.
Ø  Pertimbangan sosial.

2.      Kapasitas Teknologi Informasi
Ø  Kapasitas pelayanan kebutuhan informasi.
Ø  Kapasitas interaksi dalam jaringan komunikasi.
Ø  Kapasitas kecepatan akses data/informasi.
           
            Menurut Michael Porter (1980: 9), menyangkut model struktur industri dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam menentukan kebutuhan informasi di tingkat strategis, yang dibagi dalam lima elemen pokok, yaitu:
1.      Ancaman pendatang baru.
2.      Ancaman barang substitusi.
3.      Bargaining power melawan supplier.
4.      Bargaining power melawan customer.
5.      Posisi dalam berkompetisi.

            Meskipun tidak semua informasi yang ada dalam ke lima elemen tersebut dapat di jaring dan di pantau namun masih ada yang dapat ditampung dalam sebuah sistem informasi.
            Untuk ilustrasi dapat diberikan contoh, sebagai berikut (untuk a dan b tidak perlu karena sudah jelas):
Bargaining power melawan supplier
Ø  Jumlah/prosentase supplier menurut kelompok tertentu untuk x % penjualan.
Ø  Konsentrasi industri perusahaan supplier.

Bargaining power melawan customer
Ø  Jumlah/prosentase customer dalam x % penjualan.
Ø  Konsentrasi industri customer.

Posisi dalam berkompetisi
Ø  Prosentase penjualan produk baru.
Ø  Jangka waktu rerata yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk baru sampai dapat dipasarkan.
Ø  Persepsi/penilaian pasar terhadap kualitas produk dibandingkan dengan produk competitor.
Ø  Persepsi pasar terhadap jasa purna jual dibandingkan competitor.

            Untuk itu, sistem akuntansi di era Informasi atau berbasis teknologi informasi ini diharapkan untuk dirancang dapat memenuhi kebutuhan informasi perusahaan yang mencerminkan kondisi strategi dan visi manajemen puncak, serta terpadu atau terintegrasi dengan struktur, gaya maupun tujuan manajemen, sehingga dapat dikelola secara efektif dan terarah pada pembentukan perilaku personel yang menuju pada pemanfaatan teknologi untuk menghasilkan competitiveness (keunggulan berkompetisi).

E. Perbedaan Pasar Swalayan dengan Perdagangan Elektronik (E-Commerce)

            Kotler (1995) mengungkapkan bahwa pasar swalayan merupakan operasi pasar yang relatif besar, berbiaya rendah, margin rendah, volume tinggi yang dirancang untuk melayani kebutuhan konsumen seperti makanan, cucian, produk-produk perawatan rumah tangga, dimana pasar swalayan memperoleh laba operasi hanya sekitar 1% dari penjualan dan 10% dari nilai bersihnya.
            Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/Kep/1/1998, pasar swalayan adalah pasar yang kegiatan usahanya menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari secara langsung kepada konsumen.       Pasar elektronik atau e-dagang (bahasa inggris: Electronik Commerce, juga e-commerce) adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran dagang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www atau jaringan komputer lainya. E-dagang dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis,dan sistem pengumpulan data otomatis.Jika diklasifikasikan, sistem e-commerce terbagi menjadi tiga tipe aplikasi, yaitu:
1.      Electronic Markets (EMs) adalah sebuah sarana yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan/menyajikan penawaran dalam sebuah segmen pasar, sehingga pembeli dapat membandingkan berbagai macam harga yang ditawarkan. Dalam pengertian lain, EMs adalah sebuah sistem informasi antar organisasi yang menyediakan fasilitas-fasilitas bagi para penjual dan pembeli untuk bertukar informasi tentang harga dan produk yang ditawarkan. Keuntungan fasilitas EMs bagi pelanggan adalah terlihat lebih nyata dan efisien dalam hal waktu. Sedangkan bagi penjual, ia dapat mendistribusikan informasi mengenai produk dan servis yang ditawarkan dengan lebih cepat sehingga dapat menarik pelanggan lebih banyak.
2.      Electronic Data Interchange (EDI). EDI sangat luas penggunaannya, biasanya digunakan oleh kelompok retail yang besar ketika melakukan bisnis dagang dengan para supplier mereka. EDI memiliki standarisasi pengkodean transaksi perdagangan, sehingga organisasi komersial tersebut dapat berkomunikasi secara langsung dari satu sistem komputer yang satu ke sistem komputer yang lain tanpa memerlukan hardcopy, faktur, serta terhindar dari penundaan, kesalahan yang tidak disengaja dalam penanganan berkas dan intervensi dari manusia. Keuntungan dalam menggunakan EDI adalah waktu pemesanan yang singkat, mengurangi biaya, mengurangi kesalahan, memperoleh respon yang cepat, pengiriman faktur yang cepat dan akurat serta pembayaran dapat dilakukan secara elektronik.
3.      Internet Commerce  adalah penggunaan internet yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk perdagangan. Kegiatan komersial ini seperti iklan dalam penjualan produk dan jasa. Transaksi yang dapat dilakukan di internet antara lain pemesanan/pembelian barang dimana barang akan dikirim melalui pos atau sarana lain setelah uang ditransfer ke rekening penjual.Penggunaan internet sebagai media pemasaran dan saluran penjualan terbukti mempunyai keuntungan antara lain untuk beberapa produk tertentu lebih sesuai ditawarkan melalui internet; harga lebih murah mengingat membuat situs di internet lebih murah biayanya dibandingkan dengan membuka outlet retail di berbagai tempat; internet merupakan media promosi perusahaandan produk yang paling tepat dengan harga yang relatif lebih murah; serta pembelian melalui internet akan diikuti dengan layanan pengantaran barang sampai di tempat pemesan.

Single vendor vs multi vendor
Marketplace merupakan pasar digital yang menjajakan lebih banyak produk dengan berbagai jenis dan merek, produk-produk tersebut datang dari berbagai vendor. Itulah mengapa marketplace bisa juga disebut sebagai pihak ketiga yang mempertemukan antara vendor dan customernya. Sebagaian besar web marketplace memberi fasilitas pada tiap-tiap vendor untuk bergabung secara gratis. Namun karena sifatnya yang open akses, kekurangan marketplace adalah peta persaingannya sangat ketat. Jadi jangan terlalu berharap mendapat keuntungan berlipat-lipat dengan bergabung di sebuah situs marketplace.
Lain halnya dengan e-commerce yang mengacu pada aktivitas belanja online dengan jangkauan yang lebih sempit, situs ini hanya memasarkan produk dari merek atau vendor yang sama, tanpa adanya pilihan produk serupa dari merek lain.

Perbedaan model bisnis          
Marketplace menerapkan model bisnis B2B (Business to Business) hal ini bisa dilihat dari marketplace itu sendiri yang juga merupakan sebuah badan bisnis yang melayani sebuah badan bisnis atau vendor yang ingin memasarkan produknya. Selain itu marketplace juga menerapkan model bisnis B2C (Business to Customers) model ini dipakai saat vendor anggota dari marketplace tersebut melayani customer mereka. Sedangkan e-commerce menerapkan hanya model bisnis B2C (Business to Business) tanpa melibatkan badan bisnis lain.
  
Perbedaan Sumber profit
Karena hanya sebagai pihak ketiga yang mempertemukan sebuah vendor sengan customernya, maka marketplace tidak akan mendapat apapun dari sebuah transaksi jual beli. Profit marketplace datang dari pihak vendor baik mereka yang ingin menjadi vendor premium atau pihak-pihak yang ingin memasang iklan banner di halaman situs marketplece.
Sedang sumber profit e-commerce yang utama jelas datang dari transaksi antara mereka sendiri dengan customernya. Namun tidak menutup kemungkinan jika nantinya sebuah situs e-commerce juga menyediakan space iklan untuk disewakan.

Perbedaan Proses Pembayaran
Perbedaan juga tampak dalam proses pembayarannya, dalam sebuah marketplace sebagian besar dari mereka berperan sebagai pihak ketiga yang menyimpan uang pembayaran dari customer sampai customer mengirimkan konfirmasi bahwa barang yang mereka beli telah sampai ke tangan mereka baru kemudian uang pembayaran sampai ke tangan vendor. Proses pembayaran seperti ini mereka terapkan untuk meyakinkan customer bahwa vendor-vendor yang tergabung dalam marketplace mereka benar-benar terpercaya.
Lain halnya dengan e-commerce, uang yang dibayarkan customer langsung masuk ke vendor terkait. Karena memang pada dasarnya                 e-commerce tidak memiliki pihak ketiga yang menjembatani transaksi antara vendor dan customer.

Perbedaan Proses Pengiriman
Proses pengirimannya juga sedikit terdapat perbedaan, karena produk-produk dipasarkan di marketplace datang dari berbagai vendor yang berasal dari berbagai tempat, maka semua produk tidak dikirim dari tempat yang sama melainkan dikirim dari posisi masing-masing vendornya. Sedang e-commerce barang yang dibeli dikirim dari satu tempat yang sama.

F. Penggunaan Teknologi Informasi terhadap Peningkatan Kinerja
            Irwansyah (2003) menggunakan model TPC (Technology to Performance Chain) yang dikembangkan oleh Goodhue yang mencoba keberhasilan teknologi sistem informasi yang diimplementasikan dalam organisasi/perusahaan dengan menggunakan evaluasi pemakai. Model tersebut digunakan dengan menganalisa hubungan evaluasi pemakai dari kecocokan tugas dan teknologi terhadap kinerja.   Makalah serupa juga pernah dilakukan oleh Sugeng (1995) dan Sumardiyanti (1999) yang menemukan hasil yang sama dengan yang ditemukan oleh Goodhue (1995) dan Irwansyah (2003), yakni bahwa kecocokan tugas dan teknologi berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja.
            Makalah mengenai pengaruh teknologi sistem informasi juga pernah dilakukan oleh Udiyana (2002) dan Suharno (2005). Udiyana menemukan bahwa pemanfaatan teknologi sistem informasi berpengaruh positif terhadap kinerja chief accountant hotel di Bali.
            Sementara Suharno (2005) menemukan bahwa penggunaan teknologi sistem informasi juga berpengaruh positif terhadap chief accountant biro perjalanan wisata di Bali.
            Pemakai teknologi sistem informasi dapat dikatakan memiliki kepercayaan terhadap teknologi sistem informasi jika pemakai merasa bahwa dengan penggunaan teknologi sistem informasi tersebut tugas-tugas yang dihadapinya akan dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan cepat. Pencapaian kinerja individual berkaitan dengan pencapaian serangkaian tugas-tugas individu dengan dukungan teknologi sistem informasi yang ada. Pengukuran kinerja individual melihat dampak penggunaan teknologi sistem informasi terhadap efektivitas penyelesaian tugas, membantu meningkatkan kinerja dan menjadikan pemakainya lebih produktif dan kreatif.

G. Faktor Penyebab Terdesaknya Pasar Tradisional oleh Pasar Swalayan
Maraknya pembangunan pasar modern seperti hypermarket dan supermarket telah menyudutkan pasar tradisional di kawasan perkotaan, karena menggunakan konsep penjualan produk yang lebih lengkap dan dikelola lebih profesional.
Kemunculan pasar modern di Indonesia berawal dari pusat perbelanjaan modern Sarinah di Jakarta pada tahun 1966 dan selanjutnya diikuti pasar-pasar modern lain (1973 dimulai dari Sarinah Jaya, Gelael dan Hero; 1996 munculnya hypermarket Alfa, Super, Goro dan Makro; 1997 dimulai peritel asing besar seperti Carrefour dan Continent; 1998 munculnya minimarket secara besar-besaran oleh Alfamart dan Indomaret; 2000-an liberalisasi perdagangan besar kepada pemodal asing), serta melibatkan pihak swasta lokal maupun asing. Pesatnya perkembangan pasar yang bermodal kuat dan dikuasai oleh satu manajemen tersebut dipicu oleh kebijakan pemerintah untuk memperkuat kebijakan penanaman modal asing.
Dampak dari hal yang dikemukakan, menurut survei AC Nielsen pada tahun 2004 didapatkan data bahwa pertumbuhan pasar modern 31,4% dan pasar tradisional bahkan minus 8,1%. Hal ini menunjukkan adanya masalah yang dihadapi pasar tradisional sebagai wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi skala menengah kecil.
Namun demikian, pemerintah tetap berupaya membangun pasar tradisional di seluruh daerah dan juga hasil survei AC Nielsen, 29% konsumen tetap mengunjungi pasar tradisional dengan alasan harga lebih murah, harga dapat ditawar, banyak pilihan makanan dan produk segar, lokasi dekat dengan rumah, menyediakan segala yang diperlukan dan lainnya.
Perilaku konsumen semakin demanding karena konsumen kian memahami haknya, sedangkan di sisi lain mereka hanya memiliki waktu dan kesempatan yang semakin terbatas untuk berbelanja. Perubahan perilaku konsumen yang cenderung demanding menyebabkan mereka beralih ke pasar modern. Pasar-pasar modern dikemas dalam tata ruang yang apik, terang, lapang, dan sejuk. Pengalaman berbelanja tidak lagi disuguhi dengan suasana yang kotor, panas, sumpek, dan becek. Konsumen kian senang menjadi raja yang dimanja.
Pasar tradisional beroperasi dalam jam yang terbatas, umumnya hanya beroperasi pada pagi hari dan tidak buka sampai sore atau malam hari. Para wanita yang bekerja biasanya memanfaatkan waktu istirahat makan siang untuk sekaligus berbelanja kebutuhan keluarga di pasar modern yang dekat dengan lokasi kerjanya. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan semakin meningkat, kurang dapat ditangkap oleh pengelola pasar tradisional yang tidak begitu memerhatikan kebersihan pasar dan fasilitas pasar. Kehadiran pasar-pasar modern membuat belanja menjadi suatu wisata keluarga yang memberikan pengalaman tersendiri.
Pemerintah kurang melakukan pemberdayaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi yang masih dibutuhkan oleh masyarakat luas, dan agak lambat menerapkan teknologi yang efektif dan metode baru untuk mengubah pasar tradisional menjadi pasar yang bersih dan nyaman bagi pengunjung tanpa membebani pedagang dengan biaya renovasi kios yang cenderung mahal. Untuk mempertahankan eksistensi dan meningkatkan potensi pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi rakyat kecil, diperlukan sebuah model pengembangan pasar tradisional, dimana pemerintah berperan sebagai pengatur alokasi peran para stakeholders dan penyusun regulasi.
Regulasi mengenai pasar tradisional dan pasar modern harus mengatur tentang pembagian zona usaha, jam buka, harga barang, dan jenis retailer. Strategi yang dapat digunakan untuk mengatur harga barang yaitu dengan melakukan pembedaan produk dan harga, serta melalui peraturan perpajakan dan pengelolaan retribusi yang efisien. Disamping itu juga diperlukan sumber daya manusia pengelola pasar tradisional yang bermanajemen modern namun tetap mempertahankan cita rasa khas pasar tradisional.






BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka kesimpulan dalam makalah ini adalah secara praktis, manajer menengah harus melihat pengembangan sistem yang lebih efektif dengan melibatkan user. Efektivitas penggunaan teknologi sistem informasi pada pasar dapat dilihat dari kemudahan pemakai teknologi sistem informasi dalam mengidentifikasi data, mengakses data dan menginterpretasikan data yang diperlukannya untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah teknologi sistem informasi yang disediakan oleh perusahaan sebaiknya dapat lebih membangun kepercayaan pemakai teknologi sistem informasi dengan menyediakan teknologi sistem informasi yang selalu diperbaharui sehingga dapat mempercepat proses persaingan pasar.





DAFTAR PUSTAKA

Bodnar, George H. & William Hopwood S. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Hall, James A. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.

Hartono, M. Jogiyanto. 2000. Sistem Informasi Berbasis Komputer. Yogyakarta: BPFE.

Husein, Muhammad Fakhri dan Amin Wibowo. 2002. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Jumaili, Salman. 2005. “Kepercayaan Terhadap Teknologi Sistem Informasi Baru Dalam Evaluasi Kinerja Individual” Kumpulan Materi Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September 2005.

Kottler, Philip (di-Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan). 1995. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Edisi Ketujuh. Volume I dan II. Jakarta: Salemba Empat.

Maharsi, Sri. 2000. “Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi terhadap Bidang Akuntansi Manajemen” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2 (2): 127-137.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Nielsen, AC. 2009. Persaingan pasar tradisional vs Pasar Modern http://www.slideshare.net (diakses, 21 Juli 2017).

Tjiptono, Fandy. 2000. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: BPFE.


Wulandari, A. 2011. Kinerja Dinas Perindustri Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Karanganyar dalam Revitalisasi Pasar Tradisional. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

No comments: