BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penggunaan teknologi informasi dalam
menunjang sistem informasi membawa pengaruh terhadap hampir semua aspek dalam pengelolaan
bisnis, termasuk dalam pengelolaan bisnis pasar swalayan. Pasar swalayan
merupakan bisnis yang bergerak dalam bidang perdagangan eceran sebagaimana
halnya toko kelontong yang tersebar dimana-mana. Kelengkapan barang yang
dijual, sistem pengelolaan dan sarana yang disediakan membuatnya berbeda dengan
toko kelontong dan juga dengan pasar tradisional. Karena itulah agar dapat
membuat keputusan secara cepat dan akurat, maka teknologi sistem informasi yang
menampung seluruh informasi dari pasar swalayan sangat dibutuhkan.
Penerapan teknologi sistem informasi
dalam perusahaan khususnya pasar swalayan, tidak dimanfaatkan secara maksimal
oleh individu pemakai teknologi sistem informasi. Hal ini menyebabkan kurangnya
manfaat yang diberikan oleh teknologi sistem informasi tersebut khususnya dalam
meningkatkan kinerja individual. Keberhasilan sistem informasi suatu perusahaan
khususnya pasar swalayan, tergantung bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan
sistem itu bagi para pemakainya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan.
Goodhue dalam Jumaili (2005: 725)
menyatakan bahwa jika evaluasi pemakai atas teknologi cocok dengan kemampuan
dan tuntutan dalam tugas pemakai, maka akan memberikan dorongan pemakai memanfaatkan
teknologi. Oleh sebab itu, evaluasi pemakai digunakan sebagai alat ukur
keberhasilan pelaksanaan dan kualitas jasa sistem informasi yang dihubungkan
dengan kecocokan tugas-tugas dengan teknologi.
Kepercayaan terhadap teknologi
sistem informasi dalam mengevaluasi kinerja individu diperlukan oleh manajemen
untuk memastikan bahwa teknologi sistem informasi berbasis komputer yang digunakan
dapat dipakai untuk mengendalikan kinerja bawahan. Kepercayaan adalah hal yang
diperlukan oleh pemakai teknologi sistem informasi agar pemakai tersebut merasa
bahwa teknologi sistem informasi yang diterapkan dapat meningkatkan kinerja
individual dalam menjalankan kegiatan dalam perusahaan, khususnya pasar
swalayan.
Teknologi sistem informasi akuntansi
suatu perusahaan atau organisasi akan membantu penyediaan informasi dengan
cepat sesuai dengan kebutuhan manajer dalam pengambilan keputusan. Sistem
informasi tersebut digunakan untuk meningkatkan kinerja individual dalam
perusahaan bisnis, yang secara otomatis diharapkan dapat meningkatkan kinerja
perusahaan.
Teknologi sistem informasi akuntansi
saat ini memainkan peranan yang penting dalam pengambilan keputusan manajemen.
Hal ini mendorong adanya suatu kebutuhan penting yang melakukan evaluasi secara
objektif tentang keberhasilan atau kegagalan sistem yang berguna dalam
mendukung pembuatan keputusan yang tepat. Evaluasi yang dilakukan tersebut akan
berguna dalam membantu tercapainya keberhasilan atas pengembangan sistem
informasi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
1.
Apa itu sistem informasi akuntansi?
2.
Bagaimana efektivitas
penggunaan teknologi sistem informasi?
3.
Bagaimana kepercayaan
orang-orang terhadap teknologi sistem informasi?
4.
Bagaimana pengaruh
sistem informasi akuntansi terhadap kompetisi pasar?
5.
Apa saja perbedaan pasar swalayan dengan
perdagangan elektronik (e-commerce)?
6.
Bagaimana penggunaan
teknologi informasi terhadap peningkatan kinerja?
7.
Apa saja faktor penyebab terdesaknya
pasar tradisional oleh pasar swalayan?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui
sistem informasi akuntansi.
2. Mengetahui efektivitas penggunaan teknologi sistem
informasi.
3.
Mengetahui kepercayaan orang-orang terhadap teknologi sistem informasi.
4. Mengetahui pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap
kompetisi pasar.
5. Mengetahui
perbedaan pasar swalayan dengan perdagangan elektronik (e-commerce).
6. Mengetahui penggunaan teknologi informasi terhadap
peningkatan kinerja.
7. Mengetahui
faktor penyebab terdesaknya pasar tradisional oleh pasar swalayan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sistem Informasi Akuntansi
Menurut
Haryono (2005) akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis,
mengolah data menjadi laporan dan mengomunikasikan hasilnya kepada para
pengambil keputusan. Akuntansi adalah bahasa bisnis karena dengan akuntansi
sebagian besar informasi bisnis dikomunikasikan. Akuntansi sebagai alat
informasi mempunyai aktivitas-aktivitas yang terdiri dari pencatatan, pengolahan
data, penganalisis data, penyusunan laporan-laporan tertentu dan pemahaman data
untuk pengawasan efesiensi. Akuntansi
sebagai alat informasi mempunyai aktivitas-aktivitas yang terdiri dari
pencatatan, pengolahan data, penganalisis data, penyusunan laporan-laporan
tertentu dan pemahaman data untuk pengawasan efesiensi. Mulyadi (2001)
menyatakan sistem informasi akuntansi yaitu subsistem dari akuntansi manajemen
yang terdapat dalam suatu organisasi yang mengolah data keuangan menjadi informasi
keuangan untuk memnuhi pemakaian intern dan ekstern.
Pendapat
lain mengenai sistem informasi akuntansi dinyatakan oleh Widjajanto (2001)
yaitu sistem informasi akuntansi sebagai susunan berbagai formulir catatan,
peralatan termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi tenaga
pelaksaannya dan laporan keuangan yang terkoordinasi secara erat yang didesain
untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen.
Bornard
dan Wiliams (2000) mendefinisikan sistem informasi akuntansi sebagai kumpulan
sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data
menjadi informasi. Menurut Barry E. Cushing dalam Baridwan (2000), sistem
informasi akuntansi merupakan satu set sumber daya manusia dan dalam modal
suatu organisasi yang bertugas untuk menyiapkan informasi keuangan dan juga
informasi yang diperoleh dari kegiatan dan pengolahan data transaksi.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sitem informasi akuntansi adalah
suatu kumpulan sumberdaya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses dan
menyimpan data elektronik kemudian mengubahnya menjadi sebuah informasi yang
berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan oleh pihak intern dan
ekstern. Menurut Hall (2001), elemen model umum sistem informasi akuntansi
meliputi penggunaan akhir, sumber data, pengumpulan data, pemrosesan data,
manajemen database, penghasilan informasi dan umpan balik.
Wilkinson
(2000) menyatakan sistem informasi akuntansi dalam melaksanakan aktivitas memerlukan
elemen yang spesifik yang bervariasi tergantung pada tingkat otomatisasi sistem
informasi akuntansi tersebut. Cushing (1995) mengemukakan bahwa sistem
informasi akuntansi mempunyai peranan penting dalam menunaikan tugas-tugas,
yaitu:
a. Merencanakan, mengkoordinsikan dan
mengendalikan berbagai aktivitas yang dilakukan.
b. Menyediakan informasi untuk banyak
orang dan badan atau instansi yang mempunyai kepentingan pada
aktivitas-aktivits tersebut.
Untuk
menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh pembuatan keputusan sistem informasi
akuntansi perlu memperhatikan beberapa tahap penting, yaitu:
1. Mengumpulkan transaksi dan data
lainnya dan memasukkannya ke dalam sistem informasi akuntansi.
2. Mengelola data.
3. Menyimpan data untuk keperluan masa
yang akan datang.
4.
Melengkapi
pemakai dengan informasi yang mereka butuhkan dengan membuat report.
5. Diperlukan suatu pengendalian
didalam seluruh proses tadi sehingga informasi yang dihasilkan akurat (accurate)
dan dapat dipercaya (reliable).
Menurut
Jogiyanto (2000), melalui informasi yang dihasilkan sistem informasi akuntansi
mempunyai tujuan utama yaitu:
1. Untuk mendukung operasi-operasi
sehari-hari. Sistem informasi akuntansi mempunyai bagian yang disebut dengan
sistem transaction processing yang mengubah data transaksi menjadi
informasi yang berguna untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Mendukung pengambilan keputusan
manajemen. Informasi dari sistem informasi akuntansi juga diperlukan oleh
manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan.
3. Untuk memenuhi kewajiban yang
berhubungan dengan pertanggungjawaban.
Manajemen
perusahaan perlu melaporkan kegiatannya kepada stakeholder. Stakeholder dapat
berupa pemilik, pemegang saham, kreditur, serikat pekerja, pemerintah, otoritas
pasar modal dan lain sebagainya. Informasi yang dibutuhkan oleh stakeholder adalah informasi tentang
laporan keuangan yang terdiri atas laporan neraca, laporan laba rugi dn laporan
arus kas.
Widanaputra
(2009) menyatakan bahwa di dalam setiap periode akuntansi akan diawali dengan
pencatatan transaksi dan berakhir dengan post-closing trial balance.
Proses akuntansi bisa dilakukan secara manual ataupun menggunakan komputer.
Selanjutnya,
efektif memiliki konotasi atau berkaitan dengan banyaknya hasil yang dicapai. Menurut
Zulian (1998) efektivitas adalah suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa
jauh target dapat tercapai baik secara kualitas maupun waktu, orientasinya
adalah pada keluaran (output) yang dihasilkan. Efektivitas adalah
kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan menyangkut bagaimana melakukan
pekerjaan yang benar. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dirumuskan bahwa
efektivitas adalah kondisi yang menggambarkan tingkat keberhasilan atas
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan aktivitas atau
kegiatan.
Efektivitas
sistem informasi akuntansi merupakan suatu ukuran yang mencerminkan seberapa
jauh target dapat dicapai dari suatu kumpulan sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan,
memproses dan menyimpan data elektronik, kemudian mengubahnya menjadi sebuah
informasi yang berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan
baik secara kualitas maupun waktu yang lebih singkat bagi para pemakai. Semakin
tinggi efektivitas sistem informasi akuntansi maka kinerja individual akan
semakin baik.
Boon dan
Holmes (1991) dalam Kopczak (2007) menyatakan bahwa kepercayaan adalah kondisi
dimana seseorang melakukan sesuatu hal dengan harapan yang positif. Kepercayaan
merupakan hal yang diperlukan bagi pemakai sistem informasi agar pemakai merasa
informasi tersebut dapat meningkatkan kinerja dalam menjalankan kegiatan
organisasi (perusahaan).
Kepercayaan
informasi dalam mengevaluasi kinerja diperlukan oleh manajemen untuk memastikan
bahwa sistem informasi tersebut dapat digunakan untuk mengendalikan kinerja bawahan
(Goodhue, 1995 dalam Jumaili, 2005). Berdasarkan definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa kepercayaan sistem informasi menggambarkan sikap pemakai
tentang keyakinan bahwa sistem informasi yang diterapkan dapat meningkatkan
kinerja.
Menurut
Mohamad (2006) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang
dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering
digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun
kelompok individu.
Definisi penilaian
kinerja juga dikemukakan oleh Schuler (1999) adalah suatu sistem formal dan terstruktur
yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan,
perilaku dan hasil, termasuk tingkat kehadiran. Fokusnya adalah untuk
mengetahui seberapa produktif seorang karyawaan dan apakah ia bisa bekerja sama
atau lebih efektif pada masa yang akan datang sehingga karyawan, organisasi dan
masyarakat semuanya memperoleh manfaat.
Menurut
Juniarti (2003) kinerja manajerial diwakili dengan faktor kemampuan manajer
dalam membuat perencanaan, mencapai target dan melakukan kiprahnya diluar perusahaan.
Penilaian kinerja berhubungan dengan penyelesaian tugas dari kewajiban
tertentu, apakah pencapaian oleh pekerja berhasil atau gagal. Pencapaian ini
juga perlu dikaitkan dengan sikap dari pekerja selama dilakukan proses
penilaian. Kinerja dalam penilaian ini berhubungan dengan pencapaian
serangkaian tugas dan kewajiban oleh individual.
Efektivitas
sistem informasi merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh
target dapat dicapai dari suatu kumpulan sumber daya yang diatur untuk
mengumpulkan, memproses dan menyimpan data elektronik, kemudian mengubahnya
menjadi sebuah informasi yang berguna serta menyediakan laporan formal yang
dibutuhkan dengan baik secara kualitas maupun waktu. Markus dan Keil dalam
Radityo (2007) menyatakan bahwa kesuksesan sistem akan berdampak pada individu
dan organisasi penggunanya, dan pada selanjutnya dampak individual tersebut
berpengaruh terhadap kinerja. Efektifitas sistem informasi yang baik akan meningkatkan
proses kinerja karyawan sehingga menghasilkan informasi yang berkualitas.
Makalah
yang dilakukan oleh Maria M.Ratna Sari (2009) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif
antara efektifitas sistem informasi terhadap kinerja individual. Efektivitas sistem
informasi akuntansi di perusahaan tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi,
tetapi juga untuk mendukung terjadinya proses kinerja yang lebih efektif.
B.
Efektivitas Penggunaan Teknologi Sistem Informasi
Irwansyah dalam Jumaili (2005)
mengemukakan bahwa penggunaan teknologi dalam sistem informasi perusahaan
hendaknya mempertimbangkan pemakai. Tidak jarang ditemukan bahwa teknologi yang
diterapkan dalam sistem informasi sering tidak tepat atau tidak dimanfaatkan
secara maksimal oleh individu pemakai sistem informasi, sehingga sistem
informasi kurang memberikan manfaat dalam meningkatkan kinerja individual.
Menurut Nelson dalam Suharno (2005)
diterimanya suatu teknologi komputer tergantung pada teknologi itu sendiri,
tingkat skill dan expertise dari individu yang menggunakannya.
Bagi perusahaan, aplikasi teknologi yang tepat akan mendatangkan competitive
advantage. Sedangkan bagi individu, keahlian yang dimiliki akan
meningkatkan kinerja individu yang bersangkutan.
Handoko (1999) mengemukakan bahwa
efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan
yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, menyangkut bagaimana
melakukan pekerjaan yang benar. Yamit (1998) mendefinisikan efektivitas sebagai
suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai, baik
secara kualitas maupun waktu, orientasinya adalah pada keluaran (output)
yang dihasilkan. Jumaili
(2005) mengemukakan bahwa secara umum, efektivitas penggunaan atau
pengimplementasian teknologi sistem informasi dalam suatu perusahaan dapat
dilihat dari kemudahan pemakai dalam mengidentifikasi data, mengakses data dan menginterpretasikan
data tersebut. Data dalam sistem informasi tersebut seharusnya merupakan data
yang terintegrasi dari seluruh unit perusahaan atau organisasi sehingga dapat
digunakan untuk berbagai kebutuhan tugas dalam perusahaan.
Jumlah sarana komputer dalam
perusahaan juga sangat mempengaruhi dalam pencapaian efektivitas penggunaan
teknologi sistem informasi dalam perusahaan. Dengan lebih banyak fasilitas pendukung
yang disediakan bagi pemakai, maka akan semakin memudahkan pemakai mengakses
data yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas individu dalam perusahaan atau
organisasi.
Diharapkan dengan penggunaan
teknologi sistem informasi, individu dari perusahaan atau organisasi yang
merupakan pemakai sistem tersebut dapat menghasilkan output yang semakin
baik dan kinerja yang dihasilkan tentu akan meningkat (Jumaili, 2005).
C.
Kepercayaan terhadap Teknologi Sistem Informasi
Goodhue dalam Jumaili (2005)
mengemukakan bahwa kepercayaan terhadap teknologi sistem informasi dalam
mengevaluasi kinerja individual diperlukan oleh manajemen untuk memastikan
bahwa sistem informasi yang berbasis komputer tersebut dapat digunakan untuk
mengendalikan kinerja bawahan. Keberhasilan sistem informasi suatu perusahaan
tergantung bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan sistem itu bagi para
pemakainya dan pemanfaatan teknologi yang digunakan. Konstruk evaluasi pemakai
diri sendiri merupakan suatu konstruk yang sangat luas dan evaluasi pemakai
merupakan suatu evaluasi atau pengukuran tentang sikap dan kepercayaan individu
terhadap sesuatu, baik barang maupun jasa.
Goodhue mengajukan konstruk hubungan
kecocokan tugas teknologi untuk dijadikan sebagai acuan evaluasi pemakai dalam
sistem informasi. Dalam model ini dinyatakan bahwa pemakai akan memberikan
nilai evaluasi yang tinggi (positif) tidak hanya dikarenakan oleh karakteristik
sistem yang melekat, tetapi lebih kepada sejauh mana sistem tersebut dipercaya
dapat memenuhi kebutuhan tugas mereka dan sesuai dengan kebutuhan tugas mereka.
Evaluasi pemakai atas kecocokan tugas teknologi menjadi penting artinya
berkaitan dengan pencapaian kinerja individual yang tinggi. Goodhue menemukan
kecocokan tugas teknologi akan mengarahkan individu untuk mencapai kinerja yang
lebih baik.
D.
Pengaruh Sistem informasi Akuntansi terhadap Kompetisi Pasar
Pada tingkat strategis, manajer
puncak diharapkan dapat mengidentifikasi dan menjustifikasi industrinya di
tempat berkompetisi saat ini maupun di masa datang, sehingga sistem akuntansi
yang diterapkan ditingkat ini diharapkan mampu menjaring informasi yang
menyangkut lingkungan IPOLEKSOSBUDTEK (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial,
Budaya dan Teknologi).
Ada dua faktor yang berpengaruh
terhadap manajer saat ini, yaitu:
1. Kompleksitas
bisnis yang semakin meningkat, yang disebabkan oleh:
Ø Pengaruh
ekonomi internasional.
Ø Kompetisi
bisnis global.
Ø Perkembangan
dan pertumbuhan TI.
Ø Pendayagunaan
waktu.
Ø Pertimbangan
sosial.
2. Kapasitas
Teknologi Informasi
Ø Kapasitas
pelayanan kebutuhan informasi.
Ø Kapasitas
interaksi dalam jaringan komunikasi.
Ø Kapasitas
kecepatan akses data/informasi.
Menurut Michael Porter (1980: 9), menyangkut
model struktur industri dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam menentukan
kebutuhan informasi di tingkat strategis, yang dibagi dalam lima elemen pokok,
yaitu:
1. Ancaman
pendatang baru.
2. Ancaman
barang substitusi.
3. Bargaining power
melawan supplier.
4. Bargaining power
melawan customer.
5. Posisi
dalam berkompetisi.
Meskipun tidak semua informasi yang
ada dalam ke lima elemen tersebut dapat di jaring dan di pantau namun masih ada
yang dapat ditampung dalam sebuah sistem informasi.
Untuk ilustrasi dapat diberikan
contoh, sebagai berikut (untuk a dan b tidak perlu karena sudah jelas):
Bargaining
power melawan supplier
Ø Jumlah/prosentase
supplier menurut kelompok tertentu untuk x % penjualan.
Ø Konsentrasi
industri perusahaan supplier.
Bargaining
power melawan customer
Ø Jumlah/prosentase
customer dalam x % penjualan.
Ø Konsentrasi
industri customer.
Posisi dalam berkompetisi
Ø Prosentase
penjualan produk baru.
Ø Jangka
waktu rerata yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk baru sampai dapat
dipasarkan.
Ø Persepsi/penilaian
pasar terhadap kualitas produk dibandingkan dengan produk competitor.
Ø Persepsi
pasar terhadap jasa purna jual dibandingkan competitor.
Untuk itu, sistem akuntansi di era Informasi
atau berbasis teknologi informasi ini diharapkan untuk dirancang dapat memenuhi
kebutuhan informasi perusahaan yang mencerminkan kondisi strategi dan visi
manajemen puncak, serta terpadu atau terintegrasi dengan struktur, gaya maupun
tujuan manajemen, sehingga dapat dikelola secara efektif dan terarah pada pembentukan
perilaku personel yang menuju pada pemanfaatan teknologi untuk menghasilkan competitiveness
(keunggulan berkompetisi).
E. Perbedaan Pasar Swalayan dengan Perdagangan Elektronik (E-Commerce)
Kotler (1995) mengungkapkan bahwa
pasar swalayan merupakan operasi pasar yang relatif besar, berbiaya rendah,
margin rendah, volume tinggi yang dirancang untuk melayani kebutuhan konsumen seperti
makanan, cucian, produk-produk perawatan rumah tangga, dimana pasar swalayan
memperoleh laba operasi hanya sekitar 1% dari penjualan dan 10% dari nilai
bersihnya.
Berdasarkan keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/Kep/1/1998, pasar swalayan adalah
pasar yang kegiatan usahanya menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari secara
langsung kepada konsumen. Pasar elektronik atau e-dagang
(bahasa inggris: Electronik Commerce, juga e-commerce) adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran dagang
dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www atau
jaringan komputer lainya. E-dagang dapat melibatkan transfer dana elektronik,
pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis,dan sistem
pengumpulan data otomatis.Jika diklasifikasikan, sistem e-commerce terbagi menjadi tiga tipe aplikasi, yaitu:
1. Electronic
Markets (EMs)
adalah sebuah sarana yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk
melakukan/menyajikan penawaran dalam sebuah segmen pasar, sehingga pembeli
dapat membandingkan berbagai macam harga yang ditawarkan. Dalam pengertian
lain, EMs adalah sebuah sistem informasi antar organisasi yang menyediakan
fasilitas-fasilitas bagi para penjual dan pembeli untuk bertukar informasi
tentang harga dan produk yang ditawarkan. Keuntungan fasilitas EMs bagi
pelanggan adalah terlihat lebih nyata dan efisien dalam hal waktu. Sedangkan
bagi penjual, ia dapat mendistribusikan informasi mengenai produk dan servis
yang ditawarkan dengan lebih cepat sehingga dapat menarik pelanggan lebih
banyak.
2. Electronic
Data Interchange
(EDI). EDI sangat luas penggunaannya, biasanya digunakan oleh kelompok retail
yang besar ketika melakukan bisnis dagang dengan para supplier mereka. EDI
memiliki standarisasi pengkodean transaksi perdagangan, sehingga organisasi
komersial tersebut dapat berkomunikasi secara langsung dari satu sistem
komputer yang satu ke sistem komputer yang lain tanpa memerlukan hardcopy,
faktur, serta terhindar dari penundaan, kesalahan yang tidak disengaja dalam
penanganan berkas dan intervensi dari manusia. Keuntungan dalam menggunakan EDI
adalah waktu pemesanan yang singkat, mengurangi biaya, mengurangi kesalahan,
memperoleh respon yang cepat, pengiriman faktur yang cepat dan akurat serta
pembayaran dapat dilakukan secara elektronik.
3. Internet
Commerce adalah
penggunaan internet yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk
perdagangan. Kegiatan komersial ini seperti iklan dalam penjualan produk dan
jasa. Transaksi yang dapat dilakukan di internet antara lain
pemesanan/pembelian barang dimana barang akan dikirim melalui pos atau sarana
lain setelah uang ditransfer ke rekening penjual.Penggunaan internet sebagai
media pemasaran dan saluran penjualan terbukti mempunyai keuntungan antara lain
untuk beberapa produk tertentu lebih sesuai ditawarkan melalui internet; harga
lebih murah mengingat membuat situs di internet lebih murah biayanya
dibandingkan dengan membuka outlet retail di berbagai tempat; internet
merupakan media promosi perusahaandan produk yang paling tepat dengan harga
yang relatif lebih murah; serta pembelian melalui internet akan diikuti dengan
layanan pengantaran barang sampai di tempat pemesan.
Single vendor vs multi vendor
Marketplace
merupakan pasar digital yang menjajakan lebih banyak produk dengan berbagai
jenis dan merek, produk-produk tersebut datang dari berbagai vendor. Itulah
mengapa marketplace bisa juga disebut sebagai pihak ketiga
yang mempertemukan antara vendor dan customernya. Sebagaian besar web marketplace memberi
fasilitas pada tiap-tiap vendor untuk bergabung secara gratis. Namun karena
sifatnya yang open akses, kekurangan marketplace adalah peta persaingannya
sangat ketat. Jadi jangan terlalu berharap mendapat keuntungan berlipat-lipat
dengan bergabung di sebuah situs marketplace.
Lain halnya dengan e-commerce yang
mengacu pada aktivitas belanja online
dengan jangkauan yang lebih sempit, situs ini hanya memasarkan produk dari
merek atau vendor yang sama, tanpa adanya pilihan produk serupa dari merek
lain.
Perbedaan
model bisnis
Marketplace
menerapkan model bisnis B2B (Business to Business) hal ini
bisa dilihat dari marketplace itu sendiri yang juga merupakan sebuah badan
bisnis yang melayani sebuah badan bisnis atau vendor yang ingin memasarkan
produknya. Selain itu marketplace juga menerapkan model bisnis B2C (Business
to Customers) model ini dipakai saat vendor anggota dari marketplace tersebut melayani customer
mereka. Sedangkan e-commerce menerapkan hanya model bisnis B2C (Business
to Business) tanpa melibatkan badan bisnis lain.
Perbedaan
Sumber profit
Karena hanya sebagai pihak ketiga yang mempertemukan sebuah
vendor sengan customernya, maka marketplace
tidak akan mendapat apapun dari sebuah transaksi jual beli. Profit marketplace datang dari pihak
vendor baik mereka yang ingin menjadi vendor premium atau pihak-pihak yang ingin
memasang iklan banner di halaman situs marketplece.
Sedang sumber profit e-commerce
yang utama jelas datang dari transaksi antara mereka sendiri dengan
customernya. Namun tidak menutup kemungkinan jika nantinya sebuah situs e-commerce juga menyediakan space iklan
untuk disewakan.
Perbedaan
Proses Pembayaran
Perbedaan juga tampak dalam proses pembayarannya, dalam
sebuah marketplace sebagian besar
dari mereka berperan sebagai pihak ketiga yang menyimpan uang pembayaran dari
customer sampai customer mengirimkan konfirmasi bahwa barang yang mereka beli
telah sampai ke tangan mereka baru kemudian uang pembayaran sampai ke tangan
vendor. Proses pembayaran seperti ini mereka terapkan untuk meyakinkan customer
bahwa vendor-vendor yang tergabung dalam marketplace
mereka benar-benar terpercaya.
Lain halnya dengan e-commerce,
uang yang dibayarkan customer langsung
masuk ke vendor terkait. Karena memang pada dasarnya e-commerce tidak memiliki pihak ketiga yang menjembatani transaksi
antara vendor dan customer.
Perbedaan
Proses Pengiriman
Proses pengirimannya juga sedikit terdapat perbedaan,
karena produk-produk dipasarkan di marketplace
datang dari berbagai vendor yang berasal dari berbagai tempat, maka semua
produk tidak dikirim dari tempat yang sama melainkan dikirim dari posisi
masing-masing vendornya. Sedang e-commerce
barang yang dibeli dikirim dari satu tempat yang sama.
F.
Penggunaan Teknologi Informasi terhadap Peningkatan Kinerja
Irwansyah (2003) menggunakan model
TPC (Technology to Performance Chain) yang dikembangkan oleh Goodhue
yang mencoba keberhasilan teknologi sistem informasi yang diimplementasikan
dalam organisasi/perusahaan dengan menggunakan evaluasi pemakai. Model tersebut
digunakan dengan menganalisa hubungan evaluasi pemakai dari kecocokan tugas dan
teknologi terhadap kinerja. Makalah
serupa juga pernah dilakukan oleh Sugeng (1995) dan Sumardiyanti (1999) yang
menemukan hasil yang sama dengan yang ditemukan oleh Goodhue (1995) dan
Irwansyah (2003), yakni bahwa kecocokan tugas dan teknologi berpengaruh positif
terhadap peningkatan kinerja.
Makalah mengenai pengaruh teknologi
sistem informasi juga pernah dilakukan oleh Udiyana (2002) dan Suharno (2005).
Udiyana menemukan bahwa pemanfaatan teknologi sistem informasi berpengaruh
positif terhadap kinerja chief accountant hotel di Bali.
Sementara Suharno (2005) menemukan
bahwa penggunaan teknologi sistem informasi juga berpengaruh positif terhadap chief
accountant biro perjalanan wisata di Bali.
Pemakai teknologi sistem informasi
dapat dikatakan memiliki kepercayaan terhadap teknologi sistem informasi jika
pemakai merasa bahwa dengan penggunaan teknologi sistem informasi tersebut
tugas-tugas yang dihadapinya akan dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan
cepat. Pencapaian kinerja individual berkaitan dengan pencapaian serangkaian
tugas-tugas individu dengan dukungan teknologi sistem informasi yang ada. Pengukuran
kinerja individual melihat dampak penggunaan teknologi sistem informasi
terhadap efektivitas penyelesaian tugas, membantu meningkatkan kinerja dan
menjadikan pemakainya lebih produktif dan kreatif.
G.
Faktor Penyebab Terdesaknya Pasar Tradisional oleh Pasar Swalayan
Maraknya pembangunan
pasar modern seperti hypermarket dan supermarket telah menyudutkan pasar
tradisional di kawasan perkotaan, karena menggunakan konsep penjualan produk
yang lebih lengkap dan dikelola lebih profesional.
Kemunculan pasar
modern di Indonesia berawal dari pusat perbelanjaan modern Sarinah di Jakarta
pada tahun 1966 dan selanjutnya diikuti pasar-pasar modern lain (1973 dimulai
dari Sarinah Jaya, Gelael dan Hero; 1996 munculnya hypermarket Alfa, Super,
Goro dan Makro; 1997 dimulai peritel asing besar seperti Carrefour dan
Continent; 1998 munculnya minimarket secara besar-besaran oleh Alfamart dan
Indomaret; 2000-an liberalisasi perdagangan besar kepada pemodal asing), serta
melibatkan pihak swasta lokal maupun asing. Pesatnya perkembangan pasar yang
bermodal kuat dan dikuasai oleh satu manajemen tersebut dipicu oleh kebijakan
pemerintah untuk memperkuat kebijakan penanaman modal asing.
Dampak dari hal yang
dikemukakan, menurut survei AC Nielsen pada tahun 2004 didapatkan data bahwa
pertumbuhan pasar modern 31,4% dan pasar tradisional bahkan minus 8,1%. Hal ini
menunjukkan adanya masalah yang dihadapi pasar tradisional sebagai wadah utama
penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi
skala menengah kecil.
Namun demikian,
pemerintah tetap berupaya membangun pasar tradisional di seluruh daerah dan
juga hasil survei AC Nielsen, 29% konsumen tetap mengunjungi pasar tradisional
dengan alasan harga lebih murah, harga dapat ditawar, banyak pilihan makanan
dan produk segar, lokasi dekat dengan rumah, menyediakan segala yang diperlukan
dan lainnya.
Perilaku konsumen
semakin demanding karena konsumen kian memahami haknya, sedangkan di sisi lain
mereka hanya memiliki waktu dan kesempatan yang semakin terbatas untuk
berbelanja. Perubahan perilaku konsumen yang cenderung demanding menyebabkan
mereka beralih ke pasar modern. Pasar-pasar modern dikemas dalam tata ruang
yang apik, terang, lapang, dan sejuk. Pengalaman berbelanja tidak lagi disuguhi
dengan suasana yang kotor, panas, sumpek, dan becek. Konsumen kian senang
menjadi raja yang dimanja.
Pasar tradisional
beroperasi dalam jam yang terbatas, umumnya hanya beroperasi pada pagi hari dan
tidak buka sampai sore atau malam hari. Para wanita yang bekerja biasanya
memanfaatkan waktu istirahat makan siang untuk sekaligus berbelanja kebutuhan
keluarga di pasar modern yang dekat dengan lokasi kerjanya. Tingkat kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan semakin meningkat, kurang dapat ditangkap oleh
pengelola pasar tradisional yang tidak begitu memerhatikan kebersihan pasar dan
fasilitas pasar. Kehadiran pasar-pasar modern membuat belanja menjadi suatu
wisata keluarga yang memberikan pengalaman tersendiri.
Pemerintah kurang
melakukan pemberdayaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi yang
masih dibutuhkan oleh masyarakat luas, dan agak lambat menerapkan teknologi
yang efektif dan metode baru untuk mengubah pasar tradisional menjadi pasar
yang bersih dan nyaman bagi pengunjung tanpa membebani pedagang dengan biaya
renovasi kios yang cenderung mahal. Untuk mempertahankan eksistensi dan
meningkatkan potensi pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi rakyat kecil,
diperlukan sebuah model pengembangan pasar tradisional, dimana pemerintah
berperan sebagai pengatur alokasi peran para stakeholders dan penyusun regulasi.
Regulasi mengenai
pasar tradisional dan pasar modern harus mengatur tentang pembagian zona usaha,
jam buka, harga barang, dan jenis retailer. Strategi yang dapat digunakan untuk
mengatur harga barang yaitu dengan melakukan pembedaan produk dan harga, serta
melalui peraturan perpajakan dan pengelolaan retribusi yang efisien. Disamping
itu juga diperlukan sumber daya manusia pengelola pasar tradisional yang
bermanajemen modern namun tetap mempertahankan cita rasa khas pasar
tradisional.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka kesimpulan
dalam makalah ini adalah secara praktis, manajer menengah harus melihat pengembangan
sistem yang lebih efektif dengan melibatkan user. Efektivitas
penggunaan teknologi sistem informasi pada pasar dapat dilihat dari kemudahan
pemakai teknologi sistem informasi dalam mengidentifikasi data, mengakses data
dan menginterpretasikan data yang diperlukannya untuk memenuhi berbagai
kebutuhannya.
B.
Saran
Saran yang dapat diberikan adalah teknologi sistem
informasi yang disediakan oleh perusahaan sebaiknya dapat lebih membangun
kepercayaan pemakai teknologi sistem informasi dengan menyediakan teknologi
sistem informasi yang selalu diperbaharui sehingga dapat mempercepat proses
persaingan pasar.
DAFTAR
PUSTAKA
Bodnar, George
H. & William Hopwood S. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta:
Salemba Empat.
Hall, James A.
2001. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Handoko, T.
Hani. 1999. Manajemen. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Hartono, M.
Jogiyanto. 2000. Sistem Informasi Berbasis Komputer. Yogyakarta: BPFE.
Husein, Muhammad
Fakhri dan Amin Wibowo. 2002. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Jumaili, Salman.
2005. “Kepercayaan Terhadap Teknologi
Sistem Informasi Baru Dalam Evaluasi Kinerja Individual” Kumpulan Materi Simposium Nasional Akuntansi
VIII, Solo, 15-16 September 2005.
Kottler, Philip
(di-Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan). 1995. Manajemen
Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Edisi Ketujuh.
Volume I dan II. Jakarta: Salemba Empat.
Maharsi, Sri.
2000. “Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi terhadap Bidang Akuntansi
Manajemen” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2 (2): 127-137.
Mulyadi. 2001. Sistem
Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Nielsen, AC.
2009. Persaingan pasar tradisional vs Pasar Modern http://www.slideshare.net (diakses, 21 Juli 2017).
Tjiptono, Fandy.
2000. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: BPFE.
Wulandari, A.
2011. Kinerja Dinas Perindustri
Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Karanganyar dalam
Revitalisasi Pasar Tradisional. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
No comments:
Post a Comment