Kinerja merupakan suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan perusahaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi suatu organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu perusahaan. Sedangkan kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 1998).
Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan penilaian analisis laporan keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan. Rasio keuangan dirancang untuk mengevaluasi laporan keuangan, yang berisi data tentang posisi perusahaan pada suatu titik dan operasi perusahaan pada masa lalu. Nilai nyata laporan keuangan terletak pada fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memperkirakan pendapatan dan dividen masa yang akan datang.
Rasio keuangan yang merupakan bentuk informasi akuntansi yang penting bagi perusahaan selama suatu periode tertentu. Berdasarkan rasio tersebut, dapat dilihat keuangan yang dapat mengungkapkan posisi, kondisi keuangan, maupun kinerja ekonomis di masa depan dengan kata lain informasi akuntansi.
1) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi lain rasio likuiditas adalah unutk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Atau dengan kata lain, rasio likuiditas merupakan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih (Kasmir 2008).
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi lain rasio likuiditas adalah unutk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Atau dengan kata lain, rasio likuiditas merupakan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih (Kasmir 2008).
Menurut I Made Sudana (2011) “Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek”. Pengertian Rasio likuiditas menurut Irham Fahmi (2011) adalah “kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contohnya: pembayaran listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur, tagihan telepon, dan sebagainya”.
Jenis-jenis Rasio Likuiditas
Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, di samping itu, dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semua ini tergantung dari jenis rasio likuiditas yang digunakan. Dalam praktiknya, untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis-jenis rasio likuiditas yang ada. Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan dalam memenuhi utangnya menurut Kasmir (2008) yaitu:
(1) rasio lancar (current ratio)
(2) rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio)
(3) rasio kas (cash ratio)
(4) rasio perputaran kas
(5) inventory to net working capital
Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, di samping itu, dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semua ini tergantung dari jenis rasio likuiditas yang digunakan. Dalam praktiknya, untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis-jenis rasio likuiditas yang ada. Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan dalam memenuhi utangnya menurut Kasmir (2008) yaitu:
(1) rasio lancar (current ratio)
(2) rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio)
(3) rasio kas (cash ratio)
(4) rasio perputaran kas
(5) inventory to net working capital
Menurut Walter (2011) Salah satu rasio likuiditas yang paling banyak digunakan adalah Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio ini juga yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pengertian Rasio lancar (current ratio)
Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Versi terbaru pengukuran rasio lancar adalah mengurangi sediaan dan piutang (Kasmir 2008).
Menurut Kuswadi (2005) rasio lancar merupakan “perbandingan antara harta lancar atau aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek biasa dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dari aktiva lancarnya.” Menurut Brigham dan Houston (2006) “rasio lancar mengukur kemampuan aktiva lancar membayar hutang lancar.” Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban membayar dividen kas yang terutang). Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan utang jangka pendek.
Pengukuran Rasio Lancar
Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio dapat digunakan sebagai berikut (Walter 2011):
Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio dapat digunakan sebagai berikut (Walter 2011):
RL = Total Aset Lancar/Total Kewajiban Jk Pendek
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin (Kasmir 2008).
2) Rasio Leverage
Menurut I Made Sudana (2011) “Rasio Leverage atau leverage ratio merupakan rasio yang mengukur berapa besar penggunaan utang dalam pembelajaan perusahaan”. Menurut Irham Fahmi (2011) “Rasio Leverage merupakan gambaran kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi dan menjaga kemampuannya untuk selalu mampu memenuhi kewajibannya dalam membayar utang secara tepat waktu”.
Rasio Leverage atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio Leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir 2008).
Jenis-jenis Rasio Leverage
Biasanya penggunaan rasio Leverage atau leverage disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Artinya perusahaan dapat menggunakan rasio leverage secara keseluruhan atau sebagian dari masing-masing jenis rasio Leverage yang ada. Penggunaan rasio secara keseluruhan, artinya seluruh jenis rasio yang dimiliki perusahaan, sedangkan sebagian artinya perusahaan hanya menggunakan beberapa jenis rasio yang dianggap perlu untuk diketahui.
Biasanya penggunaan rasio Leverage atau leverage disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Artinya perusahaan dapat menggunakan rasio leverage secara keseluruhan atau sebagian dari masing-masing jenis rasio Leverage yang ada. Penggunaan rasio secara keseluruhan, artinya seluruh jenis rasio yang dimiliki perusahaan, sedangkan sebagian artinya perusahaan hanya menggunakan beberapa jenis rasio yang dianggap perlu untuk diketahui.
Menurut Kasmir (2008) dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio Leverage yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio Leverage antara lain:
(1) debt to asset ratio (debt ratio)
(2) debt to equity ratio
(3) long term debt to equity ratio
(4) tangible assets debt coverage
(5) current liabilities to net worth
(6) times interest earned
(7) fixed charge coverage
(1) debt to asset ratio (debt ratio)
(2) debt to equity ratio
(3) long term debt to equity ratio
(4) tangible assets debt coverage
(5) current liabilities to net worth
(6) times interest earned
(7) fixed charge coverage
Menurut Agnes Sawir (2001) salah satu Rasio Leverage/Leverage ratio yang umum digunakan adalah rasio utang atau Debt ratio/Total Debt to Total Asset ratio. Rasio ini juga yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pengertian Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt Ratio ini mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan porsi penggunaan utang dalam membiayai investasi pada aktiva semaikn besar, yang berarti pula risiko keuangan perusahaan meningkat dan sebaliknya (I Made Sudana 2011) Menurut Kasmir (2008) Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang.
Debt Ratio ini mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan porsi penggunaan utang dalam membiayai investasi pada aktiva semaikn besar, yang berarti pula risiko keuangan perusahaan meningkat dan sebaliknya (I Made Sudana 2011) Menurut Kasmir (2008) Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang.
Pengukuran Debt to Assets Ratio (Debt Ratio)
Penghitungan Debt to Assets Ratio dilakukan dengan cara membandingkan antara total utang dengan total aktiva. Rumus untuk mencari Debt to Assets Ratio dapat digunakan sebagai berikut (I Made Sudana 2011)
Penghitungan Debt to Assets Ratio dilakukan dengan cara membandingkan antara total utang dengan total aktiva. Rumus untuk mencari Debt to Assets Ratio dapat digunakan sebagai berikut (I Made Sudana 2011)
DtAR = Total Kewajiban/Total Aset
3) Rasio Aktivitas
Menurut Irham Fahmi (2011) “Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan”. Menurut I Made Sudana (2011) Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur efektivitas dan efisiensi
perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan, sediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya (Kasmir 2008).
Jenis-jenis Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas yang dapat digunakan manajemen untuk mengambil keputusan terdiri dari beberapa jenis. Penggunaan rasio yang diinginkan sangat tergantung dari keinginan manajemen perusahaan. Artinya lengkap tidaknya rasio aktivitas yang akan digunakan tergantung dari kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai pihak manajemen perusahaan tersebut. Secara umum apabila seluruh rasio aktivitas yang ada digunakan, akan mampu memperlihatkan efektivitas perusahaan secara maksimal, jika dibandingkan dengan penggunaan hanya sebagian saja. Berikut ini ada beberapa jenis-jenis rasio aktivitas yang dirangkum dari beberapa ahli keuangan (Kasmir 2008) yaitu:
(1) perputaran piutang (receivable turn over);
(2) hari rata-rata penagihan piutang (Days of Receivable) -,
(3) perputaran sediaan (Inventory turn over);
(4) hari rata-rata penagihan sediaan (days of inventory)
(5) perputaran modal kerja ( working capital turn over);
(6) perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over);
(7) perputaran aktiva ( assets turn over).
Menurut Agnes Sawir (2001) salah satu rasio aktivitas yang umum digunakan adalah Rasio Perputaran Aktiva atau Total Assets Turn Over (TATO) dan dan rasio ini juga yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pengertian Rasio Perputaran Aktiva atau Total Assets Turn Over (TATO)
Menurut Darsono dan Ashari (2005) Total Assets Turn Over merupakan “kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini”. Menurut Kasmir (2008), total assets turn over merupakan “rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan
yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.” Perputaran total aktiva (Total assets turnover) menurut Sawir (2001) adalah “Kecepatan berputarnya Total Assets dalam suatu periode tertentu.”
Menurut Darsono dan Ashari (2005) Total Assets Turn Over merupakan “kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini”. Menurut Kasmir (2008), total assets turn over merupakan “rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan
yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.” Perputaran total aktiva (Total assets turnover) menurut Sawir (2001) adalah “Kecepatan berputarnya Total Assets dalam suatu periode tertentu.”
Definisi perputaran total aktiva (Total assets turnover) menurut Mamduh M. Hanafi (2007) adalah “Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan efektifitas penggunaan total aktiva”. Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual (Agnes Sawir 2001).
Pengukuran Total Assets Turn Over (TATO)
Rumus untuk mencari Total Assets Turn Over adalah sebagai berikut (Kasmir 2008):
Rumus untuk mencari Total Assets Turn Over adalah sebagai berikut (Kasmir 2008):
TATO = Penjualan/Total Aset
Semakin tinggi Perputaran Total Aktiva (Total assets Turnover) berarti semakin efektif penggunaan aktiva tersebut.
4) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal atau penjualan perusahaan (I Made Sudana 2011). Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas menajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan (Kasmir 2008).
Menurut Irham Fahmi (2011) “Rasio profitabilitas ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu”.
Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah (Kasmir 2008):
(1) profit margin (profit margin on sales)
(2) return on investment (ROI)/Return On Assets (ROA)
(3) return on equity (ROE)
Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah (Kasmir 2008):
(1) profit margin (profit margin on sales)
(2) return on investment (ROI)/Return On Assets (ROA)
(3) return on equity (ROE)
Menurut Agnes Sawir (2001) Salah satu rasio profitabilitas yang umum digunakan adalah rasio hasil pengembalian investasi/aset (return on investment (ROI)/Return On Assets (ROA) dan rasio ini juga yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pengertian Return on Assets (ROA)
Return on assets menurut Lukman Syamsuddin (2007) merupakan “pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan”. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Kasmir (2008), hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets merupakan “rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.”
Return on assets menurut Lukman Syamsuddin (2007) merupakan “pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan”. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Kasmir (2008), hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets merupakan “rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.”
Menurut I Made Sudana (2011) “ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak”. Sedangkan menurut Munawir “Return on Asset merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan”. Rasio ROA ini sering dipakai manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aktiva tersebut. Nilai ROA yang semakin mendekati 1, berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan.
Pengukuran Return on Assets (ROA)
Rumus untuk mencari Return on assets (ROA) adalah sebagai berikut (Agnes sawir 2001):
ROA = Laba Bersih/Total Aktiva
No comments:
Post a Comment