1.
Deskriptif merupakan upaya pengolahan sebuah objek menjadi
sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas/terperinci dan tepat dengan tujuan agar
dapat dimengerti oleh manusia. Deskriptif diperlukan agar peneliti tidak
melupakan pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat dibandingkan dengan
pengalaman peneliti lain sehingga mudah untuk dilakukan pemeriksaan dan
kontrol. Pada umumnya deskriptif menegaskan sesuatu, seperti apa sesuatu itu
kelihatannya? Bagaimana bunyinya? Lalu bagaimana rasanya?
2. Kritis atau Analitis merupakan
suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, mensintesis,
menganalisis fakta, menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat
perbandingan, menarik kesimpulan, dan memecahkan masalah atau mengevaluasi
berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, dimana
hasil proses ini digunakan sebagai dasar saat mengambil tindakan/keputusan
tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
3. Evaluatif merupakan
proses penilaian/pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan dalam
upaya mencapai tujuan. Data yang
diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis
situasi berikutnya.
4. Spekulatif sering disebut tindakan asal-asalan yaitu tindakan
yang hanya didasarkan oleh tebakan atau perkiraan manusia yang tidak berdasar
atau tindakan mencoba-coba. Spekulatif sering diterapkan pada pemain sepak
bola, saat mereka mencoba menendang ke arah gawang, terkadang berhasil dan
terkadang meleset. Pelajar juga sering dihadapkan dengan masalah-masalah
seperti itu. Misalnya, dalam menjawab soal-soal ujian yang tak terduga dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan Guru atau Dosen yang sama sekali belum diketahui
jawabannya. Memang dalam hal ini resiko tertinggi hanyalah mendapat nilai yang
tidak memuaskan. Akan tetapi, kepuasan akan lebih terpancar ketika dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan kemampuan sendiri tanpa mengharap
bantuan teman. Tindakan spekulatif juga harus di dasari pada logika yang sesuai
sehingga menghasilkan jawaban-jawaban yang spektakuler dan tajam serta
mendekati kebenaran bahkan bisa benar.
5.
Sistematis merupakan segala
usaha untuk meguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh,
terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Dalam
mengemukakan jawaban terhadap suatu masalah, para filsuf memakai pendapat-pendapat
sebagai wujud dari proses befilsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling
berhubungan secara teratur dan terkandung maksud dan tujuan tertentu tersusun
secara logis. Dalam berpikir, masing-masing
unsur saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan,
sehingga dapat tersusun suatu pola pemikiran yang filosofis.
6. Mendalam artinya pemikiran yang dalam sampai pada hasil yang
fundamentalis atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan
dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi tidak hanya berhenti pada
kulitnya saja, tetapi tembus sampai ke kedalamannya.
7. Mendasar artinya berpikir sampai pada hakikat, esensi
atau sampai pada substansi yang dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan
akalnya berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan
yang mendasari segala pengetahuan indrawi.
8. Menyeluruh
artinya pemikiran yang luas
karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandang
tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan-hubungan antara ilmu
yang satu dengan ilmu yang lainnya, hubungan ilmu dengan moral, seni dan tujuan
hidup. Berfikir secara filsafat berusaha untuk
menjelaskan alam semesta secara keseluruhan. Muatan kebenarannya sampai tingkat umum, mengarah pada pandangan dunia,
mengarah pada realitas hidup dan realitas kehidupan umat manusia secara
keseluruhan.
No comments:
Post a Comment