A. Pengertian Business Process Reeingineering
Menurut
Hammer dan Champy (1994) menyatakan bahwa BPR adalah revisi secara fundamental
dan pengukuran efektifitas secara kontemporer, misal pada harga jual, kualitas,
pelayanan, dan kecepatan. Sebelumnya, Hammer dan Champy (1993) memberikan
deskripsi singkat bahwa BPR adalah suatu usaha yang dilakukan oleh organisasi
atau dalam hal ini perusahaan untuk memulai kembali bisnisnya. Memulai tentu
saja dari langkah yang benar-benar awal. Seringkali banyak orang memiliki
pemikiran bahwa BPR sama dengan melakukan improvisasi terhadap kinerja
organisasi dan proses bisnis yang berjalan di perusahaan selama ini.
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Business Process Reengineering (BPR, Rekayasa ulang proses bisnis) adalah
pemikiran kembali secara fundamental dan perancangan kembali proses bisnis
secara radikal, dihasilkan dari sumber daya organisasi yang tersedia. BPR menggunakan pendekatan
untuk perancangan kembali cara kerja dalam mendukung misi organisasi dan
mengurangi biaya. Perancangan ulang dimulai dengan penaksiran level tinggi
terhadap misi organisasi, tujuan strategis, dan kebutuhan pelanggan. Pertanyaan dasar yang
ditanyakan seperti "apakah misi kita harus diperjelas? Apakah tujuan
strategis kita berjalan beriringan dengan misi kita? Siapa pelanggan
kita?".
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Business Process Reengineering (BPR) adalah proses pemikiran ulang
secara mendasar dan perancangan secara radikal terhadap proses-proses bisnis
untuk meningkatkan kinerja proses bisnis. Tujuan dari Business Process
Reengineering adalah bagaimana membuat semua proses yang ada di organisasi atau
perusahaan menjadi meningkat. Beberapa tujuan BPR menurut Andrews dan Stalick
antara lain:
·
Meningkatkan kemampuan organisasi dalam
menghasilkan barang atau jasa yang khusus serta mempertahankan produksi massal.
·
Meningkatkan kepuasan atas barang atau jasa
sehingga pelanggan akan memilih barang atau jasa perusahaan daripada perusahaan
pesaing.
·
Membuat lebih mudah dan menyenangkan bagi pelanggan
untuk melakukan bisnis dengan perusahaan.
·
Memutuskan batasan organisasional, membawa
pelanggan kepada saluran informasi melalui komunikasi, jaringan dan teknologi
komputer.
·
Mempercepat waktu respon kepada pelanggan,
mengeleminasi kesalahan dan ketidakpuasan, serta mengurangi pengembangan barang
atau jasa dalam waktu siklus pabrik.
·
Memproses permintaan pelanggan yang lebih dan
peningkatan volume dari setiap pelanggan serta menetapkan harga “value–driven”
untuk pelanggan tanpa mengurangi profitabilitas.
·
Memperbaiki kualitas kerja dan kemampuan individu
dalam memberikan kontribusi pada perusahaan.
·
Memperbaiki pembagian dan kegunaan pengetahuan
organisasi sehingga organisasi tidak tergantung pada keahlian beberapa orang
saja.
Peranan BPR:
- Menvalidasi informasi dari proses bisnis
- Menyeleksi bagian fungsi atau proses bisnis
yang mana yang membutuhkan analisis lebih lanjut
- Mengidentifikasi alur dokumen yang datang dan
ketidekefisienan proses bisnis yang sedang berlangsung
- Mengidentifikasi fungsi dan proses mana yang
mempunyai performa bagus dan dipertahankan keeksistensiannya.
- Mengidentifikasi kesempatan yang bagus dan
potensial untuk harmonisasi fungsi dan proses antara departemen.
- Mengidentifikasi kesempatan potensial dalam
penerapan teknologi/servis yang akan digunakan pada masa yang akan datang
- Menyediakan dasar untuk mengukur dan memeriksa
kondisi environment masa sekarang / mendesign ulang environment masa yang
akan datang.
BPR terdiri
dari tiga huruf yaitu B, P, dan R. B dalam BPR berfokus pada proses bisnis
dimana dalam proses tersebut dapat menciptakan nilai bagi pelanggan. Dimana B
dalam BPR ini mendefinisikan proses bisnis melalui mata pelanggan dari proses
tersebut. Yang kedua adalah P. P dalam BPR adalah berfokus pada proses yang
berjalan dimana akan menghasilkan suatu hasil yang diinginkan oleh perusahaan.
Yang terakhir adalah R. R di BPR membawa asumsi implisit tentang sejauh mana
peningkatan kinerja karena rekayasa ulang dan bagaimana rekayasa ulang
dilakukan.
B.
Dampak
BPR terhadap Kinerja Perusahaan
Dua pilar dari setiap organisasi
adalah orang-orang dan proses. Jika individu termotivasi dan bekerja
keras, namun proses bisnis adalah kegiatan rumit dan non-esensial tetap,
kinerja organisasi akan menjadi miskin. Reengineering Proses Bisnis adalah
kunci untuk mengubah cara orang bekerja. Apa yang tampaknya perubahan
kecil dalam proses dapat memiliki efek dramatis pada arus kas, pelayanan dan
kepuasan pelanggan. Bahkan tindakan mendokumentasikan proses bisnis
sendiri biasanya akan meningkatkan efisiensi organisasi dengan 10%.
BPR merupakan alat yang
sangat baik untuk digunakan dalam mendorong kecepatan proses
operasi. Process mapping can reveal the constraints and bottlenecks in an
operation. Proses pemetaan dapat mengungkapkan kendala dan hambatan dalam
sebuah operasi.
Contoh Penerapan BPR dalam Perusahaan:
1. Kantor cabang AT & T Global
Business Communications System merancang dari awal cara memproses pesanan para
pelanggan, sehingga mengurangi waktu penyampaian dari 8-12 minggu menjadi
beberapa hari, bahkan menggunakan 35% lebih sedikit karyawan dalam melaksanakan
pekerjaan tersebut.
2. Pilkington Optronics mengurangi
waktu tunggu produksinya sampai lebih dari 50%meningkatkan keandalan
penyampaian kepada pelanggannya menjadi 97% dari sebelumnya 10% mengurangi
nilai persediaan dan barang dalam proses sampai 70% menjadi 6,8 juta
poundsterling dan meningkatkan penjualan per karyawan sampai 285%.
3. Bisnis otomotif Lucas Industries
memotong waktu tunggu produksi sampai mendekati 80% dan mengurangi waktu tunggu
pengiriman pesanan sampai 70% menjadi 32 hari sebelum otomasi. Perusahaan ini
berhasil menggandakan perputaran persediaannya mencapai peningkatan
produktivitas sebesar 50% dan pengurangan biaya sebesar 25%.
4. Ford
Company, Procter & Gamble adalah contoh perusahaan raksasa Amerika yang
berhasil mengakomodasi BPR sehingga bangkit dari kelesuan yang mengancamnya. Di
Indonesia, Telkom (sekalipun tak menuruti betul konsep BPR) juga berhasil
mengadopsinya pada kepemimpinan Cacuk Sudaryanto.
Keuntungan
Memakai BPR:
1. Memberikan gambaran yang lebih jelas
dari pernyataan, sehingga diidentifikasi daerah yang harus ditingkatkan
kinerjanya.
2. Dalam pembentukan peta personal yang
terlibat akan paham masalah dari masing-masing aktivitas dan kontribusi yang
dihasilkan.
Kerugian
Memakai BPR:
1. Diperlukan peta yang memberikan
kemudahan dari pelaksana operasi, hal ini perlu diperhatikan bila pemetaan
dilakukan oleh staf pusat atau konsultan.
2. Keterpakuan pada peta proses,
sehingga mengganggu keluwesan dari proses yang digunakan untuk proses yang
unik.
C. Implementasi BPR
Kebanyakan BPR dilakukan untuk mengembangkan bisnis
yang sedang dijalankan oleh organisasi. Suatu organisasi melakukan BPR apabila
organisasi tersebut dalam keadaan kritis, sudah melihat bahwa dalam jangka
waktu tertentu akan kritis, ataupun bagi organisasi yang ingin melebihi
kompetitornya. Oleh sebab itu, dalam BPR seringkali berorientasi pada kepuasan
pelanggan terhadap layanan, harga jual, kecepatan pelayanan, dan perkembangan
dari produk. Cross (1994) menyakan ada 6 kategori dalam mendesain suatu prinsip
yang harus diimplementasikan apabila suatu organisasi ingin kegiatan BPR-nya
dapat sukses:
·Kualitas pelayanan.
Memperhatikan kualitas pelayanan juga berarti menyediakan petunjuk mengenai
proses desain seperti yang diharapkan oleh konsumen.
·Alur kerja. Berhubungan
dengan mengatur bagaimana alur proses dari kerja sebuah organisasi.
·Ruang kerja. Berpengaruh
terhadap konsep ergonomis dan tata letak dari suatu budaya kerja di organisasi.
·Improvisasi yang kontinyu.
Membantu dalam memastikan apakah proses tersebut bisa mandiri atau tidak.
·Tenaga kerja. Bagaimanapun
juga, alur kerja yang sudah diatur tidak dapat dilakukan tanpa ada faktor
manusia didalamnya.
·Teknologi Informasi.
Membantu memastikan bahwa teknologi sebagai salah satu faktor yang bisa
membantu menambah nilai (added value) dalam alur kerja (worflow).
Adapun
beberapa contoh implementasi dari TI pada BPR seperti:
1.
Basis
data yang dibagi-bagikan (shared databases), membuat informasi tersedia
pada banyak tempat.
2.
Sistem
ahli (expert systems) memungkinkan para generalis untuk melaksanakan
tugas spesialis.
3.
Jaringan
telekomunikasi (telecommunication networks), memungkinkan organisasi dapat
disentralisasikan dan didesentralisasikan dalam waktu yang sama.
4.
Perlengkapan
pengambilan keputusan (decision-support tools), memungkinkan pengambilan
keputusan menjadi bagian dari pekerjaan sehari-hari.
5.
Komunikasi
data tanpa kabel (wireless data communication) dan komputer yang mudah
dibawa (portable computer), memungkinkan personel lapangan
bekerja secara independent.
6.
Videodisk
interaktif (interactive videodisk), untuk mendapatkan kontak langsung
dengan pembeli potensial.
7.
Identifikasi
otomatis dan pelacakang (automatic identification and tracking),
memungkinkan sesuatu untuk melaporkan dimana mereka berada bukan menunggu untuk
ditemukan.
8.
Perhitungan
kinerja tinggi (high performance computing), memungkinkan
perencanaan on-the-fly (diciptakan pada saat dibutuhkan) dan
perbaikan.
D. Prinsip-prinsip BPR
Business
Process Reengineering (BPR) adalah analisis dan merancang ulang alur kerja
dalam dan di antara perusahaan. Michael Hammer dan James Champy menyarankan
tujuh prinsip-prinsip rekayasa ulang untuk mengeffisienkan proses kerja dan
dengan demikian mencapai peningkatan kualitas, manajemen waktu, dan biaya:
1.
Mengatur
terbentuknya hasil, bukan tugas.
2.
Identifikasi
semua proses dalam organisasi dan memprioritaskan mereka dalam rangka mendesak
mendesain ulang.
3.
Mengintegrasikan
pengolahan informasi pekerjaan ke dalam pekerjaan nyata yang menghasilkan
informasi.
4.
Perlakukan
secara geografis sumber daya seolah-olah mereka terpusat.
5.
Link
paralel kegiatan di alur kerja
6.
Letakkan
titik keputusan dimana pekerjaan dilakukan, dan membangun kontrol ke dalam
proses.
7.
Menangkap
informasi sekali dan pada sumbernya.
No comments:
Post a Comment