Sifat dasar dari Stress
Stress adalah suatu pengalaman dari kesempatan
atau ancaman seseorang yang dianggap penting dan juga mereka mempersepsikan
bahwa mereka mungkin tidak mampu mengatasi atau mengurus dengan efektif.
Beberapa aspek signifikan dari stress yang disorot dalam definisi ini. Pertama,
stres dapat menjadi pengalaman karena memberikan kesempatan ataupun ancaman.
Sebuah kesempatan adalah sesuatu yang menjadi potensi untuk memberikan manfaat
bagi orang tersebut. Sedangkan ancaman merupakan suatu yang memberikan potensi
untuk membahayakan seseorang. Peluang, seperti belajar keterampilan baru atau
mendapat pekerjaan baru, dapat menjadi stress jika karyawan tidak memiliki Self-efficacy dan takut bahwa mereka
tidak akan mampu tampil di tingkat yang dapat diterima oleh orang lain. Ketika
suatu organisasi mengurangi jumlah tenaga kerjanya, karyawan mengalami stress
karena keamanan keuangan mereka, kesejahteraan psikologis, dan pengembangan
karirnya akan terancam.
Aspek kedua dari stress adalah bahwa ancaman
atau peluang yang dialami adalah sesuatu yang penting bagi seseorang. Oleh
karena itu, hal tersebut memiliki potensi untuk mempengaruhi kesejahteraan
seseorang atau kebahagiaan seseorang, kesehatan atau kesejahteraan. Banyak hal
yang dihadapi seseotang dalam kehidupan sehari-hari mereka yang dapat
diklasifikasikan sebagai peluang dan ancaman, tetapi lebih dikhususkan pada
yang mengakibatkan stress. Ancaman lalu lintas yang padat dapat menjadi hal
cukup penting untuk menyebabkan stress jika Anda terjebak dalam kemacetan lalu
lintas di jam 07.50 dan dijadwalkan untuk presentasi penting kepada manajer
atas di jam 08.00. Dalam situasi ini, lalu lintas memiliki potensi untuk
memberikan keadaan negative-terlambat untuk melakukan presentasi tidak akan
membuat Anda terlihat baik dimata atasan Anda.
Aspek penting yang ketiga dari stress adalah
ketidakpastian: seseorang yang mengalami sebuah kesempatan penting dan ancaman
tidak pasti bahwa dia akan efektif dalam menanganinya. Ketika seseorang yang
percaya bahwa mereka dapat mengatasi secara efektif sebuah kesempatan dan
ancaman, mereka biasanya tidak mengalami stress.
Aspek terakhir dari penegasan stress dalam
definisi adalah bahwa stress adalah akar dari persepsi. Pengalaman stress
seseorang tergantung pada bagaimana mereka menganggap potensi kesempatan dan
ancaman dan bagaimana mereka merasa kapabilitas mereka untuk mempercayai diri
mereka sendiri. Salah seorang mungkin menganggap suatu perubahan pekerjaan atau
promosi sebagai kesempatan untuk belajar dan meningkatkan karir, tapi orang
lain mungkin menganggap perubahan pekerjaan yang sama atau promosi sebagai
ancaman potensi kegagalan. Demikian pula, seseorang dengan kepercayaan diri
yang tinggi mungkin merasa baik untuk mengambil tanggung jawab tambahan. Namun,
seorang karyawan yang sama tetapi dengan kepercayaan diri yang rendah mungkin
menganggap dirinya tidak mampu menangani tanggung jawab lebih.
Perbedaan Individual dan
Stress
Dari definisinya menekankan pada pengalaman stress
seseorang bergantung pada beberapa faktor seperti seberapa penting seseorang
berfikir tentang sebuah kesempatan atau ancaman yang dihadapi dan memperluas
fikiran seseorang tentang kemampuannya dalam menghadapi kesempatan atau ancaman
secara efektif. Selain itu, stress merupakan pengalaman yang sangat pribadi.
Anggota dari sebuah organisasi harus menyadari bahwa
individu-individu mungkin merespon secara berbeda terhadap potensi sumber stres
yang sama, dan apa yang mungkin kelihatan sepele untuk satu karyawan bisa saja menjadi sumber stres bagi
orang lain.
Perbedaan-perbedaan individu juga berperan pada sebuah
peran yang signifikan dalam menentukan bagaimana anggota-anggota dari sebuah
organisasi merasa dan befikir tentang potensi sumber stres, kemampuan mereka
untuk menghadapi stres secara efektif.
Kepribadian
Istilah
kepribadian merujuk pada serangkaian karekteristik, temperamen, dan
kecenderungan yang relatif stabil, yang membentuk kemiripan dan perbedaan dalam
prilaku orang. Kepribadian dibuat dari lima dimensi yaitu: exstroversion,
emotional stability, agreeableness, consientiousness, dan openness to
experience. Emotional stability merupakan hubungan yang paling jelas dalam
stress, dan cenderung tidak kewalahan dengan stress dan lebih cepat pulih.
Exstroversion juga lebih cenderung mengalami keadaan emosional positif karena
mereka banyak mendapat dukungan saat tertekan.
Agreeableness lebih cenderung untuk bersifat antagonis, tidak simaptik
dan bahkan kasar terhadap orang lain dan kemungkinan stress berasala dariorang
lain. Consientiousness merupakan dimensi Big Fife yang secara konsisten
berhubungan dengan kinerja dan keberhasilan pekerjaan dan lebih cenderung tidak
mengalami stress berkenaan dengan aspek ini dalam pekerjaan mereka. Openness to
experience akan lebih siap untuk berhadapan dengan stressor yang dihubungkan
dengan perubahan karena mereka lebih mungkin untuk memndang perubahan sebagai
suatu tantangan dan bukan ancaman.
Kemampuan
Sebagai
tambahan terhadap kepribadian yang berbeda-beda, karyawan-karyawan juga berbeda
dalam kemampuan mereka, yang dapat mempengaruhi tingkatan stres. Stress dapat
dialami ketika karyawan kekurangan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaannya.
Sesuatu yang
berhubungan terhadap kemampuan adalah factor lain yang mempengaruhi apakah
karyawan-karyawan merasa stress atau tidak adalah pengalaman. Orang-orang lebih
cenderung merasa stress ketika pengalaman mereka kurang dalam mengerjakan sesuatu
dan mereka akan tidak terlalu stress jika mereka memperoh pengalaman.
Dampak dari Stres
Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa
kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu,
yaitu:
1.
Gejala psikologis
Berikut ini
adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian
mengenai stres pekerjaan:
Ø Kecemasan, ketegangan,
kebingungan dan mudah tersinggung
Ø Perasaan frustrasi, rasa
marah, dan dendam (kebencian)
Ø Sensitif dan hyperreactivity
Ø Memendam perasaan,
penarikan diri, dan depresi
Ø Komunikasi yang tidak
efektif
Ø Perasaan terkucil dan
terasing
Ø Kebosanan dan
ketidakpuasan kerja
Ø Kelelahan mental,
penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
Ø Kehilangan spontanitas dan
kreativitas
Ø Menurunnya rasa percaya
diri
2.
Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja
adalah:
Ø
Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan
kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular
Ø
Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin
dan noradrenalin)
Ø
Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
Ø
Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
Ø
Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom
kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome)
Ø
Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang
ada
Ø
Gangguan pada kulit
Ø
Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah,
ketegangan otot
Ø
Gangguan tidur
Ø
Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi
kemungkinan terkena kanker
3.
Gejala perilaku
Gejala-gejala
perilaku yang utama dari stres kerja adalah:
Ø
Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
Ø
Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
Ø
Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
Ø
Perilaku sabotase dalam pekerjaan
Ø
Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai
pelampiasan, mengarah ke obesitas
Ø
Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai
bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan
berkombinasi dengan tanda-tanda depresi
Ø
Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi,
seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi
Ø
Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
Ø
Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan
keluarga dan teman
Ø
Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri
Tingkatan stres yang sangat tinggi bagaimanapun bisa
mengganggu kinerja dan akan berdampak pada hasil yang negatif. Pelajar yang
akan berjuang untuk menghadapi ujian yang serius akan merasa gelisah dan tidak
dapat mengingat materi yang mungkin mereka kuasai sehari sebelum ujian. Stres
dan kegelisahan mengganggu kemampuan mereka dalam menghadapi ujian dan
fikiran-fikiran dari seberapa buruk mereka akan mengerjakannya menghalangi
mereka berkonsentrasi pada pertanyaan yang diminta.
Demikian pula dengan tingkatan stres yang terlalu tinggi
bisa saja menghalangi karyawan-karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya secara
efektif. Stres dalam pekerjaan bisa menjadi positif jika dijaga dalam level
yang masih optimal. Penyanyi seperti Taylor Swift bisa benar-benar menggukana
stres untuk meningkatkan penampilannya di konser-konser di depan penonton yang
sangat ramai.
Mengatasi Stres
Mengatasi dengan fokus terhadap masalah merupakan langkah-langkah yang
orang ambil untuk berurusan dan mengambil tindakan secara langsung terhadap
sumber stres. Mengatasi dengan fokus terhadap emosi merupakan langkah-langkah
yang orang ambil untuk berurusan dan mengontrol perasaan stres dan emosi
mereka.
Strategi mengatasi dengan fokus terhadap masalah:
1.
Manajemen Waktu
Lebih mengutamakan dan menaksir
tekhnik-tekhnik yang memperbolehkan karyawan-karyawan untuk mengidentifikasi
tugas-tugas yang paling penting dan mempersiapkan mereka terhadap jadwal
hariannya.
2.
Memperoleh bantuan dari seorang mentor
Anggota-angota yang lebih berpengalaman dalam
sebuah organisasi (mentor) bias menawarkan nasihat-nasihat dan petunjuk kepada
anggota-anggota yang memiliki pengalaman yang kurang.
3.
Negosiasi tugas
Proses yang dijalani karyawan-karyawan secara
aktif mencoba merubah tugas-tugas mereka untuk mengurangi konflik tugas,
ambiguitas tugas, beban yang terlalu berat dan beban yang terlalu ringan.
Kesimpulan:
Stres merupakan keadaan
yang tidak diharapkan dimana seseorang merasategang dan berada di bawah tekanan
karena tingginya tuntutan lingkungan. Salah satu contoh adalah stres kerja.
Stres kerja merupakan ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian
karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada
semua kondisi pekerjaan.
Timbulnya stres dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: Pertama, Faktor lingkungan berupa
perubahan situasi bisnis, ketidakpastian politik,kemajuan teknologi dan
terorisme. Kedua, Faktor organisasi berupa tekanan dalam menyelesaikan tugas
dengan batas waktu, beban kerja berlebihan, bos yang terlalu menuntut, serta
rekan kerja yang tidak menyenangkan. Ketiga, Faktor individu, berupa persoalan
keluarga, masalah ekonomi, karakteristik kepribadian bawaan. Keempat, Perbedaan
individu, adanya persepsi rasa takut kehilangan pekerjaan, pengalaman kerja
kurang, banyak sedikitnya dukungan sosial, keyakinan akantempat kedudukan
kendali, dan permusuhan.
Stres kerja yang terjadi
terus menerus tentu akan mengurangi kualitas dan kuantitas pekerjaan seseorang.
Maka beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya adalah pendekatan
individu dan pendekatan organisasi. Pendekatan individu telah terbukti
mengurangi intensitas stres yang begitu tinggi, hal-hal yang dapat dilakukan
antara lain latihan fisik seperti olahraga aerobik,joging, berenang, lalu
melakukan pelatihan pengenduran atau relaksasi seperti meditasi, hipnosis, dan
biofeedback, serta terus melakukan perluasan jaringan guna mendapatkan dukungan
sosial. Metode pendekatan organisasi dapat dilakukan dengan perbaikan seleksi
personil dan penempatan kerja, penetapan tujuan,mendesain ulang pekerjaan,
meningkatkan komunikasi organisasi dan menawarkan program kesejahteraan. Stres
kerja merupakan hal yang wajar terjadi. Namun dengan adanya tindakan yang
benar dalam menanganinya dan adanya kemauan tiap-tiap individu untuk menciptakan lingkungan pekerjaan yang nyaman, aman, dan menyenangkan,
tentu saja hal itu akan menguntungkan baik individu, perusahaan, maupun
lingkungan.
No comments:
Post a Comment