Depreciation
Depreciation adalah pengalokasian cost of an assets secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari asset bersangkutan.
Accumulated depreciations merupakan penjumlahan seluruh asset cost yang telah menjadi beban pada periode sebelumnya.
Depreciation expense merupakan pengakuan atas penurunan nilai pelayanan aset.
Factors Affecting the periodic Depreciation Charge
(Faktor-faktor yang mempengaruhi beban penyusutan periodik)
Ada 4 faktor yang mempengaruhi depreciation expense periodik yaitu:
1. Harga perolehan Aktiva (Asset Cost)
2. Nilai residual atau nilai sisa (Residual or Salvage Value)
3. Masa manfaat (Useful life)
4. Pola penggunaan (Pattern of Use)
Asset Cost
Meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyiapan untuk dapat digunakan. Harga perolehan aktiva ini dikurangi nilai residu yang diperkirakan yaitu harga perolehan aktiva yang dibebankan ke pendapatan di masa depan.
Residual or Salvage Value
Merupakan jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi. Hal ini tergantung pada kebijaksanaan penghentian penggunaan yang diterapkan perusahaan dan juga kondisi pasar serta faktor-faktor lainnya.
Useful Life
Aktiva tetap selain tanah, memiliki masa manfaat terbatas karena faktor-faktor fisik dan fungsional tertentu.
Faktor fisik yang membatasi masa manfaat aset yaitu:
1. Keausan dan kecacatan (wear and tear)
2. Kemerosotan nilai dan pembusukan (deterioration and decay)
3. Kerusakan atau destruksi (damage or destruction)
Faktor-faktor fungsional
Yang membatasi masa manfaat aset ini yaitu:
1. Ketidaklayakan
2. Keusangan
Pattern of Use
Untuk menandingkan harga perolehan aktiva terhadap pendapatan, beban penyusutan periodik harus mencerminkan setepat mungkin pola penggunaannya.
Jika aktiva menghasilkan suatu pola pendapatan yang bervariasi, maka beban penyusutannya juga harus bervariasi dengan pola yang sama. Jika penyusutan di ukur dalam satuan faktor waktu, pola penggunaannya harus di estimasikan. Faktor waktu diterapkan dalam 2 kelompok metode yang umum, yaitu penyusutan garis lurus dan penyusutan beban menurun. Bilamana penyusutan diukur dalam satuan faktor penggunaan, unit penggunaan harus diestimasikan.
Beban penyusutan bervariasi secara periodik sesuai dengan jasa yang disediakan oleh aktiva tersebut.
Faktor penggunaan diterapkan dalam penyusutan menurut jam pemakaian dan dalam penyusutan menurut output produksi.
Pencatatan Penyusutan Periodik (Recording Periodic Depreciation)
Perkiraan penilaian atau penyisihan yang dikredit dalam pencatatan penyusutan periodik biasanya disebut accumulated depreciation.
Dengan mengakumulasikan harga perolehan yang terpakai dalam suatu perkiraan tersendiri dan bukan mengkredit secara langsung perkiraan asset, maka akan lebih mudah mengidentifikasikan harga perolehan asli aktiva tersebut dan accumulated depreciation.
FASB mengharuskan pengungkapan baik harga perolehan maupun accumulated depreciation untuk aktiva tetap di balance sheet atau pada penjelasan financial statement.
Metode Penyusutan (Method of Depreciation)
Ada beberapa metode alokasi harga perolehan aktiva yang disusutkan yaitu:
Metode berdasarkan faktor waktu (Time-factors Method)
1. Metode garis lurus (straight-line methods)
2. Metode beban menurun (dipercepat) (Accelerated methods)
- Metode jumlah angka tahun (sum-of-the-year-digits method)
- Metode saldo menurun (declining-balance methods)
3. Sistem pemulihan harga perolehan di percepat (ACRS)
Metode berdasarkan faktor penggunaan (Use-Factor Method)
1. Metode jam pemakaian (Service-hours method)
2. Jam output produksi (Productive output method)
Metode berdasarkan tarif kelompok dan tarif komposit
1. Penyusutan kelompok (Group Depreciaton)
2. Penyusutan komposit (Composite Depreciaiton)
Time-factors Method
Metode ini merupakan metode alokasi harga perolehan yang paling umum bertalian dengan berlalunya waktu. Pada umumnya aktiva produktif digunakan sampai waktu tertentu. Kemungkinan keusangan akibat perubahan teknologi juga merupakan fungsi dari waktu.
Di antara metode–metode faktor waktu, penyusutan garis lurus yang paling populer.
Penggunaan metode beban menurun atau metode penyusutan dipercepat banyak didasarkan pada asumsi bahwa pada tahun-tahun awal umur suatu aktiva akan terjadi pengurangan yang cepat atas efisiensi, output atau manfaat aktiva lainnya.
Straight-line depreciation
Berkaitan dengan alokasi menurut lewatnya waktu dan mengakui beban-beban periodik yang sama besarnya selama umur aktiva.
Rumus:
Harga perolehan aktiva – estimasi nilai sisa
Depreciation Expense periodik = -----------------------------------------------------------
Estimasi umur (tahun)
Sum-of-the-Years-Digits Depreciation
Menetapkan pembebanan yang semakin menurun dengan mengalikan serangkaian pecahan, masing-masing dengan nilai yang semakin kecil, dengan harga perolehan aktiva yang dapat disusutkan. Pecahan-pecahan dihitung dalam satuan jumlah periode umur aktiva tersebut.
Pembilangnya adalah angka-angka tahun yang diurut menurun, sedangkan penyebutnya adalah hasil penjumlahan angka-angka itu.
Declining Balance – Depreciation
Menghasilkan beban menurun dengan membebankan tingkat persentase yang konstan terhadap nilai buku aktiva yang menurun.
Nilai residual tidak diperhitungkan dalam penghitungan menurut metode ini, di mana umumnya diakui bahwa penyusutan tidak perlu dilanjutkan jika nilai buku sudah sama dengan nilai residual. Persentase yang dipakai adalah perkalian atas tingkat garis lurus yang dikalkulasikan untuk berbagai masa manfaat sebagai berikut:
Penyusutan untuk bagian-bagian periode (Depreciation for Partial Periods)
Jika metode faktor waktu dipakai, depreciation on assets yang diperoleh atau dikeluarkan selama tahun tersebut dapat didasarkan pada jumlah hari dimilikinya aktiva tadi selama periode tersebut. Namun bila tingkat perolehan dan penghentian penggunaan aktiva terlalu tinggi, perusahaan sering menerapkan kebijaksan yang lebih longgar untuk pengakuan penyusutan dalam bagian-bagian periode.
Beberapa alternatif yang ditemukan dalam praktek meliputi metode-metode berikut:
- Penyusutan diakui pada bulan terdekat. Aktiva yang diperoleh pada atau sebelum tanggal 15 bulan bersangkutan dianggap bahwa aktiva tersebut telah dimiliki pada bulan yang bersangkutan sedangkan aktiva yang diperoleh setelah tanggal 15 dianggap aktiva tersebut dimiliki pada bulan berikutnya. Sebaliknya aktiva yang dijual pada atau sebelum tanggal 15 bulan tersebut, dianggap tidak dimiliki pada bulan yang bersangkutan dan aktiva yang dijual setelah tanggal 15 dianggap masih dianggap dimiliki pada bulan yang bersangkutan.
- Penyusutan diakui pada tahun terdekat. Aktiva yang diperoleh selama 6 bulan pertama dianggap dimiliki untuk keseluruhan tahun bersangkutan, aktiva yang diperoleh selama 6 bulan terakhir dianggap belum dimiliki dalam penghitungan penyusutannya. Sebaliknya tidak ada penyusutan yang perlu dicatat atas aktiva yang terjual selama 6 bulan pertama dan penyusutan setahun penuh dicatat atas aktiva yang dijual selama 6 bulan terakhir
- Penyusutan setengah tahun dicatat atas setiap aktiva yang dibeli atau dijual selama tahun bersangkutan. Penyusutan setahun penuh dicatat atas seluruh aktiva lainnya
- Tidak ada penyusutan yang perlu dicatat atas perolehan selama tahun bersangkutan, tetapi penyusutan setahun penuh dicatat atas setiap penghentian pemakaiannya
- Penyusutan dicatat setahun penuh atas perolehan selama tahun bersangkutan, tetapi tidak ada penyusutan yang perlu dicatat atas penghentian pemakaiannya
Metode berdasarkan faktor penggunaan (Use-Factor Method)
Metode ini memandang keletihan teknis aktiva sangat berkaitan dengan penggunaan atau output aktiva tersebut dan menetapkan beban periodik selaras dengan tingkat pemakaian tersebut. Umur manfaat untuk aktiva tertentu dapat dinyatakan dengan baik dalam satuan jam pemakaian, untuk aktiva lainnya dalam satuan unit produksi
Metode jam pemakaian (Service-hours Method)
Penyusutan berdasarkan metode ini didasarkan pada teori bahwa suatu aktiva merupakan pembelian sejumlah jam pemakaian langsung. Metode ini memerlukan estimasi umur aktiva dalam satuan jam pemakaian langsung.
Rumus :
Harga perolehan aktiva – estimasi nilai sisa
Tarif penyusutan per periode = -----------------------------------------------------
(per jam) Estimasi jam pemakaian
Metode output produktif (Productive-Output Method)
Penyusutan berdasarkan metode ini didasarkan pada teori bahwa assets diperoleh jasa yang dihasilkan dalam bentuk output produksi. Metode ini mensyaratkan estimasi atas total unit output aktiva.
Rumus :
Harga perolehan aktiva – estimasi nilai sisa
Tarif penyusutan per periode = ------------------------------------------------------
(per ribuan unit) Estimasi unit output
Metode Tarif Kelompok dan Komposit
Pembahasan sebelumnya beban penyusutan diperhitungkan pada masing-masing unit terpisah dan biasanya disebut penyusutan per unit.
Jika ada manfaat tertentu dalam mengkaitkan langsung penyusutan dengan suatu kelompok aktiva dan penghitungan suatu tarif tunggal terhadap harga perolehan kolektif atas kelompok tersebut pada saat tertentu. Prosedur alokasi harga perolehan kelompok di sebut penyusutan kelompok (group depreciation) dan penyusutan komposit (composite depreciation)
• Penyusutan Kelompok (Group Depreciation)
Prosedur penyusutan kelompok menetapkan himpunan aktiva yang serupa sebagai kelompok tunggal. Penyusutan diakumulasikan dalam perkiraan penilaian tunggal dan tarif penyusutan didasarkan pada umur rata-rata aktiva dalam kelompok.
Karena perkiraan akumulasi penyusutan menurut prosedur kelompok ini diterapkan pada kelompok aktiva keseluruhan, maka tidak dapat dikaitkan pada aktiva tertentu. Jadi tidak ada nilai buku yang dapat dikalkulasikan untuk aktiva tertentu dan karenanya tidak ada aktiva yang disusutkan habis.
Contoh:
Ada 100 mesin yang serupa dengan masa manfaat yang ditaksir selama 5 tahun yang dibeli pada awal tahun 1997 dengan total harga perolehan sebesar Rp 2.000.000
Dari kelompok ini:
• 30 mesin dihentikan penggunaannya pada akhir tahun ke 4,
• 40 mesin dihentikan penggunaannya pada akhir tahun ke 5, dan
• 30 mesin dihentikan penggunaannya pada akhir tahun ke 6.
Berdasarkan taksiran masa manfaat rata-rata 5 tahun, beban penyusutan 20% (1/5 * 100%) dilaporkan atas aktiva yang masih memberikan jasa setiap tahun.
Satu hal yang perlu diketahui dulu bahwa beban penyusutan sebenarnya adalah:
((2.000.000 / 100) / 5 tahun) = Rp 4.000 / mesin / tahun
Untuk 4 tahun pertama digunakan 100 mesin dan beban penyusutan per tahunnya adalah:
( 2.000.000 / 5 tahun) = Rp 400.000 (untuk 100 mesin)
Pada tahun ke 5 hanya 70 mesin yang beroperasi, maka beban penyusutannya:
(20% dari 1.400.000) = Rp 280.000
Penjelasan:
1.400.000 = (70/100) * 2.000.000
Pada tahun ke 6 hanya 30 unit yang beroperasi, maka beban penyusutannya:
(20% dari 600.000) = Rp 120.000
Berikut dibawah ini adalah ikhtisar dari beban penyusutan dan perubahan dalam perkiraan kelompok aktiva dan akumulasi penyusutan.
Jika ke 30 mesin yang dihentikan penggunaannya dijual dengan harga Rp 50.000, maka ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut yitu:
Karena tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui, maka debit ke akumulasi penyusutan adalah perbedaan antara biaya harga perolehan dan kas yang diterima.
• Penyusutan komposit (Composite Depreciation)
Prosedur dasar yang diterapkan menurut metode kelompok dalam pengalokasian harga perolehan aktiva yang serupa dapat diperluas yang mencakup aktiva yang tidak sejenis. Penerapan khusus prosedur kelompok ini dikenal sebagai penyusutan komposit (composite depreciaiton)
Tarif komposit ditetapkan dengan menganalisis berbagai aktiva atau kelas-kelas aktiva yang digunakan dan menghitung penyusutan sebagai suatu rata-rata penyusutan garis lurus tahunan sebagai berikut:
Tarif penyusutan komposit yang diterapkan ke harga perolehan = 5.000.000/40.000.000 = 12.5%
Umur komposit atau rata-rata atas aktiva = 36.760.000/5.000.000 = 7.35 tahun
Amortization of Intangible Assets
Umur aktiva tak berwujud biasanya dibatasi oleh pengaruh akibat keusangan, perubahan permintaan, persaingan dan faktor-faktor ekonomi lainnya. Menurut APB Opinion no 17 mensyaratkan bahwa harga perolehan tercatat dari seluruh aktiva tak berwujud yang diperoleh diamortisasikan sepanjang estimasi masa manfaatnya.
Masa manfaat aktiva tak berwujud dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang semuanya harus diperhitungkan dalam penetapan periode amortisasi. Masa manfaat dapat dibatasi oleh ketentuan hukum, peraturan, atau kontrak.
Faktor-faktor ini termasuk opsi pembaharuan atau perpanjangan harus dievaluasi dalam hubungannya dengan faktor-faktor ekonomi, seperti Paten memiliki masa manfaat menurut hukum selama 17 tahun, tapi jika manfaat kompetitf yang dihasilkan paten diperkirakan berakhir setelah 5 tahun maka harga perolehan paten harus diamortisasikan sepanjang periode yang lebih pendek.
Amortisasi aktiva tak berwujud pada umumnya ditetapkan dalam jumlah yang sama pada periode, atau dengan suatu basis alokasi garis lurus.
Depletion of Natural Resources
Sumber daya alam yang juga disebut sebagai aktiva terpakai habis (wasting assets) akan terus terkuras sampai habis menurut unit-unit fisik yang menunjukkan pemindahan dan penjualan sumber daya alam ini.
Contoh pengolahan yang mengakibatkan habisnya sumber daya alam yaitu penambangan minyak atau gas bumi, penebangan kayu, dan penambangan batu bara.
Perhitungan Deplesi Periodik (Computing Periodic Depletion)
Penghitungan beban deplesi merupakan adaptasi dari metode output produktif.
Contoh :
Tanah yang mengandung sumber alam dibeli dengan harga Rp 11.000.000.
Tanah tersebut memiliki nilai estimasi setelah pengurasan sumber daya sebesar Rp 500.000.
Cadangan sumber alam diestimasikan sebanyak 2.000.000 ton.
Beban deplesi per unit dan beban deplesi total untuk tahun pertama dengan asumsi bahwa pengurasan sumber daya sebesar 160.000 ton dihitung sebagai berikut:
Beban deplesi per ton : (11.000.000 – 500.000) : 2.000.000 = 5.25
Beban deplesi untuk tahun pertama : 160.000 * 5.25 = 840.000
Jurnal berikut dibuat untuk mencatat transaksi di atas yaitu :
Changes in Estimatesof Cost Allocation Variables
Alokasi asset cost yang bermanfaat lebih dari 1 periode tidak dapat ditetapkan dengan tepat pada saat perolehan (acquisition) karena demikian banyaknya variabel yang tidak diketahui dengan pasti. Hanya satu faktor yang dapat ditetapkan dan menetapkan depreciation, amortization, or depletion yaitu asset cost. Jika terjadi perubahan dalam melakukan estimasi, penyesuaian apakah yang harus dilakukan ?
Change in Estimated Life
(Perubahan estimasi masa manfaat)
Contoh:
PT Suri membeli peralatan seharga Rp 50.000.000 dan diperkirakan akan bermanfaat selama 10 tahun tanpa nilai sisa.
Metode penyusutan yang di pakai yaitu metode garis lurus.
Pada awal tahun ke 5, dilakukan revaluasi (penilaian ulang) di mana menunjukkan bahwa hanya 4 tahun lagi peralatan tersebut dapat dipakai.
Change in Estimated Units of Production
(Perubahan Estimasi Unit Produksi)
Perubahan estimasi lainnya terjadi dalam akuntansi untuk aktiva yang terpakai habis jika estimasi jumlah unit yang dapat ditemukan berubah akibat penemuaan-2 lain, proses penambangan yang disempurnakan, atau perubahan harga jual yang menunjukkan jumlah unit yang dapat ditambang secara menguntungkan.
Contoh:
Tanah dibeli dengan harga Rp 5.500.000 dengan estimasi nilai sisa Rp 250.000. Estimasi cadangan sumber daya alam semula dalam tanah adalah Rp 1.000.000 ton.
Tarif deplesi menurut kondisi ini adalah 5,25 per ton, dan beban deplesi untuk tahun pertama pada saat telah ditambang sebanyak 80.000 ton sebesar 420.000.
Anggaplah pada tahun kedua 100.000 ton biji besi berhasil ditambang, akan tetapi sebelum pembukuan ditutup, penilaian jumlah ton yang dapat ditambang menunjukkan tonase yang tersisa sebesar 950.000.
Maka tarif deplesi yang baru dan beban deplesi untuk tahun kedua adalah:
Kadang-kadang terdapat kenaikan dalam estimasi jumlah yang ditemukan karena adanya pengeluaran modal tambahan yang berupa pengembangan modal. Bila hal ini terjadi biaya tambahan harus ditambahkan ke biaya tersisa yang dapat ditutupi kembali dan dibagi dengan jumlah ton yang belum ditambang.
Contoh:
Dalam contoh sebelumnya, biaya tambahan sebesar Rp 525.000 timbul pada awal tahun kedua.
Maka perhitungan tarif deplesi dan beban deplesi:
Impairment (Penurunan Nilai)
Terkadang, kejadian-kejadian yang terjadi setelah pembelian assets dan sebelum berakhirnya estimasi masa manfaat yang menurunkan nilai asset dan memerlukan penghapusan segera asset tersebut daripada membuat alokasi cost yang normal sepanjang periode tertentu. Keputusan mengenai apakah akan mengakui penurunan nilai dari aktiva operasi bukanlah suatu hal yang mudah.
Accounting for Asset Impairment
Panduan untuk accounting for asset impairment dengan menggunakan GAAP AS, disediakan dalam FASB Statement no 144, yang diterbitkan pada tahun 2001, memuat 4 pertanyaan berikut :
1. Kapan sebaiknya asset di tinjau kembali untuk kemungkinan adanya penurunan nilai ?
2. Kapan suatu asset diturunkan nilainya ?
3. Bagaimana sebaiknya kerugian akibat penurunan nilai di ukur ?
4. Informasi apa yang harus diungkapkan mengenai suatu penurunan nilai ?
Kapan sebaiknya asset di tinjau kembali untuk kemungkinan adanya penurunan nilai ?
Perusahaan di minta untuk melaksanakan pengujian penurunan nilai ketika ada perubahan yang material dalam cara asset tersebut digunakan atau dalam lingkungan usaha. Disamping itu, jika manajemen memperoleh informasi bahwa market value asset telah turun, maka suatu pengujian penurunan nilai harus dilakukan.
Kapan suatu asset diturunkan nilainya ?
Suatu perusahaan mengakui impairment loss bila undiscounted sum of estimated future cash flow dari asset adalah kurang dari book value of the asset.
Bagaimana sebaiknya kerugian akibat penurunan nilai di ukur ?
The impairment loss merupakan perbedaan antara the book value of the asset, The fair value dapat diperkirakan dengan menggunakan present value of estimated future cash flow from the asset.
Informasi apa yang harus diungkapkan mengenai suatu penurunan nilai ?
Pengungkapan harus memuat suatu penjelasan atas impaired asset, alasan atas impairment, penjelasan tentang asumsi pengukuran dan segmen usaha yang terkena dampaknya. An Impairment loss harus dimasukan sebagai bagian dari income from continuing operation, dan catatan yang mengungkapkan jumlah harus dibuat jika impairment loss tidak ditunjukan sebagai bagian perkiraan income statement.
Ilustrasi impairment rules
Guangzhou Company membeli sebuah gedung 5 tahun yang lalu dengan harga sebesar 600.000. Gedung tersebut disusutkan menggunakan straight line method dengan masa manfaat 20 tahun tanpa residual value. Beberapa bangunan lain dalam wilayah yang berdekata baru saja ditinggalkan dan Guangzhau telah memutuskan bahwa gedung tersebut harus dievaluasi karena kemungkinan mengalamai impairment (penurunan nilai). Guangzhou memperkirakan bahwa gedung tersebut memiliki masa manfaat yang tersisa 15 tahun, net cash inflow dari gedung sebesar 25.000 per tahun, dan fair value gedung sebesar 230.000. tidak ada goodwill yang di hubungkan dengan pembelian gedung tersebut.
Book value 450.000 dibandingkan dengan 375.000 (25.000 * 15 tahun) yaitu undiscounted sum of future cash flows untuk menentukan apakah gedung tersebut telah turun nilainya. The sum of future cash flows lebih kecil, maka impairment loss harus diakui. Kerugian sebesar 220.000 (450.000 – 230.000) yaitu selisih antara book value of the building dengan fair value. The impairment loss akan dicatat sebagai berikut:
Nilai baru yang di catat sebesar 230.000 (600.000 – 370.000) di anggap sebagai cost of the asset. Setelah impairment loss di akui, tidak ada perbaikan atas kerugian yang diperbolehkan walaupun jika ternyata the fair value of the asset meningkat.
Asset Retirement (Penghentian Penggunaan Aktiva)
Aktiva dapat dihentikan penggunaannya dengan cara menjual, menukarkan atau membuangnya. Jika harga pelepasan lebih besar dari nilai buku di akui keuntungan, sebaliknya jika harga pelepasan lebih kecil dari nilai buku, diakui kerugian.
Keuntungan dan kerugian ini dilaporkan pada perhitungan rugilaba sebagai pendapatan lain-lain / beban lain-lain. Akibat dari pelepasan ini, maka saldo perkiraan aktiva tetap dan akumulasi harus dihapuskan.
Penghentian Penggunaan aktiva melalui penjualan (Asset Retirement by Sale)
Jika hasil dari penjualan aktiva dalam bentuk kas atau piutang (aktiva moneter), maka pencatatan transaksi tersebut mengikuti urutan di atas.
Contoh:
Tanggal 1 april 1994, PT A menjual peralatan pabrik seharga Rp 43.600 yang dicatat pada pembukuan dengan harga perolehan Rp 83.600 dan akumulasi penyusutan per 1 januari 1994 sebesar Rp 50.600.
Perusahaan menyusutkan peralatan pabriknya pada pembukuan dengan menggunakan tarif garis lurus 10%.
Perhitungan Tabel Penyusutan
Penghentian penggunaan aktiva melalui pertukaran dengan aktiva nonmoneter lainnya
(Asset Retirement by Exchange for Other Nonmonetary Assets)
Jika aktiva tetap diperoleh dari hasil pertukaran dengan aktiva nonmoneter lain, maka aktiva baru yang diperoleh tersebut umumnya dicatat sebesar nilai pasar wajarnya atau nilai pasar wajar aktiva nonmoneter yang diserahkan, mana yang lebih pasti.
Dalam pertukaran aktiva tetap yang harus diperhatikan:
- Apakah aktiva yang dipertukarkan serupa sifatnya
- Apakah pihak-pihak yang terlibat di dalam pertukaran berada dalam posisi sama, yakni sama-sama dealer aktiva itu atau bukan ?
Jika jawaban atas kedua pertanyaan diatas ya, dan jika transaksi itu menguntungkan, maka pendekatan kasus khusus dipakai untuk mencatat pertukaran itu. Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat kasus umum bagi pertukaran yang melibatkan aktiva nonmoneter sama dengan contoh sebelumnya, kecuali bahwa yang bertambah aktiva nonmoneter, bukan aktiva moneter. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari pertukaran diakui ketika pertukaran terjadi
Contoh: (masih berhubungan dengan contoh penghentian penggunaan aktiva melalui penjualan)
Penghentian penggunaan aktiva yang diuraikan diatas dilakukan melalui pertukaran dengan peralatan pengangkutan yang mempunyai nilai pasar Rp 43.600. Keuntungan tetap akan dihitung dengan membandingkan nilai buku mesin dan nilai pasar aktiva yang diperoleh di dalam pertukaran itu.
Perhitungan Tabel Penyusutan:
Jika nilai pasar wajar dari mesin lebih pasti daripada nilai peralatan pengangkutan, maka nilai mesin akan digunakan untuk menghitung keuntungan atau kerugian dan untuk menentukan nilai peralatan pengangkutan.
Contoh:
Peralatan pengangkutan digunakan dan nilai pasarnya tidak diketahui, tetapi mesin di ketahui mempunyai nilai pasarnya sebesar Rp 25.000.
Perhitungan Tabel Penyusutan:
Sering kali pertukaran aktiva nonmoneter melibatkan transfer kas karena aktiva nonmoneter dalam kebanyakan transaksi pertukaran tidak mempunyai nilai pasar yang sama. Bagian kas dari transaksi ini menyamakan nilai pasar aktiva yang diterima dengan nilai aktiva yang dikorbankan. Jadi seandainya dalam contoh tadi pertukaran peralatan pengangkutan disertai dengan uang kas sebesar Rp 3.000, maka kerugian akan berkurang menjadi Rp 2.910 dan ayat jurnalnya:
Perhitungan Tabel Penyusutan:
Penghentian penggunaan aktiva dengan pertukaran aktiva nonmoneter - kasus khusus
(Asset Retirement by Exchange of Nonmonetary Assets – Special Case)
Dalam kasus khusus tidak ada keuntungan yang bisa diakui agar digolongkan sebagai pertukaran khusus kecuali kalau kas di terima sebagai bagian dari pertukaran. Jadi jika diterima kas, maka bagian keuntungan yang sebanding harus diakui. Jika transaksi menunjukkan bahwa terjadi kerugian, pengecualian tersebut tidak berlaku dan pertukaran itu dicatat seperti contoh sebelumnya.
3 kondisi yang harus dipenuhi untuk kasus khusus yaitu:
- Aktiva itu harus mempunyai sifat yang sama, yakni diharapkan mempunyai fungsi yang sama di dalam entitas bersangkutan
- Pihak-pihak yang terlibat di dalam transaksi itu harus berada dalam posisi yang serupa, yakni sama-sama dealer atau sama-sama bukan dealer.
- Transaksi tersebut harus diidentifikasikan adanya keuntungan, yakni nilai pasar aktiva yang diterima harus lebih besar daripada nilai buku aktiva yang diserahkan (tetapi tidak diakui dalam penjurnalan)
Contoh 1: (kasus khusus yang tidak melibatkan kas)
PT A memiliki mesin bubut khusus yang tidak digunakan lagi karena produk yang dihasilkan sudah berubah. Mesin itu masih dapat digunakan beberapa tahun lagi. Pembicaraan dengan perusahaan lain di dalam industri yang sama telah menunjukkan adanya pembeli, yaitu PT B. Akan tetapi PT B hanya mempunyai sedikit dana dan menawarkan penukaran dengan salah satu mesinnya yang dapat digunakan di departemen pengepakan. Diputuskan bahwa kedua mesin itu memenuhi definisi keserupaan dalam penggunaan dan mempunyai nilai pasar yang sama.
Data harga perolehan dan harga pasar disajikan berikut ini:
Perhitungan untuk PT A
Ketiga kondisi untuk contoh di atas semuanya terpenuhi yaitu:
- Mesinnya serupa
- Kedua pihak bukan dealer
- Nilai pasar aktiva yang diterima lebih besar dari nilai buku mesin bubut PT A, sehingga ada indikasi keuntungan.
Jadi nilai yang ditetapkan atas mesin pengepakan mesin PT A yang baru diperoleh adalah nilai buku mesin bubut yang lama
(keuntungan sebesar 2.000 tidak di akui dan mengurangi harga perolehan mesin baru (yang berasal dari pertukaran). Jadi nilai yang ditetapkan utuk mesin pengepakan yaitu 16.000 – 2.000 = 14.000 atau sama dengan nilai buku mesin bubut yang lama.)
Tapi dalam jurnal PT B, digunakan kasus umum. Nilai pasar aktiva yang ditukarkan lebih kecil dari pada nilai buku, sehingga mengindikasikan adanya kerugian. Karena itu mesin bubut dicatat sebesar nilai pasarnya, sesuai pencatatan kasus umum
Contoh 2: (Kasus khusus yang melibatkan uang kas)
Asumsikan faktor yang sma dalam contoh 1, kecuali bahwa nilai pasar mesin bubut diputuskan sebesar Rp 16.000 dan mesin pengepakan berharga Rp 20.000. Untuk menyeimbangkan pertukaran itu, PT A setuju membayar PT B secara tunai sebesar Rp 4..000 sebagai tambahan untuk mesin bubut.
Perhitungan untuk PT A
Perhitungan Tabel Penyusutan
Fakta dalam kasus ini mengharuskan PT A menggunakan kasus khusus. Nilai pasar mesin yang diterima (20.000) lebih besar daripada nilai mesin bubut yang ditukarkan ditambah uang kas yang dibayarkan (14.000 + 4.000). Jadi ada indikasi keuntungan sebesar 2.000.
Penggunaan mesin-mesin ini serupa dan kedua pihak tersebut bukan dealer, Karena itu keuntungan ditangguhkan dan tidak diakui. Mesin baru dicatat seharga 18.000 yaitu nilai pasar aktiva yang diterima dari pertukaran (20.000) dikurangi keuntungan yang ditangguhkan (2.000)
Dalam contoh 2, nilai buku mesin pengepakan pada pembukuan PT B lebih kecil dari nilai pasarnya, sehingga menunjukkan keuntungan (20.000 - 18.000 = 2.000).
Aktiva yang serupa dan pihak-pihak yang serupa menunjukkan kasus khusus, akan tetapi PT B menerima kas sebagai bagian dari transaksi itu, maka prinsip akuntansi yang lazim menetapkan bahwa bagian dari keuntungan yang diindikasikan sebesar 2.000 harus diakui sudah dihasilkan.
Jumlah yang harus diakui dihitung dengan memakai rumus berikut:
Keuntungan Kas yang diterima total keuntungan
yang = ----------------------------------------------------- x yang diindikasi
diakui Kas + nilai pasar aktiva yang diperolehkan
4.000
= ------------------- x 2.000 = 400
4.000 + 16.000
Nilai yang dicatat untuk mesin bubut pada pembukuan PT B adalah 14.400, yaitu nilai buku mesin pengepakan yang ditukarkan dikurangi uang tunai yang diterima ditambah keuntungan yang diakui (18.000 - 4.000 + 400)
Perhitungan Tabel Penyusutan
Penyajian dan Pengungkapan di Neraca (Balance Sheet Presentation and Disclosure)
Plant Assets, Natural Resources, dan Intangible Assets dilaporkan secara terpisah di Balance Sheet. Nilai perolehan kotor maupun akumulasi penyusutan aktiva tetap harus diungkapkan.
No comments:
Post a Comment