PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik
bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga
untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan
dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup
filsafat.
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau
bagian yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang
hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori
nilai yang membahas tentang guna pengetahuan. Mempelajari ketiga cabang
tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang
lingkup dan pembahansannya.
Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat, hanya
saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Epistemologi
sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana
kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain. Ontologi membahas tentang
apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan
daya pikir. Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang
pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan dan
perkembangannya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa itu ontologi,epistemologi dan aksiologi?
2. Apa objek dan ruang lingkup ontologi,epistemologi
dan aksiologi?
C. Tujuan
1. Definisi dan maksud dari ontologi,epistemologi dan
aksiologi.
2. Objek dan ruang lingkup ontologi,epistemologi dan
aksiologi.
PEMBAHASAN
A. Epistemologi
Epistemologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia.
Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan
berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode
positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.
Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu
pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan;
dan logos, theory. Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai
masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi
bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat
nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara 'alim (subjek) dan ma'lum
(objek).Atau dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang
meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh
pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan
pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan
menentukan “kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang
patut ditolak.
Manusia dengan latar belakang,kebutuhan-kebutuhan dan
kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan
seperti, dari manakah saya berasal? Bagaimana terjadinya proses penciptaan
alam?. Apa hakikat manusia?. Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia?. Apa
faktor kesempurnaan jiwa manusia?. Mana pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa
keadilan itu ialah baik? Pada derajat berapa air mendidih? Apakah bumi
mengelilingi matahari atau sebaliknya?. Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Tuntutan
fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan
solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan
dihadapinya.
Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya
mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya. Manusia sangat memahami dan
menyadari bahwa:
1. Hakikat itu ada dan nyata;
2. Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu;
3. Hakikat itu bisa dicapai,diketahui,dan dipahami;
4. Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan,dan makrifat
atas hakikat itu.
Akal dan
pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan jalan
menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia.
Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru,misalnya bagaimana
kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada? Mungkin
hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita
belaka? Kalau pun hakikat itu ada, lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa
apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal
itu sebagaimana adanya? Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas
eksternal itu?. Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai
untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya, keraguan ini akan menguat khususnya
apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan
kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah
manusia?
Persoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan
sebelumnya, yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi
bahwa hakikat itu ada, akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir
ini,keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan. Untuk
lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini. Seseorang sedang melihat suatu
pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat berbagai benda dengan
bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda, lantas dia meneliti benda-benda
tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya. Dengan
perantara teropong itu sendiri, dia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang
realitas benda-benda yang dilihatnya. Namun, apabila seseorang bertanya
kepadanya: Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam
menampilkan warna, bentuk dan ukuran benda-benda tersebut? Mungkin benda-benda
yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil? Keraguan-keraguan
ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh
teropong. Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran
yang dihasilkan oleh teropong. Dengan ungkapan lain, tidak ditanyakan tentang
keberadaan realitas eksternal, akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan
teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang
jauh.
Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran,persepsi-persepsi pikiran,nilai
dan keabsahan pikiran, kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas
eksternal, tolok ukur kebenaran hasil pikiran,dan sejauh mana kemampuan
akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal, masih
merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia. Terkadang kita
mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan
eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh
oleh akal-pikiran dan indra. Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu
epistemologi.
Dengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan bahwa tema dan
pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat dan pengetahuan. Dalam hal
ini, dua poin penting akan dijelaskan:
a.
Cakupan pokok
bahasan, yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu
dalam pengertian khusus seperti ilmu hushûlî.Ilmu itu sendiri memiliki istilah
yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu.
Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Makna leksikal
ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang
hakiki, sains, teknologi, keterampilan,kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu
seperti hudhûrî, hushûlî, ilmu Tuhan, ilmu para malaikat dan ilmu manusia.
2)
Ilmu adalah
kehadiran (hudhûrî) dan segala bentuk penyingkapan.Istilah ini digunakan dalam
filsafat Islam. Makna ini mencakup ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî.
3)
Ilmu yang
hanya dimaknakan sebagai ilmu hushûlî dimana berhubungan dengan ilmu logika
(mantik).
4)
Ilmu adalah
pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan
belum diyakini.
5)
Ilmu ialah
kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas
eksternal.
6)
Ilmu ialah
kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak
berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografi.
7)
Ilmu ialah
kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik.
b.
Sudut
pembahasan, yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat, maka
dari sudut mana subyek ini dibahas, karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam
ontologi, logika, dan psikologi. Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok
bahasan dalam ilmu. Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat
keberadaan ilmu. Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan
filsafat. Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga
menjadi pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru
dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab
hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika.Dan ilmu psikologi
mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan
pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam
pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmu.
Dalam
epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan, pembagian dan
observasi ilmu, dan batasan-batasan pengetahuan.Dan dari sisi ini, ilmu hushûlî
dan ilmu hudhûrî juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya. Dengan demikian,
ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa
dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi.
B. Ontologi
Ontologi adalah bagian metafisika yang mempersoalkan tentang hal-hal yang
berkenaan dengan segala sesuatu yang ada atau the existence khususnya
esensinya. Dalam dictionary of philosophy, James K Frebleman mengatakan bahwa
ontologi adalah “the theory of being qua being” teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan. Menurut Aristoteles ontologi adalah the first of philosophy
dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Dari sekian definisi ini dapat
disimpulkan bahwa ontologi adalah salah satu bagian penting dalam filsafat yang
membahas atau mempermasalahkan hakikat-hakikat semua yang ada baik abstrak maupun
riil. Ontologi di sini membahas semua yang ada secara universal, berusaha
mencari inti yang dimuat setiap kenyataan meliputi semua realitas dalam segala
bentuknya. Jadi objek dari ontology adalah segala yang ada dan tidak terikat
pada satu perwujudan tertentu(hakikat). Hasbullah Bakry mengatakan bahwa
ontology mempersoalkan bagaimana menerangkan hakekat segala yang ada baik
jasmani maupun rohani dan hubungan antara keduanya.
Dalam penyelesaian masalah dan pertanyaan tentang hakekat, lahirlah
mazhab-mazhab ontology yang mencoba menjawab semuanya melalui beberapa
pendekatan yang berbeda yaitu; Naturalisme, Materialisme, Idealisme, hylomorphisme
dan Logic Empiricism (Louis O Katsof). Untuk lebih jelasnya mari kita bahas
satu persatu kelima mazhab tersebut secara umum saja.
a.
Naturalisme
Menurut Hasbullah Bakri
naturalisme juga mempersoalkan bagaimana menerangkan hakikat segala yang ada
baik rohani maupun jasmani serta hubungan keduanya. Penganut naturalisme modern
beranggapan bahwa kategori pokok tentang kenyataan adalah kejadian-kejadian
kealaman. Jadi menuurut paham naturalisme ini semua kenyataan itu pasti
bersifat kealaman yang dapat ketahui dengan bebagai kejadian alam.
b.
Materialisme
Materialisme
adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan
merupakan unsur-unsur yang membentuk alam. Menurut penganut materialisme
hakikat dari suatu benda adalah benda itu sendiri atau wujud materi dari benda
tersebut dan dunia fisik itu adalah satu.
c.
Idealisme
Idealisme adalah pandangan dunia metafisik yang
mengatakan bahwa realitas terdiri atas atau sangat erat hubungannya dengan
ide-ide, fikiran, akal dan jiwa. Jadi Idealisme juga merupakan ajaran
kefilsafatan yang berusaha menunjukkan agar kita dapat memahami materi atau
tatanan kejadian yang terdapat dalam ruang dan waktu sampai pada hakikat
terdalam dengan menggunakan ide, akal, fikiran-fikiran dan jiwa atau ruh.
d.
Hylomorphisme
Secara etimologi hylomorphisme berasal dari bahasa
yunani yaitu hylo yang berarti materi atau substansi dan morph atau bentuk. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa tidak satu hal-pun yang ragawi itu bukan merupakan
kesatuan dari esensi dan eksistensi. Esensi adalahsegi tertentu dari yang ada
yang memasuki akal kita sehingga dapat diketahui atau bisa dibilang wujud nyata
suatu benda yang pertama kali dapat menyentuh akal kita saat melihatnya. Menurut
Mariatin esensi adalah sesuatu yang terdapat pada obyek manapun yang dipikirkan
secara langsung dan yang pertama dihadapkan pada akal. Sedangkan eksistensi
adalah hal-hal yang satu demi satu bersifat khusus, mandiri dan mempunyai
sarana lengkap untuk berada dan berbuat.
e.
Logic
Empiricism
Logika adalah ilmu yang memberikan
peraturan-peraturan yang harus diikuti agar dapat berfikir valid sedangkan
empris adalah pengalaman-pengalaman atau fakta. Jadi Logic empiricism di sini
adalah semua pandangan yang sampai saat ini telah dibicarakan mendasarkan diri
pada penalaran akal dan semuanya memakai perangkat fakta yang sama sebagai
landasan penopang untuk menunjukkan kebenarannya.
C. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata
Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang
berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri
mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian
filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial
dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang
diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan
itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat
yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada
yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak
sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan
yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.Ilmu tidak
bebas nilai.Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan
ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan yaitu;
1. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis
masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat
istiadat manusia. Etika merupakan salah-satu cabang filsafat tertua. Setidaknya
ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates dan para kaum shopis. Di
situ dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan
sebagianya.Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis
Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral
ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-norma, adat, wejangan dan
adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri, etika tidak
menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah
pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia
mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Didalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral
persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik
tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap tuhan
sebagai sang pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem
filsafat moral yaitu, hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi.
Hedoisme adalah padangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral
dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan.
Dan adapun tujuan dari manusia itu sendiri adalah kebahagiaan.
Selanjutnya utilitarisme yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah
memajukan kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah
ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Selanjutnya deontologi,
adalah pemikiran tentang moral yang diciptakan oleh Immanuel Kant. Menurut
Kant, yang bisa disebut baik dalam arti sesungguhnya hanyalah kehendak baik.
Semua hal lain disebut baik secara terbatas atau dengan syarat. Misalnya
kekayaan manusia apabila digunakan dengan baik oleh kehendak manusia.
2. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai
keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat
unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan
hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan
semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai
kepribadian.
Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan
sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan.Misalnya kita bengun pagi,
matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasaakan
kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita
mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan
perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai
sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan.
Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu,baik itu ilmu umum maupun ilmu
agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi
seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan
dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun. S. Suriasumatri
yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan
berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi
malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa
itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat
netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada
pemilik dalam menggunakannya.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk
apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat
sebagai tiga hal, yaitu:
a.
Filsafat
sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut
mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu
sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya
mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori
filsafat ilmu.
b.
Filsafat
sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori
ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu
sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
c.
Filsafat
sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila
ada batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung,
maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah
itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara
yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat
sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian
yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam
kehidupan manusia.
Nilai itu
bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif.Dikatakan objektif
jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan
penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu
melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila
subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur
penilaian.Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai
pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah
kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi
ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat
objektif. Salah satu faktor yang membedakan antara peryataan ilmiah dengan
anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya. Seorang ilmuan harus melihat
realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis,
agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik
penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan
bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar
penelitiannya be rhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan
utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai subjektif.
P E N U T U P
Kesimpulan
Filsafat sangat luas pembahasannya yang mana objek materinya meliputi
segala yang ada bahkan yang mungkin ada sekalipun baik tampak maupun tidak. Penelitian
tentang filsafat terus berkembang dan tak kan pernah berhenti, sehingga sampai
saat ini banyak sekali penemuan-penemuan para filsuf.
Secara garis besar ada tiga bagian struktur filsafat yaitu; epistemologi,
ontologi dan aksiologi. Epistemologi atau teori pengetahuan membahas tentang
bagaimana kita memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat membahas
tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau
teori nilai membahas tentang guna pengetahuan.
Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana
mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang
lain. Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya
yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir. Sedangkan aksiologi sebagai
teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi,
tujuan dan perkembangannya.
Dalam penyelesaian masalah dan pertanyaan tentang hakekat,lahirlah
mazhab-mazhab ontologi yang mencoba menjawab semuanya melalui beberapa
pendekatan yang berbeda yaitu Naturalisme, Materialisme, Idealisme, hylomorphisme
dan Logic Empiricism (Louis O Katsof).
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan yaitu; Pertama
Etika atau cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis
masalah-masalah moral dan yang Kedua Estetika atau bidang studi manusia yang
mempersoalkan tentang nilai keindahan.
DAFTAR PUSTAKA
Syafiie, Inu
Kencana, 2004, Pengantar Filsafat. PT Rafika Aditama: ____
Katsof, O
Louis,__________, Pengantar filsafat. PT Tiara Wacana : ¬¬-Jogja
Romdon. Drs.
MA,____ ,Ajaran Ontologi Ilmu Kebatinan. _____: _____
Praja,Juhaya
s, 1997,Aliran-Afilsafat dan Etika. PT Yayasan Piara :Bandung
Azyumardi,
Azza. Integrasi Keilmuan, PPJM dan UIN Jakarta Press:Jakrta
Elmasyar, MA Bidin Masri,
dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Hukum, UIN Jakarta Press : Jakarta
Burhanuddin, Salam. 1997,
Logika Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan, Reneka Cipta: Jakarta
Jujun S, Sumatria Sumatri.1988,
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Sinar Harapan: Jakarta
No comments:
Post a Comment