BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerangka kerja konseptual
memberikan adaptasi sistematik dalam standar akuntansi bagi lingkungan bisnis
yang terus berubah. FASB menggunakan kerangka kerja konseptual untuk membekali
perkembangan standar akuntansi yang baru secara terorganisasi dan konsisten.
Disamping itu, mempelajari kerangka kerja konseptual FASB akan memudahkan
seseorang untuk mengerti dan mengantisipasi standar masa depan.
Kerangka
kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai: “a coherent system of interrelated objectives
and fundamentals that is expected to lead to consistent standards and that
prescribes the nature, function, and limits of financial accounting and
reporting”. Kerangka kerja konseptual (conceptual
framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep
fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan
standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan, yang dimaksud tujuan adalah tujuan
pelaporan keuangan.
Kerangka kerja
konseptual menyebutkan tujuan dari pelaporan keuangan dan karakteristik dari
informasi akuntansi yang baik, mendefinisikan dengan tepat istilah-istilah yang
biasa digunakan seperti aset dan pendapatan serta menyediakan petunjuk untuk
pengakuan, pengukuran, dan pelaporan keuangan yang tepat. Dengan adanya
Standard Akuntansi Keuangan (SAK) yang baru, memberikan petunjuk-petunjuk dan
aturan-aturan pelaporan keuangan yang berbeda dari sebelumnya. Sehingga
diperlukan adanya publikasi kepada seluruh pelaku akuntansi di Indonesia agar
menyesuaikan dengan peraturan baru yang berlaku.
Kerangka
konseptual dibutuhkan agar aturan pelaporan keuangan dapat berguna dan tidak
mengambang. IASB dan FASB masing-masing memiliki konsep tersendiri, dimana
kerangka konseptual IASB tercermin pada dokumennya, sedangkan FASB ada pada
pengembangan dokumen itu, sekarang FASB dan IASB telah bekerja sama untuk
menghasilkan konsep yang dapat diterima secara umum.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
1.
Apa
saja bagian-bagian dalam perumusan Kerangka Konseptual-IFRS?
2.
Apa
saja perbedaan Kerangka Konseptual-IFRS dan GAAP?
3.
Bagaimana
penerapan IFRS di Indonesia dan negara lain?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah untuk:
1.
Mengetahui
perumusan Kerangka Konseptual-IFRS.
2.
Mengetahui
perbedaan Kerangka Konseptual-IFRS dan US GAAP.
3.
Mengetahui
penerapan IFRS di Indonesia dan negara-negara lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perumusan Kerangka Konseptual
IFRS
membagi kerangka konseptual pelaporan keuangan kedalam tiga level yaitu, first
level: Basic objective, second level: Fundamental concepts dan third level: Recognition,
measurement, and disclosure concepts.
·
First Level: Basic Objective
Objective of Financial
Reporting:
“To
provide financial information about the reporting entity that is useful to
present and potential equity investors, lenders, and other creditors in making
decisions in their capacity as capital providers.”
1. Tujuan
tersebut dicapai dengan cara menerbitkan general-purpose
financial statements.
2. Users
diasumsikan memiliki pengetahuan bisnis dan masalah akuntansi, yang cukup untuk
memahami informasi dalam financial
statements.
Contoh
Keputusan Ekonomi:
Keputusan terkait jual,
beli atau menahan instrumen ekuitas dan hutang, keputusan memberi atau melunasi
suatu pinjaman dan bentuk kredit lainnya.
·
Second Level: Fundamental Concepts
Qualitative
Characteristics of Accounting Information
Suatu
informasi memiliki karakteristik kualitatif decision
usefullness, jika informasi tersebut relevance
dan faithfull representation.
a. Fundamental Quality-Relevance
Informasi
disebut relevan, jika informasi keuangan tersebut mampu membuat perbedaan dalam
proses pengambilan keputusan. Financial
information mampu membuat perbedaan jika informasi tersebut memiliki predictive value, confirmatory value, atau keduanya.
·
Predictive value:
jika
informasi tersebut memiliki nilai sebagai input bagi proses prediktif, untuk
membentuk ekspektasi user terkait masa depan.
Contoh: Jika investor potensial tertarik untuk membeli saham biasa dari PT Indonesia, maka mereka akan menganalisis aset dan klaim atas aset tersebut, pembayaran dividen dan kinerja pendapatan tahun-tahun sebelumnya, untuk memprediksi nilai, waktu dan tidak kepastian dari arus kas PT Indonesia di masa mendatang.
Contoh: Jika investor potensial tertarik untuk membeli saham biasa dari PT Indonesia, maka mereka akan menganalisis aset dan klaim atas aset tersebut, pembayaran dividen dan kinerja pendapatan tahun-tahun sebelumnya, untuk memprediksi nilai, waktu dan tidak kepastian dari arus kas PT Indonesia di masa mendatang.
·
Confirmatory value:
informasi
relevan juga membantu para user untuk menkonfirmasi atau mengkoreksi
ekspektasinya. Contoh: Ketika
PT Indonesia menerbitkan laporan keuangan akhir tahun, maka informasi keuangan
tersebut mengkonfirmasi atau merubah ekspektasi masa lalu (atau masa kini),
yang berdasarkan evaluasi sebelumnya. Predictive
value dan confirmatory value
saling berkaitan. Misalnya: informasi tentang ukuran dan struktur aset dan
liabilitas PT Indonesia membantu users untuk memperkirakan kemampuannya untuk
mengambil keuntungan atau untuk menghindari kerugian. Informasi yang sama
membantu untuk mengkonfirmasi atau mengkoreksi prediksi masa lalu terkait
kemampuan tersebut.
·
Materiality
Informasi menjadi material, ketika tidak disajikan atau salah saji informasi tersebut akan mempengaruhi keputusan user. Masing-masing individu perusahaan menentukan apakah suatu informasi adalah material, dengan mempertimbangkan sifat dan ukuran dari item-item tersebut. Singkatnya, informasi tersebut harus membuat perubahan, jika tidak maka perusahaan tidak perlu mengungkapkannya. Suatu item menjadi material ketika pengungkapan atau tidak disajikan item tersebut, akan mempengaruhi atau merubah keputusan dari orang yang reasonable. Contoh: Pengeluaran peralatan Rp 50 juta akan tidak material bagi perusahaan dengan aset Rp 50 milyar (0,1%), sehingga diperlakukan sebagai beban (expense), tapi akan material bagi perusahaan dengan aset Rp 1 milyar (5%), sehingga diperlakukan sebagai aktiva tetap.
Informasi menjadi material, ketika tidak disajikan atau salah saji informasi tersebut akan mempengaruhi keputusan user. Masing-masing individu perusahaan menentukan apakah suatu informasi adalah material, dengan mempertimbangkan sifat dan ukuran dari item-item tersebut. Singkatnya, informasi tersebut harus membuat perubahan, jika tidak maka perusahaan tidak perlu mengungkapkannya. Suatu item menjadi material ketika pengungkapan atau tidak disajikan item tersebut, akan mempengaruhi atau merubah keputusan dari orang yang reasonable. Contoh: Pengeluaran peralatan Rp 50 juta akan tidak material bagi perusahaan dengan aset Rp 50 milyar (0,1%), sehingga diperlakukan sebagai beban (expense), tapi akan material bagi perusahaan dengan aset Rp 1 milyar (5%), sehingga diperlakukan sebagai aktiva tetap.
Perusahaan dan auditors umumnya menerapkan rule of thumb bahwa item yang bernilai < 5% dari net income,
dipertimbangkan immaterial. Namun, perusahaan tidak boleh menggunakan alasan materiality dalam rangka mempertahankan positive earnings trend, mengkonversi
kerugian menjadi keuntungan, meningkatkan kompensasi manajemen, atau
menyembunyikan transaksi ilegal seperti suap. Dengan kata lain, perusahaan
harus mempertimbangkan baik faktor quantitative
dan qualitative dalam penentuan
apakah suatu item material atau tidak.
b. Fundamental Quality-Faithful Representation
Faithful
representation berarti bahwa angka-angka dan
deskripsi-nya sesuai dengan apa yang sebenarnya ada atau terjadi. Contoh:
ketika PT Indonesia melaporkan penjualan $60,510 million, ketika penjualan
sebenarnya $40,510 million, maka Laporan Keuangan PT Indonesia tidak jujur dalam
menyajikan nilai penjualan sebenarnya.
Agar
faithful representation, informasi
harus lengkap, netral, dan bebas dari kesalahan material.
Completeness
Completeness
berarti
bahwa seluruh informasi yang diperlukan untuk faithful representation,
disajikan. Contoh, ketika PT
Indonesia gagal menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk menilai value
allowance dari receivables, informasi tersebut tidak lengkap, dan maka tidak
faithful representation.
Neutrality
Neutrality
berarti
bahwa perusahaan tidak memilih informasi tertentu yang hanya menguntungkan
pihak tertentu, tetapi tidak menguntungkan bagi yang lain. Contoh: dalam notes to financial
statements, perusahaan rokok seharusnya tidak menyembunyikan informasi terkait
beberapa tuntutan hukum yang dihadapi karena masalah kesehatan, meskipun
pengungkapan tersebut dapat merusak perusahaan.
Free from Error
Item
informasi yang bebas dari error akan lebih akurat (faithful) representation.
Contoh: jika PT Indonesia salah
saji kerugian atas pinjamannya, laporan keuangannya akan misleading dan tidak
faithful representation. Contoh, management harus mengestimasi nilai
uncollectible accounts untuk menentukan bad
debt expense.
Enhancing Qualities
Membedakan
antara more-useful information dari less-useful information.
Enhancing qualitative characteristics merupakan pelengkap dari fundamental qualitative characteristics. Karakteristik ini membedakan antara more-useful information dari less-useful information. Enhancing characteristics: comparability, verifiability, timeliness, and understandability.
Enhancing qualitative characteristics merupakan pelengkap dari fundamental qualitative characteristics. Karakteristik ini membedakan antara more-useful information dari less-useful information. Enhancing characteristics: comparability, verifiability, timeliness, and understandability.
Comparability
Agar
dapat dibandingkan maka informasi perlu diukur dan dilaporkan dengan cara yang
similar oleh perusahaan-perusahaan berbeda dalam industri yang sama. Contoh,
agar dapat dibandingkan, informasi aset PT Indonesia dan PT Singapura, maka
informasi tersebut perlu diukur dan dilaporkan dengan perlakuan akuntansi yang
simiar.
Tipe
lainnya dari comparability adalah consistency, dimana perusahaan
menerapkan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian yang similar, dari
periode ke periode. Contoh, ketika perusahaan menggunakan metode FIFO untuk
menilai inventoriesnya, maka perlakuan tersebut seharusnya diterapkan seterusnya
dari periode ke periode, kecuali terjadi perubahan yang justified.
Verifiability
Verifiability
terjadi
pihak independen yang mengukur, dengan menggunakan metode yang sama, akan
mendapatkan hasil yang sama. Verifiability
terjadi dalam situasi sebagai berikut:
1. Dua
auditor independen yang berbeda menghitung persediaan PT Indonesia dan
mendapatkan hasil yang sama terkait perhitungan fisik persediaan. Verifikasi
nilai dari suatu aset dapat terjadi dengan menghitung persediaan (disebut
sebagai direct verification).
2. Dua
auditor independen yang berbeda menghitung nilai persediaan PT Indonesia pada
akhir tahun dengan menggunakan metode FIFO. Verifikasi dapat terjadi dengan
menguji input (kuantitas dan biaya) dan menghitung ulang output (nilai
persediaan akhir) dengan menggunakan konvesi atau metodologi akuntansi yang
sama (disebut sebagai indirect
verification).
Timeliness
Timeliness
berarti menyediakan informasi kepada decision-makers sebelum informasi tersebut
kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan. Contoh, jika PT Indonesia
menunggu untuk melaporkan hasil interim-nya setelah 9 bulan dari akhir periode,
informasi tesebut akan kurang bernilai bagi tujuan decision making.
Understandability
Decision-makers
sangat
bervariasi terkait tipe keputusan yang mereka buat, bagaimana mereka membuat
keputusan, informasi yang telah mereka miliki atau informasi yang dapat mereka
peroleh dari sumber lainnya, dan kemampuan mereka untuk memproses informasi
tersebut. Agar informasi menjadi berguna, perlu ada hubungan (linkage) antar user dan keputusan yang
mereka buat. Hubungan ini, understandability,
merupakan kualitas dari informasi yang membuat informed user melihat
signifikansi informasi tersebut. Understandability
meningkat ketika informasi diklasifikasikan, dikarakteristikan, disajikan
secara jelas dan padat.
Contoh,
asumsikan PT Indonesia menerbitkan laporan triwulan yang menunjukan pendapatan
interim telah turun secara signifikan. Laporan interim ini memberikan informasi
yang relevant dan faithfully represented untuk tujuan decision-making. Bagi
yang paham informasi keuangan, mereka akan menjual saham PT Indonesia, namun
bagi yang tidak paham, mereka akan mengabaikan informasi tersebut. Maka,
meskipun PT Indonesia telah menyajikan informasi relevant dan faithful
representation, informasi tersebut kurang berguna bagi mereka yang tidak paham
informasi keuangan.
·
Second Level: Elements
Elemen-elemen yang berkaitan langsung dengan pengukuran
kinerja dan status dari perusahaan:
1.
Aktiva:
Kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh
suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa dimasa lalu.
2.
Kewajiban:
Kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan yang timbul dari utang
saat ini. Suatu entitas untuk mengalihkan aktiva atau memberikan jasa kepada
entitas lain di masa depan sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa dimasa
lalu.
3.
Ekuitas:
Kepentingan residual dari aktiva suatu entitas yang tersisa setelah mengurangi
dengan kewajibannya.
4.
Investasi
oleh pemilik: Peningkatan aktiva bersih dari perusahaan yan diakibatkan
pengalihan sesuatu yang bernilai kepada perusahaan dari entitas lain untuk
mendapatkan atau meningkatkan kepemilikan dari perusahaan.
5.
Distribusi
kepada pemilik: Penurunan aktiva bersih dari perusahaan yang diakibatkan oleh
pengahlian aktiva, pemberian jasa, atau timbulnya kewajiban oleh perusahaan
kepada pemilik.
6.
Laba
komprehensif: Perubahan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan selama periode
tertentu yang diakibatkan dari transaksi dan peristiwa serta kejadian- kejadian
lain dari sumber non pemilik.
7.
Pendapatan:
Arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva atau sebuah entitas pelunasan
kewajiban sebuah entitas (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode
tertentu.
8.
Beban:
Arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva dari sebuah entitas atau timbulnya
kewajiban suatu entitas (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode
tertentu yang dihasilkan oleh penyampaian atau produksi barang.
9.
Keuntungan:
Peningkatan ekuitas (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi entitas yang
insidental atau sampingan dan dari semua transaksi dan peristiwa serta kejadian
lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu yang timbul dari
pendapatan atau investasi pemilik.
10.
Kerugian:
Penurunan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi entitas yang insidental atau
sampingan dan dari semua transaksi dan peristiwa serta kejadian lainnya yang
mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu kecuali yang timbul dari beban
atau distribusi kepada pemilik.
·
Third Level: Recognition, Measurement, and Disclosure Concepts
Konsep
ini menjelaskan bagaimana perusahaan seharusnya mengakui, mengukur, dan
melaporkan elemen dan kejadian keuangan.
Third Level:
Assumptions (Asumsi Dasar)
Economic Entity
Aktifitas
Perusahaan terpisah dari dan berbeda dengan aktifitas pemilik dan unit usaha
lainnya. Maka, PT Indonesia mencatat aktifitas keuangannya terpisah dari para
pemilik dan manajernya, serta unit usaha lainnya.
Going Concern
Perusahaan
diasumsikan beroperasi cukup lama untuk memenuhi tujuan dan komitmennya. Asumsi
ini memiliki implikasi:
1. Dengan
pendekatan likuidasi, Perusahaan seharusnya mencatat nilai asetnya pada net realizable value (sales price less costs of disposal), dan
bukan pada acquisition cost. Jika
perusahaan mengadopsi pengekatan likuidasi, klasifikasi current/noncurrent
assets dan liabilities menjadi kehilangan maknanya. Justru,
penyajian aset dan liabilities berdasarkan prioritas likuidasinya akan menjadi
lebih masuk akal.
2. Kebijakan
depresiasi dan amortisasi dapat diterapkan dan layak hanya jika kita
mengasumsikan beberapa sifat permanen pada perusahaan.
Monetary Unit
Asumsi
monetary unit berarti bahwa uang merupakan denominator umum dari aktifitas
ekonomi dan memberikan basis untuk pengukuran dan analisis akuntansi. Maka itu,
monetary unit merupakan alat yang paling efektif untuk mengekspresikan kepada
pihak yang berkepentingan terhadap modal dan pertukaran barang dan jasa.
Akuntansi mengabaikan perubahan tingkat harga (inflation dan deflation)
dan mengasumsikan bahwa ukuran unit Rupiah tetap stabil.
Periodicity
Perusahaan
dapat membagi aktifitas ekonominya ke dalam beberapa periode. Users perlu mengetahui kinerja dan
status ekonomi perusahaan, secara regular dan tepat waktu, sehingga users dapat
mengevaluasi dan membandingkan antar perusahaan, dan mengambil tindakan yang
tepat. Oleh karena itu, perusahaan harus melaporkan informasi secara periodik. Pertimbangan
periodesitas melibatkan trade-off
antara relevance dan faithful representation. Semakin pendek
periode pelaporan, maka semakin kurang verified
informasinya (faithful representation),
namun semakin real-time informasi yang disajikan (relevance). Dengan teknologi informasi saat ini, maka masalah trade-off dapat diminimalkan.
Third Level:
Principles
Measurement
Cost/biaya dipertimbangkan sebagai nilai
yang faithful representation atas
jumlah yang dibayar untuk item tertentu. Fair
value merupakan “nilai untuk suatu aset dapat dipertukarkan, liabilitas dapat
diselesaikan, atau instrumen ekuitas dapat dipertukarkan, antara pihak yang
memiliki pengetahuan, dalam suatu transaksi yang suka rela (the amount for which an asset could be exchanged,
a liability settled, or an equity instrument granted could be exchanged,
between knowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction).” IASB
memperkenankan perusahaan untuk menggunakan fair
value sebagai basis untuk pengukuran financial
assets dan financial liabilities.
Third Level:
Principles
Revenue
Recognition
Revenue diakui ketika terdapat probable bahwa manfaat ekonomi masa
depan akan mengalir ke perusahaan dan nilai revenue
dimungkinkan untuk diukur secara reliable.
Expense
Recognition
Arus
keluar atau penggunaan assets atau
timbulnya liabilities (atau kombinasi
dari keduanya) selama suatu periode, sebagai konsekuensi dari penyerahan atau
produksi goods dan/atau services.
Full Disclosure
Menyajikan
informasi yang cukup penting untuk mempengaruhi pertimbangan dan keputusan dari
informed user. Full disclosure
disediakan melalui: Financial Statements,
Notes to the Financial Statements, Supplementary information.
Third Level:
Constraints
Cost
Biaya untuk menyajikan
informasi harus seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari pemanfaatan
informasi tersebut. Contoh: Biaya
penyajian termasuk: biaya pengumpulan dan pemrosesan, penyebarluasan, audit,
potential litigation, pengungkapan ke pihak competitors, dan analisis dan
interprestasi. Manfaat yang diperoleh: kontrol managemen yang lebih baik dan
akses ke sumber modal, yang menawarkan biaya modal yang rendah.
Industry Practices
Sifat khusus dari beberapa
industri dan bisnis kadang-kadang memerlukan perlakuan khusus dan perlu
menyimpang dari teori dasar. Contoh:
Perusahaan public-utility melaporkan
noncurrent assets diurutan atas dalam Financial
Position Report untuk meng-highlight sifat industry yang capital-intensive.
Perusahaan agricultural sering melaporkan panen/crop-nya pada fair value
karena akan terlalu mahal untuk mengukur biaya yang akurat, terkait individual crops.
B. Perbedaan antara IFRS dan GAAP
Kerangka konseptual pelaporan keuangan yang kita kenal
selama ini sebagaimana yang diadopsi dalam buku ajar di kampus-kampus adalah
kerangka konseptual berdasarkan US GAAP. Sejalan dengan konvergensi International Financial Reporting Standar
(IFRS) ke dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), mau tidak mau
kita harus merubah mind set kita
mengikuti kerangka konseptual IFRS tersebut.
Ada beberapa perbedaan dasar antara kedua standar tersebut
sebagaimana dijelaskan dalam tabel-tabel dibawah ini. Pada dasarnya batang
tubuh kerangka konseptual tersebut masih sama, yaitu level 1: tujuan laporan
keuangan, level 2: karakteristik kualitatif dan elemen laporan keuangan serta
level 3: asumsi dasar, prinsip dan kendala. Berikut adalah perbedaan keduanya:
Level
1: Tujuan Laporan Keuangan
US GAAP
|
IFRS
|
·
Menyediakan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit.
|
·
Menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
|
·
Menyediakan
informasi yang berguna untuk memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian
arus kas masa depan perusahaan
|
·
Pengguna
adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha
lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.
|
·
Menyediakan
informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut,
dan perubahan terhadap keduanya.
|
Level
2: Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
US GAAP
|
IFRS
|
1. Relevan–terdiri dari:
|
1. Fundamental
qualities
A. Relevan–terdiri dari:
·
Nilai
prediksi
·
Nilai
konfirmasi
·
Materialitas
B. Dapat dipercaya–terdiri dari:
· Completeness
· Naturality
· Free
from Error
|
2. Dapat dipercaya–terdiri dari:
|
2. Enhancing qualities
·
Comparability
·
Verifiability
·
Timeliness
·
Understandability
|
3. Dapat dibandingkan
|
|
4. Konsisten
|
|
Level
2: Elemen Laporan Keuangan
US GAAP
|
IFRS
|
·
Aset
·
Kewajiban
·
Ekuitas
·
Investasi
pemilik
·
Distribusi
kepada pemilik
·
Laba
komprehensif
·
Pendapatan
·
Keuntungan
·
Beban
·
Kerugian
|
·
Aset
·
Kewajiban
·
Ekuitas
·
Pemeliharaan
modal (diperoleh dari revaluasi aset dan kewajiban)
·
Laba
(Pendapatan dan keuntungan)
·
Beban
(beban dan kerugian)
|
Level
3: Pengakuan dan pengukuran–Asumsi dasar
US GAAP
|
IFRS
|
|
1. Kelangsungan usaha
2. Entitas ekonomi
3. Unit moneter
4. Periodisitas
|
Level
3: Pengakuan dan pengukuran–Prinsip
US GAAP
|
IFRS
|
|
|
Level
3: Pengakuan dan pengukuran–Kendala
US GAAP
|
IFRS
|
1. Biaya dan manfaat
2. Materialitas
3. Praktik Industri
4. Konservatisme
|
|
Jika
diringkas dalam gambar, kerangka konseptual pelaporan keuangan berdasarkan US
GAAP adalah sebagai berikut:
Sedangkan gambar kerangka konseptual pelaporan
keuangan berdasarkan IFRS adalah sebagai berikut:
C. Penerapan IFRS
International Financial
Reporting Standard (IFRS) merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan yang diterima secara
global. Jika sebuah negara menggunakan IFRS, berarti negara tersebut telah
mengadopsi sistem pelaporan keuangan yang berlaku secara global sehingga
memungkinkan pasar dunia mengerti tentang laporan keuangan perusahaan di negara
tersebut berasal. International Financial
Accounting Standard (IFRS) adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur
keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya
transparansi informasi keuangan.
Penelitian
yang dilakukan oleh Pratiwi dan Tesniwati (2013) yang menyatakan bahwa penerapan
PSAK hasil adopsi IFRS akan meningkatkan transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi dan fairness
perusahaan. Dengan meningkatnya indikator Good
Corporate Governance perusahaan maka fraud
atau kecurangan manajemen bisa dikurangi. Fraud yang berkurang membuat kinerja perusahaan menjadi lebih baik.
Penelitian dilakukan terhadap 22 bank umum yang
aktif di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan teknik purposive
sampling.
IFRS merupakan variabel dummy, bernilai
1 untuk perusahaan yang sudah menerapkan IFRS dan 0 untuk
perusahaan yang belum menerapkan IFRS. Untuk
mengetahui perusahaan sudah menerapkan IFRS atau belum dilihat
dari penerapan PSAK 16 (IAS 16) mengenai aset tetap. Perusahaan yang sudah
menerapkan IFRS akan mengungkapkan informasi tersebut dalam catatan atas
laporan keuangannya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan
PSAK hasil adopsi IFRS meningkatkan GCG bank-bank publik di Indonesia dan penerapan
IFRS melalui GCG dapat meningkatkan ROA. Hal ini membuktikan arti penting GCG dalam
meningkatkan kinerja perbankan.
Penerapan
IFRS dapat meningkatkan tata kelola yang baik dari entitas perbankan di Bursa Efek
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya peraturan IFRS yang mendukung
pelaksanaan GCG, seperti PSAK 1, PSAK 16, PSAK 50 dan PSAK 55.
Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fifield. S, dkk (2011) yang
meneliti tentang Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) dan
penerapannya di negara-negara yang sebelumnya menggunakan GAAP yaitu Inggris,
Irlandia dan Italia.
Cara yang pertama yang dilakukan
oleh Fifield. S, dkk (2011) adalah mengungkapkan penyesuaian IFRS sebagai
persentase dari total penyesuaian profit/loss
pada laporan laba rugi atau penyesuaian total ekuitas pada laporan posisi
keuangan di ketiga negara. Sementara cara kedua adalah dengan menghitung indeks
konversatisme untuk ketiga negara.
Hasil penelitian mengenai dampak
penerapan IFRS untuk ketiga negara dalam laporan kinerja keuangan menunjukkan
angka yang signifikan yaitu menghasilkan keuntungan/laba yang lebih besar dari
yang dilaporkan oleh GAAP. IFRS juga memiliki dampak yang signifikan terhadap
kekayaan bersih perusahaan. Perusahaan-perusahaan di Inggris dan Italia
mengalami peningkatan ekuitas pada adopsi IFRS, sedangkan perusahaan-perusahaan
di Irlandia dalam sampel mencatat penurunan ekuitas.
Standar yang memiliki efek terbesar
pada ekuitas bersih perusahaan adalah IAS 19 (-15 persen), IAS 16 (+11 persen),
IAS 7 (+8 persen), IAS 12 (+6 persen), IFRS 3 (-4 persen) dan IAS 39 (+4
persen). Standar yang paling sering muncul dalam laporan rekonsiliasi IFRS adalah
IFRS 2, IAS 10, IAS 12, IAS 16, IAS 17, IAS 18, IAS 19, IAS 21 dan IAS 32/29.
Jurnal ini berusaha menganalisis
efek diterapkannya IFRS di beberapa negara. Jurnal ini juga memberikan
rekomendasi yang berupa perspektif multi-negara untuk masa depan IFRS.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa International Financial Reporting
Standard (IFRS) merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan
yang diterima secara global. Adapun dampak perubahan yang terjadi pada
perkembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia dapat diketahui seperti
perbedaan antara PSAK 1 dengan IAS No.1 yaitu mengenai format penyajian laporan
keuangan dan komponen laporan keuangan dan juga mengenai informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan.
Dampak perubahan yang terjadi pada
perkembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia membuat setiap perusahaan
melakukan perubahan pada penyajian laporan keuangan di perusahaan. Dampak yang
ditimbulkan dari konvergensi ini akan sangat mempengaruhi semua kalangan, baik
itu bidang bisnis maupun pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Belkaoui, A. R. 2000.Teori Akuntansi.
Buku I. Jakarta: Salemba Empat.
Eldon S. Hendriksen & Michael F.
Van Breda. 2000. Teori Akunting. Jakarta: Interaksara.
Fifield, S. dkk.
2011. A Cross-Country Analysis of IFRS
Reconciliation Statements. Journal of Applied Accounting Research, Vol. 12,
No. 1, Hal. 26-42.
Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
H
Kusnadi, L Samsudin, Kertahadi. 2000. Teori
Akuntansi. Malang: Universitas Brawijaya.
H.Z.A.
Moechtar. 1995. Dasar-Dasar Akuntansi. Surabaya: Institut Dagang
Muchtar.
Kieso, D. E, dkk.
2012. Intermediate Accounting 14th. John Wiley & Sons, Inc.
Pratiwi C. W, Tesniwati, R. 2013. Pengaruh
Penerapan IFRS Terhadap Kinerja Bank Melalui Tata Kelola Perbankan yang Baik.
Jurnal Proceeding
Pesat (Psikologi, Ekonomi,
Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil), Vol. 5, Oktober.
Soemarso S.R. 1990. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment