Watts (2003) membagi konservatisme menjadi 3 pengukuran, yaitu Earning/Stock Return Relation Measure, Earning/Accrual Measures, Net Asset Measure. Berbagai peneliti telah mengajukan berbagai metode pengukuran konservatisme. Berikut beberapa pengukuran konservatisme jika dikelompokkan sesuai dengan pendekatan Watt (2003):
A. Earning/Stock Return Relation Measure
Stock market price berusaha untuk merefleksikan perubahan nilai aset pada saat terjadinya perubahan, baik perubahan atas rugi ataupun laba tetap dilaporkan sesuai dengan waktunya. Basu (1997) menyatakan bahwa konservatisme menyebabkan kejadian-kejadian yang merupakan kabar buruk atau kabar baik terefleksi dalam laba yang tidak sama (asimetri waktu pengakuan). Hal ini disebabkan karena kejadian yang diperkirakan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan harus segera diakui sehingga mengakibatkan bad news lebih cepat terefleksi dalam laba dibandingkan good news. Dalam modelnya basu menggunakan model piecewise-linear regression sebagai berikut:
ΔNI = α0 + α1ΔNIt-1 + α2DΔNIt-1 + α3DΔNIt-1 x ΔNIt-1 + εt
Dimana ΔNIt adalah net income sebelum adanya extraordinary items dari tahun t-1 hingga t, yang diukur dengan menggunakan total assets awal nilai buku. Sedangkan DΔNIt-1 adalah dummy variable, dimana bernilai 1 jika perubahan ΔNIt-1 bernilai negatif.
B. Earning/Accrual Measures
1. Model Givoly dan Hayn (2000)
Dwiputro (2009) dalam tulisannya menjelaskan bahwa Givoly dan Hyan memfokuskan efek konservatisme pada laporan laba rugi selama beberapa tahun. Mereka berpendapat bahwa konservatisme menghasilkan akrual negatif yang terus menerus. Akrual yang dimaksud adalah perbedaan antara laba bersih sebelum depresiasi/amortisasi dan arus kas kegiatan operasi. Semakin besar akrual negatif maka akan semakin konservatif akuntansi yang diterapkan.
Hal ini dilandasi oleh teori bahwa konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat pengguanaan biaya. Dengan begitu, laporan laba rugi yang konservatisme akan menunda pengakuan pendapatan yang belum terealisasi dan biaya yang terjadi pada periode tersebut dibandingkan dan dijadikan cadangan pada neraca.
Sebaliknya laporan keuangan yang optimis akan cenderung memiliki laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan arus kas operasi sehingga akrual yang dihasilkan adalah positif. Depresiasi dikeluarkan dari net income dalam perhitungan CONACC karena depresiasi merupakan alokasi biaya dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Pada saat pembelian aset, kas yang dibayarkan termasuk dalam arus kas dari kegiatan investasi dan bukan dari kegiatan operasi. Dengan demikian alokasi biaya depresiasi yang ada dalam net income tidak berhubungan dengan kegiatan operasi dan harus dikeluarkan dari perhitungan.
2. Model Zhang (2007)
Zhang (2007) menggunakan conv _accrual sebagai salah satu pengukuran konservatisme. Conv_accrual didapatkan dengan membagi akrual non operasi dengan total aset. Akrual non operasi memperlihatkan pencatatan kejadian buruk yang terjadi dalam perusahaan, contohnya biaya restrukturisasi dan penghapusan aset. Dalam penelitiannya Zhang (2007) mengalikan conv_accrual dengan -1 bertujuan untuk mempermudah analisa. Dimana, semakin tinggi nilai conv_accrual menunjukkan penerapan konservatisme yang semakin tinggi juga.
3. Discretionary Accrual
Model akrual lainnya yang juga dapat digunakan sebagai pengukuran konservatisme adalah model discretionary accruals (Winata, 2008 dalam Dachi, 2010). Terdapat beberapa model untuk menghitung Discretionary Accrual. Discretionary Accrual yang paling sering digunakan adalah discretionary accrual model Kasznik (1999). Kasznik (1999) memodifikasi model Dechow et al. (1995) dengan memasukkan unsur selisih arus kas operasional (ΔCFO) untuk mendapatkan nilai akrual non-diskresioner dan akrual diskresioner. Karena Kasznik (1999) berpendapat bahwa perubahan arus kas dari hasil operasi perusahaan akan berkorelasi negatif dengan total akrual.
C. Net Asset Measure
Ukuran ketiga yang digunakan untuk mengetahui tingkat konservatisme dalam laporan keuangan adalah nilai aktiva yang understatement dan kewajiban yang overstatement. Salah satu model pengukurannya adalah proksi pengukuran yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) yaitu dengan mengunakan market to book ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya.
Penggunaan net asset dapat dilihat dalam model Feltham-Ohlson yang mengukur besarnya undervaluation dari net asset dengan cara mencari nilai parameter yang mencerminkan tingkat understatement dari operating assets terkait dengan asumsi bahwa depresiasi secara akuntansi umumnya melebihi depresiasi secara ekonomis. Selain itu penggunaan pengukuran dengan net asset dapat dilihat dalam pengukuran yang dilakukan oleh Ahmed et. al (2000) yang menghasilkan nilai estimasi understatement dengan meregresi goodwill perusahaan terhadap abnormal earnings, lagged operating assets dan contemporaneous investment in operating assets dalam hal ini goodwill dihitung dengan rumus market value of equity dikurangi book value of net asset. Bila BV dari net asset adalah understated, goodwill adalah overstated, koefisien dari lagged operating assets harus bernilai positivf bila konservatisme understates the lagged asset.
Pengukuran dengan menggunakan regresi dilakukan juga oleh Myers (1999) dengan meregresi secara time series abnormal earnings terhadap lagged abnormal earnings dan lagged book value of operating assets. Pada prinsipnya nilai dari konservatisme didapat dari besarnya nilai aset bersih yang understated. Penelitian lain misalnya Beaver dan Ryan menggunakan nilai book-to-market ratio perusahaan untuk mengukur konservatisme dengan asumsi bahwa perusahaan yang menggunakan konservatisme akan melaporkan nilai net asset yang lebih rendah dan nilai rasio book-to-market yang lebih rendah pula.
Pengukuran bentuk lainnya adalah menggunakan ukuran dari earnings atau akrual. Dasar penggunaan akrual sebagai ukuran konservatisme adalah karena dengan adanya konservatisme maka losses akan cenderung tercakup sepenuhnya dalam nilai akrual sedangkan gains tidak, maka akrual secara periodik akan cenderung bernilai negatif dan nilai akrual secara akumulasi akan cenderung understated. Akibatnya, nilai akrual periodik bersih yang bernilai negatif dan nilai kumulatif akrual negatif yang diakumulasikan sepanjang periode dapat digunakan sebagai ukuran konservatisme.
Di sisi lain, konservatisme dianggap mengurangi akumulasi earnings yang dilaporkan dari waktu ke waktu, karena itu tanda dan magnitude dari nilai akrual yang diakumulasikan dari waktu ke waktu dapat dijadikan pengukuran untuk konservatisme. Penggunaan earnings sebagai ukuran konservatisme adalah karena dengan adanya konservatisme diprediksi bahwa perubahan dari negative earnings ke positive earnings diperiode berikutnya lebih mungkin terjadi. Hal ini konsisten dengan pemikiran bahwa write-off due to conservatism causing negative earnings changes.
Pengukuran lainnya adalah mengkaitkan nilai earnings dengan nilai return saham dimana dikonsepsikan bahwa harga pasar saham cenderung mencerminkan perubahan nilai aset pada saat perubahan tersebut terjadi, dimana perubahan tersebut mengimplikasikan losses atau gains dalam nilai aset, karena itu return saham cenderung lebih tepat waktu merefleksikan perubahan tersebut.
Namun demikian, secara lebih spesifik maka berikut ini adalah pendefinisian secara operasional yang sering digunakan dalam mengukur konservatisme:
1. Basu (1997) asymmetric timeliness of earnings measure (AT).
Rumusnya:
EPSit : Earnings per share untuk perusahaan i tahun t
Pit : Harga pasar pembukaan untuk perusahaan i tahun t
Rit : Return saham perusahaan i tahun t
DRit : 1 bila return pasar untuk perusahaan i pada tahun t adalah negatif dan 0 bila sebaliknya.
2. Ball dan Shivakumar (2005) asymmetric cash flow to accruals measure (AACF).
Rumusnya:
ACCt : Akrual yang diukur dengan Net Income - Arus Kas Total
DCFOt : Dummy 0 bila CFOt lebih besar sama dengan 0 dan 1 bila CFOt lebih kecil dari 0
CFOt : Arus Kas Operasi tahun t
3. Rasio Market to Book (atau Book to Market) (MTB atau BTM).
Rumusnya menggunakan fixed effect panel data regression:
BTMit : book to market ratio perusahaan i pada akhir tahun t
at : year to year variation in the BTM common to the sample firms
ai : Bias component dari BTM untuk perusahaan i
Rt-j,i : Return on Equity (ROE) selama 6 tahun sebelum tahun t
Rt-j,i : Return on Equity (ROE) selama 6 tahun sebelum tahun t
4. Penman dan Zhang (2002) Hidden Reserves Measure (HR)
Rumusnya:
INV : Inventory reserves
RD : R&D reserves
ADV : Brand asset
5. Adaptasi dari Givolyn dan Hayn (2000) Conservatism Based On Accrued Items
Rumusnya:
CONACC : Earnings conservatism based on accrued items
NIO : Operating profit of current year
DEP : Depreciation of fixed assets of current year
CFO : Net amount of cash flow from operating activities of current year
TA : book value of closing total assets.
6. Besaran Akrual (Dikembangkan oleh Givoly dan Hayn 2002)
Proksi konservatisme yang dikembangkan oleh Givoly dan Hayn (2002), yaitu besaran akrual, apabila akrual bernilai negatif, maka laba digolongkan konservatif,
dan sebaliknya. Rumus yang digunakan:
Cit : Net income sebelum extraordinary item dikurangan depresiasi dan amortisasi
CFit : Cash Flow dari kegiatan operasional.
No comments:
Post a Comment