T1. Apa itu
skeptisisme profesional?
Standar Audit
(“SA”) mendefinisikan skeptisisme profesional sebagai "suatu sikap yang
mencakup suatu pikiran yang selalu mempertanyakan, waspada terhadap kondisi
yang dapat mengindikasikan kemungkinan kesalahan penyajian, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan suatu penilaian penting atas
bukti audit.” SA secara eksplisit mengharuskan auditor untuk merencanakan dan
melaksanakan audit dengan skeptisisme profesional mengingat kondisi tertentu
dapat saja terjadi yang menyebabkan laporan keuangan mengandung kesalahan
penyajian material.
Seperti
konsep-konsep dasar audit yang lain, sulit untuk memberikan definisi tunggal
untuk menangkap arti skeptisisme profesional sepenuhnya. Selanjutnya, tidak ada
cara tunggal untuk dapat menunjukkan skeptisisme profesional. Namun, definisi
SA menjelaskan unsur-unsur penting yang membantu dalam pemahaman tentang
skeptisisme profesional.
Sebagai suatu
sikap, skeptisisme profesional pada dasarnya adalah suatu pola pikir yang mendorong perilaku auditor untuk mengadopsi pendekatan sikap selalu
mempertanyakan ketika mempertimbangkan suatu informasi dan dalam menarik kesimpulan. Dalam hal
ini, skeptisisme profesional dan prinsip-prinsip etika dasar terkait objektivitas
dan independensi auditor tidak dapat dipisahkan. Independensi auditor meningkatkan kemampuan auditor dalam bertindak dengan integritas, objektif dan
mempertahankan sikap skeptisisme profesional.
Skeptisisme
profesional mencakup kewaspadaan, sebagai contoh, bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang diperoleh, atau informasi yang
menimbulkan pertanyaan tentang keandalan dokumen atau tanggapan terhadap permintaan
keterangan yang digunakan sebagai bukti audit. Selanjutnya, termasuk kewaspadaan terhadap keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan, dan kondisi yang menyarankan perlunya prosedur audit tambahan selain prosedur yang disyaratkan
oleh SA.
Skeptisisme
profesional juga mencakup penilaian penting atas bukti audit, yang terdiri dari dua hal, yaitu: informasi yang mendukung dan menguatkan asersi manajemen, serta informasi yang bertentangan dengan asersi tersebut. Penerapan skeptisisme
profesional dalam hal ini berarti sikap selalu mempertanyakan dan mempertimbangkan
kecukupan dan ketepatan bukti audit yang diperoleh sesuai dengan kondisi perikatan,
sebagai contoh, dalam hal ketika terdapat faktor risiko kecurangan dan suatu
dokumen tunggal, yang rentan terhadap kecurangan, merupakan satu-satunya bukti pendukung bagi
suatu angka material dalam laporan keuangan. Dalam hal terdapat keraguan atas
keandalan informasi atau indikasi kemungkinan kecurangan, SA mengharuskan auditor menginvestigasi lebih lanjut dan menentukan modifikasi atau tambahan prosedur
audit yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kesulitan, waktu, atau
biaya yang terlibat tidak dengan sendirinya merupakan suatu basis yang valid bagi
auditor untuk meniadakan suatu prosedur audit ketika tidak terdapat alternatif atau menerima
bukti audit yang kurang persuasif.
Walaupun
manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola (atau disingkat "TCWG" atau "those charged with governance") entitas
dipercaya jujur dan memiliki integritas berdasarkan pengalaman auditor sebelumnya yang tidak dapat
diabaikan, namun hal itu tidak melepaskan auditor untuk memelihara skeptisisme profesional
atau memperbolehkan auditor menerima bukti audit yang kurang persuasif dalam rangka memperoleh keyakinan memadai.
T2. Mengapa skeptisisme profesional penting
dalam audit atas laporan keuangan?
Skeptisisme
profesional mempunyai peranan penting yang mendasar di dalam audit dan bentuk suatu bagian yang utuh dari kumpulan keahlian auditor. Skeptisisme
profesional erat kaitannya dengan pertimbangan profesional. Keduanya penting untuk melaksanakan audit secara tepat dan merupakan kunci terhadap kualitas audit. Skeptisisme
profesional memfasilitasi penerapan yang tepat atas pertimbangan profesional oleh auditor, terutama dalam membuat keputusan tentang, misalnya:
·
Sifat, saat dan luas prosedur audit yang akan
dilaksanakan.
·
Apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah
diperoleh, dan apakah pengevaluasian lebih lanjut dibutuhkan untuk mencapai tujuan dari SA.
·
Pengevaluasian tentang pertimbangan manajemen
dalam menerapkan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku bagi entitas.
·
Penarikan kesimpulan berdasarkan bukti audit
yang diperoleh, sebagai contoh, penilaian atas kewajaran estimasi yang dibuat oleh manajemen dalam menyusun laporan keuangan.
Penerapan
skeptisisme profesional meningkatkan efektivitas prosedur audit dan penerapannya serta mengurangi kemungkinan bahwa auditor memilih prosedur audit
yang tidak tepat, salah menerapkan suatu prosedur audit yang tepat, atau salah
menafsirkan hasil audit.
T3. Apa yang dapat dilakukan oleh KAP dan
auditor untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya skeptisisme profesional dan penerapannya?
Skeptisisme profesional dipengaruhi oleh sifat-sifat perilaku pribadi (yaitu, sikap dan nilai-nilai etika) serta tingkat kompetensi (yaitu, pengetahuan) dari individu-individu yang melakukan audit. Hal ini, pada gilirannya, dipengaruhi oleh pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Skeptisisme profesional dalam tim perikatan juga dipengaruhi baik oleh kepemimpinan KAP dan rekan perikatan, maupun oleh lingkungan bisnis dan budaya KAP. SA dan SPM No. 1 mencakup ketentuan dan panduan yang dirancang untuk membantu menciptakan lingkungan baik di tingkat KAP maupun perikatan agar auditor dapat menumbuhkan skeptisisme profesional yang tepat.
Tingkat KAP
Kepemimpinan KAP
dan contoh yang ditetapkan memengaruhi secara signifikan budaya internal KAP. Oleh karenanya, dukungan dari atas (tone of the top) dan
penegakan yang berkelanjutan terkait pentingnya skeptisisme profesional dalam perikatan audit
akan memengaruhi perilaku individu.
Kesempatan bagi KAP untuk menetapkan ekspektasi mengenai pentingnya skeptisisme profesional, sebagai contoh, jika:
·
Penetapan kebijakan dan prosedur yang dirancang
untuk mendukung budaya internal yang mengakui pentingnya mutu dalam melaksanakan suatu perikatan.
·
Dukungan atas budaya internal yang berorientasi
pada mutu bergantung pada tindakan dan pesan yang jelas, konsisten, dan berulang dari setiap tingkatan manajemen KAP. Hal ini dapat dikomunikasikan melalui, tetapi tidak terbatas
pada, pelatihan, seminar, pertemuan, dialog formal maupun informal, pernyataan misi, surat edaran, atau memorandum penjelasan. Tindakan dan pesan tersebut mendukung suatu budaya yang mengakui dan menghargai pekerjaan yang berkualitas tinggi, dan dapat dicakup, sebagai contoh, di dalam dokumen
internal dan materi pelatihan KAP, serta prosedur penilaian rekan dan staf sehingga hal
ini akan mendukung dan menguatkan pandangan KAP terhadap pentingnya kualitas KAP dan bagaimana, secara praktis, dapat dicapai.
·
Menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang
untuk memberikan keyakinan memadai bahwa KAP memiliki jumlah personel yang cukup dengan kompetensi, kemampuan dan komitmen terhadap prinsip etika profesi yang diperlukan. Dalam
hal ini, mendukung budaya internal berdasarkan mutu dapat dicapai melalui pembentukan kebijakan dan prosedur yang membahas kinerja, evaluasi, kompensasi, dan promosi (termasuk sistem insentif), yang menunjukkan pengakuan dan penghargaan atas pengembangan dan pemeliharaan kompetensi.
·
Mengembangkan dan menerapkan pelatihan internal
dan program pendidikan berkelanjutan untuk semua tingkatan personel KAP. Hal ini dapat dicapai
melalui, misalnya, pengalaman kerja, pelatihan selama perikatan (on-the-job-training), bimbingan oleh staf yang lebih berpengalaman (sebagai contoh, anggota lain dari tim perikatan), dan pendidikan mengenai independensi. Perlu dicatat bahwa kompetensi berkelanjutan dari personel KAP bergantung pada luasnya pengembangan profesional yang berkelanjutan pada tingkat yang tepat.
Tingkat Perikatan
Pada tingkat perikatan, rekan perikatan harus bertanggung jawab atas keseluruhan mutu setiap perikatan audit yang ditugaskan kepada rekan yang bersangkutan. Tindakan rekan perikatan dan pesan yang tepat kepada anggota lain tim perikatan menekankan bahwa mutu merupakan hal yang esensial dalam melaksanakan perikatan audit dan pentingnya mutu audit terhadap, sebagai contoh, kemampuan tim perikatan untuk menyampaikan hal-hal yang menjadi perhatiannya tanpa rasa takut terhadap hal-hal yang merugikan dirinya dan dalam menerbitkan laporan auditor yang sesuai dengan kondisinya.
Suatu kesempatan yang ideal untuk menanggapi dan menekankan dengan tim perikatan betapa pentingnya mempertahankan skeptisisme profesional sepanjang audit adalah selama diskusi oleh rekan perikatan dan anggota kunci tim perikatan lainnya mengenai kerentanan laporan keuangan entitas terhadap kesalahan penyajian material. Diskusi ini mencakup penerapan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku terhadap situasi dan fakta entitas, dan menempatkan penekanan khusus tentang bagaimana dan pada bagian mana dari laporan keuangan kemungkinan rentan terhadap kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, termasuk bagaimana kecurangan mungkin terjadi (mengesampingkan keyakinan anggota tim perikatan bahwa mungkin manajemen dan TCWG jujur dan memiliki integritas). Diskusi ini juga menyediakan suatu basis bagi anggota tim perikatan mengomunikasikan dan berbagi informasi baru yang dapat memengaruhi penilaian risiko atau prosedur audit yang dilaksanakan.
Kesempatan lain bagi rekan perikatan untuk menetapkan ekspektasi mengenai pentingnya skeptisisme profesional, sebagai contoh, saat bertanggung jawab atas:
·
Arah, supervisi dan pelaksanaan perikatan audit.
·
Penelaahan pekerjaan yang sedang dilakukan.
Dalam hal ini, rekan perikatan, khususnya, memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman untuk diberikan dalam membantu anggota tim yang kurang berpengalaman dalam mengembangkan pikiran, mempertanyakan, dan kritis melalui penelaahan atas, antara lain, hal
kritikal dari pertimbangan dan risiko yang signifikan. Ulasan tepat waktu juga dapat membantu hal-hal signifikan (sebagai contoh, pertimbangan atas hal yang kritis, terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang sulit atau kontroversial, yang diidentifikasi selama pelaksanaan perikatan) untuk diselesaikan pada atau sebelum tanggal laporan auditor.
·
Tim perikatan melakukan konsultasi yang tepat
atas hal yang sulit atau kontroversial dan bahwa kesimpulan sebagai hasil dari konsultasi tersebut telah diimplementasikan.
Ketika kegiatan di tingkat KAP dan tingkat perikatan berkontribusi terhadap pola pikir skeptisisme profesional, hal itu adalah tetap menjadi tanggung jawab masing-masing individu auditor untuk mempertahankan sikap skeptisisme profesional. Sebagaimana pertimbangan profesional, skeptisisme profesional perlu dilakukan selama audit.
Mempertahankan skeptisisme profesional selama audit diperlukan auditor untuk mengurangi risiko kegagalan dalam melihat kondisi-kondisi tidak lazim, terlalu menyamaratakan kesimpulan ketika menarik kesimpulan tersebut dari observasi audit, atau menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam menetapkan sifat, saat dan luas prosedur audit serta penilaian atas hasilnya.
T4. Dalam proses audit, pada tahap apa diperlukan skeptisisme profesional?
Profesional skeptisisme adalah relevan dan diperlukan sepanjang audit, meskipun referensi untuk hal tersebut tidak mencantumkan kembali dalam setiap SA. Misalnya:
·
Penerimaan perikatan – Sebagai contoh, ketika
mempertimbangkan hal-hal seperti integritas pemilik utama dan manajemen.
·
Mengidentifikasi dan menilai risiko atas
kesalahan penyajian material – Sebagai contoh, ketika:
o
Melaksanakan prosedur penilaian risiko (termasuk
diskusi tim perikatan terhadap kerentanan laporan keuangan entitas atas kesalahan penyajian material, seperti yang dibahas pada T3 di atas).
o
Merevisi penilaian risiko auditor atas risiko
kesalahan penyajian material dan memodifikasi prosedur audit lanjutan yang direncanakan sebelumnya, sebagai contoh, akibat dari informasi baru yang tidak konsisten dengan bukti audit awal yang menjadi dasar penilaian auditor, atau sebagai akibat dari perubahan
kondisi yang terjadi, adanya informasi baru, atau perubahan pemahaman auditor atas entitas dan operasinya sebagai hasil dari pelaksanaan prosedur audit lebih lanjut.
·
Merancang sifat, saat, dan luas prosedur audit
lebih lanjut yang merupakan respons terhadap risiko yang telah dinilai atas kesalahan penyajian material, dan mengevaluasi bukti audit - Sebagai contoh, ketika:
o
Mempertimbangkan, untuk area risiko yang dinilai
lebih tinggi, kebutuhan untuk meningkatkan kuantitas bukti atau memperoleh
bukti yang lebih relevan atau andal, misalnya, dengan menekankan pada pemerolehan bukti dari pihak ketiga atau dengan memperoleh bukti penguat dari sejumlah sumber yang independen.
o
Merancang dan melaksanakan prosedur analitis
substantif, termasuk ketika mengevaluasi keandalan data yang dijadikan dasar untuk mengembangkan ekspektasi auditor, dan ketika mengidentifikasi dan menginvestigasi adanya fluktuasi atau hubungan yang tidak konsisten dengan informasi relevan lainnya atau yang berbeda secara signifikan dengan nilai yang diharapkan. Ekpektasi auditor memberikan peranan penting ketika mengevaluasi hasil prosedur analitis dan meminta keterangan dari manajemen atas perbedaan dari nilai yang diharapkan.
o
Menanggapi situasi seperti saat manajemen
menolak untuk mengizinkan auditor mengirimkan permintaan konfirmasi.
·
Merumuskan opini apakah laporan keuangan
disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan ketentuan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku – Sebagai contoh, ketika:
o
Menyimpulkan tentang apakah keyakinan memadai
diperoleh dan apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh untuk mendukung kesimpulan tersebut.
o
Mempertimbangkan implikasi opini jika auditor
tidak dapat memperoleh bukti audit yang diperlukan.
o
Mengevaluasi apakah laporan keuangan disusun
berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar telah mencapai penyajian wajar, mempertimbangan dua hal: (i) Penyajian, struktur dan isi laporan keuangan secara keseluruhan dan (ii) apakah laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan terkait, mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya dengan suatu cara yang mencapai penyajian wajar.
T5. Bagaimana skeptisisme profesional berhubungan dengan tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan?
Karena
karakteristik kecurangan, mencakup fakta bahwa kecurangan dapat melibatkan skema yang canggih dan terorganisir secara cermat yang dirancang untuk
menutupinya, atau mungkin melibatkan kolusi, skeptisisme profesional auditor sangat penting
ketika mempertimbangkan risiko atas kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan.
SA 240 menekankan secara khusus pada skeptisisme profesional. Antara lain, termasuk ketentuan spesifik menanggapi kebutuhan untuk mempertahankan skeptisisme profesional sepanjang audit, menyadari kemungkinan bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dapat terjadi, walaupun pengalaman masa lalu auditor menunjukkan adanya kejujuran dan integritas manajemen entitas dan TCWG. Hal ini juga mengharuskan auditor untuk menginvestigasi lebih lanjut jika kondisi yang diidentifikasi selama audit menyebabkan auditor yakin bahwa suatu dokumen mungkin tidak asli atau suatu kondisi dalam dokumen telah dimodifikasi namun tidak diungkapkan kepada auditor.
SA 240 menjelaskan bahwa mempertahankan skeptisisme profesional dalam audit diperlukan pengajuan pertanyaan secara berkelanjutan tentang apakah informasi dan bukti audit yang telah diperoleh auditor memberi petunjuk bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan mungkin terjadi. Hal tersebut meliputi mempertimbangkan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit dan pengendalian atas penyiapan dan pemeliharaannya, jika relevan. SA 240 juga menyadari adanya fakta bahwa prosedur audit yang efektif untuk mendeteksi kesalahan mungkin tidak akan efektif dalam mendeteksi kecurangan. Dengan demikian, ketentuan dalam SA 240 dirancang untuk membantu auditor dalam mengidentifikasi dan menilai risikokesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan dalam merancang prosedur lebih lanjut.
Dalam beberapa kasus, SA mensyaratkan auditor untuk membuat dugaan tentang risiko kecurangan, penilaian risiko kesalahan penyajian material, atau menentukan prosedur tertentu yang diperlukan untuk dilaksanakan. SA begitu menyadari pentingnya skeptisisme profesional pada area yang telah ditunjukkan bahwa area tersebut lebih rentan terhadap kesalahan penyajian, termasuk kesalahan penyajian yang diakibatkan oleh kecurangan. Contohnya termasuk dugaan yang disyaratkan bahwa terdapat risiko kecurangan dalam pengakuan pendapatan, perlakuan risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen sebagai risiko kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan dan oleh karena itu merupakan risiko yang signifikan, dan prosedur yang diperlukan dalam menanggapi penelaahan estimasi akuntansi untuk menemukan hal bias.
Dalam menentukan respons keseluruhan untuk menanggapi hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada umumnya mencakup pertimbangan tentang bagaimana pelaksanaan keseluruhan audit dapat mencerminkan peningkatan skeptisisme profesional. SA 240, sebagai contoh, mencakup contoh spesifik tentang bagaimana pelaksanaan audit mungkin mencerminkan peningkatan skeptisisme profesional, melalui:
·
Peningkatan kepekaan dalam memilih sifat dan
luas dokumentasi entitas yang diperiksa dalam mendukung transaksi-transaksi material.
·
Peningkatan pengakuan tentang perlunya untuk
menguatkan penjelasan atau representasi manajemen tentang hal-hal yang material.
SA menjelaskan
bahwa risiko auditor tidak dapat mendeteksi kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan yang dilakukan oleh manajemen lebih
tinggi daripada kecurangan yang dilakukan oleh karyawan, karena manajemen sering kali berada dalam posisi, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk
memanipulasi catatan akuntansi, menyajikan informasi keuangan yang tidak benar, atau mengesampingkan prosedur pengendalian yang dirancang untuk mencegah kecurangan yang serupa yang dapat dilakukan oleh karyawan-karyawan lainnya. Dalam hal ini,
SA:
·
Mengindikasikan bahwa mengevaluasi respons manajemen
atas permintaan keterangan dengan menggunakan sikap skeptisisme profesional dapat memperkuat respons manajemen atas permintaan keterangan tersebut dengan informasi lainnya.
·
Jika respons yang diperoleh dari permintaan
keterangan kepada manajemen atau TCWG tidak konsisten, auditor harus melakukan investigasi lebih lanjut terhadap inkonsistensi tersebut.
·
Mengharuskan auditor untuk mengevaluasi ulang
penilaian awal atas risiko kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan, dan dampaknya terhadap sifat, saat, dan luas prosedur audit, serta keandalan bukti audit yang sebelumnya diperoleh jika mengidentifikasi adanya kesalahan penyajian mungkin merupakan atau akibat dari kecurangan dan bahwa manajemen (terutama, manajemen senior) terlibat di dalamnya, atau ketika keadaan atau kondisi mengindikasikan adanya kemungkinan kolusi yang melibatkan karyawan, manajemen atau pihak ketiga.
T6. Selain kecurangan, adakah aspek lain
dari audit ketika skeptisisme profesional mungkin sangat penting?
Skeptisisme profesional penting dan diperlukan sepanjang keseluruhan proses audit. Skeptisisme profesional auditor menjadi sangat penting ketika menangani area audit yang lebih kompleks, signifikan atau pertimbangan yang tinggi seperti:
·
Estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi
nilai wajar, dan pengungkapan terkait – Sebagai contoh, ketika:
o
Mengevaluasi kewajaran asumsi signifikan yang
digunakan oleh manajemen untuk membuat estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan.
o
Menentukan apakah perubahan dalam estimasi
akuntansi atau dalam metode untuk membuat estimasi tersebut dari periode lalu sudah tepat sesuai kondisinya.
o
Mereviu pertimbangan dan keputusan yang dibuat
oleh manajemen dalam membuat estimasi akuntansi untuk mengidentifikasi apakah ada indikator tentang kemungkinan keberpihakan manajemen.
·
Kelangsungan usaha – Sebagai contoh, ketika
mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa depan yang berkaitan dengan penilaian kelangsungan usaha entitas, apakah hasil rencana tersebut kemungkinan memperbaiki situasi, dan apakah rencana manajemen layak dilaksanakan sesuai dengan kondisinya. SA 570 menekankan pentingnya skeptisisme dan pertimbangan profesional dalam mengevaluasi pengungkapan laporan keuangan dan implikasinya atas laporan auditor ketika terdapat suatu ketidakpastian material berkaitan dengan
peristiwa dan kondisi yang, baik secara individual maupun kolektif, kemungkinan yang menyebabkan keraguan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
·
Transaksi dan hubungan pihak berelasi – Sebagai
contoh, ketika harus tetap waspada selama audit untuk informasi yang dapat menunjukkan adanya hubungan atau transaksi pihak berelasi yang belum diidentifikasi atau diungkapkan sebelumnya; dan dalam konteks transaksi signifikan yang diidentifikasi di luar bisnis normal entitas, ketika mengevaluasi apakah alasan bisnis (atau tidak ada alasan) transaksi tersebut menunjukkan bahwa mereka melakukan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan atau untuk menyembunyikan penyalahgunaan aset atau keandalan atas permintaan konfirmasi eksternal.
·
Pertimbangan hukum dan peraturan – Sebagai
contoh, jika harus tetap waspada saat melaksanakan prosedur audit lain misalnya, ketidakpatuhan atau menduga adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang kemungkinan berdampak material terhadap laporan keuangan atau memiliki dampak mendasar terhadap kegiatan operasi entitas dapat mengakibatkan terhentinya operasi, atau menimbulkan keraguan terhadap kelangsungan hidup entitas tersebut. Hal ini juga relevan dalam konteks audit grup, misalnya, karena
budaya dan praktik bisnis dalam yurisdiksi yang berbeda.
T7. Bagaimana penerapan skeptisisme
profesional dibuktikan?
Skeptisisme
profesional sering ditunjukkan dalam berbagai pembahasan yang dilakukan oleh auditor selama audit berjalan. Sebagai contoh, komunikasi auditor dengan
TCWG termasuk, yang relevan, mengapa auditor mempertimbangkan praktik akuntansi
signifikan, yang dapat diterima dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, bukan merupakan praktik yang paling tepat untuk kondisi khusus entitas.
Namun demikian, dokumentasi audit tetap penting dalam membuktikan skeptisisme profesional karena memberikan bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan SA dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. SA mengharuskan auditor untuk menyusun dokumentasi audit yang memadai sehingga memungkinkan seorang auditor berpengalaman, yang tidak memiliki keterkaitan sebelumnya dengan audit tersebut, memahami, antara lain, keputusan signifikan yang dibuat mengenai hal-hal signifikan yang timbul selama proses audit, kesimpulan yang ditarik, dan pertimbangan signifikan yang dibuat untuk mencapai kesimpulan tersebut.
SA juga
mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan pembahasan atas hal-hal signifikan dengan manajemen, TCWG, dan pihak lain, termasuk sifat hal-hal
signifikan tersebut serta kapan dan dengan siapa pembahasan tersebut dilakukan. Dokumentasi tersebut membantu auditor menunjukkan bagaimana pertimbangan signifikan dan
isu-isu kunci audit ditanggapi dan bagaimana auditor mengevaluasi apakah bukti audit
yang cukup dan tepat telah diperoleh.
Contoh kondisi di mana penting untuk mempersiapkan dokumentasi audit saat pertimbangan dan hal-hal yang signifikan antara lain:
·
Keputusan signifikan yang dicapai selama
pembahasan di antara tim perikatan terkait dugaan kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan entitas yang diakibatkan oleh kecurangan, dan komunikasi tentang kecurangan yang telah dilakukan dengan manajemen, TCWG, badan pengatur, dan pihak-pihak lainnya.
·
Ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang diidentifikasi atau diduga terjadi dan hasil diskusinya dengan manajemen, dan jika relevan, TCWG, serta pihak lain di luar entitas.
·
Dasar kesimpulan auditor tentang kewajaran
estimasi akuntansi dan pengungkapannya yang menimbulkan risiko signifikan, dan indikator kemungkinan keberpihakan manajemen, jika ada.
·
Informasi yang diidentifikasi tidak mendukung
kesimpulan akhir auditor tentang hal-hal signifikan, termasuk bagaimana mengatasi ketidakkonsistensian tersebut.
·
Basis kesimpulan auditor atas kewajaran area
yang terkait dengan pertimbangan subjektif.
·
Basis kesimpulan auditor tentang autentisitas
suatu dokumen ketika investigasi lebih lanjut (seperti penggunaan yang tepat atas pakar atau prosedur konfirmasi) dilakukan sebagai respon atas kondisi yang diidentifikasi selama audit yang menyebabkan auditor yakin bahwa dokumen tersebut mungkin tidak autentik.
Mengingat bahwa skeptisisme profesional adalah pola pikir, kadang-kadang sulit dokumentasi auditor untuk sepenuhnya menangkap bagaimana auditor menerapkan skeptisisme profesional sepanjang audit. SA menjelaskan bahwa kemungkinan tidak hanya ada satu cara untuk mendokumentasikan skeptisisme profesional auditor. Namun, dokumentasi audit dapat menyediakan bukti atas penggunaan skeptisisme profesional oleh auditor sesuai dengan SA. Bukti tersebut dapat mencakup prosedur tertentu yang dilakukan untuk menguatkan respons manajemen terhadap permintaan keterangan oleh auditor.
T8. Apakah badan pengatur dan badan pengawas KAP serta penanggung jawab atas tata kelola memiliki peranan dalam mendukung perilaku skeptis di antara auditor?
SA tidak menetapkan ketentuan untuk badan pengatur dan badan pengawas KAP, maupun untuk TCWG. Namun karena peran penting para pemangku kepentingan berfungsi dalam mencapai kualitas audit, maka mereka berada dalam posisi lebih lanjut untuk meminta auditor menjadi skeptis melalui komunikasi dua arah yang memadai dan pengawasan yang efektif serta inspeksi audit.
Memadainya komunikasi dua arah antara auditor dan TCWG merupakan bagian penting dari proses audit. SA mengharuskan auditor untuk mengomunikasikan hal-hal tertentu tentang audit, termasuk ruang lingkup dan saat yang direncanakan atas audit serta temuan yang signifikan dan kesulitan yang dihadapi selama audit. Sebagai contoh, komunikasi yang diperlukan termasuk pandangan auditor tentang aspek kualitatif signifikan atas praktik akuntansi entitas, termasuk kebijakan akuntansi, estimasi akuntansi dan pengungkapan laporan keuangan. Dialog yang sehat antara auditor dan TCWG mengenai area dengan risiko lebih tinggi yang dinilai atas kesalahan penyajian material, khususnya estimasi akuntansi penting, dan bagaimana auditor merenspons risiko yang dinilai tersebut, dapat memberikan TCWG peluang untuk menantang bagaimana auditor menerapkan skeptisisme profesional dalam pendekatan ke area-area tersebut.
TCWG berada dalam posisi untuk memengaruhi dan merangsang skeptisisme auditor dengan memberikan umpan balik pada hal-hal penting yang berkaitan dengan audit. Sebagai contoh, dalam menerima komunikasi tentang ruang lingkup dan saat audit yang direncanakan, TCWG dapat:
·
Membahas isu risiko dan konsep materialitas
dengan auditor;
·
Mengidentifikasi bidang yang diminta untuk
melakukan prosedur tambahan kepada auditor; dan
·
Membantu auditor untuk memahami dengan lebih baik
entitas dan lingkungannya.
Melalui pemantauan dan inspeksi audit, badan pengawas juga dapat memfasilitasi dialog yang efektif yang memberikan kontribusi untuk memfokuskan auditor tentang pentingnya skeptisisme profesional dan bagaimana hal itu dapat diterapkan secara tepat dalam audit laporan keuangan. Dokumentasi auditor sangat penting karena berfungsi, antara lain, untuk memungkinkan dilaksanakannya inspeksi eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau ketentuan lain yang berlaku.
Auditor sering diharuskan untuk mengomunikasikan secara langsung dengan badan pengatur atau pengawas, sebagai tambahan terhadap TCWG. Bahkan tanpa adanya suatu ketentuan, dalam kondisi luar biasa, auditor dapat menilai perlunya untuk mengomunikasikan hal-hal tertentu secara langsung dengan badan pengatur atau pengawas. Namun, tugas profesional auditor untuk menjaga kerahasiaan informasi klien dapat menghalangi pelaporan tersebut. Oleh karena itu, auditor dapat mempertimbangkan hal tersebut tepat untuk memperoleh advis hukum dalam menentukan tindakan yang tepat sesuai kondisinya.
No comments:
Post a Comment