Sunday, September 17, 2023

ASET TETAP

 

Semakin berkembangnya pembangunan di berbagai sektor industri yang didukung dengan kemajuan teknologi dan kemajuan globalisasi pasar internasional akan menimbulkan dampak persaingan yang ketat diantara perusahaan, dengan timbulnya dampak tersebut sebagai manajemen perusahaan di tuntut untuk bisa memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki untuk digunakan secara efisien dan efektif, sehingga hanya perusahaan yang bisa meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam kegiatan oprasional saja yang dapat memenangkan persaingan global ini. Dalam mendukung kegiatan oprasional tersebut, setiap badan usaha, apakah perusahaan industri (manufacturing), perusahaan dagang (trading), ataupun perusahaan jasa (services) pasti akan memanfaatkan aset miliknya. Untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu perusahaan, aset tetap mempunyai peranan yang sangat penting, seperti tanah dan bangunan sebagai tempat berproduksi dan kegiatan kantor, mesin dan peralatan sebagai alat yang digunakan untuk proses memproduksi suatu produk, kendaraan digunakan untuk aktivitas oprasional dan pemasaran produk.

Aset tetap atau aktiva tetap merupakan salah satu bagian utama dari kekayaan perusahaan yang berjumlah besar dalam memfasilitasi dan memperlancar aktivitas produksi. Aset tetap adalah aset berwujud yag diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu, digunakan dalam operasional perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan serta memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun (Purwaji dkk (2016:185)). Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas (Martani dkk (2016:42)). 

Putra (2013) Aset tetap memiliki peran penting untuk kelancaran operasional perusahaan, dalam memaksimalkan peran tersebutdibutuhkan kebijakan yang tepat dalam pengelolaan aset tetap. Dalam keadaan seperti ini, para pengambil keputusan akan sangat memerlukan alat informasi mengenai aset teteap yaitu akuntansi aset tetap. Akuntansi aset tetap, meliputi perolehan aset tetap, biaya setelah masa perolehan aset tetap, penyusutan aset tetap dan penghapusan aset tetap serta penyajian aset dalam laporan keuangan.

Aset tetap yang sudah dimiliki perusahaan akan dipergunakan sebagai oprasional perusahaan. Dalam pengoprasian aktiva tetap akan terjadi pengeluaran-pengeluaran (biaya), baik itu pengeluaran yang bersifat rutin ataupun tidak. Pengeluaran-pengeluaran tersebut meliputi pemeliharaan, reparasi, penggantian, perbaikan ataupun penambahan terhadap aset tetap itu sendiri. Semua aset tetap (kecuali tanah) yang dipergunakan dalam kegiatan oprasional perusahaan akan mengalami penurunan kemampuan dalam memberikan manfaat. Aset tetap yang tidak terjadi penyusutan adalah tanah karena tanah memiliki masa kegunaan yang tidak terbatas sehingga tanah memberikan manfaat yang tidak terbatas, pengalokasian secara sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya disebut penyusutan. Terdapat beberapa metode dalam menentukan nilai penyusutan suatu aset tetap, metode yang dipergunakan sesuai dengan kebijakan manajemen perusahaan dan penggunaannya harus secara konsisten selama masa manfaat aset tersebut. 

Aset tetap yang dimiliki perusahaan dapat dilepas atau dihentikan penggunaannya. Pelepasan aset tetap merupakan menghentikan manfaat aset tetap karena dijual atau ditukar, yang bisa jadi memberikan manfaat lanjutan setelah dijual atau ditukar. Sedangkan penghentian aset tetap lebih diartikan sebagai tidak ada lagi manfaat lanjutan dari aset tetap tersebut. Aset tetap memiliki peranan penting dalam mendukung kegiatan usaha perusahaan. Perusahaan mengeluarkan modal yang relatif besar untuk mendapatkan aset tetap, besarnya dana yang dikeluarkan tersebut menjadi alasan aset tetap perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tidak hanya penggunaan dan operasinya saja tetapi juga dalam perlakuan akuntansinya. Syafrudin (2019) dalam laporan keuangan aset tetap dirinci menurut jenisnya. Pada dasarnya aset tetap yang disajikan dalam laporan keuangan dicatat berdasarkan harga perolehan atau harga historisnya, begitu juga dengan penyusutan untuk aset tetap juga dihitung berdasarkan harga perolehan. Akumulasi penyusutan yang disajikan sebagi pengurang terhadap aset tetap baik secara sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan. 

Akuntansi aset tetap sangat berarti terhadap kewajaran penyajian aset tetap dalam laporan keuangan, kesalahan dalam penilaian aset tetap akan  mengakibatkan kesalahan yang cukup material karena nilai investasi yang ditanamkan pada aset tetap relatif besar. Mengingat pentingnya akuntansi aset dalam penyajian laporan keuangan tersebut, maka penerapannya harus berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku pada aset tetap adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 tentang Aset Tetap. Dalam PSAK No.16 telah diatur tentang bagaimana standar yang benar tentang perlakuan akuntansi aset tetap yang meliputi pengakuan aset tetap, pengukuran saat pengakuan aset tetap, pengukuran setelah pengakuan aset tetap, penyusutan aset tetap, penghentian pengakuan aset tetap, pengungkapan aset tetap dalam laporan keuangan. Hal tersebutlah yang mendasari penulis untuk mengetahui apakah setiap perusahaan di Indonesia telah berpedoman kepada PSAK No.16 sebagai acuan dalam menentukan ketepatan perlakuan akuntansi aset tetap yang diterapkan oleh suatu perusahaan.


Pengertian Aset Tetap 

Aset tetap memiliki peran dan pengaruh yang cukup besar terhadap aktivitas dan kegiatan operasional perusahaan. Dengan tidak adanya aset, tidak ada perusahaan yang dapat menghasilkan suatu produk untuk dijual, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas (Martani dkk (2016:42))

PSAK No.16 (2018:16.2) “Aset tetap adalah aset berwujud yang: 

1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan 

2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.” 


Purba (2013:2) “Aset tetap merupakan aset yang digunakan perusahaan sebagai entitas bisnis untuk menciptakan pendapatan. Aset tetap berasal dari aktivitas investasi perusahaan. Perolehan aset dilakukan melalui pembelian, penciptaan sendiri, pertukaran maupun penyerahan oleh pemegang saham sebagai penyetor modal. Aset tetap dapat terdiri dari hak atas tanah, bangunan, mesin, peralatan, dan lain-lain. Aset tetap adalah aset yang memiliki wujud fisik dan memberikan manfaat ekonomi kepada entitas bisnis selama lebih dari satu periode akuntansi pada masa-masa yang akan datang. Aset tetap dapat diperoleh dengan cara pembelian, pembangunan kembali atau pertukaran dengan aset tetap atau jenis aset lainnya yang dimiliki oleh perusahaan lain”.

Purwaji dkk (2016:185) “Aset tetap adalah aset berwujud yag diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu, digunakan dalam operasional perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan serta memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, suatu aset tetap harus memenuhi karakteristik sebagai berikut: 

1. Memiliki bentuk fisik. 

2. Digunakan dalam kegiatan normal perusahaan. 

3. Tidak untuk dijual kembali. 

4. Memiliki masa pakai yang lama. 

5. Memberikan manfaat di masa yang akan datang. 


Warren dkk (2019:486) ”Aset tetap (fixed asset) adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen seperti peralatan, mesin, gedung, dan tanah. Nama lain yang biasa digunakan dalam bahasa inggris untuk aset tetap adalah plant asset atau property, plant, and equipment. Aset tetap merupakan aset berwujud yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan diperoleh dalam bentuk siap pakai dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Dari semua pendapat mengenai aset tetap dapat disimpulkan aset tetap merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan aktivitas operasinya yang bersifat permanen, memiliki manfaat ekonomis lebih dari satu periode dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan.


Pengakuan Aset 

Berdasarkan PSAK No.16 (2018:16.3) “Biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika dan hanya jika: 

1. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut; dan 

2. Biaya perolehannya dapat diukur secara andal. 

Suku cadang, peralatan siap pakai dan peralatan pemeliharaan diakui sesuai dengan Pernyataan ini ketika memenuhi definisi dari aset tetap. Namun, jika tidak maka suku cadang peralatan siap pakai dan peralatan pemeliharaan diklasifikasikan sebagai persediaan. 


Pengukuran Biaya Perolehan Aset 

SAK ETAP 2009 (15.6) dalam Purwaji dkk (2016:187), kepemilikan aset tetap dicatat sebesar biaya perolehannya, harga beli (setelah dikurangi potonganpotongan) ditambah dengan biaya-biaya yang berhubungan dengan perolehan aset sehingga aset tersebut siap dipakai atau digunakan untuk kegiatan operasional normal perusahaan. 

Aset tetap yang memenuhi kualifikasi pengakuan sebagai aset diukur pada biaya perolehan (PSAK No.16 (2018:16.4)). Samryn (2016:164) “Harga perolehan aktiva tetap meliputi semua biaya yang dikeluarkan atau menjadi tanggungan perusahaan dari tahap pembelian sampai dengan aktiva tetap yang bersangkutan siap dipakai. Termasuk dalam kategori ini adalah harga beli, pajak yang tidak dapat dikreditkan, ongkos angkut, asuransi, biaya pemasangan, dan biaya percobaan pemakaian. Biaya perbaikan dan biaya pemeliharaan yang jumlahnya besar dan memperpanjang umur akiva tetap juga diperhitungkan sebagai penambah harga perolehan”. 

Diana dan Setiawati (2017:213) “Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada aset ketika aset pertama kali diakui. Biaya perolehan aset tetap mencakup biaya awal untuk memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap, dan biaya selanjutya yang timbul untuk menambah, mengganti bagian, atau memperbaikinya. Biaya perolehan aset tetap meliputi: 

1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan diskon pembelian dan potongan lain, 

2. Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen, 

3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tetap.


Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah: 

1. Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari konstruksi dan perolehan aset tetap, 

2. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik, 

3. Biaya penanganan dan penyerahan awal, 

4. Biaya perakitan dan instalasi, 

5. Biaya pengujian aset apakah aset befungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil netto penjualan setiap produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (contohnya, hasil dari peralatan yang sedang diuji), dan 

6. Komisi profesional. 


Pada pengukuran awal aset tetap, biaya utama yang harus diakui adalah biaya penempatan awal, seperti harga beli, biaya pemasangan, biaya bongkar muat dan pasang, biaya pinjaman dan biaya penghentian. Apabila aset tetap berasal dari penyerahan yang dilakukan oleh pemegang saham sebagai penyetoran modal, maka harga perolehan aset tetap tersebut adalah nilai wajar pada saat diserahkan. Nilai wajar adalah jumlah yang digunakan untuk mengukur aset yang dapat dipertukarkan melalui suatu transaksi wajar yang melibatkan pihak-piak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan yang memadai. Nilai wajar aset akan didebitkan sebagai harga perolehan aset tetap. 

PSAK No.16 (2018:16.6) entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelas yang sama. 

a. Model biaya 

Setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. 

b. Model revaluasi 

Setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.


Pengeluaran selama pemakaian aset tetap 

Purwaji dkk (2016:199) selama masa pemakaian aset tetap dalam kegiatan oprasional, perusahaan sering melakukan pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan penggunaan aset tetap tersebut. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat bersifat pengeluaran sehari-hari (cost of day-to-day servicing) maupun pengeluaran yang memberikan manfaat ekonomi di masa yang akan datang. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 

a. Pengeluaran modal (capital expenditure) yaitu, pengeluaran yang berhubungan dengan kepemilikan dan pemakaian suatu aset tetap yang memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. 

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) yaitu, meliputi pengeluaranpengeluaran terkait dengan kepemilikan dan pemakaian aset tetap yang memberikan manfaat dalam satu periode akuntansi atau kurang. 

Pengeluaran tersebut diperlakukan sebagai beban pada periode ketika pengeluaran itu terjadi. Pengeluaran-pengeluaran selama pemakaian aset tetap tersebut meliputi beberapa hal berikut: 

1) Pemeliharaan (maintenance) 

Pengeluaran pemeliharaan ini untuk memelihara aset tetap dengan tujuan agar aset tidak cepat usang dan tidak cepat rusak dari waktu ke waktu sehingga dapat digunakan dalam kegiatan oprasional perusahaan secara normal. Biaya pemeliharaan biasanya relatif kecil dan pemeliharaan dilakukan secara berkala. Apabila pengeluaran untuk pemeliharaan tidak secara langsung menaikkan nilai aset maupun tidak secara langsung memperpanjang masa manfaat aset itu sendiri, pengeluaran tersebut dicatat sebagai beban yaitu, beban pemeliharaan. 

2) Reparasi (repair) 

Pengeluaran reparasi adalah pengeluaran untuk perbaikan (reparasi) suatu aset tetap yang mengalami kerusakan dengan tujuan agar aset dapat dipergunakan sesuai dengan fungsi semestinya. Apabila sifat dari reparasi ini hanya mengembalikan aset tetap dari rusak menjadi normal (seperti keadaan semula) dan tanpa mengganti bagian-bagian tertentu dari aset tetap, pengeluaran tersebut dicatat sebagai beban yaitu, beban reparasi. 

3) Perbaikan (betterment) 

Tujuan dari pengeluaran-pengeluaran untuk perbaikan suatu aset tetap tidak hanya sekedar agar aset tersebut dapat berjalan sesuai dengan fungsi yang semestinya, tetapi juga menambah niali atau memperpanjang umur kegunaannya. Nilai pengeluaran untuk perbaikan biasanya relatif besar sehingga pengeluaran tersebut dikapitalisasi (jika menambah nilai kegunaan aset) atau dicatat sebagai pengurang akumulasi penyusutan aset tetap (apabila pengeluaran tersebut memperpanjang umur penggunaan). 

4) Penggantian (replacement) 

Pengeluaran-pengeluaran yang bertujuan untuk mengganti komponenkomponen dari aset tetap, biasaya terjadi karena bagian (komponen) aset memang telah rusak berat. Penggantian komponen tersebut akan menambah umur ekonomis atau meningkatkan masa manfaat aset. Oleh karena pengeluaranpengeluaran seperti itu sifatnya jarang terjadi dan nilainya relatif besar maka pengeluaran semacam itu dikapitalisasi ke dalam aset tetap yang bersangkutan. 

5) Penambahan (addition) 

Pengeluaran ini bertujuan untuk menambah aset tetap yang lama dengan bagian-bagian yang baru. Hal tersebut meningkatkan umur ekonomis, fasilitas, efisiensi oprasional, dan menambah nilai atau meningkatkan kegunaan aset tetap yang bersangkutan. 

PSAK No.16 (2018:16.3) menyebutkan bahwa “Sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraph 07, entitas tidak mengakui biaya perawatan seharihari aset tetap sebagai bagian dari aset tetap tersebut. Sebaliknya, biaya tersebut diakui dalam laba rugi pada saat terjadinya. Biaya perawatan sehari-hari terutama terdiri atas biaya tenaga kerja dan bahan habis pakai termasuk suku cadang kecil. Tujuan pengeluaran ini sering dideskripsikan sebagai “perbaikan dan pemeliharaan” aset tetap”. 

Terkait dengan pengeluaran-pengeluaran semasa pemakaian aset tetap, terkadang sulit untuk membedakan antara pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Pengukuran tingkat materialitas suatu pengeluaran sangat tergantung pada kebijakan manajemen perusahaan dan setiap perusahaan memiliki ukuran yang berbeda-beda sehingga sangatlah mungkin suatu pengeluaran yang nilainya sama akan diperlakukan berbeda dimasing-masing perusahaan. Dalam praktiknya, kriteria yang dipakai untuk membedakan kedua jenis pengeluaran selain dari manfaatnya juga menilai pertimbangan-pertimbangan lain yaitu: 

a. Nilai relatif suatu pengeluaran (tingkat materialitas), 

b. Sering tidaknya pengeluaran tersebut terjadi, dan 

c. Keputusan manajemen.


Cara Perolehan Aset Tetap 

Purwaji, dkk (2016:190) ada beberapa cara perolehan aset tetap yang mempengaruhi biaya perolehannya. Cara tersebut yakni: 

1. Pembelian Tunai Biaya perolehan aset tetap yang diperoleh dengan cara pembelian secara tunai terdiri atas harga faktur ditambah dengan biaya-biaya yang berhubungan dengan perolehan aset tetap tersebut. Apabila dalam pembelian tunai terdapat potongan, itu akan menjadi pengurang terhadap biaya perolehan. Jurnal untuk pembelian secara tunai: 

Aset Tetap xx 

        Kas             xx


2. Pembelian Kredit (Utang Wesel) 

Pembelian aset tetap dapat diperoleh secara kredit, biasanya dengan menandatangani wesel bayar (utang wesel) aset tetap diperoleh melalui pembelian kredit, biaya perolehannya akan diakui sebesar biaya perolehan tunai. Apabila ada selisih antara biaya perolehan tunai dan perolehan secara kredit, selisih tersebut akan diakui sebagai beban bunga selama periode (kecuai beban bunga tersebut dikapitalisasi sesuai PSAK 26: Biaya Pinjaman) Jurnal untuk pembelian secara kredit: 

Aset Tetap xx 

        Utang         xx 


3. Pembelian Gabungan (Lump-Sum) 

Ada kalanya aset tetap diperoleh melalui pembelian secara paket atau gabungan, pembelian beberapa aset tetap secara bersamaan dengan satu transaksi. Pembelian secara paket biasanya dilakukan dengan alasan harganya lebih murah apabila dibandiingkan dengan membeli secara terpisah. Pada dasarnya, perusahaan harus memisahkan dan menentukan biaya perolehan untuk masingmasing aset tetap tersebut karena setiap aset tetap memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Apabila pembelian aset tetap dilakukan secara gabungan (lumpsum), misalnya pembelian tanah, bangunan dan peralatan secara bersamaan, biaya perolehan dialokasikan berdasarkan nilai atau harga wajar dari masing-masing aset tersebut.

Jurnal untuk pembelian secara gabungan: 

Aset 1 xx 

Aset 2 xx 

Aset 3 xx 

        Kas         xx 


4. Donasi (Hadiah) 

Perolehan aset tetap dapat berasal dari sumbangan atau donasi seperti menerima sumbangan dari lembaga pemerintahan atau lembaga-lembaga swadaya masyarakat lainnya. Apabila perusahaan menerima hadiah meskipun tidak mengorbankan sumber daya, aset tetap tersebut dinilai berdasarkan harga pasar wajar (nilai wajar). Jurnal untuk pendapatan aset tetap secara donasi: 

Aset tetap xx 

        Pendapatan sumbangan                     xx 

        Pendapatan sumbangan – tangguhan xx


5. Membangun (Konstruksi) Sendiri 

Perusahaan memperoleh aset tetap bukan dengan membeli (tunai atau kredit) dari pihak ketiga, melainkan dengan cara membangunnya sendiri (misal, gedung). Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik, menghemat biaya, memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai, dan sebagainya. Biaya perolehan aset tetap dengan cara membangun sendiri mencakup seluruh biaya pembangunan. Contoh biaya tersebut yakni, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya-biaya tidak langsung lainnya. Demikian juga, beban bunga atas dana pinjaman yang digunakan selama masa konstruksi harus dikapitalisasi ke dalam biaya perolehan aset tetap. Jurnal untuk aset tetap yang didapat secara membangun sendiri: 

a. Pengeluaran-pengeluaran selama pembangunan aset tetap 

Aset dalam pengerjaan xx 

        Kas                                 xx 

b. Aset tetap selesai dibangun 

Aset tetap xx 

        Aset dalam pengerjaan xx 


6. Pertukaran aset tetap 

Satu atau lebih aset tetap mungkin diperoleh dalam pertukaran dengan aset moneter atau aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan nonmoneter. Pembahasan berikut mengacu pada pertukaran suatu aset non moneter dengan aset nonmoneter lainnya. Biaya pertukaran aset tetap tersebut diukur pada nilai wajar (aset yang diterima atau aset yang diserahkan), kecuali: 

a. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, 

b. Nilai wajar aset yang diterima dan aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal.


Jika aset yang diperoleh tidak dapat diukur pada nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan. Jurnal untuk perolehan aset tetap melalui pertukaran: 

a. Apabila pertukaran tersebut perusahaan mengalami laba/untung 

Aset tetap (baru)                         xx 

Akumulai penyusutan aset tetap xx 

        Kas                                                  xx 

        Aset tetap (lama)                             xx 

        Laba pertukaran aset                       xx 


b. Apabila pertukaran tersebut perusahaan mengalami rugi 

Aset tetap (baru)                             xx 

Akumulasi penyusutan aset tetap   xx 

Rugi pertukaran aset tetap              xx 

        Kas                                                  xx 

        Aset tetap (lama)                             xx


Penyusutan Aset Tetap 

TM books (2019:194) “Penyusutan (depreciation) adalah alokasi biaya aset tetap secara sistematis dan rasional ke periode-periode yang menerima manfaat dari penggunaan aset tersebut”. Diana dan Setiawati (2017:229) “Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan suatu aset selama masa manfaatnya”. Dalam menentukan besarnya penyusutan, perusahaan harus menentukan jumlah yang disusutkan dan periode penyusutan. 

a. Faktor penentu masa manfaat aset tetap Purwaji dkk (2016:202) selama masa pemakaian, kemampuan suatu aset tetap untuk memperoleh pendapatan semakin menurun atau terbatas, sehingga perlu dilakukan penyusutan terhadap aset tetap. Penyusutan aset tetap dimulai pada saat aset tersebut siap digunakan atau dioprasikan sesuai dengan kebijakan manajemen perusahaan. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi masa manfaat suatu aset tetap (SAK ETAP 2009, 15.21) dalam purwaji dkk (2016:202) sebagai berikut: 

1) Perkiraan daya pakai aset 

Daya pakai suatu aset tetap dinilai dengan memperkirakan kapasitas terpasang atau keluaran hasil produksi. Misalnya kapasitas produksi untuk penggunaan mesin-mesin, kapasitas daya angkut untuk truk, dan sebagainya. 

2) Perkiraan tingkat keausan fisik 

Keausan fisik suatu aset tetap yang digunakan untuk oprasional tergantung dari sering atau tidaknya penggunaan aset. Program pemeliharaan dan perbaikan secara perawatan pada saat tidak digunakan juga menjadi faktor keausan aset. 

3) Keusangan teknis dan komersial 

Faktor ini terjadi karena perubahan terhadap pola produksi atau perubahan selera (permintaan) atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh aset yang bersangkutan. 

4) Pembatasan hukum atau sejenisnya 

Pembatasan umur ekonomis suatu aset tetap kadang kala ditetapkan berdasarkan regulasi dari pemerintah. Contohnya, dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakan suatu perusahaan maka dalam undang-undang perpajakan mengenai pembatasan dan pengelompokan jenis maupun umur aset tetap.


b. Faktor-faktor penentu besarnya penyusutan 

1) Biaya perolehan 

Biaya perolehan aset tetap adalah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh aset sehingga aset tersebut siap digunakan. Biaya-biaya perolehan ini yakni harga faktur bersih (setelah dikurangi potongan) ditambah dengan seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga aset siap dioprasionalkan oleh perusahaan. 

2) Nilai residu 

Nilai residu adalah perkiraan nilai dari aset tetap pada akhir pemakaian atau pada saat pelepasan aset untuk tidak akan dipakai kembali, nilai setelah dikurangi dengan biaya pelepasan. Pelepasan atau penghentian aset tetap tersebut dilakukan setelah aset mencapai umur atau kondisi yang diperkirakan kurang produktif. 

3) Masa manfaat 

Masa manfaat adalah perkiraan kebermanfaatan suatu aset tetap untuk dapat digunakan dan masi memberikan manfaat secara ekonomi. Masa manfaat suatu aset tetap dapat berupa periode waktu pemanfaatan (umur ekonomis) maupun jumlah unit atau jumlah produksi yang akan diperoleh dari hasil pemanfaatan aset tetap.

Hidayati dkk (2019) Menurut undang-undang perpajakan peggolongan aset tetap berwujud dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 

a) Golongan I: Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 4 tahun.

b) Golongan II: Kelompok harta berwujud bukan bangnan yang mempunyai masa manfaat 8 tahun. 

c) Golongan III: Kelompok hara berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 16 tahun.

d) Golongan IV: Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 20 tahun. Aset berwujud berupa bangunan dibagi menjadi 2, yaitu: 

      1) Permanen: masa manfaatnya 20 tahun atau bahkan lebih. 

    2) Tidak permanen: bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan yang tidak tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindahkan masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun. 


4) Sifat dan pola penggunaan Sifat dan pola penggunaan merupakan sifat dan pola yang digunakan untuk memilih dan menentukan metode penyusutan yang tepat sehingga tujuan penandingan antara pendapatan dan beban dapat tercapai. Beban penyusutan periodik atas aset tetap harus mencerminkan pola penggunaan dari aset tetap seakurat mungkin. 


Metode penyusutan aset tetap 

PSAK No.16 (2018:16.10) “Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah tersusutkan dari aset secara sistematis selama umur manfaatnya. Metode penyusutan antara lain metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit produksi. Metode penyusutan garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. Metode unit produksi menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diperkirakan dari aset. Entitas memilih metode yang paling mencerminkan pola pemakaian yang diperkirakan atas manfaat ekonomik masa depan aset. Metode tersebut diterapkan secara konsisten dari periode ke periode, kecuali terdapat perubahan dalam pola pemakaian manfaat ekonomik masa depan yang diperkirakan aset tersebut.” 

Purwaji dkk (2016:203) “Metode penyusutan adalah suatu metode sistematis dan rasional tentang pengalokasian biaya perolehan aset tetap sebagai beban sepanjang masa pemanfaatnya”. Ada beberapa metode penyusutan yang dapat dipakai untuk menghitung beban penyusutan secara periodik, yakni: 

1. Metode garis lurus (straight line method) Dalam metode garis lurus, penghitungan besarnya penyusutan aset tetap dilakukan dengan menggunakan rumus yang sangat sederhana. Metode garis lurus menghasilkan beban penyusutan periodik yang sama selama masa pakai aset tetap.

Rumus untuk penyusutan metode garis lurus: 

Beban penyusutan/tahun = (Biaya Perolehan−Nilai Residu) / Masa Manfaat (Umur Ekonomis)

Metode penyusutan garis lurus mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari metode ini adalah: 

a) Mudah digunakan dalam praktek 

b) Lebih mudah dalam menentukan tarif penyusutan 


Kelemahan dari penyusutan ini adalah: 

a) Beban pemeliharaan dan perbaikan dianggap sama setiap periode 

b) Manfaat ekonomis aktiva setiap tahun sama 

c) Beban penyusutan yang diakui tidak mencerminkan upaya yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan 

d) Laba yang dihasilkan setiap tahun tidak menggambarkan tingkat pengembalian yang sesungguhnya dari umur kegunaan aktiva (dalam matching principle, beban penyusutan harus proposional pada penghasilan yang dihasilkan)


2. Metode pembebanan yang menurun 

Metode ini merupakan metode yang mempercepat penyusutan dengan cara menentukan nilai penyusutan lebih besar di tahun-tahun awal dan semakin kecil di tahun-tahun terakhir. Metode ini terdiri atas: 

a. Metode jumlah angka tahun (sum of the year’s digit method) 

Langkah-langkah untuk menghitung besarnya nilai penyusutan tiap-tiap tahun menurut metode jumlah angka tahun adalah sebagai berikut: 

1) Pada posisi pembilang, masing-masing tahun diberi bobot sebesar sisa masa manfaat pada tahun yang bersangkutan. Contohnya, masa manfaat 5 tahun untuk tahun ke-1 diberi bobot 5 karena sisa umur pada tahun ke-1 adalah 5 tahun. Selanjutnya, tahun ke-2 diberi bobot 4 karena sisa umur pada tahun ke-2 adalah 4 tahun dan seterusnya.

2) Pada posisi penyebut, jumlahkan bobot masa manfaat aset tetap (tahun) yang bersangkutan. Contohnya, setiap pada no.1, masa manfaatnya 5 tahun maka jumlah bobotnya adalah sebagai berikut:

3) Penyusutan tiap-tiap tahun dihitung dengan cara mengalikan perbandingan sisa masa manfaat (pembilang) dan jumlah angka tahun (penyebut) dengan biaya perolehan aset tetap yang disusutkan (depreciable cost) atau biaya perolehan aset tetap dikurangi dengan nilai residu. 

Berdasarkan penjelasan tersebut, perhitungan besarnya nilai penyusutan dengan menggunakan metode jumlah angka tahun adalah sebagai berikut:

Kelebihan dari metode penyusutan jumlah angka tahun adalah lebih hemat dari segi biaya, namun ada aturan pajak yang membatasi penggunaan metode penyusutan jumlah angka tahun. Dalam pelaporan pajak, metode ini tidak bisa digunakan, sehingga jarang sekali ada perusahaan yang menggunakan metode penyusutan jumlah angka tahun dalam aplikasinya. 


b. Metode saldo menurun (declining balance method) 

Besarnya nilai penyusutan asset tetap yang menggunakan metode ini adalah selalu menurun dari tahun ke tahun. Penurunan tersebut sebesar persentase tertentu dari nilai buku (book value) asset tetap yang bersangkutan. Besarnya nilai buku (book value) adalah selisih nilai perolehan asset tetap dengan besarnya nilai akumulasi penyusutan yang telah dilakukan. 

Rumus untuk penyusutan metode saldo menurun: 

Penyusutan / tahun = 2 x Persentase dari metode garis lurus x Nilai buku

Kelebihan dari metode saldo menurun adalah hemat dari segi biaya bila dibandingkan dengan metode garis lurus, namun Kekuragan dari metode ini adalah lebih rumit dan sulit diaplikasikan dalam akuntansi karena banyaknya variable perhitungan yang harus dilibatkan. 


3. Metode aktivitas 

Metode ini digunakan untuk aset tetap yang pengoperasiannya sangat tergantung pada aktivitas pengguaan aset tetap itu sendiri. Artinya, semakin banyak aktivitasnya, semakin besar pula penyusutannya dan sebaliknya. 

a. Metode Jam Jasa (Service Hours Method) 

Metode ini berdasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibanding dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya (part time). Dalam cara ini beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban penyusutan periodic besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan). 

Kelemahan dari metode ini adalah Ketika kapasitas produktif dari perusahaan menjadi berkurang karena adanya pesaing baru yang mungkin lebih efisien dan efektif, sehingga cepat atau lambat perusahaan dipaksa untuk mengakui kelemahan dari kapasitas produksinya. Selain itu metode jam jasa mengakui beban penyusutan berdasarkan unit produksi, sehingga beban penyusutan yang diakui menjadi kecil pada saat produksi yang dihasilkan sedikit, yang selanjutnya akan menyebabkan overstatement terhadap laba yang dilaporkan oleh perusahaan. 

b. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method) 

Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga penyusutan tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aktiva itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga penyusutan juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan. Kelemahan metode penyusutan hasil produksi sama dengan metode penyusutan jam jasa. 

Warren dkk (2019:494) metode aktivitas disebut juga metode unit produksi , “Metode unit produksi (unit-of-production method) menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh aset. Tergantung dengan asetnya, metode unit produksi dapat dinyatakan dalam jam, mil, atau jumlah kuantitas produksi. 

Rumus untuk penyusutan metode ativitas/metode unit produksi terdapat dua tahap:


Penghentian aset tetap 

Warren (2019:499) “Aset tetap yang tidak lagi berguna dapat dibuang atau dijual. Dalam permasalahan seperti ini, nilai buku aset harus dihapus dari akunnya. Aset tetap tidak boleh dihapus dari akun hanya karena aset tersebut sudah habis disusutkan”. Penghentian aset tetap dilakukan karena ada beberapa alasan hal tersebut dilakukan, yakni berakhirnya masa manfaat atau karena dijual dan/atau munculnya teknologi baru. Selanjutnya akan dibahas mengenai penghentian aset tetap. 

1) Habis masa manfaatnya (dirongsokkan) Apabila penghentian aset tetap dilakukan karena berakhirnya masa manfaatnya, semua akun yang berhubungan dengan aset tetap harus ditutup. Apabila aset tersebut masih ada nilai bukunya, nilai tersebut diakui sebagai rugi penghentian aset tetap.

Jurnal untuk mencatat penyusutan dan penghentian aset tetap habis masa manfaatnya: 

Beban penyusutan – aktiva tetap xx 

        Akumulasi penyusutan – aktiva tetap xx 


Jurnal untuk mencatat penghentian aset tetap: 

Akumulasi penyusutan – aktiva tetap  xx 

Rugi penghentian aset tetap                 xx 

                Aset tetap                                         xx 

            

2) Penjualan aset tetap 

Salah satu cara dalam peghentian aset tetap yang habis masa manfaatnya adalah dengan dijual. Apabila penghentian aset tetap karena dijual, selisih harga jual dan nilai buku aset tetap diakui sebagai laba atau rugi penghentian aset tetap. Nilai buku aset tetap adalah selisih antara biaya perolehan aset tetap dengan akumulasi penyusutan aset tetap. Jurnal untuk mencatat penjualan aset tetap: 

Akumulasi penyusutan – aset tetap  xx 

Rugi penjualan aset tetap                 xx 

            Aset tetap                                     xx


3) Menukar aset tetap 

Seringkali aset tetap yang baru dengan yang lama, yang memiliki kegunaan sama dan nilai tukar tambah mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari pada nilai buku aset lama. Saldo yang tersisa dapat dibayarkan tunai atau dicatat sebagai suatu kewajiban. Selisih ini biasanya dinamakan dengan sisa terhutang.


Penyajian Aset Tetap dalam Laporan Keuangan 

Harga perolehan dan akumulasi penyusutan aset tetap akan disajikan di neraca dengan akumulasi penyusutan sebagai faktor pengurang dari harga perolehan sehingga dapat diketahui nilai bukunya. Sedangkan beban penyusutan aset tetap akan disajikan dalam laporan laba rugi setiap periodenya. Metode penyusutan aset tetap yang digunakan perusahaan akan dijelaskan di catatan atas laporan keuangan. Harga perolehan, akumulasi penyusutan, dan nilai buku aset tetap akan disajikan secara total di neraca. Untuk rincian detail aset tetap disajikan di catatan atas laporan keuangan. 

Beban penyusutan untuk suatu periode biasanya diakui dalam laba rugi. Namun, seringkali manfaat ekonomi masa depan dari suatu aset adalah menghasilkan aset lain. Dalam hal ini, beban penyusutan merupakan biaya perolehan aset lain dan dimasukkan dalam biaya konversi dari persediaan. Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan penyusutan dan pemeliharaan bagunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabik. Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.

Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap: 

a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto. 

b. Metode penyusutan yang digunakan 

c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan. 

d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode, dan 

e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode. 

No comments: