Saturday, April 12, 2014

ANALISIS PROFITABILITAS

Menganalisis Pendapatan
Pada umumnya, sumber pendapatan perusahaan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pendapatan usaha (operasi) dan pendapatan bukan dari usaha (non operasi). Pendapatan usaha merupakan sumber pendapatan utama bagi suatu perusahaan yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa hasil produksi perusahaan. Sedangkan pendapatan non usaha dapat bersumber dari kegiatan, seperti hasil penjualan aktiva, hasil investasi eksternal yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Sumber pendapatan usaha perusahaan sangat bergantung pada karakteristik perusahaan. Dalam hal ini, ada perusahaan yang beroperasi hanya satu lini bisnis dan ada pula yang lebih dari satu unit bisnis (terdiversifikasi). Pada perusahaan yang memiliki satu lini bisnis biasanya sumber pendapatan usahanya hanya satu. Sedangkan perusahaan yang terdiversifikasi biasanya sumber pendapatannya lebih dari satu. Dewasa ini, hampir semua perusahaan memiliki unit bisnis yang terdiversifikasi sehingga sumber pendapatan usaha juga lebih dari satu.
Analisis ini bertujuan untuk membantu menganalisis:
1.      Pertumbuhan penjualan
Analisis tren atau kecenderungan atas penjualan setiap segmen berguna dalam menilai profitabilitas. Pertumbuhan penjualan sebagai hasil dari satu atau lebih faktor, seperti perubahan harga, perubahan volume penjualan, akuisisi, dan perubahan nilai tukar.
2.      Pertumbuhan aktiva
Analisis tren atau kecenderungan pada aktiva setiap segmen adalah relevan untuk analisis profitabilitas. Ini dilakukan untuk menganalisis tingkat efektivitas pengelolaan aktiva atau investasi dalam menghasilkan pendapatan.
3.      Profitabilitas
Pengukuran laba operasi terhadap penjualan dan laba operasi terhadap aktiva setiap segmen berguna dalam menganalisis profitabilitas.

Ketahanan sumber pendapatan perusahaan
Ketahanan pendapatan dapat digambarkan oleh stabilitas dan kecenderungan (trend) pendapatan. Hal ini penting sebagai dasar untuk menganalisis profitabilitas suatu perusahaan. Pada bagian ini dapat digunakan dua alat analisis untuk menilai ketahanan pendapatan yaitu: (1) analisis trend (trend analysis), dan (2) evaluasi terhadap diskusi dan analisis manajemen (Management’s Discussion and Analysis = MD&A).
1.      Analisis tren (trend analysis) terhadap pendapatan
Analisis tren merupakan suatu metode yang berguna dalam menilai ketahanan pendapatan, baik secara keseluruhan maupun segmen. Analisis ini menjadi dasar pertimbangan untuk menganalisis beberapa hal sebagai berikut:
a.       Sensitivitas pendapatan terhadap kondisi bisnis.
b.      Antisipasi permintaan melalui produk baru atau pengembangan produk baru.
2.      Diskusi dan Analisis Manajemen (Management’s Discussion and Analysis) terhadap pendapatan
Diskusi dan Analisis Manaemen (MD&A) terhadap kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan berguna dalam analisis ketahanan pendapatan. Informasi ini membantu dalam memahami dan mengevaluasi perubahan akun-akun keuangan suatu perusahaan dari waktu ke waktu termasuk pendapatan. Manajemen membutuhkan laporan atas perubahan komponen-komponen pendapatan dan biaya yang relevan untuk memahami aktivitas operasi suatu perusahaan. Manajemen juga perlu mengetahui mengenai hubungan antara pertumbuhan pendapatan terhadap peningkatan harga, volume, inflasi, atau pengenalan produk baru. Manajemen didorong untuk menggambarkan hasil secara finansial, tinjauan atas informasi masa akan datang, serta kecenderungan dan kekuatan yang tidak tampak dalam laporan keuangan.

Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan
Hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha serta pendapatan dengan persediaan akan memberikan petunjuk yang penting untuk mengevaluasi hasil operasi serta berguna dalam memprediksi kinerja di masa yang akan datang.
1.      Hubungan pendapatan dengan piutang usaha
Analisis hubungan antara pendapatan dan piutang usaha penting dalam mengevaluasi kualitas laba. Sebagai contoh, jika piutang usaha tumbuh pada tingkat yang melebihi pendapatan, kita perlu mengevaluasi untuk mengidentifikasi penyebabnya.
2.      Hubungan pendapatan dengan persediaan
Sebagaimana telah diketahui bahwa perputaran persediaan berhubungan dengan kualitas persediaan dan perputaran aktiva. Analisis terhadap komponen-komponen persediaan menunjukkan pendapatan dan kegiatan operasi di masa yang akan datang. Sebagai contoh ketika peningkatan barang jadi disertai oleh penurunan bahan baku dan/atau barang dalam proses maka dapat diperkirakan bahwa akan terjadi penurunan produksi.

Menganalisis Biaya dan Marjin Laba
Karakteristik biaya dalam suatu perusahaan ada yang bersifat variabel dan ada yang bersifat tetap. Biaya yang bersifat variabel dapat diartikan sebagai biaya yang nilainya berubah-ubah sejalan dengan perubahan tingkat kegiatan produksi, misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya yang bersifat tetap dapat diartikan sebagai biaya yang nilainya tidak berubah walaupun tingkat kegiatan produksi mengalami perubahan, misalnya biaya gaji pimpinan, dll. Di samping biaya-biaya tersebut, ada juga yang disebut sebagai biaya semi-variabel. Biaya ini memiliki sifat variabel dan juga sifat tetap. Oleh karena itu, dalam analisis biaya dilakukan pemisahan mengenai komposisi variabel dan tetap.
Pada bagian ini akan disajikan analisis terhadap biaya-biaya operasi maupun beban-beban operasional dan beban-beban non operasional, serta hubungannya dengan profitabilitas perusahaan.

Menganalisis Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan (HPP) atau cost of goods sold (CoGS) merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan perolehan output untuk siap dijual. Biaya-biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead (biaya-biaya tidak langsung).
Analisis terhadap harga pokok penjualan diperlukan dalam rangka menganalisis laba kotor (gross profit). Sementara laba kotor mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi beban-beban operasi. Analisis perubahan laba kotor memberikan perhatian khusus terhadap faktor-faktor yang menyebabkan perubahan pada penjualan dan harga pokok penjualan. Analisis terhadap perubahan laba kotor biasanya dibentuk secara internal sebab membutuhkan data non masyarakat, seperti jumlah unit yang dijual, harga jual per unit, dan biaya per unit.

Untuk mengukur hubungan antara harga pokok penjualan dengan profitabilitas perusahaan digunakan alat ukur yang disebut marjin laba kotor. Ini hanya ditemukan pada jenis perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang. Sementara bagi jenis perusahaan jasa tidak ada harga pokok penjualan. Marjin laba kotor (gross profit margin) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba kotor atas penjualan yang dilakukan.  

Menganalisis Beban-beban Operasi
Beban-beban operasi merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi, seperti beban-beban penjualan, beban depresiasi, beban pemeliharaan dan perbaikan, beban-beban administrasi dan umum. Analisis terhadap beban-beban operasi perusahaan diperlukan dalam rangka menganalisis laba operasi (operating profit) perusahaan. Sementara laba operasi mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi beban-beban non operasi terutama beban-beban finansial atas pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan, seperti beban bunga atas pinjaman.
Untuk mengukur hubungan antara beban-beban operasi dengan profitabilitas perusahaan secara spesifik digunakan alat ukur marjin laba operasi (operating profit margin). Hasil pengukuran marjin laba operasi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba operasi atas penjualan yang dilakukan. Marjin laba operasi juga sekaligus untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran atas beban-beban operasi perusahaan. 
Peningkatan marjin laba operasi lebih  kecil dari peningkatan marjin laba kotor. Ini mengindikasikan bahwa:
1.      Peningkatan marjin laba operasi sebagai akibat dari peningkatan marjin laba kotor.
2.     Pengeluaran atas beban-beban operasi justru tidak efisien sehingga menurunkan profitabilitas perusahaan.

Menganalisis Beban-beban Non Operasi
Beban-beban non operasi merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan kegiatan pendanaan dan kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan operasi, seperti beban-beban pendanaan dan beban pajak. Analisis terhadap beban-beban non operasi diperlukan dalam rangka menganalisis laba bersih (net profit). Sementara laba bersih mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi beban-beban pendanaan berupa beban dividen.
Untuk mengukur hubungan antara beban-beban non operasi dengan profitabilitas perusahaan secara spesifik digunakan alat ukur marjin laba bersih (net profit margin). Hasil pengukuran marjin laba bersih menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba bersih atas penjualan yang dilakukan setelah disesuaikan dengan pendapatan atau beban-beban lain. 
Peningkatan marjin laba bersih lebih  besar dari peningkatan laba marjin laba operasi. Ini mengindikasikan bahwa:
1.      Peningkatan marjin laba bersih sebagai akibat dari akumulasi peningkatan marjin laba kotor dan marjin laba operasi.
2.      Pengeluaran atas beban-beban non operasi lebih efisien sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.
  
Menganalisis Profitabilitas berdasarkan Investasi Perusahaan
Beberapa teknik dan pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis profitabilitas perusahaan antara lain adalah: pengembalian atas modal yang diinvestasikan (return on invested capital), pengembalian atas ekuitas pemegang saham biasa (Return on Common Shareholders’ Equity), dan pengembalian kas atas aktiva (cash return on assets).

Analisis Pengembalian atas Modal yang Diinvestasikan
Analisis laporan keuangan mencakup penilaian terhadap risiko dan return. Analisis terhadap pengembalian atas modal yang diinvestasikan atau return on invested capital (ROIC) merupakan suatu analisis tentang kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan atas modal yang diinvestasikan. Jadi analisis ini menunjukkan keberhasilan perusahaan menggunakan pendanaan untuk menghasilkan laba, baik dana ditinjau dari penggunaan  maupun sumbernya.
Secara filosofis hubungan antara laba dengan modal yang diinvestasikan adalah bahwa investasi dilakukan untuk menghasilkan output yang selanjutnya output dijual untuk menghasilkan pendapatan dan akhirnya dari pendapatan tersebut diperoleh laba. 
Pada dasarnya, tidak ada ukuran umum tentang modal yang diinvestasikan dalam menghitung tingkat keuntungan. Definisi tentang modal yang diinvestasikan bergantung pengguna laporan keuangan. Pengembalian atau return suatu perusahaan dapat dinilai dari perspektif total aktiva dan total pendanaan (kewajiban dan ekuitas). Apabila konsep modal yang diinvestasikan berdasarkan total aktiva maka hasil pengukuran adalah pengembalian atas aktiva atau yang lebih dikenal sebagai return on total assets (ROA). Hasil pengukuran ini adalah relevan untuk mengukur efisiensi operasi. 
Laba bersih dan beban bunga sebelum pajak bersumber dari laporan laba rugi. Rata-rata aktiva bersumber dari neraca yang dihitung dari penjumlahan aktiva pada neraca dari dua periode kemudian dibagi dua. Rata-rata aktiva dapat juga digunakan data aktiva satu periode.

Pengembalian atas Ekuitas Pemegang Saham Biasa
Pengembalian atas ekuitas pemegang saham biasa atau return on common shareholders’ equity (ROCE) juga lebih dikenal sebagai return on equity (ROE) merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Secara spesifik, ROCE menggambarkan sejauhmana produktivitas ekuitas saham biasa dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. 

Pengembalian Kas atas Aktiva
Pengembalian kas atas aktiva atau cash return on assets (CROA) merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan aktiva yang diinvestasikan dapat menghasilkan kas dari kegiatan operasi. 

Manajemen Laba Perusahaan
Manajemen laba (earnings management) perusahaan merupakan suatu praktek window-dressing terhadap laporan keuangan. Hal ini tentunya dilakukan agar laporan keuangan perusahaan tampak baik sehingga diharapkan mendapatkan respon positif dari para stakeholder. Manajemen laba perusahaan menitikberatkan pada optimalisasi profitabilitas perusahaan sehingga dapat diciptakan stabilitas kondisi keuangan perusahaan. Manajemen laba dapat mengurangi muatan ekonomi suatu laporan keuangan dan juga dapat mengurangi kepercayaan dalam proses pelaporan.
Menurut Schipper (1989) dalam Subramanyam dan Wild (2009) bahwa manajemen laba dapat didefinisikan sebagai intervensi dengan maksud tertentu oleh manajemen dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan yang mementingkan diri sendiri. Selanjutnya, Subramanyam dan Wild (2009) mengemukakan bahwa manajemen laba merupakan salah satu alasan yang membedakan antara laba akuntansi dan laba ekonomi. Salah satu bentuk manajemen laba adalah perataan laba (income smoothing) yang boleh jadi berdasarkan beberapa kondisi memperbaiki kemampuan laba akuntansi untuk menggambarkan laba yang permanen.
Strategi manajemen laba meliputi tiga jenis yaitu: (1) Manajer meningkatkan laba periode berjalan, (2) Manajer mengurangi laba periode berjalan, dan (3) Manajer mengurangi volatilitas laba melalui perataan laba.

Analisis Profitabilitas dan Respon Stakeholder Perusahaan
Rasio profitabilitas yang tinggi mengindikasikan kinerja operasi yang tinggi namun di lain pihak mengindikasikan risiko yang tinggi. Ini didasarkan pada alasan bahwa ketika manajemen menetapkan profitabilitas yang tinggi berarti dana yang tersedia dikerahkan pada kegiatan produktif sehingga apabila terjadi suatu masalah operasi maka dapat menimbulkan gangguan yang serius bagi perusahaan. Sebagai ilustrasi, ketika kita mengendarai suatu kendaraan dengan kecepatan tinggi tentu risiko perjalanan sangat tinggi. Karena ketika terjadi kecelakaan dalam perjalanan maka boleh jadi kita tidak dapat tiba di tempat tujuan dengan selamat.
Rasio profitabilitas  memberikan arti bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) sehingga mereka akan merespon secara berbeda. Bagaimana respon para stakeholder terhadap rasio profitabilitas? Apabila rasio profitabilitas tinggi maka respon para stakeholders secara singkat digambarkan sebagai berikut:
1)      Investor yang memiliki tipe sebagai pengambil risiko (risk taker) cenderung merespon positif sedangkan investor yang memiliki tipe sebagai penghindar risiko (risk averter) cenderung merespon negatif.
2)      Kreditor cenderung merespon positif
3)      Suplier cenderung merespon positif

4)      Karyawan cenderung merespon positif

No comments: