1. Pengertian
Persediaan
Persediaan merupakan salah satu aktiva
yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga
merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang.
Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis
sedang berfluktuasi. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan
adalah seperti kutipan berikut.
Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3)
mengemukakan bahwa:
Persediaan
adalah aset:
a. Tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
b. Dalam
proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
c. Dalam
bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
Menurut Skousen, Stice, Stice
(2004:653), ”persedian ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual
dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata
ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan
produksi”.
Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443)
mengatakan bahwa ” persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki
untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau
dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”.
Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440)
mengatakan persediaan adalah ”barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam
operasi bisnis perusahan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau
disimpan untuk tujuan itu”. Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung
dijual kembali tanpa mengalami proses produksi selanjutnya disebut persediaan
barang dagang.
Dengan demikian intinya persediaan
barang dagang adalah untuk dujual dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai
dengan pendapat warren, reeve dan Fess maka perusahaan bisa saja menyimpan
persediaan sebelum dijual didalam sebuah gudang yang sering berlaku untuk
pedagan-pedagang besar seperti retail yang perputaran persediaannya cukup
tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya tidak terjadi
kekurangan persediaan
2.
Jenis-Jenis Persediaan
Persediaan pada setiap perusahaan
berbeda dengan kegiatan bisnisnya. Persediaan diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Persediaan
barang dagang
Barang yang ada digudang dibeli oleh
pengecer atau perusahaan dagang untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh
untuk dijual kembali diperoleh secara fisik tidak diubah kembali, barang
tersebut tetap dalam bentuk yang yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik
pembuatnya.
Dalam beberapa hal dapat terjadi beberapa
komponen yang dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi. Misalnya,
sepeda yang dirakit dari kerangka, roda gir dan sebagainya serta dijual oleh
pengecer sepeda adalah salah satu contoh.
b. Persediaan
manufaktur
1) Persediaan
bahan baku
Barang
berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain (misalnya dengan
menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk
dijual kembali. Bagian dari suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan
kadang-kadang diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang.
2) Persediaan
barang dalam proses
Barang
yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum penyelesaian .
3) Barang
jadi
Barang
yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual.
B. Komponen
Biaya Persediaan (Inventory Cost)
Salah satu
tujuan persediaan adalah mendapatkan biaya yang minimum. Adapun unsur-unsur
biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan menjadi 4 golongan
yaitu:
1. Biaya
Pengadaan (Procurenment Cost)
Biaya pengadaan dibedakan atas dua
jenis, yaitu:
a. Biaya
Pemesanan (Ordering Cost)
Biaya pemesanan
adalah biaya yang diperlukan untuk memesan atau memebeli suatu barang. Beberapa
hal yang menyebabkan terjadinya biaya pemesanan antara lain: biaya telepon,
biaya surat-menyurat, biaya pengepakan, dan upah.
Pada umumnya, biaya
pemesanan tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi apabila
semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesanan, maka pesanan per
periode dan pemesanan total turun. Ini berarti biaya pemesanan total per
periode adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode
dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.
b. Biaya
pembuatan (Setup Cost)
Biaya pembuatan
adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang.
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya biaya pembuatan antara lain: biaya
penyusunan peralatan produksi, dan biaya perbaikan mesin.
2. Biaya
pembelian (purcbase cost)
Biaya pembelian
adalah biaya yang dikeluarkan pada saat pembelian suatu barang. Besarnya biaya
pembelian tergantung pada kuantitas barang yang dibeli dan harga suatu barang.
3. Biaya
Penyimpanan (holding cost/ caryng cost)
Biaya
penyimpanan merupakan biaya yang diperlukan akibat adanya penyimpana barang.
Biaya penyimpanan semakin besar apabila kuantitas barang yang disimpan semakin
banyak. Dan sebaliknya, biaya penyimpanan kecil apabila kuantitas barang yang
disimpang sedikit. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya biaya penyimpanan
antara lain: biaya fasilitas penyimpanan, biaya modal, biaya asuransi
persediaan, dan biaya keusangan.
4. Biaya
Kekurangan Bahan (shortage cost)
Biaya kehabisan
atau kekurangan bahan adalah biaya yang diperlukan akibat persediaan yang tidak
mencukupi karena adanya permintaan barang. Beberapa hal yang menyebabkan
terjadinya biaya kekurangan bahan baku antara lain: biaya pemesanan khusus,
selisih harga, dan biaya kehilangan penjualan.
C. Pengendalian
Persediaan
Pengendalian
persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting bagi perusahaan,
karena persediaan fisik pada perusahaan akan melibatkan investasi yang sangat
besar pada pos aktiva lancar. Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan dengan
seluruh bagian yang bertujuan agar usaha penjualan dapat intensif serta produk
dan penggunaan sumber daya dapat maksimal.
Kegiatan
pengawasan persediaan tidak terbatas pada penentuan atas tingkat dan komposisi
persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan pengawasan atau pelaksanaan
pengadaan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang
dibutuhkan dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Pengendalian
merupakan proses memastikan bahwa hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana-rencana semula (Henry Simamora,1999:6). Pengendalian berkisar pada
kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, penyelidikan dan pengevaluasian
keseluruh bagian manajemen agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
Salah satu cara
pengendalian persediaan adalah menetapkan titik maksimum dan minimum. Titik
maksimum adalah batas tertinggi dari persediaan yang diperlukan dan biasanya menggambarkan
kuantitas minimum ditambah kuantitas pemesanan standar. Titik minimum adalah
batas terendah dari persediaan sesuatu barang atau bahan yang diperlukan. Dalam
menetapkan titik maksimum dan minimum faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
adalah:
1. Waktu
yang diperlukan untuk membeli
2. Kuantitas
pesanan yang ekonomis
3. Fasilitas
pergudangan yang tesedia
4. Kemungkinan
bahan-bahan yang disimpan mengalami kerusakan
5. Kondisi-kondisi
pasar secara umum dan luasnya spekulasi
D. Tujuan
Pengendalian Bahan Baku
Menurut Assauri
( 1998 : 177 ), tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai usaha
untuk :
1. Menjaga
jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga menyebabkan proses
produksi terhenti.
2. Menjaga
agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya
yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan.
3. Menjaga
agar pembelian bahan secara kecil-kecilan dapat dihindari.
E. Sistem
dan Metode Pengendalian Bahan Baku
Penentuan jumlah
persediaan perlu ditentukan sebelum melakukan penilaian persediaan. Jumlah
persediaan dapat ditentukan dengan dua sistem yang paling umum dikenal pada
akhir periode yaitu:
1. Periodic system,
yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik agar jumlah
persediaan akhir dapat diketahui jumlahnya secara pasti.
2. Perpectual system,
yaitu setiap kali pengeluaran diberikan catatan administrasi barang persediaan.
Metode
pengendalian bahan baku adalah berbeda-beda, terutama dalam hal kehati-hatian
dan biaya yang akan dikeluarkan. Beberapa metode pengendalian bahan baku antara
lain :
1. Metode
Siklus Pemesanan ( Order Cycling Methode)
Metode ini
dilakukan dengan memeriksa secara periodic keadaan kuantitas setiap jenis atau
golongan persediaan yang ada. Jenis bahan yang bernilai tinggi dan jenis bahan
yang merupkan unsur utama dalam operasi yang normal, biasanya memerlukan siklus
peninjauan dalam jangka pendek. Sedangkan untuk jenis bahan yang bernilai
rendah dan bersifat tidak rawan, umumnya siklus peninjauan lebih panjang,
karena bahan-bahan ini akan dipesan dalam jumlah besar dan kekurangan bahan
tidak akan menimbulkan banyak biaya.
2. Metode
Min-Max
Dalam Metode
ini, kuantitas maksimum dan minimum untuk setiap jenis bahan baku sudah
ditentukan. Tingkatan minimum merupakan marjin pengaman yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya kekurangan bahan baku, dan tingkat minimum ini sekaligus merupakan
titik untuk melakukan pemesanan kembali, dimana kuantitas bahan baku yang
dipesan adalah sebesar kebutuhan untuk menjadikan persediaan pada tingkat yang maksimum.
Pelaksanaan metode Min-Max ini didasarkan pada observasi fisik atau melalui
pencatatan dalam system akuntansi.
3. Metode
Two-Bin
Dalam metode Two-Bin persediaan bahan baku dipisahkan
ke dalam dua tempat penyimpanan. Prosedur pelaksanaan metode ini adalah apabila
tempat penyimpanan kuantititas bahan baku yang pertama sudah habis, maka tempat
penyimpanan yang kedua baru dibuka, pada saat tempat penyimpanan yang kedua ini
digunakan perusahaan harus segera melakukan pemesanan barang kembali.
4. Metode
Just-In-Time
Metode
Just In Time menekankan penghematan
investasi pada persediaan bahan baku dan penghematan biaya penyimpanan, yang
dilakukan dengan meminimumkan persediaan bahan baku atau bahkan yang paling
ekstrim adalah tanpa persediaan bahan baku sama sekali, apabila hendak melakukan
produksi baru melakukan pemesanan. Prosedur ini memerlukan koordinasi yang baik
dengan pemasok sehingga bahan baku dapat tiba pada waktunya.
5. Metode
Rencana ABC (ABC Plan)
Di dalam metode
ABC semua jenis bahan baku dikelompokkan kedalam 3 kelas atau kelompok, yaitu kelompok
A yang merupakan bahan baku yang penting dan nilainya cukup tinggi, kelompok B
merupakan jenis bahan baku yang tidak terlalu penting, dan nilainya cukup
tinggi, serta kelompok C yang merupakan bahan baku yang tidak penting dan tidak
bernilai tinggi.
6. Metode
Economic Order Quantity (EOQ)
Metode EOQ adalah
jumlah pesanan yang dapat meminimumkan total biaya persediaan, pembelian yang
optimal. Untuk mencari berapa total bahan yang tetap untuk dibeli dalam setiap
kali pembelian untuk menutup kebutuhan selama satu periode .
Model EOQ biasa
digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya
langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya ( inverse cost ) pemesanan persediaan. Kebijakan-kebijakan EOQ adalah
menjamin ketersediaan bahan baku yang tersedia untuk kelancaran proses produksi
sehingga tidak terjadi kelebihan persediaan atau kekurangan persediaan dan
meminimalkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan proses
produksi tersebut, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah menentukan Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock, Reorder Point (ROP).
Asal mula metode EOQ adalah
berdasarkan pola asumsi sebagai berikut:
1. Tingkat
permintaan (demand rate) adalah konstan, berulang, dan diketahui.
2. Waktu
tunggu (lead time) konstan diketahui. Waktu tunggu dari penempatan pesanan
sampai penyerahan pesanan selalu merupakan bilangan hari yang tepat.
3. Tidak
diperbolehkan terjadi kehabisan stock, karena permintaan dan waktu tunggu
konstan, maka dapat ditentukan dengan pasti kapan harus memesan bahan untuk
mencegah kekurangan stock.
4. Bahan
dipesan atau diproduksi dalam lot atau tumpukan (lots or batch), dan lot itu
ditempatkan dalam invntori seluruhnya pada suatu waktu.
5. Dipakai
suatu struktur biaya spesifik sebagai berikut: Biaya barang per unit konstan
dan tidak ada potongan harga diberikan untuk pembelian dalam jumlah besar.
Keunggulan dan Kelemahan Economic
Order Quantity (EOQ)
1. Keunggulan
EOQ
a. Metode
EOQ memperhitungkan safety stock
sehingga persediaan bahan baku untuk proses produksi tetap terjamin.
b. Penggunaan
metode EOQ akan memperkecil jumlah pemesanan yang diamati, sehingga biaya
pemesanan (atau biaya penyiapan) menjadi lebih kecil.
c. Mudah
diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar
tertentu
2. Kelemahan
EOQ
a. Pada
metode EOQ biaya penyimpanan bahan baku akan lebih besar, karena ada sejumlah
bahan baku yang harus disimpan selama beberapa periode, sebelum bahan baku tersebut
digunakan untuk proses produksi.
b. Penjualan
dapat ditentukan
c. Pemakaian
bahan baku terjadi sepanjang tahun
d. Persediaan
dapat segera diperoleh
1 comment:
lbh enak pake sistem utk kontrol
Post a Comment