Saturday, February 14, 2015

PENGERTIAN PERSEDIAAN & JENIS PERSEDIAAN

1.    Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan berikut.
Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) mengemukakan bahwa:
Persediaan adalah aset:
a.    Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
b.    Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
c.    Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Menurut Skousen, Stice, Stice (2004:653), ”persedian ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”.
Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443) mengatakan bahwa ” persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”.
Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440) mengatakan persediaan adalah ”barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”. Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang.
Dengan demikian intinya persediaan barang dagang adalah untuk dujual dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat warren, reeve dan Fess maka perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam sebuah gudang yang sering berlaku untuk pedagan-pedagang besar seperti retail yang perputaran persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan

2. Jenis-Jenis Persediaan
Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan kegiatan bisnisnya. Persediaan diklasifikasikan sebagai berikut:
a.    Persediaan barang dagang
Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagang untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh secara fisik tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya.
Dalam beberapa hal dapat terjadi beberapa komponen yang dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari kerangka, roda gir dan sebagainya serta dijual oleh pengecer sepeda adalah salah satu contoh.
b.    Persediaan manufaktur
1)   Persediaan bahan baku
Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain (misalnya dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali. Bagian dari suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang.
2)   Persediaan barang dalam proses
Barang yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum penyelesaian .
3)   Barang jadi
Barang yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual.

B.  Komponen Biaya Persediaan (Inventory Cost)
Salah satu tujuan persediaan adalah mendapatkan biaya yang minimum. Adapun unsur-unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan menjadi 4 golongan yaitu:
1.    Biaya Pengadaan (Procurenment Cost)
Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis, yaitu:
a.    Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Biaya pemesanan adalah biaya yang diperlukan untuk memesan atau memebeli suatu barang. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya biaya pemesanan antara lain: biaya telepon, biaya surat-menyurat, biaya pengepakan, dan upah.
Pada umumnya, biaya pemesanan tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesanan, maka pesanan per periode dan pemesanan total turun. Ini berarti biaya pemesanan total per periode adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.
b.    Biaya pembuatan (Setup Cost)
Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya biaya pembuatan antara lain: biaya penyusunan peralatan produksi, dan biaya perbaikan mesin.
2.    Biaya pembelian (purcbase cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan pada saat pembelian suatu barang. Besarnya biaya pembelian tergantung pada kuantitas barang yang dibeli dan harga suatu barang.
3.    Biaya Penyimpanan (holding cost/ caryng cost)
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang diperlukan akibat adanya penyimpana barang. Biaya penyimpanan semakin besar apabila kuantitas barang yang disimpan semakin banyak. Dan sebaliknya, biaya penyimpanan kecil apabila kuantitas barang yang disimpang sedikit. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya biaya penyimpanan antara lain: biaya fasilitas penyimpanan, biaya modal, biaya asuransi persediaan, dan biaya keusangan.
4.    Biaya Kekurangan Bahan (shortage cost)
Biaya kehabisan atau kekurangan bahan adalah biaya yang diperlukan akibat persediaan yang tidak mencukupi karena adanya permintaan barang. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya biaya kekurangan bahan baku antara lain: biaya pemesanan khusus, selisih harga, dan biaya kehilangan penjualan.

C.  Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan fisik pada perusahaan akan melibatkan investasi yang sangat besar pada pos aktiva lancar. Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan dengan seluruh bagian yang bertujuan agar usaha penjualan dapat intensif serta produk dan penggunaan sumber daya dapat maksimal.
Kegiatan pengawasan persediaan tidak terbatas pada penentuan atas tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan pengawasan atau pelaksanaan pengadaan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Pengendalian merupakan proses memastikan bahwa hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan rencana-rencana semula (Henry Simamora,1999:6). Pengendalian berkisar pada kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, penyelidikan dan pengevaluasian keseluruh bagian manajemen agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
Salah satu cara pengendalian persediaan adalah menetapkan titik maksimum dan minimum. Titik maksimum adalah batas tertinggi dari persediaan yang diperlukan dan biasanya menggambarkan kuantitas minimum ditambah kuantitas pemesanan standar. Titik minimum adalah batas terendah dari persediaan sesuatu barang atau bahan yang diperlukan. Dalam menetapkan titik maksimum dan minimum faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah:
1.    Waktu yang diperlukan untuk membeli
2.    Kuantitas pesanan yang ekonomis
3.    Fasilitas pergudangan yang tesedia
4.    Kemungkinan bahan-bahan yang disimpan mengalami kerusakan
5.    Kondisi-kondisi pasar secara umum dan luasnya spekulasi

D.  Tujuan Pengendalian Bahan Baku
Menurut Assauri ( 1998 : 177 ), tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai usaha untuk :
1.    Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga menyebabkan proses produksi terhenti.
2.    Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan.
3.    Menjaga agar pembelian bahan secara kecil-kecilan dapat dihindari.
E.   Sistem dan Metode Pengendalian Bahan Baku
Penentuan jumlah persediaan perlu ditentukan sebelum melakukan penilaian persediaan. Jumlah persediaan dapat ditentukan dengan dua sistem yang paling umum dikenal pada akhir periode yaitu:
1.    Periodic system, yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik agar jumlah persediaan akhir dapat diketahui jumlahnya secara pasti.
2.    Perpectual system, yaitu setiap kali pengeluaran diberikan catatan administrasi barang persediaan.
Metode pengendalian bahan baku adalah berbeda-beda, terutama dalam hal kehati-hatian dan biaya yang akan dikeluarkan. Beberapa metode pengendalian bahan baku antara lain :
1.    Metode Siklus Pemesanan ( Order Cycling Methode)
Metode ini dilakukan dengan memeriksa secara periodic keadaan kuantitas setiap jenis atau golongan persediaan yang ada. Jenis bahan yang bernilai tinggi dan jenis bahan yang merupkan unsur utama dalam operasi yang normal, biasanya memerlukan siklus peninjauan dalam jangka pendek. Sedangkan untuk jenis bahan yang bernilai rendah dan bersifat tidak rawan, umumnya siklus peninjauan lebih panjang, karena bahan-bahan ini akan dipesan dalam jumlah besar dan kekurangan bahan tidak akan menimbulkan banyak biaya.
2.    Metode Min-Max
Dalam Metode ini, kuantitas maksimum dan minimum untuk setiap jenis bahan baku sudah ditentukan. Tingkatan minimum merupakan marjin pengaman yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kekurangan bahan baku, dan tingkat minimum ini sekaligus merupakan titik untuk melakukan pemesanan kembali, dimana kuantitas bahan baku yang dipesan adalah sebesar kebutuhan untuk menjadikan persediaan pada tingkat yang maksimum. Pelaksanaan metode Min-Max ini didasarkan pada observasi fisik atau melalui pencatatan dalam system akuntansi.
3.    Metode Two-Bin
Dalam metode Two-Bin persediaan bahan baku dipisahkan ke dalam dua tempat penyimpanan. Prosedur pelaksanaan metode ini adalah apabila tempat penyimpanan kuantititas bahan baku yang pertama sudah habis, maka tempat penyimpanan yang kedua baru dibuka, pada saat tempat penyimpanan yang kedua ini digunakan perusahaan harus segera melakukan pemesanan barang kembali.
4.    Metode Just-In-Time
Metode Just In Time menekankan penghematan investasi pada persediaan bahan baku dan penghematan biaya penyimpanan, yang dilakukan dengan meminimumkan persediaan bahan baku atau bahkan yang paling ekstrim adalah tanpa persediaan bahan baku sama sekali, apabila hendak melakukan produksi baru melakukan pemesanan. Prosedur ini memerlukan koordinasi yang baik dengan pemasok sehingga bahan baku dapat tiba pada waktunya.
5.    Metode Rencana ABC (ABC Plan)
Di dalam metode ABC semua jenis bahan baku dikelompokkan kedalam 3 kelas atau kelompok, yaitu kelompok A yang merupakan bahan baku yang penting dan nilainya cukup tinggi, kelompok B merupakan jenis bahan baku yang tidak terlalu penting, dan nilainya cukup tinggi, serta kelompok C yang merupakan bahan baku yang tidak penting dan tidak bernilai tinggi.
6.    Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode EOQ adalah jumlah pesanan yang dapat meminimumkan total biaya persediaan, pembelian yang optimal. Untuk mencari berapa total bahan yang tetap untuk dibeli dalam setiap kali pembelian untuk menutup kebutuhan selama satu periode .
Model EOQ biasa digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya ( inverse cost ) pemesanan persediaan. Kebijakan-kebijakan EOQ adalah menjamin ketersediaan bahan baku yang tersedia untuk kelancaran proses produksi sehingga tidak terjadi kelebihan persediaan atau kekurangan persediaan dan meminimalkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan proses produksi tersebut, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah menentukan Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock, Reorder Point (ROP).
Asal mula metode EOQ adalah berdasarkan pola asumsi sebagai berikut:
1.    Tingkat permintaan (demand rate) adalah konstan, berulang, dan diketahui.
2.    Waktu tunggu (lead time) konstan diketahui. Waktu tunggu dari penempatan pesanan sampai penyerahan pesanan selalu merupakan bilangan hari yang tepat.
3.    Tidak diperbolehkan terjadi kehabisan stock, karena permintaan dan waktu tunggu konstan, maka dapat ditentukan dengan pasti kapan harus memesan bahan untuk mencegah kekurangan stock.
4.    Bahan dipesan atau diproduksi dalam lot atau tumpukan (lots or batch), dan lot itu ditempatkan dalam invntori seluruhnya pada suatu waktu.
5.    Dipakai suatu struktur biaya spesifik sebagai berikut: Biaya barang per unit konstan dan tidak ada potongan harga diberikan untuk pembelian dalam jumlah besar.
Keunggulan dan Kelemahan Economic Order Quantity (EOQ)
1.    Keunggulan EOQ
a.    Metode EOQ memperhitungkan safety stock sehingga persediaan bahan baku untuk proses produksi tetap terjamin.
b.    Penggunaan metode EOQ akan memperkecil jumlah pemesanan yang diamati, sehingga biaya pemesanan (atau biaya penyiapan) menjadi lebih kecil.
c.    Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar tertentu
2.    Kelemahan EOQ
a.    Pada metode EOQ biaya penyimpanan bahan baku akan lebih besar, karena ada sejumlah bahan baku yang harus disimpan selama beberapa periode, sebelum bahan baku tersebut digunakan untuk proses produksi.
b.    Penjualan dapat ditentukan
c.    Pemakaian bahan baku terjadi sepanjang tahun
d.   Persediaan dapat segera diperoleh

1 comment:

Software stok barang said...

lbh enak pake sistem utk kontrol