1. Hakikat Anggaran
Aggaran merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka
pendek yang efektif dalam organisasi. Suatu anggaran operasi biasanya meliputi
waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk
tahun itu. Anggaran memiliki karakteristik – karakteristik sebagai berikut :
a. Anggaran
mengestimasi potensi laba dari unit bisnis tersebut
b. Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun
jumlah moneter mungkin didukung dengan
jumlah nonmoneter (contoh : unit yang
terjual atau diproduksi)
c. Biasanya
meliputi waktu selama satu tahun. Dalam bisnis-bisnis yang sangat dipengaruhi
oleh musiman, mungkin ada dua anggaran pertahun misalnya, perusahaan busana
biasanya memiliki anggaran musim gugur dan musim semi.
d. Merupakan komitmen manajer, manajer setuju
untuk menerima tanggung jawab atas
pencapaian tujuan-tujuan
anggaran .
e. Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh
pejabat yang lebih tinggi wewenangnya dari pembuat anggaran.
f. Setelah disetujui, anggaran hanya dapat
diubah dalam kondisi-kondisi tertentu.
g. Secara berkala, kinerja keuangan actual
dibandingkan dengan anggaran dan varians dianalisis serta dijelaskan.
a.
Hubungan dengan Perncanaan Strategis
Proses penyusunan anggaran harus dibedakan dari (a) Perencanaan Strategis,
(b) Prediksi.
·
Perencanaan Strategis
Perencanaan Strategis adalah proses
untuk memutuskan hakikat dan ukuran dari beberapa program yang harus dijalani
guna mengimplementasikan berbagai strategi organisasi. Baik perencanaan
strategis dan penyusunan anggaran melibatkan perencanaan, namun jenis aktivitas
perencanaannya adalah berbeda antara kedua proses tersebut. Proses penyusunan
anggaran focus pada satu tahun, sementara perencanaan strategis focus pada
aktivitas – aktivitas yang mencakup periode beberapa tahun.
·
Prediksi
Anggaran berbeda dari prediksi, suatu
anggaran adalah suatu rencana manajemen dengan asumsi implicit bahwa langkah-langkah
positif akan diambil oleh pembuat anggaran, manajer yang menyusun anggaran guna
membuat kegiatan nyata sesuai dengan rencana. Suatu prediksi hanyalah suatu
perkiraan akan apa yang mungkin terjadi, tetapi tidak mengandung impllikasi
bahwa pembuat prediksi akan berupaya untuk membentuk kejadian sehingga
prediksinya akan terealisasi.
b. Perbedaan dengan Prediksi
Prediksi tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Suatu
Prediksi bisa dinyatakan atau tidak dinyatakan dalam istilah moneter.
2. Dapat
untuk periode waktu kapanpun.
3. Pembuat
prediksi tidak menerima tanggung jawab untuk memenuhi hasil yang
Diprediksikan.
4. Prediksi
biasanya tidak disetujui oleh wewenang yang lebih tinggi.
5. Suatu
prediksi diperbarui segera setelah informasu baru mengindikasikan adanya
suatu perubahan dalam kondisi.
6. Varians
dari prediksi tidak dianalisis secara formal maupun berkala.
Sebagai contoh :
Prediksi yang dibuat oleh kantor bandahara untuk membantu perencanaan
keuangan. prediksi semacam itu meliputi estimasi pendapatan, beban dan pos-pos
lain yang mempengaruhi arus kas. Tetapi bendaharawan tidak memiliki tanggung
jawab untuk membuat anggaran penjualan, beban, dan pos-pos lain sesuai dengan
prediksi tersebut. Prediksi keuangan tidak dijelaskan ke manajeman puncak,
prediksi tersebut dapat berubah secara mingguan atau harian, tanpa persetujuan
dari wewenang yang lebih tinggi dan biasanya varians antara kenyataan dan
prediksi tidak dianalisis secara sistematis.
c. Kegunaan Anggaran
Penyusunan anggaran memiliki empat tujuan utama
1.
Menyelaraskan dengan Rencana Strategis
Anggaran tersebut, yang diselesaikan sebelum permulaan tahun anggaran,
memberikan peluang untuk menggunakan informasi terakhir yang tersedia dan
didasarkan pada penilaian manajer disemua tingkatan dalam organisasi.
2.
Koordinasi
Setiap manajer pusat tanggung jawab dalam organisasi berpartisipasi dalam
penyusunan anggaran. Selanjutnya, ketika staf merangkai potongan-potongan
tersebut menjadi suatu rencana keseluruhan, maka inkonsistensi mungkin muncul.
Penyebab yang paling umum adalah adanya kemungkinan bahwa rencana dari
organisasi produksi tidak konsisten dengan volume penjualan yang direncanakan,
baik secara total maupun untuk lini produk tertentu .
3.
Penugasan Tanggung Jawab
Anggaran yang telah disetujui seharusnya memperjelas tanggung jawab dari
setiap manajer. Anggaran tersebut juga memberikan wewenang kepada para manajer
pusat tanggung jawab guna membelanjakan sejumlah tertentu uang untuk tujuan
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya tanpa perlu persetujuan dari wewenang
yang lebih tinggi.
4.
Dasar untuk Evaluasi Kinerja
Anggaran mencerminkan suatu komitmen oleh pembuatnya dengan atasannya. Oleh
karna itu, anggaran menjadi tolak ukur (benchmark) terhadap
kinerja actual dapat dinilai. Komitmen tersebut dapat berubah bila asumsi-asumsi
yang mendasarinya juga berubah. Namun demikian, anggaran merupakan titik awal
yang terbaik dalam menilai kinerja. Anggaran menugaskan tanggung jawab pasa
setiap pusat tanggung jawab di organisasi. Pada tingkat puncak, rangkuman
anggaran menugaskan tanggung jawab ke pusat laba individual. Dalam pusat laba,
anggaran menugaskan tanggung jawab pada area fungsional (seperti pemasaran)
dalam area fungsional, anggaran menugaskan tanggung jawab pada pusat tanggung
jawab individual (seperti kantor penjualan regional dalam organisasi
pemasaran).
d. Kategori Anggaran Operasi
Dalam organisasi yang relative kecil, terutama yang tidak memunyai unit
bisnis, keseluruan anggaran mungkin hanya setebal satu halaman saja. Dalam
organisasi yang lebih besar, ada halaman ringkasan dan halaman-halaman lain
yang berisi rincian dari unit bisnis, ditambah penelitian dan pengembangan,
serta beban umum dan admisnistratif. Pos –pos pendapatan disusun pertama kali,
baik karena merupakan pos pertama dalam laporan laba rugi maupun juga karena
jumlah anggaran pendapatan mempengaruhi jumlah dari banyak pos lainnya.
1.
Anggaran Pendapatan
Berisi proyeksi
penjualan unit dikalikan dengan harga jual yang diperkirakan . dari semua
elemen anggaran laba , anggaran pendapatan adalah yang paling penting , tetapi
juga merupaka elemen yang dipengaruhi oleh ketidakpastian paling besar .
2.
Anggaran Biaya Produksi dan Biaya
Penjualan
Walaupun pada
umumnya menunjukan bahwa biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
dikembangkan dari volume produksi yang terkandung didalam anggaran
penjualan , hal ini sering sekali kali tidak mungkin dilakukan praktiknya
karena rincian – rincian ini bergantung pada bergantung pada bauran produk
actual yang akan diproduksi .
3.
Beban Pemasaran
Beban pemasaran
adalah beban yang dikeluarkan untuk memperoleh penjualan. Sebagian besar dari
jumlah yang tercantum dalam anggaran mungkin telah dikomitmenkan sebelum tahun
tersebut dimulai. Jika anggaran tersebut adalah suatu organisasi penjualan yang
terdiri dari sejumlah tertentu kantor penjualan dengan jumlah karyawan
tertentu, maka rencana-rencana untuk membuka ataupun menutup kantor penjualan
dan untuk merekrut maupun melatih karyawan baru (atau untk memecat karyawan)
haruslah direncanakan jauh sebelum dimulainya tahun anggaran yang bersangkutan.
Iklan harus dipersiapkan berbulan-bulan di muka sebelum diluncurkan , dan
kontrak dengan media juga dibuat berbulan-bulan dimuka .
4.
Beban Logistik
Beban logistik
biasanya dilaporkan secara terpisah dari beban untk mendapatkan pesanan. Beban-beban
tersebut mencakup entri pesanan, pergudangan dan pengambilan pesanan,
transportasi ke konsumen dan penagihan piutang. Secara konseptual, beban-beban
ini memiliki prilaku yang lebih serupa dengan biaya roduksi daripada
biaya pemasaran; yaitu banyak daripadanya yang merupakan biaya teknik (engineered
cost). Kendati demikian, banyak perusahaan yang memasukan beban-beban tersebut
dalam anggaran pemasaran, karena beban tersebut cenderung menjadi tanggung
jawab dari organisasi pemasaran.
5.
Beban Umum dan Administratif
Ini merupakan beban
dari unit-unit staf, baik di kantor pusat maupun diunit bisnis. Secara
keseluruhan, beban-beban ini merupakan biaya diskresioner, walaupun beberapa
komponennya (seperti biaya pembukuan dalam department akuntansi) merupakan
biaya teknik (engineered).
6.
Beban Penelitiaan dan Pengembangan
Anggaran penelitian
dan pengembangan (litbang) menggunakan salah satu dari dua pendekatan atau
kombinasi dari keduanya. pendekatan pertama, jumlah total merupakan fokusnya.
7.
Pajak Penghasilan
Pendapatan setelah
pajak penghasilan, beberapa perusahaan tidak mempertimbangkan pajakpenghasilan
dalam penyusunan anggaran untuk unit bisnis. Hal ini disebabkan karena
kebijakan pajak penghasilan ditetapkan dikantor pusat.
2.
Jenis-Jenis Anggaran
a.
Anggaran-anggaran
lain: Anggaran modal
Angggaran modal menyatakan proyek-proyek modal yang
telah disetujui, ditambah jumlah sekaligus untuk proyek-proyek kecil yang tidak
memerlukan persetujuan tingkat yang elbih tinggi. Anggaran ini biasanya disusun
secara terpisah dari anggaran operasi dan oleh orang yang berbeda. Selama tahun
tersebut, usulan-usulan pengeluaran modal dipertimbangkan di berbagai tingkatan
dalam organisasi dan beberapa diantaranya akhirnya disetujui. Ini merupakan
bagian dari proses perencanaan strategis.
Pada waktu anggaran, proyek yag
telah dirangkai menjadi satu paket secara keseluruhan dan diperiksa secara
total. Mungkin saja jumlah totalnya melampaui jumlah yang ingin dikeluarkan
oleh perusahaan untuk pengeluaran modal. Jika demikian halnya, maka beberapa
proyek dihapuskan dari anggaran, beberapa lagi dikurangi ukurannya, dan lainnya
ditunda. Untuk proyek-proyek yang masih dipertahankan, suatu estimasi kas yang
akan dikeluarkan setiap kuartalnya disusun. Hal ini adalah penting untuk
mempersiapkan laporan arus kas.
b.
Anggaran
Neraca
Anggaran
neraca menunjukkan implikasi neraca dari keputusan-keputusan yang tercakup
dalam anggaran operasi maupun anggaran modal. Secara keeseluruhan, anggaran
neraca bukanlah alat pengendalian manajemen, namun beberapa bagiannya memang
bermanfaat untuk pengendalian. Manajer operasi yang dapat memengaruhi tingkat
persediaan, piutang usaha, ataupun utang usaha sering kali dianggap
bertanggungjawab atas tingkat dari pos-pos tersebut.
c.
Anggaran
Laporan Arus Kas
Anggaran
laporan arus kas menunjukkan berapa banyak uang yang dibutuhkan selama tahun
tersebut yang akan dipasok oleh laba ditahan dan berapa banyak, jika ada, yang
harus diperoleh dari pinjaman atau dari sumber-sumber luar lainnya. Hal ini
tentunya, adalah penting untuk perencanaan keuangan. Sebagaimana diindikasikan
oleh namanya, laporan arus kas menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar
selama tahun itu, biasanya dibuat perkuartal. Selain itu, bendaharawan
memerlukan estimasi atas kebutuhan kas bulanan (atau bahkan lebih pendek lagi)
sebagai dasar untuk merencanakan jenis kredit dan pinjaman jangka pendek.
d.
Manajemen
Berdasarkan Tujuan
Tujuan keuangan
dimana manajer bertanggungjawab untuk mencapainya selama tahun anggaran
ditetapkan dalam anggaran yang telah dijelaskan sebelumnya. Implisit dalam
jumlah anggaran juga terdapat tujuan-tujuan tertentu: membuka kantor penjualan
baru, memperkenalkan lini produk baru, melatih kembali karyawan, memasang
sistem komputer baru, dan seterusnya. Beberapa perusahaan membuat sasarannya
menjadi eksplisit. Proses melaksanakan hal-hal tersebut disebut sebagai
manajamen berdasarkan tujuan (management
by objective-MBO) dalam literatur. Tujuan dari setiap pusat
pertanggungjawaban dinyatakan dalam istilah kuantitatif dimana mungkin, dan,
seperti dalam kasus dengan jumlah yang dianggarkan, diterima oleh manajer pusat
tanggungjawab. Jika tujuan nonkeuangan dapat dinyatakan dalam angka, maka
tujuan tersebut dapat berguna untuk memotivasi manajer dan dalam menilai
kinerja mereka.
Sayangnya, beberapa sistem manajemen
berdasarkan tujuan dipisahkan dari proses penyusunan anggaran. Hal ini
disebabkan karena MBO pada awalnya diusulkan oleh penulis buku teks atau
artikel dibidang personalia, sedangkan anggaran keuangan merupakan bidang dari
buku teks akuntansi manajemen. MBO dan penyusunan anggaran seyogyanya merupakan
dua bagian dari proses perencanaan yang sama.
3.
Proses
Penyiapan Anggaran
a.
Organisasi
·
Departemen
Anggaran
Departemen
anggaran, yang biasanya (tetapi tidak selalu) melapor kepada kontroler
korporat, menangani arus informasi dari sistem pengendalian anggaran.
Departemen anggaran melakukan beberapa fungsi berikut ini:
Ø Menerbitkan
prosedur dan formulir untuk penyusunan anggaran
Ø Mengkoordinasikan
dan menerbitkan setiap tahunnya asumsi-asumsi dasar tingkat korporat yang akan
menjadi dasar anggaran (misalnya: asumsi-asumsi mengenai perekonomian)
Ø Memastikan
bahwa informasi disampaikan dengan semestinya antarunit organisasi yang saling
terkait.
Ø Memberikan
bantuan bagi pembuat anggaran dalam penyusunan anggaran mereka.
Ø Menganalisis
anggaran yang diajukan dan memberikan rekomendasi, pertama kepada pembuat
anggaran dan kemudian kepada manajer senior.
Ø Menangani
proses pembuatan revisi anggaran selama tahun tersebut.
Ø Mengkoordinasikan
pekerjaan dari departemen anggaran di eselon-eselon yang lebih rendah
(misalnya: unit bisnis dari departemen anggaran).
Ø Menganalisis
kinerja yang dilaporkan terhadap anggaran, mengimterpretasikan hasilnya, dan
membuat laporan ringkasan untuk manajemen senior.
Dengan komputer,terutama internet, fungsi-fungsi ini
dapat dilakukan dengan lebih akurat, dengan lebih sedikit penyalinan dan
kesalahan perhitungan, dan jauh lebih cepat. Tetapi, kebutuhan akan keputusan
dan interaksi antara individu-individu yang terlibat tidak berubah.
·
Komite
Anggaran
Komite
anggaran terdiri dari anggota-anggota manajemen senior, seperti Chief Executive Officer (CEO), Chief Operating Officer (COO), dan Chief Financial Officer (CFO).
Dibeberapa perusahaan, CEO membuat keputusan tanpa komite. Komite tersebut
meninjau dan menyetujui atau menyesuaikan masing-masing anggaran. Dalam
perusahaan besar yang terdiversifikasi, komite anggaran mugkin hanya bertemu
dengan eksekutif operasi senior untuk meninjau anggaran dari suatu unit bisnis
atau sekelompok unit bisnis. Tetapi, di beberapa perusahaan, masing-masing
manajer unit bisnis bertemu dengan komite anggaran dan mempresentasikan usulan
anggarannya. Biasanya, komite anggaran harus menyetujui revisi anggaran besar
yang dibuat selama setahun tersebut.
b.
Penerbitan
Pedoman
Jika
suatu perusahaan memiliki proses perencanaan strategis, tahun pertama dari
rencana strategis tersebut (yang biasanya disetujui pada musim panas) adalah
permulaan dari proses penyusunan anggaran.
Tidak seperti penyusunan anggaran, pengembangan rencana
strategis biasanya tidak melibatkan manajer pusat pertanggungjawaban ditingkat
yang lebih rendah. Dengan demikian, ada atau tidak ada rencana strategis,
langkah pertama dalam proses penyusunan anggaran adalah pengembangan pedoman
yang mengatur penyusunan anggaran, untuk disebarkan kepada semua manajer.
Pedoman ini adalah yang dinyatakan secara implisit dalam rencana strategis dan
dimodifikasi sesuai dengan perkembangan yang telah terjadi semenjak disetujui,
khususnya kinerja perusahaan sampai pada tanggal tersebut dan prediksi
terakhir. Semua pusat pertanggungjawaban harus mengikuti sebagian dari pedoman
ini, seperti asumsi inflasi secara umum dan inflasi untuk pos-pos tertetu
seperti upah, kebijakan korporat mengenai berapa banyak karyawan yang dapat
dipromosikan, kompensasi disetiap tingkat upah dan gaji, termasuk tunjangan,
dan kemungkinan untuk membekukan perekrutan. Pedoman lainnya adalah spesifik
untuk pusat pertanggungjawaban tertentu.
Staf anggaran mengembangkan pedoman dan manajemen senior
menyetujuinya. Pada beberapa kasus, manajer di tingkat yang lebih rendah dapat
mendiskusikan pedoman tersebut sebelum disetujui. Staf juga mengembangkan
jadwal untuk langkah-langkah dalam proses penyusunan anggaran. Departemen
anggaran kemudian menyebarkan bahan ini ke seluruh organisasi.
c.
Usulan
Awal Anggaran
Menggunakan
pedoman tersebut, manajer pusat tanggungjawab, dibantu dengan stafnya,
megembangkan permintaan anggaran. Karena sebagian besar pusat tanggungjawab
akan memulai tahun anggaran dengan fasilitas, karyawan, dan sumber daya lain
yang sama seperti yang mereka miliki saat ini, maka anggaran ini didasarkan
pada tingkatan yang ada, yang kemudian dimodifikasi sesuai dengan pedoman.
Perubahan
dari tingkat kinerja saat ini dapat diklasifikasikan sebagai (a) perubahan
dalam kekuatan eksternal dan (b) perubahan dalam kebijakan dan praktik
internal. Perubahan-perubahan tersebut mencakup, tetapi tidak terbatas pada,
hal-hal berikut:
Ø Perubahan
dalam kekuatan eksternal
·
Perubahan dalam tingkat
umum aktivitas ekonomi mempengaruhi volume penjualan (misalnya: perkiraan
pertumbuhan dalam permintaan suatu lini produk).
·
Perkiraan perubahan
dalam harga beli bahan baku dan jasa.
·
Perkiraan perubahan
dalam tarif upah tenaga kerja.
·
Perkiraan perubahan
biaya dari aktivitas diskresioner (misalnya: pemasaran, litbang dan
administrasi).
·
Perubahan dalam harga
jual. Hal ini biasanya setara dengan jumlah perubahan dalam pengeluaran
terkait, yang mengasumsikan bahwa perubahan dalam dalam biaya dapat ditutup
dalam harga jual karena perubahan-perubahan yang serupa akan dialami oleh para
pesaing.
Ø Perubahan
dalam kebijakan dan praktik internal.
·
Perubahan dalam biaya
produksi, mencerminkan peralatan dan metode baru.
·
Perubahan dalam biaya
diskresioner, berdasarkan pada antisipasi perubahan dalam beban kerja.
·
Perubahan dalam pangsa
pasar dan bauran produksi.
Beberapa
perusahan mengharuskan agar perubahan-perubahan spesifik dari tingkat
pengeluaran saat ini diklasifikasikan berdasarkan penyebab-penyebab diatas.
Walaupun hal ini melibatkan pekerjaan ekstra, hal tersebut merupakan alat yang
berguna untuk menganalisis validitas usulan perubahan.
d.
Negosiasi
Pembuat
anggaran mendiskusikan usulan anggaran dengan atasannya. Ini merupakan inti
dari proses persebut. Atasan cenderung untuk menilai validitas dari tiap
penyesuaian. Biasanya, pertimbangan yang memengaruhi adalah bahwa kinerja di
tahun anggaran sebaiknya merupakan perbaikan dari kinerja tahun berjalan.
Atasan tersebut menyadari bahwa ia akan menjadi pembuat anggaran di tingkat
berikutnya dari proses anggaran dan, oleh karena itu harus siap mempertahankan
anggaran yang pada akhirnya disetujui.
·
Slack
Banyak
pembuat anggaran cenderung untuk menganggarkan pendapatan agak lebih rendah dan
pengeluaran agak lebih tinggi, dari estimasi terbaik mereka mengenai
jumlah-jumlah tersebut. Oleh karena itu, anggaran yang dihasilkan, adalah
target yang lebih mudah bagi mereka untuk dicapai. Perbedaan antara jumlah anggaran dan estimasi terbaik disebut slack.
Dalam memeriksa anggaran, atasan berusaha untuk menemukan dan menghilangkan slack, tetapi ini merupakan tugas yang
berat.
e.
Tinjauan
dan Perstujuan
Usulan
anggaran diajukan melalui beberapa tingkatan yang berjenjang dalam organisasi.
Ketika usulan tersebut mencapai puncak dari unit bisnis, analis mengumpulkan
potongan-potongan tersebut bersama-sama dan memeriksa totalnya. Sebagian,
analis mempelajari konsistensi-misalnya,
apakah anggaran produksi konsisten dengan rencana volume penjualan?
Apakah pusat layanan dan dukungan merencanakan pelayanan yang diminta dari
mereka? Sebagian lagi, pemeriksaan tersebut mempertanyakan apakah anggaran
tersebut akan menghasilkan laba yang memuaskan. Jika tidak, maka usulan
anggaran akan dikirim kembali untuk dikerjakan ulang. Jenis analisis yang sama
juga terjadi dikantor pusat.
Persetujuan terakhir direkomendasikan oleh komite
anggaran kepada CEO, CEO juga menyerahkan anggaran yang telah disetujui kepada
dewan direksi untuk disahkan. Hal ini terjadi pada bulan desember, tepat
sebelum awal tahun anggaran.
f.
Revisi
Anggaran
Salah
satu pertimbangan utama dalam penyusunan anggaran adalah prosedur untuk
merevisi anggaran setelah disetujui. Jelasnya,
jika dapat direvisi sesuai dengan keinginan pembuat anggaran, maka tidak
ada gunanya meninjau dan menyetujui anggaran di awal. Dilain pihak, jika asumsi
anggaran ternyata menjadi tidak realistis sehingga perbandingan angka aktual
terhadap anggaran adalah tidak berarti, maka revisi anggaran mungkin
diinginkan.
Ada dua jenis revisi
anggaran:
1. Prosedur
yang memungkinkan pemutakhiran anggaran secara sistematis (katakanlah,
kuartalan).
2. Prosedur
yang memungkinkan adanya revisi dalam keadaan tertentu.
Jika
revisi anggaran terbatas hanya pada situasi yang tidak biasanya, maka revisi
semacam itu harus ditinjau dengan memadai. Secara umum, izin untuk membuat
revisi sebaiknya sulit untuk didapat. Revisi anggaran harus dibatasi
keadaan-keadaan dimana anggaran yang disetujui sedemikian tidak realistisnya
sehingga tidak lagi menjadi alat pengendalian yang berguna. Bisa dikatakan, revisi anggaran harus dijustifikasi
berdasarkan perubahan kondisi yang signifikan dari yang ada ketika anggaran
yang asli disetujui.
g.
Anggaran
Kontijensi
Beberapa
perusahaan secara rutin menyusun anggaran kontijensi yang mengidentifikasikan
tindakan-tindakan manajemen yang akan diambil jika ada penurunan yang
signifikan dalam volume penjualan dari apa yang telah diantisipasi ketika mengembangkan
anggaran (misalnya: tindakan yang akan diambil berdasarkan penurunan 20% dari
estimasi terbaik atas volume penjualan). Anggaran kontijensi menyediakan suatu
cara yang cepat untuk menyesuaikan dengan kondisi yang berubah jika situasinya
telah tiba. Jika volume penjualan turun 20%, manajer unit bisnis dapat
memutuskan sendiri, sesuai dengan anggaran kontijensi yang telah ditentukan
sebelumnya, tindakan harus dilakukan.
4.
Aspek Perilaku dari Anggaran
a.
Partisipasi Dalam Proses Penyusunan Anggaran
Suatu proses
anggaran bisa bersifat dari “atas-ke-bawah” atau dari “bawah-ke-atas”. Dengan
penyusunan anggaran dari atas-ke-bawah, manajemen senior menetapkan anggaran
bagi tingkat yang lebih rendah. Dengan penyusunan anggaran dari bawah-ke-atas,
manajer di tingkat yang lebih rendah berpartisipasi dalam menentukan besarnya
anggaran. Tetapi, pendekatan dari atas-ke-bawah jarang berhasil. Pendekatan
tersebut mengarah kepada kurangnya komitmen dari sisi pembuat anggaran dan hal
ini membahayakan keberhasilan rencana tersebut. Penyusunan anggaran dari
bawah-ke-atas kemungkinan besar akan menciptakan komitmen untuk mencapai tujuan
anggaran; tetapi, jika tidak dikendalikan dengan hati-hati, pendekatan ini
dapat menghasilkan jumlah yang sangat mudah atau yang tidak sesuai dengan
tujuan keseluruhan dari perusahaan.
Sebenarnya,
proses penyusunan anggaran yang efektif menggabungkan kedua pendekatan
tersebut. Pembuat anggaran mempersiapkan draf pertama anggaran untuk bidang
tanggung jawab mereka, yang merupakan pendekatan dari bawah-ke-atas. Tetapi,
mereka melakukan hal tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan di tingkat
yang lebih tinggi, yang merupakan pendekatan dari atas-ke-bawah. Manajer senior
meninjau dan mengkritik anggaran yang diusulkan. Proses perstujuan yang keras
membantu untuk memastikan bahwa pembuat anggaran tidak “main-main” dengan
sistem penyusunan anggaran. Tetapi, proses peninjauan, sebaiknya harus
dipandang adil; jika atasan mengubah jumlah anggaran, dia harus mencoba untuk
meyakinkan pembuat anggaran bahwa perubahan itu wajar.
Penelitian telah
menunjukkan bahwa partisipasi anggaran (yaitu, proses di mana pembuat anggaranterlibat dan mempunyai pengaruh dalam penentuan besar anggaran)
mempunyai dampak yang positif terhadap motivasi manajerial karena dua alasan:
1.
Kemungkinan ada
penerimaan yang lebih besar atas cita-cita anggaran jika anggaran dipandang
berada dalam kendali pribadi manajer, dibandingkan bila dipaksakan secara
eksternal. Hal ini mengarah kepada komitmen pribadi yang lebih besar untuk mencapai
cita-cita tersebut.
2.
Hasil penyusunan
anggaran partisipatif adalah pertukaran informasi yang efektif. Besar anggaran
yang telah disetujui merupakan hasil dari keahlian dan pengetahuan pribadi dari
pembuat anggaran, yang paling dekat dengan lingkungan produk/pasar. Lebih
lanjut lagi, pembuat anggaran mempunyai pemahaman yang lebih jelas mengenai
pekerjaan mereka melalui interaksi dengan atasan selama fase peninjauan dan
persetujuan.
Penyusunan
anggaran partisipatif adalah sangat menguntungkan untuk pusat tanggung jawab
yang beroperasi dalam lingkunngan yang dinamis dan tidak pasti karena manajer
yang bertanggung jawab atas pusat tanggung jawab semacam itu kemungkinan besar
memiliki informasi terbaik mengenai variabel yang memengaruhi pendapatan dan
beban mereka.
b.
Tingkat Kesulitan Dari Target Anggaran
Anggaran yang
ideal adalah anggaran yang menantang tetapi dapat dicapai. Dalam istilah
statistik, hal ini dapat diartikan bahwa seorang manajer yang berkinerja dengan
cukup baik mempunyai kesempatan paling tidak sebesar 50% untuk mencapai jumlah
anggaran. Merchant dan Manzoni, dalam studi lapangan atas manajer unit bisnis,
menyimpulkan dapat dicapainya anggaran unit bisnis dalam praktik biasanya lebih
tinggi dari 50 persen. Ada beberapa alasan mengapa manajemen senior menyetujui
anggaran yang dapat dicapai untuk unit bisnis:
·
Jika target anggaran
terlampau sulit, manajer termotivasi untuk mengambil tindakan-tindakan jangka
pendek yang mungkin tidak sesuai dengan kepentingan jangka panjang perusahaan.
Target laba yang dapat dicapai adalah salah satu cara untuk meminimalkan
tindakan yang disfungsional ini.
·
Target anggaran yang
dapat dicapai mengurangi motivasi para manajer untuk terlibat dalam manipulasi
data (misalnya: provisi yang tidak memadai untuk klaim garansi, piutang tk
tertgih, keusangan persediaan, dan seterusnya) untuk memenuhi anggaran.
·
Jika anggaran laba unit
bisnis mencerminkan target yang dapat dicapai, manajemen senior dapat, pada
akhirnya, mengungkapkan target laba ke analisis sekuritas, pemengang saham, dan
pihak-[ihak eksternal lainnya dengan perkiraan yang wajar bahwa hal tersebut
adalah benar.
·
Anggaran laba yang
sangat sulit untuk mencapai biasanya mengimplikasikan target penjualan yang
terlalu optimis. Hal ini mengarah pada komitmen yang berlebihan atas sumber
daya guna mempersiapkan diri untuk aktivitas penjualan yang lebih target.
·
Ketika manajer unit
bisnis mampu mencapai dan melebihkan target mereka, ada suasana “kemenangan”
dan sikap positif dalam perusahaan.
Salah satu
keterbatan dari target yang dapat dicapai adalah kemungkinan bahwa manajer unti
bisnis tidak melakukan usaha yang memuaskan ketika anggaran tercapai.
Keterbatan ini dapat diatasi dengan menyediakan pembayaran bonus untuk kinerja
aktual yang melebihi anggaran.
c.
Keterlibatan
Manajemen Senior
Ketelibatan
manajemen senior adalah perlu supaya system anggaran mana pun menjadi efektif
dalam motivasi pembuat manajemen. Manajemen harus berpastisipasi dalam
peninjauan dan persetujuan anggaran, dan persetujuan tidak hanya sebagai stempel.
Manajemen juga harus menindaklanjuti hasil anggaran. Jika tidak ada umpan balik
dari manajemen puncak dalam hal hasil anggaran, sistem anggaran tersebut tidak
akan efektif dalam memotivasi pembuatan anggaran.
d.
Departemen
Anggaran
Departemen
anggaran memiliki masalah keperilakuan yang sangat sulit. Departemen ini harus
menganalisis anggaran secara rinci, dan departemen tersebut harus yakin bahwa
anggaran disusun dengan memadai ini informasinya adalah akurat. Untuk
melaksanakan tugas mereka dengan efektif, maka anggota departemen anggaran
harus mempunyai reputasi sebagai orang yag tidak memihak dan adil. Jika mereka
tidak maempunyai reputasi ini, maka akan sulit, jika tidak mungkin, bagi mereka
untuk melaksanakan tugas-tugas yang diperlukan untuk mempertahankan sistem
pengendalian anggaran yang efektif.
5.
Teknik-teknik Kuantitatif
a. Simulasi
Simulasi adalah
metode yang membangun model dari situasi rill dan kemudian memanipulasi model
ini sedemikian rupa untuk mengambil kesimpulan tentang situasi rill. Penyusunan
dan peninjauan anggaran adalah proses simulasi.
b.
Estimasi
Probabilitas
Tiap
angka dalam anggaran estimasi titik (point estimate)- yaitu, jumlah
tunggal “yang paling mungkin”. Sebagai
contoh, estimasi penjualan dinyatakan dalam sejumlah tertentu unit dari setiap jenis
produk yang akan dijual.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony,
R.N. dan Govindarajan, V. 2012.
Management Control System: Sistem
Pengendalian Manajemen. Buku 2 - Edisi
11. Jakarta: Salemba Empat.
Ririnrian. 2015. Sistem Pengendalian Manajemen Materi
Pembahasan Penyusunan Anggaran [Internet]. Available from: <http://ririnrian.blogspot.com> diakses 27 Mei 2015
No comments:
Post a Comment