VARIABLE COSTING DAN ABSORPTION COSTING
Variable costing
Variable costing adalah penetapan cost of production (biaya produksi) yang hanya terdiri atas variable costs. Variable costs ini meliputi direct materials, direct labor, dan bagain dan manufacturing overhead yang variable. Fixed manufacturing overhead tidak diperlakukan sebagai product cost tetapi diperlakukan sebagai period cost. Variable costing biasa disebut direct costing atau marginal costing.
Absorption Costing
Absorption costing memperlakukan semua biaya-biaya produksi sebagai product cost, tanpa memandang apakah biaya produksi tersebut sifatnya variable ataupun fixed. Absorption costing biasa disebut full cost method karena meliputi seluruh jenis biaya produksi, baik fixed maupun variable. Untuk lebih menjelaskan perbandingannya, dapat dilihat bagan berikut ini:
Bagan 4.1 : Perbandingan absorption costing dan variable costing
Absorption Costing
|
Variable Costing
| |
Product costs
|
Direct material
|
Product costs
|
Direct labor
| ||
Variable manufacturing overhead
| ||
Fixed manufacturing overhead
|
Period costs
| |
Period costs
|
Selling and administrative expenses
|
Berdasarkan penjelasan di atas, maka variable costing lebih memudahkan ketika mempersiapkan contribution income statement dan perhitungan CVP.
Perbandingan Unit cost
Unit cost pada variable costing berbeda dengan unit cost pada absorption costing seperti dicontohkan berikut ini:
Jumlah unit produksi 25,000 unit
Variable cost per unit:
Direct material $ 3
Direct labor 5
Variable manufacturing overhead 2
Variable selling and administrative expenses 3
Fixed costs per year:
Manufacturing overhead 150,000
Selling and administrative expenses 100,000
Tabel 4.1: Perbandingan unit cost
Absorption Costing
|
Variable Costing
|
Direct material 3
Direct labor 5
Variable overhead 2
Total variable production cost 10
Fixed overhe (150,000/25,000 unit) 6
Total cost per unit 16
|
Direct material 3
Direct labor 5
Variable overhead 2
Total cost per unit 10
|
Perbandingan Income
Untuk membandingkan income yang dihasilkan dari absorption costing dan variable costing dapat dicontohkan sebagai berikut:
Beginning inventory (units) 0
Units produced 25,000
Units sold 20,000
Ending inventory (units) 5,000
Selling price per unit $ 30
Selling and administrative expenses:
Variable exp. per unit $ 3
Fixed exp. per year $ 100,000
a. Income berdasarkan Absorption Costing
| ||
Sales (20,000 x $30)
Cost of goods sold:
Beginning inventory
COGM (25,000 x $16)
Goods available for sale
Ending inventory (5,000 x $ 16)
Cost of goods sold
Gross margin
Selling & adminst exps:
Variable expenses (20,000 x $ 3)
Fixed expenses
Net operating income
|
$ 0
400,000
400,000
80,000
60,000
100,000
|
$ 600,000
320,000
280,000
(160,000)
120,000
|
b. Income berdasarkan Variable Costing
| ||
Sales (20,000 x $30)
Variable expenses::
Beginning inventory
COGM (25,000 x $10)
Goods available for sale
Ending inventory (5,000 x $ 10)
Variable cost of goods sold
Variable selling & admn exps.
Total Variable expenses
Contribution margin
Fixed expenses:
Fixed Manufacturing overhead
Fixed Selling & admn. exps
Net operating income
|
$ 0
250,000
250,000
50,000
200,000
60,000
150,000
100,000
|
$ 600,000
260,000
340,000
250,000
90,000
|
Net operating income pada absorption costing lebih rendah $ 30,000 dari pada variable costing. Penyebab perbedaan ini adalah karena perbedaan alokasi fixed manufacturing overhead seperti disajikan pada table berikut. Perbedaan alokasi ini menyebabkan total expenses pada variable costing lebih tinggi $ 30,000 dari pada absorption costing.
Tabel 4.4. Perbandingan antara Absorption Cost dan Variable Cost
Absorption Costing
|
Variable Costing
|
Fixed manufacturing overhead $ 6 per unit, melekat pada produk sebagai product cost:
5.000 unit belum terjual, jadi:
Ending inventory = 5,000 units x $ 16
=$ 80,000 (asset).
20.000 unit sudah terjual, jadi:
CGS = 20,000 units x $16 *)
=$ 320,000 (expense)
*) Dalam CGS sudah termasuk fixed manfc
overhead sebesar $ 6 per unit.
|
Fixed manufacturing overhead diperlakukan sebagai period cost, jadi tidak melekat pada produk.
5.000 unit belum terjual, jadi:
Ending inventory = 5,000 units x $ 10
= $ 50,000 (asset).
20.000 unit sudah terjual, jadi:
CGS = 20,000 units x $10 *)
= $ 200,000 (expense)
+ Fixed Man overh = $ 150,000 (expense) **)
= $ 350,000
*) Dalam CGS tidak termasuk fixed manufc
**) Seluruh Fixed manf overhead diakui sebagai
expenses (beban atau unsur laba rugi)
|
Tabel 4.5. Pengaruh Perubahan Jumlah Unit Penjualan terhadap Net Income
Tahun I
|
Tahun II
|
Tahun III
| |
Number of units produced
Number of unit sold
Unit sales price
Variable costs per unit:
· Direct material, Direct labor, &
Variable manufacturing overhead.
· Selling & administrative expenses
Fixed costs per year:
· Fixed manufacturing overhead
· Selling & administrative expenses
|
30,000
25,000
$ 30
$ 10
$ 3
$ 150,000
$ 100,000
|
20,000
25,000
$ 30
$ 10
$ 3
$ 150,000
$ 100,000
|
25,000
25,000
$ 30
$ 10
$ 3
$ 150,000
$ 100,000
|
- Hitunglah net income pada tahun I, tahun II, dan tahun III dengan metode absorption costing dan variable costing berdasarkan data di atas.
- Tahun I : production > sales,
Tahun II : production < sales
Tahun III : production = sales.
- Bagaimanakah pengaruh kondisi produksi dan penjualan tahun I, II, dan III di atas terhadap inventory?
- Metode manakah yang net income-nya sebanding dengan perubahan sales-nya, dan metode manakah yang net income-nya sebanding dengan jumlah ending inventory-nya?
Variable Costing dan Kinerja Segmen
Kinerja segmen dapat diukur dengan menggunakan variable costing. Berikut ini ditunjukkan laba segmen yang dihasilkan dari variable costing.
Laporan Segmen per lini produk
|
Segmen per lini produk
| ||
Total (Rp)
|
Produk Stereo (Rp)
|
Produk Perekam Video (Rp)
| |
Sales
Less: Variable expenses:
Variable cost of goods sold
Other variable expenses
Total Variable expenses
Contribution Margin
Less: Direct fixed expenses
Product line segment margin
Less: common fixed expenses
Divisional segment margin
|
200.000
60.000
20.000
80.000
120.000
70.000
50.000
10.000
40.000
|
75.000
20.000
5.000
25.000
50.000
30.000
20.000
|
125.000
40.000
15.000
55.000
70.000
40.000
30.000
|
Data di atas menunjukkan bahwa kinerja lini produk stereo lebih rendah dari pada produk perekam video.
Variable Costing (pendekatan CM), Segmented Reporting, dan Profitability Analysis
Segmen dapat diartikan sebagai sebuah unit atau satu bagian atau satu kegiatan dari sebuah organisasi. Untuk dapat mengoperasikan perusahaan secara efektif atau mengatasi permasalahan organisasi secara keseluruhan, manajer membutuhkan bukan hanya income statement secara menyeluruh tetapi juga membutuhkan beberapa income statement dari setiap segmen perusahaan. Contoh pembagian segmen dalam suatu perusahaan dan alur pelaporan dari segmen ke top manajer:
Laporan keseluruhan perusahaan : PT. Losari
Pelaporan Segmen per Divisi (tingkat 1) : Divisi 1 Divisi 2
Pelaporan Segmen per Product Lines (tingkat 2) : Produk A Produk B
Pelaporan Segmen per Wilayah Penjualan (tingkat 3) : Ekspor Penjualan lokal
Untuk menyusun segmented statement dengan pendekatan CM, maka sales dicatat secara rinci per segmen atau dialokasikan ke segmen-segmen. Selanjutnya dikurangi dengan variabel costs per segmen. kita harus menganalisis dan menilai dengan wajar biaya-biaya yang terkait dengan setiap segmen.
Contoh segmented statement dan tingkatan-tingkatannya
Sebagaimana dalam struktur organisasi yang berbentuk piramida, setiap segmen dapat memiliki beberapa segmen yang lebih kecil atau lebih rendah. Sebagai contoh dapat dilihat untuk PT. Losari sebagai berikut:
Laporan Segmen per divisi
(Tk.1) :
|
Laporan Perusahaan (Rp)
|
Segmen per Divisi
| |
Divisi I (Rp)
|
Divisi II (Rp)
| ||
Sales
Less: Variable expenses:
Variable cost of goods sold
Other variable expenses
Total Variable expenses
Contribution Margin
Less: Direct fixed expenses
Divisional segment margin
Less: common fixed expenses
Net income
|
500.000
180.000
50.000
230.000
270.000
170.000
100.000
25.000
75.000
|
300.000
120.000
30.000
150.000
150.000
90.000
60.000
|
200.000
60.000
20.000
80.000
120.000
80.000
40.000
|
Laporan Segmen per lini produk
(Tk. 2) :
|
Segmen per lini produk
| ||
Divisi II (Rp)
|
Produk A (Rp)
|
Produk B (Rp)
| |
Sales
Less: Variable expenses:
Variable cost of goods sold
Other variable expenses
Total Variable expenses
Contribution Margin
Less: Direct fixed expenses
Product line segment margin
Less: common fixed expenses
Divisional segment margin
|
200.000
60.000
20.000
80.000
120.000
70.000
50.000
10.000
40.000
|
75.000
20.000
5.000
25.000
50.000
30.000
20.000
|
125.000
40.000
15.000
55.000
70.000
40.000
30.000
|
Laporan Segmen per wilayah penjualan (Tk. 3) :
|
Segmen per wilayah penjualan
| ||
Produk B (Rp)
|
Ekspor (Rp)
| ||
Sales
Less: Variable expenses:
Variable cost of goods sold
Other variable expenses
Total Variable expenses
Contribution Margin
Less: Direct fixed expenses
Territorial segment margin
Less: common fixed expenses
Product line segment margin
|
125.000
40.000
15.000
55.000
70.000
25.000
45.000
15.000
30.000
|
100.000
32.000
5.000
37.000
63.000
15.000
48.000
|
25.000
8.000
10.000
18.000
7.000
10.000
(3.000)
|
Pertanyaan
1) Apakah perbedaan antara biaya yang dibebankan menurut kalkulasi biaya variable dan absorpsi ?
2) Biaya manufaktur variable suatu perusahaan adalah $10 per unit, beban penjualan variable $2 per unit, dan tarif overhead tetap $5 per unit. Berapakah biaya persediaan per unit produk menurut kalkulasi biaya absorpsi? Menurut kalkulasi biaya variable?
3) Mengapa kalkulasi biaya variable merupakan istilah yang lebih deskriptif untuk metode kalkulasi biaya produk yang lebih dikenal sebagai kalkulasi biaya langsung ?
4) Apabila produksi lebih besar dari penjualan, mengapa laba kalkulasi biaya absorpsi lebih tinggi dari laba kalkulasi biaya variable ?
5) Apabila penjualan lebih besar dari produksi, mengapa laba kalkulasi biaya variable lebih besar dari laba kalkulasi biaya absorpsi ?
6) Anggaplah bahwa suatu perusahaan memiliki tarif overhead tetap $8 per unit produk . Sepanjang tahun , perusahaan memproduksi 10.000 unit dan menjual 8.000 unit . Berapa perbedaan laba yang dihasilkan menurut kalkulasi biaya absorpsi dan kalkulasi biaya variable?
7) Beban overhead tetap yang diakui dalam laporan laba-rugi adalah $100.000. Overhead tetap selama periode tersebut adalah $80.000 . Apakah laporan laba-rugi tersebut disusun menurut kalkulasi biaya absorpsi atau variable? Jelaskan jawaban Anda .
8) Mengapa kalkulasi biaya variable lebih baik dari kalkulasi biaya absorpsi untuk evaluasi kinerja manajerial?
9) Mengapa kalkulasi biaya variable lebih baik dari kalkulasi biaya absorpsi untuk evaluasi kinerja segmen?
10) Mengapa kalkulasi biaya variable lebih baik dari kalkulasi biaya absorpsi untuk perencanaan dan pengendalian biaya?
11) Apakah perbedaan antara biaya tetap langsung dan biaya tetap umum? Mengapa perbedaan tersebut penting
12) Apakah perbedaan antara marjin segmen dan marjin kontribusi?
13) Jelaskanlah mengapa laba menurut kalkulasi biaya absorpsi dapat meningkat dari satu periode ke periode berikutnya meskipun harga jual dan biaya tetap sama.
No comments:
Post a Comment