BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai
dari transaksi dicatat untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan
keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam
kegiatan sehari-hari terutama bagi operasi perusahaan dalam satu periode. Di
dalam akuntansi kita telah mengenal proses penyusunan laporan keuangan yang
mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun yang sesuai dengan ketentuan
perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dengan bukti transaksi, jurnal
(jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal
penyesuaian, neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan
perubahan ekuitas), jurnal penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal
balik.
Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari
aktiva lancar, aktiva tetap, kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali
ini adalah aktiva tetap, yaitu berbagai jenis aktiva dapat digunakan lebih dari
satu periode untuk operasi perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap
berwujud dan tidak berwujud. Oleh karena itu perlunya untuk mengetahui serta
memahami secara rinci tentang aktiva tetap baik aktiva tetap berwujud maupun
tidak berwujud. Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang
terdapat di dalam aktiva tetap sebuah perusahaan.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang
di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana penyajian aset tetap menurut
IFRS dan SAK ETAP?
1.3. TUJUAN PENULISAN
Tujuan
penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Akuntansi Keuangan,
penulis juga ingin manambah wawasan tentang Aset Tetap khususnya, dan
sebagai pengingat di kala lupa bagi pembaca pada umumnya, serta untuk mengatasi
masalah-masalah yang terjadi disekitar kita terkait pembahasan ini .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN AKTIVA
Aktiva ialah kekayaan perusahaan yang berwujud dan tidak
berwujud, serta pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus
dialokasikan pada penghasilan yang akan datang. Pengertian aktiva menurut
beberapa orang ahli sebagai berikut:
Menurut Dra. Lanita Winata, Akuntan (1994, hal 55) menjelaskan:
“Aktiva ialah Sejumlah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh
suatau perusahaan berupa uang, barang dan hak yang timbul dari
transaksi-transaksi yang terjadi di masa lampau dan dapat memberikan manfaat di
masa yang akan datang”.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (2002, hal 13, paragraf 49) menjelaskan: “Aktiva ialah Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh oleh perusahaan”.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (2002, hal 13, paragraf 49) menjelaskan: “Aktiva ialah Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh oleh perusahaan”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, Aktiva ialah
Kekayaan atau sumber-sumber daya yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan
sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang terjadi di masa lampau dan
diharapkan akan memberi manfaat di masa depan.
Aktiva Lancar ialah aktiva yang berupa kas dan mempunyai
jangka waktu yang pendek. Yang termasuk dalam aktiva lancar ialah: Kas, uang
tunai untuk membiayai operasional perusahaan. Investasi jangka pendek,
investasi yang sifatnya sementara hanya untuk memanfaatkan uang yang belum
dibutuhkan dalam operasi. Piutang wesel, tagihan perusahaan kepada pihak lain
yang dinyatakan dalam perjanjian yang diatur dalam undang-undang. Piutang
dagang, tagihan kepada pihak lain sebagai akibat penjualan barang dagangan
secara kredit. Persediaan, baik persediaan barang mentah, barang dalam proses
maupun barang jadi.
Piutang penghasilan, penghasilan yang sudah menjadi hak
perusahaan tetapi belum diterima pembayarannya. Persekot/uang muka/biaya
dibayar di muka, pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak
lain. Pengeluaran itu belum menjadi biaya periode sekarang melainkan pada
periode berikutnya.
Aktiva tidak lancar ialah aktiva yang tidak berupa kas dan mempunyai jangka waktu yang panjang. Yang termasuk aktiva tidak lancar ialah: Investasi jangka panjang, investasi ini dilakukan jika perusahaan mempunyai kekayaan lebih dari yang dibutuhkan. Aktiva tetap, kekayaan yang dimiliki perusahaan yang secara fisik tampak dan berperan dalam operasi perusahaan secara permanen, selain itu juga mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode dalam kegiatan perusahaan.
Aktiva tidak lancar ialah aktiva yang tidak berupa kas dan mempunyai jangka waktu yang panjang. Yang termasuk aktiva tidak lancar ialah: Investasi jangka panjang, investasi ini dilakukan jika perusahaan mempunyai kekayaan lebih dari yang dibutuhkan. Aktiva tetap, kekayaan yang dimiliki perusahaan yang secara fisik tampak dan berperan dalam operasi perusahaan secara permanen, selain itu juga mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode dalam kegiatan perusahaan.
Aktiva tetap tidak berwujud, kekayaan perusahaan yang secara
fisik tidak tampak tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki
oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Beban yang
ditangguhkan, transaksi yang menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai
manfaat jangka panjang. Aktiva lain-lain, item ini menunjukkan kekayaan atau
aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam
klasifikas-klasifikasi yang telah diuraikan sebelumnya.
2.2. PENGERTIAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai
nilai guna ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan
operasi guna menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan
tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tersebut.
Pengertian aktiva tetap berwujud dikemukakan oleh beberapa orang ahli sebagai
berikut: Menurut Zaki Baridwan (1992, hal 271) menjelaskan: “Aktiva tetap
berwujud yang sifatnya relatif permanen (menunjukkan sifat bahwa aktiva yang
bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama) yang
digunakan dalam kegiatan perusahaan”.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002, Nomor 16.2
Paragraf 05) “Aktiva tetap adalah aktiva tetap berwujud yang digunakan dalam
bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam
operasi perusahaan. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan sifat-sifat tetap
berwujud digunakan dalam operasional perusahaan, tidak untuk diperdagangkan,
umur ekonomi lebih dari satu tahun yang sifatnya relatif tetap atau permanen
dan berwujud fisik artinya dapat dilihat dan dirasakan dengan panca indera.
2.3. SIFAT AKTIVA TETAP
Meskipun semua aktiva memiliki beberapa ciri dasar yang
umum, aktiva tetap memiliki ciri-ciri tambahan sebagai berikut: Aktiva tetap
merupakan barang-barang fisik yang dimiliki untuk memperlancar/mempermudah
produksi barang-barang lain atau untuk menyediakan jasa-jasa bagi perusahaan
atau para pelanggannya dalam kegiatan normal perusahaan.
Semua aktiva tetap memiliki usia terbatas, pada akhir
usianya harus dibuang atau diganti. Nilai aktiva tetap berasal dari
kemampuannya untuk mengesampingkan pihak lain dalam mendapatkan hak - hak yang
sah atas penggunanya dan bukan dari pemaksaan dari suatu kontrak. Aktiva tetap
seluruhnya non moneter: manfaatnya diterima dari penggunaan atau penjualan
jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi sejumlah uang tertentu.
Pada umumnya jasa yang diterima dari ativa tetap meliputi
suatu periode yang lebih panjang dari satu tahun atau satu siklus operasi
perusahaan. Akan tetapi terdapat terkecualian. Misalnya suatu bangunan atau
peralatan tidak klasifikasikan kembali sebagai aktiva lancar bilamana sisa
manfaatnya kurang dari satu tahun. Dalam beberapa kasus seperti halnya,beberapa
unsur memiliki usia asli yang lebih pendek dari pada satu siklus operasi
perusahaan.
Aset
tetap adalah aset berwujud yang:
1. Dimiliki
untuk digunakan dalam produksi atau penyediakubarang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
2. diharapkan
untuk digunakan selama lebih dari satu periode. (IAI : 2009).
Unsur-unsur aktiva tetap mempunyai ciri umum dan memiliki
beberapa tujuan pelaporan keuangan yang sama. Salah satu tujuan ini di dasarkan
kepada keseragaman mereka dalam proses akuntansi. Aktiva tetap dimiliki untuk mendapatkan
jasa-jasanya di masa mendatang: karena itu aktiva tetap dibebankan sebagai
biaya usia manfaatnya dengan cara yang sama seperti biaya di bayar dimuka
(prepaid expense).
Perbedaan pokok antara biaya dibayar dimuka dan aktiva tetap
terletak pada usia aktiva tersebut. Biaya dibayar dimuka biasanya di bebankan
sebagai ongkos selama siklus kegiatan berjalan atau satu tahun,tergantung mana
yang lebih lama,sedangkan aktiva tetap di bebankan sebagai biaya selama satu
periode yang lebih panjang. Tetapi jika keseragaman dalam proses akuntansi itu
di anggap sebagai tujuan utama klasifikasi maka pos-pos tidak berwujud yang
usianya terbatas mungkin harus di sertakan pula di dalamnya tetapi klasifikasi
menurut proses akuntansi bukanlah tujuan yang relevan.
Tujuan kedua dalam penguraian dan pengukuran pos-pos aktiva
tetap adalah memberikan indikasi jumlah fisik atau kapasitas produksi yang
dimiliki perusahaan dan juga beberapa petunjuk mengenai usia relatifnya serta
taksiran masa pakainya yang akan datang.
Semua informasi itu tidak mungkin terpenuhi dengan sejumlah
angkadalam rupiah. Namun demikian untuk aktiva atau aktiva tertentu mungkin
lebih relevan jika digunakan basis penilaian input daripada nilai likuidasinya:
dan suatu penilaian yang di dasarkan pada tafsiran nilai barang atau jasa atau
arus kas di masa mendatang tidak mungkin di pergunakan sebagai pengukur baik
secara teoritis maupun praktis. Suatu jumlah akumulasi penyusutan yang di
kurangkan dari suatu nilai input tidak dapat menghasilkan gambaran yang cukup
tentang kondisi atau usia relatif aktiva tetap tersebut.
Tujuan ketiga adalah tujuan yang penting dari klasifikasi
dan penilaian aktiva tetap untuk menyajikan suatu gambaran mengenai kegiatan
suatu perusahaan sebagaimana pengelompokkan moneter dan aktiva lancar
menunjukkan informasi mengenai kegiatan perusahaan, demikian pula halnya dengan
pengelompokkan investasi dalam pos-pos modal. Jumlah relatif modal yang di
tanamkan dalam aktiva tetap merupakan informasi yang relevan bagi penanam modal
dan para kreditur, karena hal itu mungkin dapat menambah informasi untuk
membantu meramal arus kas di masa depan dan memberikan petunjuk mengenai
periode sebelum perusahaan berkesempatan menanamkan kembali sumber dayanya
untuk penggunaan yang sama atau penggunaan lainnya tanpa adanya keharusan
likuidasi (forced liquidation).
Dalam perusahaan Public
Utility (pelayanan umum seperti PLN, TELKOM, GAS, dll) dan dalam berbagai
perusahaan jasa lainnya, jumlah yang ditanamkan sebagai pos-pos modal jangka
panjang merupakan kelompok terpenting sebagai sumber daya penghasilan di masa
mendatang. Karena alasan inilah maka sebagian besar public utility menyajikan
pos-pos aktiva tetap pada bagian pertama dalam neraca, mendahului aktiva
lancar.
Pos-pos aktiva tetap nonoperasional biasanya disajikan di
neraca dalam kelompok yang terpisah, meskipun masalah penilaian dan
penyusutanya sama dengan aktiva tetap operasi. Karena itu sebagian besar uraian
berikut akan dikaitkan baik dengan unsur-unsur aktiva tetap operasional maupun
non operasional.
Salah satu kriteria untuk dapat
dikategorikan sebagai aktiva tetap adalah nilainya yang besar. Aktiva tetap
yang nilai per unitnya kecil, dapat langsung dibebankan sebagai biaya pada saat
perolehan. Manajemen perusahaan perlu menetapkan atau untuk pengeluaran yang
harus dikapitalisir sebagai aktiva tetap dan pengeluaran yang harus dibebankan
sebagai biaya. Apabila pengeluaran untuk aktiva tetap yang nilainya kecil
misalnya suku cadang, dikapitalisir, maka pencatatannya dapat dikelompokan
menjadi satu. Penyusutan secara regular tidak dihitung. Pembebanan ke biaya
dilakukan dengan menghitung secara phisik aktiva tetap yang masih tersisa.
Harga perolehan aktiva yang masih ada ditaksir kemudian selisih antara saldo
menurut perkiraan dengan nilai taksiran dibebankan ke perkiraan biaya.
Pengeluaran-pengeluaran aktiva tetap
seperti biaya pemeliharaan (maintenance),
penambahan (additions), penggantian (replacement) atau perbaikan (repairs) dapat dikategorikanmenjadi
pengeluaran modal (capital expenditures)
dan pengeluaran pendapatan (revenue
expenditures). Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus
dicatat sebagai aktiva (dikapitalisir).
Pengeluaran-pengeluaran yang akan
mendatangkan manfaat lebih dari satu periode akutansi termasuk dalam kategori
ini. Misalnya, penambahan satu unit AC dalam sebuah mobil merupakan pengeluaran
modal. Demikian juga halnya dengan pengeluaran–pengeluaran yang menambah
efisiensi memperpanjang umur aktiva atau meningkatkan kapasitas atau mutu
produksi. Pengeluaran modal dicatat sebagai debit pada perkiraan aktiva ataupun
akumulasi penyusutan. Pengeluaran–pengeluaran untuk penambahan dan penggantian,
pada umumnya dicatat dalam perkiraan aktiva sedangkan untuk perbaikan
besar-besaran yang akan memperpanjang umur aktiva dicatat sebagai debit
pada perkiraan akumulasi penyusutan.
Pengeluaran pendapatan adalah
pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan manfaat untuk tahun dimana
pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran akan
dibebankan sebagai biaya. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin merupakan
contoh dari jenis pengeluaran ini. Biaya pemeliharaan adalah biaya-biaya yang
terjadi agar aktiva tetap selalu berada dalam keadaan baik. Biaya perbaikan
adalah biaya-biaya untuk mengembalikan aktiva tetap dalam keadaan baik.
Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang
berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
Pengeluran modal adalah pengeluran-pengeluran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akutansi pengeluaran-pengeluaran.
Pengeluran pendapatan adalah pengeluran-pengeluran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.
Pengeluran modal adalah pengeluran-pengeluran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akutansi pengeluaran-pengeluaran.
Pengeluran pendapatan adalah pengeluran-pengeluran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.
2.4. PENGGOLONGAN AKTIVA TETAP
2.4.1. Aktiva Tetap Berwujud
Adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif
permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif
permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam
jangka waktu yang relatif cukup lama. Akitiva tetap berwujud yang dimiliki oleh
suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan,
mesin-mesin dapat alat-alat, kendaraan, mebel dan lain-lain. Dari macam-macam
aktiva tetap berwujud di atas untuk tujuan akutansi dilakukan pengelompokan
sebagai berikut: Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk
letak perusahaan, pertanian dan peternakan. Aktiva tetap yang umurnya terbatas
dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang
sejenis.
Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis.
Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis.
Aktiva tetap biasanya digolongkan menjadi empat kelompok,
yaitu:
Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung-gedung perusahaan. Perbaikan tanah, seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun oleh perusahaan, tempat parkir, dan pagar. Gedung, seperti kantor, toko, pabrik, dan gudang. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan mebel. Sudut Substansi.
Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung-gedung perusahaan. Perbaikan tanah, seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun oleh perusahaan, tempat parkir, dan pagar. Gedung, seperti kantor, toko, pabrik, dan gudang. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan mebel. Sudut Substansi.
Aktiva tetap dapat dibagi: Tangible Assets atau Aktiva berwujud seperti Lahan, Mesin, Gedung
dan Peralatan. Intangible Assets atau
Aktiva yang tidak berwujud seperti HGU, HGB, Goodwill, Patents, Copyright, Hak Cipta, Franchise, dan lain-lain.
Depreciated Plant Asset yaitu aktiva tetap yang disusutkan
seperti Building (Bangunan), Equipment (Peralatan), Machinary (Mesin), Inventaris dan
lain-lain.
Undepreciated Plant Asset yaitu aktiva yang tidak dapat disusutkan seperti Land (Lahan).
2.4.2. Aktiva Tetap Tidak Berwujud
Undepreciated Plant Asset yaitu aktiva yang tidak dapat disusutkan seperti Land (Lahan).
2.4.2. Aktiva Tetap Tidak Berwujud
Aktiva tidak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang
secara fisik tidak dapat dinyatakan. Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak
paten, hak cipta hak merek, biaya riset dan pengembangan biaya ditangguhkan
serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh
melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli
dari pihak luar, maka disamping harga beli yang termasuk sebagai harga
perolehan (cost) adalah biaya–biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya
yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya administrasi yang
berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan
mengembangkan sendiri ,maka termasuk dalam harga perolehan adalah biaya-biaya
bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak langsung
misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.
Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari:
1. Pemerintah-seperti hak paten, hak
cipta, frenchis, merek dagang, dan nama dagang.
2. Perusahaan lain, misalnya pembelian
yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3. Perjanjian tertentu seperti frenchise dan lease.
Ciri- ciri aktiva tetap tidak
berwujud:
1. Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya
untuk menjadi terpisah atau terbagi dari BPR dan dapat dijual, dialihkan,
dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau
kewajiban secara individual atau secara bersama.
Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari BPR atau dari hak dan kewajiban lainnya.
Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari BPR atau dari hak dan kewajiban lainnya.
2. Aset Tidak Berwujud dapat diperoleh
secara eksternal melalui perolehan secara terpisah dan pertukaran aset, atau
dihasilkan secara internal.
Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal. Sedangkan biaya penelitian dan pengembangan yang terkait dengan upaya menghasilkan aset tidak berwujud secara internal tidak dapat diakui sebagai Aset Tidak Berwujud, kecuali merupakan bagian dari perolehan aset lain.
Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal. Sedangkan biaya penelitian dan pengembangan yang terkait dengan upaya menghasilkan aset tidak berwujud secara internal tidak dapat diakui sebagai Aset Tidak Berwujud, kecuali merupakan bagian dari perolehan aset lain.
2.4.3. Metode
Perhitungan Penyusutan
Penyusutan dapat
dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Metode aktivitas (Activity Method)
Metode aktivitas (activity
method ), juga disebut pendekatan beban variable, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau
produktivitas bukan dari berlalunya waktu. Rumus metode aktivitas adalah:
Beban
penyusutan = ( biaya - nilai sisa) x jam tahun ini / Total estimasi jam
2. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus
mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi dari
penggunaan. Metode ini telah diguanakan secara luas dalam prakteknya karena
kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual seringkali juga merupakan
prosedur yang paling sesuai. rumus metode garis lurus adalah:
Beban
penyusutan = biaya dikurangi nilai sisa / Estimasi
umur pelayanan
3. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)
Metode beban
menurun (Decreasing Charge Method), yang seringkali disebut metode
penyusutan dipercepat menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun
tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Secara umum satu
dari dua metode beban menurun digunakan yaitu: metode jumlah angka tahun atau
metode saldo menurun.
a.
Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Year
Digits)
Metode jumlah
angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang
menurun dari biaya yang dapat disusutkan. Setiap pecahan menggunakan jumlah
angka tahun sebagai penyebut (5+4+3+2+1= 15) dan jumlah tahun estimasi umur
yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang. Dengan metode ini, pembilang
menurun tahun demi tahun dan penyebut tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15,
dan 1/15). Pada akhir masa manfaat aktiva, saldo yang tersisa harus sama dengan
nilai sisa.
Sum of the
year digits = N (N + 1) / 2
N= masa
manfaat
b.
Metode Saldo Menurun
Metode
beban menurun lainnya adalah metode saldo menurun (declining balance method),
yang menggunakan tarif penyusutan berupa beberapa kelipatan dari metode garis
lurus. Rumus metode saldo menurun adalah sebagai berikut:
Beban
penyusutan = 2 x tarif garis lurus x nilai buku awal tahun
4. Metode
Penyusutan Khusus
Perusahaan tidak
memilih salah satu dari metode penyusutan yang lebih populer karena aktiva yang
terlibat memiliki karakteristik yang unik, atau sifat industrinya mengharuskan
penerapan metode penyusutan khusus.
a.
Metode Kelompok Dan Gabungan
Akun aktiva
seringkali disusutkan dengan satu tarif. Terdapat dua metode penyusutan untuk
beberapa akun aktiva yang digunakan, yaitu metode kelompok dan metode gabungan.
Metode kelompok sering digunakan apabila aktiva bersangkutan cukup homogen dan
memiliki masa manfaat yang hampir sama. Pendekatan gabungan digunakan apabila
aktiva bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat yang berbeda.
b.
Metode Campuran atau Kombinasi
Metode
penyusutan yang sudah diterangkan diatas, perusahaan bebas mengembangkan metode
penyusutan sendiri yang khusus atau dibuat khusus. Prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima umum hanya mensyaratkan bahwa metode itu menghasilkan
pengalokasian biaya aktiva selama umur aktiva dengan cara yang sistematis dan
rasional
2.5. MENURUT SAK ETAP
SAK ETAP
mendefinisikan aset tetap sebagai aset berwujud dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau
untuk tujuan administratif; dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu
periode. Aset tidak berwujud tidak termasuk hak
atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan sumber daya
yang tidak dapat diperbarui lainnya.
Pengukuran
pada Pengakuan Awal
Pada awalnya perolehan, aset tetap nilai sebesar jumlah
biaya perolehannya. Biaya perolehan aset tetap meliputi:
1. Harga beli, termasuk termasuk biaya
hukum dan broker, bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan,
setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lainnya.
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan
langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset
siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen. Biaya-biaya ini termasuk biaya
penyiapan lahan untuk pabrik, biaya penanganan dan penyerahan awal, biaya
instalasi dan perakitan, dan biaya pengujian fungsionalitas.
3. Estimasi awal biaya pembongkaran
aset, biaya pemindahan aset dan biaya restorasi lokasi. Kewajiban atas biaya
tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan
aset tersebut selama periode tertentu bukan untuk menghasilkan persediaan.
Biaya-biaya berikut ini bukan merupakan biaya perolehan aset
tetap dan harus diakui sebagai beban ketika terjadi:
1. Biaya pembukaan fasilitas baru.
2. Biaya pengenalan produk atau jasa
baru (termasuk biaya aktivitas iklan dan promosi).
3. Biaya penyelenggaran bisnis di
lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf).
4. Biaya administrasi dan overhead umum
lainnya.
Tanah dan bangunan adalah aset yang dapat dipisahkan dan
harus dicatat
secara terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut diperoleh secara
bersamaan. Pendapatan dan beban yang terkait dengan kegiatan insidental selama
masa konstruksi atau pengembangan aset tetap diakui dalam laporan laba rugi
jika operasional tersebut tidak diperlukan untuk membawa aset tetap ke lokasi dan
kondisi operasi yang dimaksud.
Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset
nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan aset nonmoneter, maka biaya
perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali (a) transaksi pertukaran tidak
memiliki substansi komersial, atau (b) nilai wajar aset yang diterima atau aset
yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Dalam kasus tersebut, biaya
perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan.
Pertukaran Aset
Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset
nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan aset nonmoneter, maka biaya
perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali jika transaksi pertukaran tidak
memiliki substansi komersial, atau nilai wajar aset yang diterima tidak dapat
diukur secara andal, maka biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang
diserahkan.
Pengukuran
Setelah Pengakuan Awal
Entitas harus mengukur seluruh aset tetap setelah pengakuan
awal pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian
penurunan nilai. Entitas harus mengakui biaya pemeliharaan dan reparasi
sehari-hari (cost of day-to-day servicing) dari aset tetap sebagai beban
dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya.
Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak
diperkenankan karena SAK ETAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya
perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin
dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan
harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep biaya perolehan di dalam
penyajian aset tetap serta pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap
gambaran keuangan entitas. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat
aset tetap diakui dalam ekuitas dengan nama “Surplus Revaluasi Aset Tetap”.
Surplus revaluasi aset tetap dalam ekuitas dapat dipindahkan
langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini
meliputi pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada saat penghentian atau
pelepasan aset tersebut. Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut dapat
dipindahkan sejalan dengan penggunaan aset oleh entitas. Dalam hal ini, surplus
revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar perbedaan antara jumlah
penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dengan jumlah penyusutan
berdasarkan biaya perolehan aset tersebut. Pemindahan surplus revaluasi ke
saldo laba tidak dilakukan melalui laporan laba rugi.
Pengeluaran setelah pengakuan awal suatu aset tetap yang
memperpanjang umur manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi
di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi,
atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aset
tetap tersebut. Pengeluaran setelah pengakuan awal aset hanya diakui sebagai
suatu aset jika pengeluaran meningkatkan kondisi aset melebihi standar kinerja
semula. Contoh peningkatan yang menghasilkan peningkatan manfaat keekonomian
masa yang akan datang mencakup:
1. Modifikasi suatu pos sarana pabrik
untuk memperpanjang usia manfaatnya, termasuk suatu peningkatan kapasitasnya.
2. Peningkatan kemampuan mesin untuk
mencapai peningkatan besar dalam kualitas keluaran.
3. Penerapan proses produksi baru yang
memungkinkan suatu pengurangan besar biaya operasi.
Penyusutan
Entitas harus mengalokasikan jumlah aset yang dapat
disusutkan secara sistematis selama umur manfaatnya. Faktor-faktor seperti
perubahan pemakaian aset, perkembangan teknologi, dan perubahan harga pasar
dapat mengindikasikan bahwa umur manfaat aset telah berubah sejak tanggal
periode tahunan paling kini. Jika terdapat indikator tersebut, maka entitas
harus menelaah ulang estimasi sebelumnya dan (jika ekspektasi sekarang berbeda)
mengubah metode penyusutan atau umur manfaat. (IAI : 2009).
Penyusutan dimulai ketika suatu aset tersedia untuk
digunakan, misalnya aset berada di lokasi dan kondisi yang diperlukan sehingga
mampu beroperasi sebagaimana maksud manajemen. Penyusutan dihentikan ketika
aset dihentikan pengakuannya. Penyusutan tidak dihentikan ketika aset tidak
digunakan atau dihentikan penggunaan aktifnya, kecuali aset tersebut telah
disusutkan secara penuh. Namun, dalam metode penyusutan berdasar penggunaan (usage
method of depreciation), beban penyusutan menjadi nol ketika tidak ada
produksi.
Entitas harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut dalam
menentukan umur manfaat suatu aset:
1. Perkiraan daya pakai aset. Daya
pakai dinilai dengan merujuk pada ekspektasi kapasitas atau keluaran fisik;
2. Perkiraan tingkat keausan fisik,
yang tergantung kepada faktor pengoperasian seperti jumlah giliran penggunaan,
program pemeliharaan dan perawatan, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada
saat aset tidak digunakan (menganggur);
3. Keusangan teknis dan komersial yang
diakibatkan oleh perubahan atau peningkatan produksi, atau perubahan permintaan
pasar atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut;
4. Pembatasan hukum atau sejenisnya
atas penggunaan aset, seperti berakhirnya waktu sehubungan dengan sewa.
Suatu entitas harus memilih metode penyusutan yang
mencerminkan ekspektasi dalam pola penggunaan manfaat ekonomi masa depan aset.
Beberapa metode penyusutan yang mungkin dipilih, antara lain metode garis lurus
(straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance
method), dan metode jumlah unit produksi (sum of the unit of production
method). Jika terdapat suatu indikasi bahwa telah terjadi perubahan
signifikan sejak tanggal pelaporan tahunan sebelumnya dalam pola penggunaan
manfaat ekonomi masa depan aset, maka entitas harus menelaah ulang metode
penyusutan saat ini dan (jika ekspektasi sekarang berbeda) mengubah metode
penyusutan untuk mencerminkan pola yang baru.
Penghentian
Pengakuan
Entitas harus menghentikan pengakuan aset tetap pada saat
dilepas atau ketika tidak ada manfaat ekonomi di masa depan yang diekspektasikan
dari penggunaanya atau pelepasannya. Entitas harus mengakui keuntungan atau
kerugian atas penghentian pengakuan aset tetap dalam laporan laba rugi ketika
aset tersebut dihentikan pengakuannya. Keuntungan tersebut tidak boleh
diklasifikasikan sebagai pendapatan. Entitas harus menentukan keuntungan atau
kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dengan menghitung
perbedaan antara hasil penjualan neto (jika ada) dan jumlah tercatatnya.
Pengungkapan
Kelompok
aset tetap harus diungkapkan dengan:
·
Dasar pengukuran yang digunakan untuk
menentukan jumlah tercatat,
·
Metode penyusutan yang digunakan,
·
Umur manfaat atau tarif penyusutan yang
digunakan,
·
Jumlah tercatat dan akumulasi penyusutan
pada awal dan akhir periode,
·
Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal
dan akhir periode yang menunjukkan penambahan dan pelepasan,
·
Keberadaan dan jumlah pembatasan atas
hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk utang,
·
Jumlah komitmen kontrak untuk memperoleh
aset tetap.
2.6. MENURUT IFRS
Aset tetap atau PPE (Property,
Plant, and Equipment) adalah aset berwujud (tangible assets) yang digunakan dalam kegiatan
operasional perusahaan, yang memiliki manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Istilah aset tetap digunakan untuk membedakan dengan aset tidak
berwujud, yang juga memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi
tetapi tidak memiliki wujud fisik, serta nilainya tidak sepenuhnya dipengaruhi
oleh eksistensi fisik dari aset. Adapun pengakuan aset tetap menurut IFRS
adalah sebagai berikut:
·
Komponen biaya perolehan adalah estimasi
biaya untuk memindahkan aset (dismantling
cost).
·
Suku cadang dengan kriteria tertentu
diakui sebagai aset tetap
·
Penilaian aset tetap dikurangi dengan
depresiasi dan penurunan nilai
·
Pertukaran aset tetap tidak membedakan
similar atau non similar, menggunakan harga wajar. Kecuali pertukaran yang
tidak memiliki nilai komersial atau nilai wajar tidak diperoleh dari nilai
buku.
·
Review atas masa manfaat, nilai residu
setiap pelaporan
·
Penilaian dengan menggunakan model
revaluasi.
Jika
kriteria pengakuan terpenuhi, biaya tersebut diakui dan jumlah tercatat
komponen yang diganti atau inspeksi terdahulu dihentikan pengakuannya. Jika
aset yang diperoleh tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya
perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan.
Kriteria
Pengakuan:
Biaya perolehan aset
tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
a.
Besar kemungkinan manfaat ekonomis di
masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke
entitas; dan
b.
Biaya perolehan aset
dapat diukur secara andal.
Suku
cadang utama, peralatan pemeliharaan, penggantian dan inspeksi dapat diakui
sebagai aset tetap. Jika kriteria pengakuan terpenuhi, biaya tersebut diakui
dan jumlah tercatat komponen yang diganti atau inspeksi terdahulu dihentikan
pengakuannya.
Biaya perolehan aset tetap terdiri dari:
a.
Harga perolehan, termasuk bea impor dan
pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian
dan potongan lain.
b.
Biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar
aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen.
c.
Estimasi awal biaya pembongkaran dan
pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut
timbul.
·
Ketika aset tersebut diperoleh, atau
·
Karena entitas menggunakan aset tersebut
selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.
Biaya perolehan aset
tetap dari suatu pertukaran diukur sebesar nilai wajar, kecuali:
·
Transaksi pertukaran tidak
memiliki substansi komersial, atau
·
Nilai wajar aset yang diterima dan
diserahkan tidak dapat diukur secara andal.
Jika aset yang diperoleh tidak dapat
diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan. Entitas harus
memilih antara cost model dan revaluation
model sebagai kebijakan akuntansinya, dan menerapkan kebijakan
tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.
Cost Model:
Setelah
diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai aset.
Revaluation Model:
Setelah
diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar jumlah revaluasian, yaitu
nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai aset yang
terjadi setelah tanggal revaluasi.
Nilai wajar adalah
jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan
wajar (arm’s length transaction).
Metode
penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat
ekonomik masa depan dari asset oleh entitas. Metode penyusutan yang digunakan
untuk asset dikaji ulang minimum setiap akhir tahun buku, apabila terjadi
perubahan yang signifikan dalam perubahan pola konsumsi manfaat ekonomi masa
depan aset tersebut maka metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan
pola tersebut. Metode penyusutan yang dapat digunakan untuk mengalokasikan
jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu asset selama umur
manfaatnya, antara lain : (1) Metode garis lurus (straight line mehod);
(2) Metode saldo menurun (diminishing balance method); (3) Metode jumlah
unit produksi (sum of unit method). (Bragg, 2012:158)
Pengungkapan asset tetap perlu dilakukan untuk
mengetahui keadaan dari asset tersebut. Pengungkapan informasi dari aset tetap,
antara lain: (1) Informasi untuk setiap kelompok asset tetap, meliputi rekonsiliasi
nilai buku selama periode berjalan, metode penyusutan, nilai buku bruto dan
akumulasi penyusutan, dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah
tercatat bruto, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; (2) Biaya
pinjaman; (3) Perubahan estimasi; (4) Komitmen/perjanjian kontrak; (5) Nilai
buku dari setiap jenis asset tetap yang sedang dibangun; (6) Pelepasan; (7)
Pembatasan; (8) Item yang dinilai ulang; (9) Informasi lainnya yang dianjurkan
untuk diungkapkan tetapi tidak disyaratkan. (Bragg, 2012:161)
Appraisal
Jika tidak ada pasar yang dapat
dijadikan dasar penentuan nilai karena sifat aset yang khusus dan jarang
diperjualbelikan, maka entitas perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan
pendekatan penghasilan atau
depreciated replacement cost.
Revaluasi harus dilakukan secara
reguler untuk memastikan jumlah tercatat tidak berbeda secara material
dengan nilai wajar pada tanggal neraca. Akumulasi penyusutan pada tanggal
revaluasi diperlakukan dengan metode: proporsional, atau eliminasi. Jika suatu
aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset
tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi. Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi,
kenaikan tersebut langsung dikreditkan ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Diakui
dalam L/R sejumlah penurunan akibat revaluasi terdahulu (jika ada). Jika jumlah
tercatat aset menurun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laporn laba rugi.
Didebit ke ekuitas sejumlah saldo kredit surplus revaluasi (jika ada).
Penghentian dan
Pelepasan Aset Tetap
Penghentian atau pelepasan
mengharuskan perusahaan untuk mengadakan penghapusan pencatatan terhadap semua
rekening yang berkaitan dengan aset. Penghentian atau pelepasan dapat dilakukan
dengan cara:
a. Penjualan aset tetap
b. Berakhirnya masa manfaat aset tetap
c. Pertukaran aset tetap
Pengungkapan Aset Tetap dalam
Laporan Keuangan
Pengungkapan dalam laporan keuangan
sangat membantu pihak-pihak yang berkepentingan (internal maupun eksternal)
dalam mengintrepetasikan laporan keuangan. Laporan keuangan suatu perusahaan
akan dianggap wajar bila dilaporkan dengan pengungkapan secara menyeluruh (full disclosure). Dengan demikian, akan
tergambar posisi keuangan yang wajar, tidak menyesatkan dan tidak menimbulkan
kesalahan penafsiran.
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Secara konseptual IFRS menawarkan standar akuntansi yang
lebih ideal untuk diterapkan, terlepas dari berbagai hambatan yang dipastikan
akan dihadapi pada saat standar tersebut diterapkan. Dalam hal standar
akuntansi untuk aset tetap, terdapat sejumlah kesamaan dan juga sejumlah
perbedaan dengan SAK ETAP. Hal-hal yang berbeda dalam IFRS pada dasarnya karena
faktor pertimbangan biaya, manfaat, risiko dan disesuaikan dengan keadaan
perekonomian yang ada di Indonesia.
Masalah penyajian kos aset tetap di dalam laporan posisi
keuangan (neraca), terdapat perbedaan antara SAK ETAP dan IFRS, yaitu
berdasarkan kos historis untuk SAK ETAP dan berdasarkan fair value untuk IFRS.
DAFTAR PUSTAKA
Bragg,
Steven M. 2012. Panduan IFRS Edisi Revisi. Jakarta: PT Indeks.
Baridwan,
Zaki. 2004. Intermediate Accounting.
BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Effendi, Rizal. 2015. Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Aset Tetap Berdasarkan SAK ETAP Pada
CV. Sekonjing Ogan Ilir. Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 5, No. 1, Edisi
September 2015, Hal. 1-8.
Hendriksen, S. Eldon.,dan Nugroho W. Teori Akuntansi. Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi
Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik. Jakarta: Dewan Standar
Akuntansi Keuangan.
Jusup, Al. Haryono.1993. Dasar-Dasar Akuntansi 2. Edisi 4.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.
Paraesthivyna, Navyana P. 2015. Perlakuan Akuntansi Aset Tetap serta
Penyajiannya dalam Laporan Keuangan (Studi Pada CV Miulan Semarang) (Online). Jurnal. http://eprints.dinus.ac.id/, diakses 26 Oktober 2016.
Tuanakotta, M. Theodorus. Teori Akuntansi 2. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Wijaya,
Tri Y. W. 2016. Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Terhadap Laporan Keuangan
Berdasarkan SAK ETAP No. 15 (Studi Pada PT BPR Delta Singosari) (Online). Jurnal Riset Mahasiswa Hal.1-13. http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id/,
diakses 26 Oktober 2016.
Wulandari,
Ratih S.P. 2012. Penerapan Penilaian Aset Tetap Berdasarkan International Financial Reporting Standards Pada PT Bank Jatim
Cabang Nganjuk (Online).
Jurnal. http://ejournal.unesa.ac.id/, diakses 26
Oktober 2016.
No comments:
Post a Comment