Monday, October 31, 2016

ASET TETAP

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi dicatat untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama bagi operasi perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah mengenal proses penyusunan laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dengan bukti transaksi, jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas), jurnal penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal balik.
Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap, kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva tetap, yaitu berbagai jenis aktiva dapat digunakan lebih dari satu periode untuk operasi perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud. Oleh karena itu perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak berwujud. Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam aktiva tetap sebuah perusahaan.

1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana penyajian aset tetap menurut IFRS dan SAK ETAP?


1.3. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Akuntansi Keuangan, penulis juga ingin manambah wawasan tentang Aset Tetap khususnya, dan sebagai pengingat di kala lupa bagi pembaca pada umumnya, serta untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi disekitar  kita terkait pembahasan ini .












  

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN AKTIVA
Aktiva ialah kekayaan perusahaan yang berwujud dan tidak berwujud, serta pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang. Pengertian aktiva menurut beberapa orang ahli sebagai berikut:
Menurut Dra. Lanita Winata, Akuntan (1994, hal 55) menjelaskan: “Aktiva ialah Sejumlah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh suatau perusahaan berupa uang, barang dan hak yang timbul dari transaksi-transaksi yang terjadi di masa lampau dan dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang”.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (2002, hal 13, paragraf 49) menjelaskan: “Aktiva ialah Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh oleh perusahaan”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, Aktiva ialah Kekayaan atau sumber-sumber daya yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang terjadi di masa lampau dan diharapkan akan memberi manfaat di masa depan.
Aktiva Lancar ialah aktiva yang berupa kas dan mempunyai jangka waktu yang pendek. Yang termasuk dalam aktiva lancar ialah: Kas, uang tunai untuk membiayai operasional perusahaan. Investasi jangka pendek, investasi yang sifatnya sementara hanya untuk memanfaatkan uang yang belum dibutuhkan dalam operasi. Piutang wesel, tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam perjanjian yang diatur dalam undang-undang. Piutang dagang, tagihan kepada pihak lain sebagai akibat penjualan barang dagangan secara kredit. Persediaan, baik persediaan barang mentah, barang dalam proses maupun barang jadi.
Piutang penghasilan, penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan tetapi belum diterima pembayarannya. Persekot/uang muka/biaya dibayar di muka, pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain. Pengeluaran itu belum menjadi biaya periode sekarang melainkan pada periode berikutnya.
Aktiva tidak lancar ialah aktiva yang tidak berupa kas dan mempunyai jangka waktu yang panjang. Yang termasuk aktiva tidak lancar ialah: Investasi jangka panjang, investasi ini dilakukan jika perusahaan mempunyai kekayaan lebih dari yang dibutuhkan. Aktiva tetap, kekayaan yang dimiliki perusahaan yang secara fisik tampak dan berperan dalam operasi perusahaan secara permanen, selain itu juga mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode dalam kegiatan perusahaan.
Aktiva tetap tidak berwujud, kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak tampak tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Beban yang ditangguhkan, transaksi yang menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang. Aktiva lain-lain, item ini menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikas-klasifikasi yang telah diuraikan sebelumnya.

2.2. PENGERTIAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tersebut. Pengertian aktiva tetap berwujud dikemukakan oleh beberapa orang ahli sebagai berikut: Menurut Zaki Baridwan (1992, hal 271) menjelaskan: “Aktiva tetap berwujud yang sifatnya relatif permanen (menunjukkan sifat bahwa aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama) yang digunakan dalam kegiatan perusahaan”.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002, Nomor 16.2 Paragraf 05) “Aktiva tetap adalah aktiva tetap berwujud yang digunakan dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan sifat-sifat tetap berwujud digunakan dalam operasional perusahaan, tidak untuk diperdagangkan, umur ekonomi lebih dari satu tahun yang sifatnya relatif tetap atau permanen dan berwujud fisik artinya dapat dilihat dan dirasakan dengan panca indera.

2.3. SIFAT AKTIVA TETAP
Meskipun semua aktiva memiliki beberapa ciri dasar yang umum, aktiva tetap memiliki ciri-ciri tambahan sebagai berikut: Aktiva tetap merupakan barang-barang fisik yang dimiliki untuk memperlancar/mempermudah produksi barang-barang lain atau untuk menyediakan jasa-jasa bagi perusahaan atau para pelanggannya dalam kegiatan normal perusahaan.
Semua aktiva tetap memiliki usia terbatas, pada akhir usianya harus dibuang atau diganti. Nilai aktiva tetap berasal dari kemampuannya untuk mengesampingkan pihak lain dalam mendapatkan hak - hak yang sah atas penggunanya dan bukan dari pemaksaan dari suatu kontrak. Aktiva tetap seluruhnya non moneter: manfaatnya diterima dari penggunaan atau penjualan jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi sejumlah uang tertentu.
Pada umumnya jasa yang diterima dari ativa tetap meliputi suatu periode yang lebih panjang dari satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan. Akan tetapi terdapat terkecualian. Misalnya suatu bangunan atau peralatan tidak klasifikasikan kembali sebagai aktiva lancar bilamana sisa manfaatnya kurang dari satu tahun. Dalam beberapa kasus seperti halnya,beberapa unsur memiliki usia asli yang lebih pendek dari pada satu siklus operasi perusahaan.
Aset tetap adalah aset berwujud yang:
1.      Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediakubarang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
2.      diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. (IAI : 2009).
Unsur-unsur aktiva tetap mempunyai ciri umum dan memiliki beberapa tujuan pelaporan keuangan yang sama. Salah satu tujuan ini di dasarkan kepada keseragaman mereka dalam proses akuntansi. Aktiva tetap dimiliki untuk mendapatkan jasa-jasanya di masa mendatang: karena itu aktiva tetap dibebankan sebagai biaya usia manfaatnya dengan cara yang sama seperti biaya di bayar dimuka (prepaid expense).
Perbedaan pokok antara biaya dibayar dimuka dan aktiva tetap terletak pada usia aktiva tersebut. Biaya dibayar dimuka biasanya di bebankan sebagai ongkos selama siklus kegiatan berjalan atau satu tahun,tergantung mana yang lebih lama,sedangkan aktiva tetap di bebankan sebagai biaya selama satu periode yang lebih panjang. Tetapi jika keseragaman dalam proses akuntansi itu di anggap sebagai tujuan utama klasifikasi maka pos-pos tidak berwujud yang usianya terbatas mungkin harus di sertakan pula di dalamnya tetapi klasifikasi menurut proses akuntansi bukanlah tujuan yang relevan.
Tujuan kedua dalam penguraian dan pengukuran pos-pos aktiva tetap adalah memberikan indikasi jumlah fisik atau kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan dan juga beberapa petunjuk mengenai usia relatifnya serta taksiran masa pakainya yang akan datang.
Semua informasi itu tidak mungkin terpenuhi dengan sejumlah angkadalam rupiah. Namun demikian untuk aktiva atau aktiva tertentu mungkin lebih relevan jika digunakan basis penilaian input daripada nilai likuidasinya: dan suatu penilaian yang di dasarkan pada tafsiran nilai barang atau jasa atau arus kas di masa mendatang tidak mungkin di pergunakan sebagai pengukur baik secara teoritis maupun praktis. Suatu jumlah akumulasi penyusutan yang di kurangkan dari suatu nilai input tidak dapat menghasilkan gambaran yang cukup tentang kondisi atau usia relatif aktiva tetap tersebut.
Tujuan ketiga adalah tujuan yang penting dari klasifikasi dan penilaian aktiva tetap untuk menyajikan suatu gambaran mengenai kegiatan suatu perusahaan sebagaimana pengelompokkan moneter dan aktiva lancar menunjukkan informasi mengenai kegiatan perusahaan, demikian pula halnya dengan pengelompokkan investasi dalam pos-pos modal. Jumlah relatif modal yang di tanamkan dalam aktiva tetap merupakan informasi yang relevan bagi penanam modal dan para kreditur, karena hal itu mungkin dapat menambah informasi untuk membantu meramal arus kas di masa depan dan memberikan petunjuk mengenai periode sebelum perusahaan berkesempatan menanamkan kembali sumber dayanya untuk penggunaan yang sama atau penggunaan lainnya tanpa adanya keharusan likuidasi (forced liquidation).
Dalam perusahaan Public Utility (pelayanan umum seperti PLN, TELKOM, GAS, dll) dan dalam berbagai perusahaan jasa lainnya, jumlah yang ditanamkan sebagai pos-pos modal jangka panjang merupakan kelompok terpenting sebagai sumber daya penghasilan di masa mendatang. Karena alasan inilah maka sebagian besar public utility menyajikan pos-pos aktiva tetap pada bagian pertama dalam neraca, mendahului aktiva lancar.
Pos-pos aktiva tetap nonoperasional biasanya disajikan di neraca dalam kelompok yang terpisah, meskipun masalah penilaian dan penyusutanya sama dengan aktiva tetap operasi. Karena itu sebagian besar uraian berikut akan dikaitkan baik dengan unsur-unsur aktiva tetap operasional maupun non operasional.
Salah satu kriteria untuk dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap adalah nilainya yang besar. Aktiva tetap yang nilai per unitnya kecil, dapat langsung dibebankan sebagai biaya pada saat perolehan. Manajemen perusahaan perlu menetapkan atau untuk pengeluaran yang harus dikapitalisir sebagai aktiva tetap dan pengeluaran yang harus dibebankan sebagai biaya. Apabila pengeluaran untuk aktiva tetap yang nilainya kecil misalnya suku cadang, dikapitalisir, maka pencatatannya dapat dikelompokan menjadi satu. Penyusutan secara regular tidak dihitung. Pembebanan ke biaya dilakukan dengan menghitung secara phisik aktiva tetap yang masih tersisa. Harga perolehan aktiva yang masih ada ditaksir kemudian selisih antara saldo menurut perkiraan dengan nilai taksiran dibebankan ke perkiraan biaya.
Pengeluaran-pengeluaran aktiva tetap seperti biaya pemeliharaan (maintenance), penambahan (additions), penggantian (replacement) atau perbaikan (repairs) dapat dikategorikanmenjadi pengeluaran modal (capital expenditures) dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditures). Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva (dikapitalisir).
Pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode akutansi termasuk dalam kategori ini. Misalnya, penambahan satu unit AC dalam sebuah mobil merupakan pengeluaran modal. Demikian juga halnya dengan pengeluaran–pengeluaran yang menambah efisiensi memperpanjang umur aktiva atau meningkatkan kapasitas atau mutu produksi. Pengeluaran modal dicatat sebagai debit pada perkiraan aktiva ataupun akumulasi penyusutan. Pengeluaran–pengeluaran untuk penambahan dan penggantian, pada umumnya dicatat dalam perkiraan aktiva sedangkan untuk perbaikan besar-besaran yang akan memperpanjang umur aktiva dicatat  sebagai debit pada perkiraan akumulasi penyusutan.
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan manfaat untuk tahun dimana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran akan dibebankan sebagai biaya. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin merupakan contoh dari jenis pengeluaran ini. Biaya pemeliharaan adalah biaya-biaya yang terjadi agar aktiva tetap selalu berada dalam keadaan baik. Biaya perbaikan adalah biaya-biaya untuk mengembalikan aktiva tetap dalam keadaan baik.
Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Pengeluran modal adalah pengeluran-pengeluran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akutansi pengeluaran-pengeluaran.
Pengeluran pendapatan adalah pengeluran-pengeluran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.

2.4. PENGGOLONGAN AKTIVA TETAP
2.4.1. Aktiva Tetap Berwujud
Adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Akitiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dapat alat-alat, kendaraan, mebel dan lain-lain. Dari macam-macam aktiva tetap berwujud di atas untuk tujuan akutansi dilakukan pengelompokan sebagai berikut: Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis.
Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis.
Aktiva tetap biasanya digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu:
Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung-gedung perusahaan. Perbaikan tanah, seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun oleh perusahaan, tempat parkir, dan pagar. Gedung, seperti kantor, toko, pabrik, dan gudang. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan mebel. Sudut Substansi.
Aktiva tetap dapat dibagi: Tangible Assets atau Aktiva berwujud seperti Lahan, Mesin, Gedung dan Peralatan. Intangible Assets atau Aktiva yang tidak berwujud seperti HGU, HGB, Goodwill, Patents, Copyright, Hak Cipta, Franchise, dan lain-lain.
Depreciated Plant Asset yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti Building (Bangunan), Equipment (Peralatan), Machinary (Mesin), Inventaris dan lain-lain.
Undepreciated Plant Asset yaitu aktiva yang tidak dapat disusutkan seperti Land (Lahan).

2.4.2. Aktiva Tetap Tidak Berwujud
Aktiva tidak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan. Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta hak merek, biaya riset dan pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya–biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri ,maka termasuk dalam harga perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.
Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari:
1.      Pemerintah-seperti hak paten, hak cipta, frenchis, merek dagang, dan nama dagang.
2.      Perusahaan lain, misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3.      Perjanjian tertentu seperti frenchise dan lease.

Ciri- ciri aktiva tetap tidak berwujud:
1.      Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari BPR dan dapat dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama.
Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari BPR atau dari hak dan kewajiban lainnya.
2.      Aset Tidak Berwujud dapat diperoleh secara eksternal melalui perolehan secara terpisah dan pertukaran aset, atau dihasilkan secara internal.
Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal. Sedangkan biaya penelitian dan pengembangan yang terkait dengan upaya menghasilkan aset tidak berwujud secara internal tidak dapat diakui sebagai Aset Tidak Berwujud, kecuali merupakan bagian dari perolehan aset lain.

2.4.3. Metode Perhitungan Penyusutan
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Metode aktivitas (Activity Method)
Metode aktivitas (activity method ), juga disebut pendekatan beban variable, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas bukan dari berlalunya waktu. Rumus metode aktivitas adalah:
Beban penyusutan = ( biaya - nilai sisa) x jam tahun ini / Total estimasi jam

2. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Metode ini telah diguanakan secara luas dalam prakteknya karena kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual seringkali juga merupakan prosedur yang paling sesuai. rumus metode garis lurus adalah:
Beban penyusutan = biaya dikurangi nilai sisa / Estimasi umur pelayanan

3. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)
Metode beban menurun (Decreasing Charge Method), yang seringkali disebut metode penyusutan dipercepat menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Secara umum satu dari dua metode beban menurun digunakan yaitu: metode jumlah angka tahun atau metode saldo menurun.
a.    Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Year Digits)
Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan. Setiap pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut (5+4+3+2+1= 15) dan jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang. Dengan metode ini, pembilang menurun tahun demi tahun dan penyebut tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15, dan 1/15). Pada akhir masa manfaat aktiva, saldo yang tersisa harus sama dengan nilai sisa.
Sum of the year digits = N (N + 1) / 2
N= masa manfaat
b.    Metode Saldo Menurun
Metode beban menurun lainnya adalah metode saldo menurun (declining balance method), yang menggunakan tarif penyusutan berupa beberapa kelipatan dari metode garis lurus. Rumus metode saldo menurun adalah sebagai berikut:
Beban penyusutan = 2 x tarif garis lurus x nilai buku awal tahun

4. Metode Penyusutan Khusus
Perusahaan tidak memilih salah satu dari metode penyusutan yang lebih populer karena aktiva yang terlibat memiliki karakteristik yang unik, atau sifat industrinya mengharuskan penerapan metode penyusutan khusus.
a.    Metode Kelompok Dan Gabungan
Akun aktiva seringkali disusutkan dengan satu tarif. Terdapat dua metode penyusutan untuk beberapa akun aktiva yang digunakan, yaitu metode kelompok dan metode gabungan. Metode kelompok sering digunakan apabila aktiva bersangkutan cukup homogen dan memiliki masa manfaat yang hampir sama. Pendekatan gabungan digunakan apabila aktiva bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat yang berbeda.
b.    Metode Campuran atau Kombinasi
Metode penyusutan yang sudah diterangkan diatas, perusahaan bebas mengembangkan metode penyusutan sendiri yang khusus atau dibuat khusus. Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum hanya mensyaratkan bahwa metode itu menghasilkan pengalokasian biaya aktiva selama umur aktiva dengan cara yang sistematis dan rasional

2.5. MENURUT SAK ETAP
SAK ETAP mendefinisikan aset tetap sebagai aset berwujud dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Aset tidak berwujud tidak termasuk hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan sumber daya yang tidak dapat diperbarui lainnya.

Pengukuran pada Pengakuan Awal
Pada awalnya perolehan, aset tetap nilai sebesar jumlah biaya perolehannya. Biaya perolehan aset tetap meliputi:
1.      Harga beli, termasuk termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lainnya.
2.      Biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen. Biaya-biaya ini termasuk biaya penyiapan lahan untuk pabrik, biaya penanganan dan penyerahan awal, biaya instalasi dan perakitan, dan biaya pengujian fungsionalitas.
3.      Estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset dan biaya restorasi lokasi. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu bukan untuk menghasilkan persediaan.

Biaya-biaya berikut ini bukan merupakan biaya perolehan aset tetap dan harus diakui sebagai beban ketika terjadi:
1.      Biaya pembukaan fasilitas baru.
2.      Biaya pengenalan produk atau jasa baru (termasuk biaya aktivitas iklan dan promosi).
3.      Biaya penyelenggaran bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf).
4.      Biaya administrasi dan overhead umum lainnya.

Tanah dan bangunan adalah aset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat secara terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut diperoleh secara bersamaan. Pendapatan dan beban yang terkait dengan kegiatan insidental selama masa konstruksi atau pengembangan aset tetap diakui dalam laporan laba rugi jika operasional tersebut tidak diperlukan untuk membawa aset tetap ke lokasi dan kondisi operasi yang dimaksud.
Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan aset nonmoneter, maka biaya perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali (a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau (b) nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Dalam kasus tersebut, biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan.

Pertukaran Aset

Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan aset nonmoneter, maka biaya perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali jika transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau nilai wajar aset yang diterima tidak dapat diukur secara andal, maka biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan.

Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Entitas harus mengukur seluruh aset tetap setelah pengakuan awal pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Entitas harus mengakui biaya pemeliharaan dan reparasi sehari-hari (cost of day-to-day servicing) dari aset tetap sebagai beban dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya.
Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena SAK ETAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep biaya perolehan di dalam penyajian aset tetap serta pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan entitas. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap diakui dalam ekuitas dengan nama “Surplus Revaluasi Aset Tetap”.
Surplus revaluasi aset tetap dalam ekuitas dapat dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini meliputi pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada saat penghentian atau pelepasan aset tersebut. Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan aset oleh entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dengan jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut. Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak dilakukan melalui laporan laba rugi.
Pengeluaran setelah pengakuan awal suatu aset tetap yang memperpanjang umur manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aset tetap tersebut. Pengeluaran setelah pengakuan awal aset hanya diakui sebagai suatu aset jika pengeluaran meningkatkan kondisi aset melebihi standar kinerja semula. Contoh peningkatan yang menghasilkan peningkatan manfaat keekonomian masa yang akan datang mencakup:
1.      Modifikasi suatu pos sarana pabrik untuk memperpanjang usia manfaatnya, termasuk suatu peningkatan kapasitasnya.
2.      Peningkatan kemampuan mesin untuk mencapai peningkatan besar dalam kualitas keluaran.
3.      Penerapan proses produksi baru yang memungkinkan suatu pengurangan besar biaya operasi.

Penyusutan
Entitas harus mengalokasikan jumlah aset yang dapat disusutkan secara sistematis selama umur manfaatnya. Faktor-faktor seperti perubahan pemakaian aset, perkembangan teknologi, dan perubahan harga pasar dapat mengindikasikan bahwa umur manfaat aset telah berubah sejak tanggal periode tahunan paling kini. Jika terdapat indikator tersebut, maka entitas harus menelaah ulang estimasi sebelumnya dan (jika ekspektasi sekarang berbeda) mengubah metode penyusutan atau umur manfaat. (IAI : 2009).
Penyusutan dimulai ketika suatu aset tersedia untuk digunakan, misalnya aset berada di lokasi dan kondisi yang diperlukan sehingga mampu beroperasi sebagaimana maksud manajemen. Penyusutan dihentikan ketika aset dihentikan pengakuannya. Penyusutan tidak dihentikan ketika aset tidak digunakan atau dihentikan penggunaan aktifnya, kecuali aset tersebut telah disusutkan secara penuh. Namun, dalam metode penyusutan berdasar penggunaan (usage method of depreciation), beban penyusutan menjadi nol ketika tidak ada produksi.
Entitas harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut dalam menentukan umur manfaat suatu aset:
1.      Perkiraan daya pakai aset. Daya pakai dinilai dengan merujuk pada ekspektasi kapasitas atau keluaran fisik;
2.      Perkiraan tingkat keausan fisik, yang tergantung kepada faktor pengoperasian seperti jumlah giliran penggunaan, program pemeliharaan dan perawatan, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tidak digunakan (menganggur);
3.      Keusangan teknis dan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau peningkatan produksi, atau perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut; 
4.      Pembatasan hukum atau sejenisnya atas penggunaan aset, seperti berakhirnya waktu sehubungan dengan sewa.

Suatu entitas harus memilih metode penyusutan yang mencerminkan ekspektasi dalam pola penggunaan manfaat ekonomi masa depan aset. Beberapa metode penyusutan yang mungkin dipilih, antara lain metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance method), dan metode jumlah unit produksi (sum of the unit of production method). Jika terdapat suatu indikasi bahwa telah terjadi perubahan signifikan sejak tanggal pelaporan tahunan sebelumnya dalam pola penggunaan manfaat ekonomi masa depan aset, maka entitas harus menelaah ulang metode penyusutan saat ini dan (jika ekspektasi sekarang berbeda) mengubah metode penyusutan untuk mencerminkan pola yang baru.

Penghentian Pengakuan
Entitas harus menghentikan pengakuan aset tetap pada saat dilepas atau ketika tidak ada manfaat ekonomi di masa depan yang diekspektasikan dari penggunaanya atau pelepasannya. Entitas harus mengakui keuntungan atau kerugian atas penghentian pengakuan aset tetap dalam laporan laba rugi ketika aset tersebut dihentikan pengakuannya. Keuntungan tersebut tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan. Entitas harus menentukan keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dengan menghitung perbedaan antara hasil penjualan neto (jika ada) dan jumlah tercatatnya.

Pengungkapan

Kelompok aset tetap harus diungkapkan dengan:
·         Dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat,
·         Metode penyusutan yang digunakan,
·         Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan,
·         Jumlah tercatat dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode,
·         Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan dan pelepasan,
·         Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk utang,
·         Jumlah komitmen kontrak untuk memperoleh aset tetap.

2.6. MENURUT IFRS

Aset tetap atau PPE (Property, Plant, and Equipment) adalah aset berwujud (tangible assets) yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, yang memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Istilah aset tetap digunakan untuk membedakan dengan aset tidak berwujud, yang juga memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi tetapi tidak memiliki wujud fisik, serta nilainya tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh eksistensi fisik dari aset. Adapun pengakuan aset tetap menurut IFRS adalah sebagai berikut:
·         Komponen biaya perolehan adalah estimasi biaya untuk memindahkan aset (dismantling cost).
·         Suku cadang dengan kriteria tertentu diakui sebagai aset tetap
·         Penilaian aset tetap dikurangi dengan depresiasi dan penurunan nilai
·         Pertukaran aset tetap tidak membedakan similar atau non similar, menggunakan harga wajar. Kecuali pertukaran yang tidak memiliki nilai komersial atau nilai wajar tidak diperoleh dari nilai buku.
·         Review atas masa manfaat, nilai residu setiap pelaporan
·         Penilaian dengan menggunakan model revaluasi.

Jika kriteria pengakuan terpenuhi, biaya tersebut diakui dan jumlah tercatat komponen yang diganti atau inspeksi terdahulu dihentikan pengakuannya. Jika aset yang diperoleh tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan.
Kriteria Pengakuan:
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
a.       Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan
b.      Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Suku cadang utama, peralatan pemeliharaan, penggantian dan inspeksi dapat diakui sebagai aset tetap. Jika kriteria pengakuan terpenuhi, biaya tersebut diakui dan jumlah tercatat komponen yang diganti atau inspeksi terdahulu dihentikan pengakuannya.

Biaya perolehan aset tetap terdiri dari:
a.       Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain.
b.      Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen.
c.       Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul.
·         Ketika aset tersebut diperoleh, atau
·         Karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.

Biaya perolehan aset tetap dari suatu pertukaran diukur sebesar nilai wajar, kecuali:
·           Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau
·           Nilai wajar aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal.
Jika aset yang diperoleh tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan. Entitas harus memilih antara cost model dan  revaluation model sebagai kebijakan akuntansinya, dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.
Cost Model:
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

Revaluation Model:
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset  yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s length transaction).
Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari asset oleh entitas. Metode penyusutan yang digunakan untuk asset dikaji ulang minimum setiap akhir tahun buku, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam perubahan pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan aset tersebut maka metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Metode penyusutan yang dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu asset selama umur manfaatnya, antara lain : (1) Metode garis lurus (straight line mehod); (2) Metode saldo menurun (diminishing balance method); (3) Metode jumlah unit produksi (sum of unit method). (Bragg, 2012:158)
Pengungkapan asset tetap perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan dari asset tersebut. Pengungkapan informasi dari aset tetap, antara lain: (1) Informasi untuk setiap kelompok asset tetap, meliputi rekonsiliasi nilai buku selama periode berjalan, metode penyusutan, nilai buku bruto dan akumulasi penyusutan, dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; (2) Biaya pinjaman; (3) Perubahan estimasi; (4) Komitmen/perjanjian kontrak; (5) Nilai buku dari setiap jenis asset tetap yang sedang dibangun; (6) Pelepasan; (7) Pembatasan; (8) Item yang dinilai ulang; (9) Informasi lainnya yang dianjurkan untuk diungkapkan tetapi tidak disyaratkan. (Bragg, 2012:161)

Appraisal
Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai karena sifat aset yang khusus dan jarang diperjualbelikan, maka entitas perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan atau depreciated replacement cost.
Revaluasi harus dilakukan secara reguler untuk  memastikan jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan nilai wajar pada tanggal neraca. Akumulasi penyusutan  pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan metode: proporsional, atau eliminasi. Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi. Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut  langsung dikreditkan ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Diakui dalam L/R sejumlah penurunan akibat revaluasi terdahulu (jika ada). Jika jumlah tercatat aset menurun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laporn laba rugi. Didebit ke ekuitas sejumlah saldo kredit surplus revaluasi (jika ada).

Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap
Penghentian atau pelepasan mengharuskan perusahaan untuk mengadakan penghapusan pencatatan terhadap semua rekening yang berkaitan dengan aset. Penghentian atau pelepasan dapat dilakukan dengan cara:
a.       Penjualan aset tetap
b.      Berakhirnya masa manfaat aset tetap
c.       Pertukaran aset tetap

Pengungkapan Aset Tetap dalam Laporan Keuangan
Pengungkapan dalam laporan keuangan sangat membantu pihak-pihak yang berkepentingan (internal maupun eksternal) dalam mengintrepetasikan laporan keuangan. Laporan keuangan suatu perusahaan akan dianggap wajar bila dilaporkan dengan pengungkapan secara menyeluruh (full disclosure). Dengan demikian, akan tergambar posisi keuangan yang wajar, tidak menyesatkan dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran.






BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Secara konseptual IFRS menawarkan standar akuntansi yang lebih ideal untuk diterapkan, terlepas dari berbagai hambatan yang dipastikan akan dihadapi pada saat standar tersebut diterapkan. Dalam hal standar akuntansi untuk aset tetap, terdapat sejumlah kesamaan dan juga sejumlah perbedaan dengan SAK ETAP. Hal-hal yang berbeda dalam IFRS pada dasarnya karena faktor pertimbangan biaya, manfaat, risiko dan disesuaikan dengan keadaan perekonomian yang ada di Indonesia.
Masalah penyajian kos aset tetap di dalam laporan posisi keuangan (neraca), terdapat perbedaan antara SAK ETAP dan IFRS, yaitu berdasarkan kos historis untuk SAK ETAP dan berdasarkan fair value untuk IFRS.



DAFTAR PUSTAKA

Bragg, Steven M. 2012. Panduan IFRS Edisi Revisi. Jakarta: PT Indeks.

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Effendi, Rizal. 2015. Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Aset Tetap Berdasarkan SAK ETAP Pada CV. Sekonjing Ogan Ilir. Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 5, No. 1, Edisi September 2015, Hal. 1-8.

Hendriksen, S. Eldon.,dan Nugroho W. Teori Akuntansi. Edisi 4. Jakarta: Erlangga.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

Jusup, Al. Haryono.1993. Dasar-Dasar Akuntansi 2.  Edisi 4. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Paraesthivyna, Navyana P. 2015. Perlakuan Akuntansi Aset Tetap serta Penyajiannya dalam Laporan Keuangan (Studi Pada CV Miulan Semarang) (Online). Jurnal. http://eprints.dinus.ac.id/, diakses 26 Oktober 2016.

Tuanakotta, M. Theodorus. Teori Akuntansi 2. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Wijaya, Tri Y. W. 2016. Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Terhadap Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP No. 15 (Studi Pada PT BPR Delta Singosari) (Online). Jurnal Riset Mahasiswa Hal.1-13. http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id/, diakses 26 Oktober 2016.


Wulandari, Ratih S.P. 2012. Penerapan Penilaian Aset Tetap Berdasarkan International Financial Reporting Standards Pada PT Bank Jatim Cabang Nganjuk (Online). Jurnal. http://ejournal.unesa.ac.id/, diakses 26 Oktober 2016.

No comments: