Sunday, October 23, 2016

Kerangka Kerja Konseptual Untuk Pelaporan Keuangan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Kerangka kerja konseptual memberikan adaptasi sistematik dalam standar akuntansi bagi lingkungan bisnis yang terus berubah. FASB menggunakan kerangka kerja konseptual untuk membekali perkembangan standar akuntansi yang baru secara terorganisasi dan konsisten. Disamping itu, mempelajari kerangka kerja konseptual FASB akan memudahkan seseorang untuk mengerti dan mengantisipasi standar masa depan. Kerangka kerja konseptual menyebutkan tujuan dari pelaporan keuangan dan karakteristik dari informasi akuntansi yang baik, mendefinisikan dengan tepat istilah-istilah yang biasa digunakan seperti asset dan pendapatan serta menyediakan petunjuk untuk pengakuan, pengukuran, dan pelaporan keuangan yang tepat.

Dengan adanya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang baru, memberikan petunjuk-petunjuk dan aturan-aturan pelaporan keuangan yang berbeda dari sebelumnya, sehingga diperlukan adanya publikasi kepada seluruh pelaku akuntansi di Indonesia agar menyesuaikan dengan peraturan baru yang berlaku.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) merupakan suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

Kerangka konseptual memiliki manfaat yang sangat besar bagi pemakainnya. Manfaat dari kerangka konseptual antara lain adalah untuk membangun dan menghubungkan badan pembuat konsep dengan tujuannya, menyediakan kerangka kerja untuk memecahkan masalah-masalah praktis baru yang muncul (masalah yang belum ada standarnya), meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan tentang pelaporan keuangan, dan menaikkan daya banding laporan keuangan antar perusahaan.

1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
1.      Apa itu Kerangka Kerja Konseptual?
2.      Apa saja tingkatan Kerangka Kerja Konseptual untuk Pelaporan Keuangan?
3.      Siapa saja kelompok yang berkepentingan dalam perumusan tujuan akuntansi?
4.      Apa saja tujuan akuntansi/laporan keuangan menurut ASOBAT, APB, FASB, Trueblood Committee, SAK, IFRS dan ETAP?
5.      Laporan-laporan apa saja selain laporan keungan yang berhubungan dengan pelaporan keuangan?
6.      Apa saja taksonomi karakteristik normatif pernyataan-pernyataan akuntansi?

1.3. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Akuntansi Keuangan, penulis juga ingin manambah wawasan tentang Kerangka Konseptual untuk Pelaporan Keuangan khususnya, dan sebagai pengingat di kala lupa bagi pembaca pada umumnya, serta untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi disekitar  kita terkait pembahasan ini .


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KERANGKA KERJA KONSEPTUAL
Konsep-konsep dasar yang mendasari kerangka kerja konseptual adalah sebagai berikut:

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) serupa dengan konstitusi (constitution): Suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan (Kieso: 2013).

Conceptual Framework atau disebut dengan Kerangka Konseptual dideskripsikan sebagai sebuah konstitusi, sistem yang koheren dari objek-objek yang saling berhubungan dan mendasar yang menuju kepada standar yang konsisten dan menentukan sifat dasar, fungsi batas dari akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan. Dasar-dasar ini mendasari konsep akuntansi, konsep yang menjadi petunjuk dan prinsip bagi transaksi-transaksi akuntansi, pengukuran transaksi-transaksi tersebut untuk sekelompok pengguna akuntansi.

Kerangka konseptual membahas laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements, yang selanjutnya hanya disebut "laporan keuangan"), termasuk laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Beberapa di antara pemakai ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan di samping yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun demikian, banyak pemakai sangat tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka.

Kerangka konseptual berlaku untuk laporan keuangan untuk semua jenis perusahaan komersial, baik sektor publik maupun sektor swasta. Perusahaan pelapor adalah perusahaan yang laporan keuangannya digunakan oleh pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai sumber utama informasi keuangan perusahaan.

2.1.1. Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual
Pertama, agar bermanfaat, maka penetapan standar harus berlandaskan dan berhubungan dengan serangkaian konsep serta tujuan fundamental. Kerangka kerja konseptual yang baik akan memungkinkan Financial Accounting Standards Board (FASB) menerbitkan standar-standar yang lebih berguna dan konsisten dari waktu ke waktu.

Kedua, masalah-masalah praktis yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka teori dasar yang telah ada.

2.1.2. Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual
FASB pada tahun 1976 mulai mengembangkan kerangka kerja konseptual yang akan menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan kontroversi pelaporan keuangan. Sejak dokumen tersebut dipublikasikan, FASB telah menerbitkan enam Statements of Financial Accounting Concepts yang berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas bisnis, yaitu:
1.        SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises,” yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
2.        SFAC No. 2, “Qualitative Characteristic of Accounting Information,” yang menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
3.        SFAC No. 3, “Elements of Financial Statements of Business Enterprises,” yang memberikan definisi dan pos-pos yang terdapat dalam lapora keuangan, seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban.
4.        SFAC No. 5, “Recognition and Measurement in Financial Statements of Business Enterprises” yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan dalam laporan keuangan dan kapan waktunya.
5.        SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements,” yang menggantikan SFAC No. 3 dan memperluas lingkup SFAC No. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
6.        SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting Measurements,” yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran.


2.2. TINGKAT PERTAMA: TUJUAN DASAR
Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan informasi: (1) yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit; (2) untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas masa depan; dan (3) tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.

Tujuan (objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis, yaitu, arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan keputusan (decision usefulness).

2.3. TINGKAT KEDUA: KONSEP-KONSEP KONSEPTUAL
Tujuan (tingkat pertama) berhubungan dengan tujuan dan sasaran dari akuntansi. Bagaimana tujuan dan sasaran ini diimplementasikan (tingkat ketiga). Di antara kedua tingkat ini, diperlukan tiang-tiang konseptual untuk menjelaskan karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi dan mendefinisikan unsur-unsur laporan keuangan.

2.3.1. Karakteristik Kualitatif dari Informasi Akuntansi
Pemilihan metode akuntansi yang tepat, jumlah dan jenis informasi yang harus diungkapkan, serta format penyajiannya melibatkan penentuan alternatif mana yang menyediakan informasi  mengidentifikasikan karakteristik kualitatif (qualitative characteristic) dari informasi akuntansi yang membedakan informasi yang lebih baik (lebih berguna) dengan informasi yang inferior (kurang berguna) bagi tujuan pelaporan keuangan. Selain itu, FASB juga telah mengidentifikasikan kendala-kendala (biaya-manfaat dan materialitas) sebagai bagian dari kerangka kerja konseptual.

2.3.2. Pengambilan Keputusan (Pemakai) dan Kemampuan Memahami
Agar informasi menjadi bermanfaat, harus ada hubungan (kaitan) antara para pemakai ini dengan keputusan yang mereka buat. Kaitan ini, yaitu kemampuan memahami (understandability), adalah kualitas informasi yang memungkinkan pemakai merasakan signifikansi dari informasi tersebut.

2.3.3. Kualitas Primer: Relevansi dan Reliabilitas
Relevansi (relevance) dan reliabilitas (reliability) merupakan dua kualitas primer yang membuat informasi akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan.
·         Relevansi. Agar relevan, informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Jika tidak mempengaruhi keputusan, maka informasi tersebut dikatakan tidak relevan terhadap keputusan yang diambil. Informasi yang relevan akan membantu pemakai membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan masa depan; yaitu, memiliki nilai prediktif (predictive value). Informasi yang relevan juga membantu pemakai menjustifikasi atau mengoreksi ekspektasi atau harapan masa lalu; yaitu, memiliki nilai umpan balik (feedback value). Jadi, agar relevan, informasi juga harus tersedia kepada pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil; yaitu memiliki ketepatan waktu (timeliness). Agar relevan, informasi harus memiliki nilai prediktif atau nilai umpan-balik, dan harus disajikan secara tepat waktu.
·         Reliabilitas. Informasi akuntansi dianggap handal jika dapat diverifikasi, disajikan secara tepat, serta bebas dari kesalahan dan bias. Reliabilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi factual dari informasi.
·         Daya-uji (verifiability) ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.
·         Ketepatan penyajian (representational faithfulness) berarti bahwa angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang betul-betul ada dan terjadi.
·         Netralitas (neutrality) berarti bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Informasi yang disajikan harus factual, benar, dan tidak bisa.

2.3.4. Kualitas Sekunder: Komparabilitas dan Konsistensi
·         Komparabilitas. Informasi dari berbagai perusahaan dipandang memiliki komparabilitas jika telah diukut dan dilaporkan dengan cara yang sama. Komparabilitas memungkinkan pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dalam peristiwa ekonomi antarperusahaan.
·         Konsistensi. Apabila sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periode ke periode, maka entitas tersebut dianggap konsisten dalam menggunakan standar akuntansi. Itu tidak berarti bahwa perusahaan tidak boleh beralih dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya. Perusahaan dapat mengganti satu metode dengan metode lainnya, tetapi perusahaan harus dapat menunjukkan bahwa metode yang baru lebih baik daripada metode sebelumnya. Kemudian sifat dan pengaruh perubahan akuntansi, serta alasannya, harus diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan. Jika prinsip akuntansi telah berubah, maka auditor harus memberitahukannya dalam paragraf penjelasan dari laporan audit. Paragraf ini menjelaskan sifat perubahan dan meminta pembaca melihat catatan atas laporan keuangan untuk pembahasan yang lebih rinci tentang perubahan dimaksud.

2.3.5. Unsur-unsur Laporan Keuangan
Elemen-elemen yang berkaitan langsung dengan pengukuran kinerja dan status dari perusahaan:
·         Aktiva: Kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa dimasa lalu.
·         Kewajiban: Kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan yang timbul dari utang saat ini. Suatu entitas untuk mengalihkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa depan sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa dimasa lalu.
·         Ekuitas: Kepentingan residual dari aktiva suatu entitas yang tersisa setelah mengurangi dengan kewajibannya.
·         Investasi oleh pemilik: Peningkatan aktiva bersih dari perusahaan yan diakibatkan pengalihan sesuatu yang bernilai kepada perusahaan dari entitas lain untuk mendapatkan atau meningkatkan kepemilikan dari perusahaan.
·         Distribusi kepada pemilik: Penurunan aktiva bersih dari perusahaan yang diakibatkan oleh pengahlian aktiva, pemberian jasa, atau timbulnya kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik.
·         Laba komprehensif: Perubahan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan selama periode tertentu yang diakibatkan dari transaksi dan peristiwa serta kejadian- kejadian lain dari sumber non pemilik.
·         Pendapatan: Arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva atau sebuah entitas pelunasan kewajiban sebuah entitas (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode tertentu.
·         Beban: Arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva dari sebuah entitas atau timbulnya kewajiban suatu entitas (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode tertentu yang dihasilkan oleh penyampaian atau produksi barang.
·         Keuntungan: Peningkatan ekuitas (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi entitas yang insidental atau sampingan dan dari semua transaksi dan peristiwa serta kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu yang timbul dari pendapatan atau investasi pemilik.
·         Kerugian: Penurunan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi entitas yang insidental atau sampingan dan dari semua transaksi dan peristiwa serta kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu kecuali yang timbul dari beban atau distribusi kepada pemilik.

2.4. TINGKAT KETIGA: KONSEP-KONSEP PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Tingkat ketiga dari kerangka kerja konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh perusahaan.

2.4.1. Asumsi-asumsi Dasar
1.      Asumsi Entitas Ekonomi
Mengandung arti bahwa aktivitas ekonomi dapat diidentifikasi dengan unit pertanggungjawaban tertentu.
2.      Asumsi Kelangsungan Hidup
Sebagian besar metode akuntansi didasarkan atas asumsi kelangsungan hidup (going concern assumption) yaitu perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang.
3.      Asumsi Unit Moneter
Mengandung arti bahwa uang adalah denominator umum dari aktivitas ekonomi dan merupakan dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisis akuntansi.
4.      Asumsi Periodisitas
Menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat dipisahkan ke dalam periode waktu artifisial. Periode waktu ini bervariasi, tetapi yang paling umum adalah secara bulanan, kuartalan, dan tahunan.

2.4.2. Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi
1.      Prinsip Biaya Historis
GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Hal ini seringkali disebut dengan prinsip biaya historis (historical cost principle). Biaya (cost) memiliki keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya: yaitu, dapat diandalkan.
2.      Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pendapatan dikatakan telah direalisasi (realized) jika produk (barang dan jasa), barang dagang, atau aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas.
3.      Prinsip Penandingan
Menyatakan usaha (beban) ditandingkan dengan pencapaian (pendapatan) sepanjang hal ini rasional dan dapat diterapkan.
  
4.      Prinsip Pengungkapan Penuh
Mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian trade-off penilaian. Trade-off ini terjadi antara (1) kebutuhan untuk mengungkapkan secara cukup terinci hal-hal yang akan mempengaruhi keputusan pemakai, dengan (2) kebutuhan untuk memadatkan penyajian agar informasi dapat dipahami.

2.4.3. Kendala
Dalam menyediakan informasi yang mengandung karakteristik kualitatif agar membuatnya menjadi berguna, dua kendala (constraints) yang dominan harus diperhitungkan dan dua kendala penting lainnya yang kurang dominan namun merupakan bagian dari lingkungan pelaporan:
1.        Hubungan Biaya-Manfaat
Biaya penyediaan informasi harus ditimbang terhadap manfaat yang bisa diperoleh dari pemakaian informasi itu. Badan-badan pembuat standar dan badan-badan pemerintah kini menggunakan analisis biaya-manfaat sebelum menetapkan persyaratan informasional. Dalam rangka menjustifikasi penerbitan suatu standar pengukuran atau pengungkapan tertentu, manfaat yang bisa didapat dari standar harus melampaui biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan.
2.        Materialitas
Berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan. Singkatnya, suatu item harus membuat perbedaan atau, jika tidak, tidak perlu diungkapkan. Jadi aspek yang terlibat di sini adalah ukuran dan kepentingan relatif.

3.        Praktek Industri
Sifat unik dari sejumlah industry dan perusahaan terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar. Dalam industri utilitas public, aktiva tidak lancar dilaporkan terlebih dahulu dalam neraca untuk menunjukkan karakteristik industry utilitas yang padat modal.
4.        Konservatisme
Berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan penetapan yang terlalu tinggi bagi aktiva dan laba. Perhatikan bahwa tidak ada anjuran dalam kosep konservatisme agar aktiva bersih atau laba bersih disajikan terlalu rendah. Konservatisme, jika diaplikasikan secara tepat, akan menyediakan pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit: jangan menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi.

Secara umum, kerangka kerja konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3. Kerangka Kerja Konseptual untuk Pelaporan Keuangan


2.5. KLASIFIKASI DAN KONFLIK KEPENTINGAN
Perumusan tujuan akuntansi tergantung pada penyelesaian konflik kepentingan yang terdapat di pasar informasi atau lebih spesifik lagi, laporan keuangan yang dihasilkan oleh interaksi tiga kelompok: perusahaan, pengguna, dan profesi akuntansi.

Perusahaan (firm) membentuk kelompok utama yang terlibat dalam proses akuntansi. Aktivitas-aktivitas operasional, keuangan, dan luar biasa (atau non-operasional) yang mereka lakukan menjadi justifikasi dari pembuatan laporan keuangan. Keberadaan dan perilaku mereka menimbulkan hasil keuangan yang sebagian dapat diukur oleh proses akuntansi. Perusahaan-perusahaan juga adalah penyedia informasi akuntansi.

Pengguna (user) membentuk kelompok kedua. Pembuatan informasi akuntansi ipengaruhi oleh kepentingan dan kebutuhan pengguna. Meskipun tidak mungkin untuk mengumpulkan suatu daftar lengkap para pengguna, namun dapat dipastikan daftar tersebut akan mencantumkan para pemegang saham, analis keuangan, kreditor, dan badan-badan pemerintah.

Profesi akuntansi (accounting profession) membentuk kelompok ketiga yang dapat memengaruhi informasi yang akan dimasukkan ke dalam laporan keuangan.
Para akuntan terutama akan bertindak sebagai “auditor” yang bertanggung jawab untuk memverifikasi bahwa laporan keuangan telah mematuhi prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan keuangan digunakan oleh pemakai yang berbeda-beda, meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga dan masyarakat. (IAI : 2002). Beberapa kebutuhannya, meliputi:
a)        Investor
Penanaman modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil  pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
b)        Karyawan.
Karyawan dan kelompok–kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
c)        Pemberi Pinjaman.
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d)       Pemasok dan kreditor lainnya.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
e)        Pelanggan.
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
f)         Pemerintah.
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan  pajak  dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g)        Masyarakat.
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional,termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

Pihak yang berkepentingan dengan operasi suatu badan usaha membutuhkan berbagai informasi relevan tentang badan usaha dan lingkungan bisnis dan ekonomik tempat beroperasinya badan usaha. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan tentang jenis informasi yang dapat disediakan. Karakteristik dan keterbatasan tersebut adalah bahwa informasi yang disediakan melalui mekanisme pelaporan keuangan:
1.      Lebih berkaitan dengan badan usaha atau perusahaan daripada dengan industri atau ekonomi secara keseluruhan.
2.      Lebih merupakan informasi kuantitatif yang bersifat pendekatan daripada hasil perhitungan yang pasti.
3.      Sebagian besar merefleksi pengaruh transaksi dan kejadian yang telah terjadi (historis).
4.      Hanya merupakan salah satu sumber informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang mengambil keputusan tentang badan usaha.
5.      Penyediaan dan penggunaannya memerlukan atau melibatkan kos (cost) sehingga pertimbangan kos-manfaat dapat membatasi apa yang harus dilaporkan.

Keterbatasan di atas lebih bersifat umum dan inheren dalam pelaporan keuangan di tiap lingkungan tertentu tidak hanya yang terjadi di Amerika. FASB mengajukan keterbatasan tersebut sebagai bagian dari argumen atau landasan dasar dalam menetapkan tujuan pelaporan.

2.6. TUJUAN AKUNTANSI ATAU LAPORAN KEUANGAN
2.6.1. Menurut ASOBAT
Pada tahun 1966, American Accounting Association (AAA) menerbitkan AStatement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) yang berisi tentang rumusan tujuan akuntansi, yaitu:
a)      Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaaan yang terbatas dan untuk menetapkan tujuan.
b)      Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya.
c)      Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan.
d)     Membantu fungsi dan pengawasan sosial.

2.6.2. Menurut APB Statement No. 4
Accounting Principles Board (APB) dibentuk oleh AICPA pada tahun 1959. Tujuan utama dari APB adalah mengajukan rekomendasi secara tertulis mengenai prinsip akuntansi, menentukan praktek akuntansi yang tepat, dan mempersempit celah perbedaan-perbedaan yang ada serta ketidak-konsistenan yang terjadi dalam praktek akuntansi saat itu.

Pada tahun 1970, APB menerbitkan Statement No. 4 yang berjudul Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statement Of Business Enterprises”. Laporan ini bersifat deskriptif dan laporan ini memengaruhi studi-studi berikutnya tentang tujuan laporan keuangan. Dalam laporan ini tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut:
Ø  Tujuan khusus
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP.
Ø  Tujuan umum
Adapun tujuan umum laporan keuangan disebutkan sebagai berikut.

Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan  dengan maksud:
·         Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan
·         Untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya
·         Untuk menilai kemampuannya untuk menyelesaiakan utang-utangnya
·         Menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaan yang ada untukpertumbuhan perusahaan.

Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dengan mencari laba dengan maksud:
·         Memberikan gambaran tentang dividen yang diharapkan pemengang saham.
·         Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban kepada kreditor, supplier, pegawai, pajak, mengumpulkan dana untuk perluasan perusahaan.
·         Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan.
·         Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam jangka pangka panjang.

Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban.
Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.

Ø  Tujuan kualitatif
Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No.4 adalah sebagai berikut.
1)      Relevance
Memilih informasi yang benar-benar sesuai dan dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan.
2)      Understandability
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya.
3)      Verifiability
Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama.
4)      Neutrality
Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu saja.
5)      Timeliness
Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.
6)      Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain.
7)      Completeness
Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.


2.6.3. Menurut FASB
FASB merupakan organisasi sector swasta yang bertanggung jawab dalam pembentukan standar akuntansi di Amerika saat ini. FASB didirikan pada tahun 1973, menggantikan APB.

Pada tahun 1976, FASB mulai mengembangkan kerangka kerja konseptual yang menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan masalah kontroversi pelaporan keuangan. Fungsi utama FASB adalah menpelajari masalah akuntansi terkini dan menetapkan standar akuntansi. FASB juga menerbitkan Statement of Accounting Concepts (SFAC) yang memberikan kerangka kerja konseptual dimana memungkinkan untuk dikembangkannya standar akuntansi khusus.

Pada tahun 1978, FASB menerbitkan SFAC No. 1 yang berjudul “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”. Tujuan Pelaporan Keuangan sesuai SFAC No.1, untuk memberikan informasi yang berguna dalam pembuatan keputusan mengenai investasi dan kredit untuk mereka yang mempunyai pemahaman mengenai aktivitas ekonomi dan perusahaan, membantu investor, kreditor dan pemakai lain laporan keuangan yang sekarang maupun yang berpotensi dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian aliran kas di masa yang akan datang mengenai sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut dan perubahannya.

FASB membatasi tujuan pelaporan untuk kepentingan pelaporan kepada pihak eksternal dalam bentuk pelaporan keuangan umum (general purpose external financial reporting). Bila semua pemakai potensial harus dipenuhi kebutuhan informasinya, perlu diidentifikasi tujuan bersama (common objectives). FASB berusaha mencapai hal tersebut tetapi tampaknya FASB menyadari bahwa tujuan bersama tidak mungkin diidentifikasi sehingga FASB lebih mendasarkan tujuan pelaporan atas dasar tujuan kelompok dominan yang dalam hal ini adalah investor dan kreditor. Pertimbangan atau penalaran FASB untuk memfokuskan pelaporan pada pelaporan keuangan umum diuraikan berikut ini.
1.      Tujuan pelaporan didasarkan pada keperluan para pemakai eksternal yang tidak mempunyai autoritas untuk menentukan atau akses untuk memeperoleh informasi yang mereka perlukan sehingga mereka harus menggantungkan diri pada informasi yang disampaikan oleh manajemen kepada mereka.
2.      Oleh karena itu, tujuan pelaporan disusun atas dasar gagasan bahwa kemampuan perusahaan untuk menciptakan aliran kas yang menguntungkan merupakan fokus atau kepentingan umum/bersama (common interest) dari berbagai pemakai informasi. Dengan kata lain, meskipun lingkup tujuan pelaporan harus cukup luas, berbagai pemakai dianggap banyak berkepentingan dengan keputusan investasi dan kredit.
3.      Tujuan pelaporan berkaitan dengan penyediaan informasi luas untuk melayani keputusan investasi dan kredit bukan hanya dengan informasi yang dapat dituangkan dalam bentuk statemen keuangan. Dengan kata lain, tujuan pelaporan lebih diarahkan untuk pelaporan keuangan (financial reporting) dan tidak hanya untuk statemen keuangan (financial statements).

Laporan FASB juga memuat tentang rumusan tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba (profit Organization), yaitu:
1.      Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit dan lainnya.
2.      Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor dan kreditur serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari deviden atau bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham, dan pinjaman yang jatuh tempo.
3.      Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva dan kewajiban.
4.      Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu periode.
5.       Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendaparkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal termasuk deviden dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan tentang factor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
6.      Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan kepadanya.
7.      Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan.

Pada tahun 1980, FASB No. 4 yang berjudul “Objectives of Financial Reporting by Non-Business Organization”. Laporan ini memuat tentang rumusan tujuan keuangan untuk organisasi yang bukan pencari laba (non-profit organization), yaitu:
1.      Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi seumber daya (aktiva) perusahaan.
2.      Untuk menilai kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan kepada public.
3.      Untuk menilai bagaimana manajemen melakukan pembiayaan dan investasi.
4.      Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva), kewajiban, dan kekayaan perusahaan, serta perubahannya.
5.      Memberikan informasi tentang kinerja organisasi.
6.      Memberikan informasi tentang kemampuan organisasi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya.
7.      Memuat penjelasan dan penafsiran manajemen sehingga para pemakai laporan keuangan dapat memohon informasi yang diberikan.

2.6.4. Menurut Laporan Trueblood Committee
Untuk menyusun konsep yang menjelaskan tentang tujuan laporan keuangan, Presiden AICPA saat itu (Marsall S. Amstrong) pada tahun 1971 membentuk tim perumus tujuan laporan keuangan, yang dikenal dengan nama Trueblood Committee. Tim ini pada tahun 1973 berhasil merumuskan tujuan laporan keuangan, yang dimuat dalam sebuah laporan yang berjudul ”Objectives of Financial Statement”.

Tujuan ini dijabarkan lagi dalam berbagai tujuan spesifik (ada dua belas buah) yang perincian sifat kualitas yang diinginkan dimiliki laporan keuangan.tujuan ini secara menarik digambarkan oleh Belkon (1985).

Komite yang dipimpin oleh Trueblood ini beranggotakan sembilan orang yang berasal dari akademisi dan praktisi. Mereka ditugaskan untuk merumuskan tujuan laporan keuangan. Dalam laporannya komite ini ingin menentukan hal-hal berikut:
a)      Siapa yang memerlukan Laporan keuangan?
b)      Informasi apa yang mereka perlukan?
c)      Berapa banyak informasi yang diperlukaan tersebut dapat di supply oleh akuntansi?
d)     Kerangka apa yang dibutuhkan untuk menyusun informasi yang diperlukan itu?
·         Tujuan Laporan keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan ekonomi. Para pemakai laporan aan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang timbul tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai arus kas.seandainya nilai uang tidak stabil, hal ini harus dijelaskan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek kuanitatif saja, tetapi mencakup penjelasan-penjelasan lainnya yang dirasa perlu. Dan informasi itu harus faktual dan dapat diukur secara objektif. Komite Truebood merumuskan tujuan laporan keuangan sebagai berikut:
·         Tujuan Dasar
Tujuan ini dirumuskan sebagai berikut:
Ø  Pemakai laporan keuangan
Tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
Ø  Pemakai umum
Tujuan laporan keuangan adalah melayani pemakai umum yang memiliki wewenang, kemampuan dan sumber kekayaan yang terbatas untuk pendapatan informasi dan yang meyakini laporan keuangan sebagai sumber informasi utama mengenai aktivitas peruahaannya.
Ø  Pemakai lain
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai potensi arus kas menurut jumlah, waktu, dan dengan memperhatikan ketidakpastian lainnya.
Ø  Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” (kemampuan mendapatkan laba) perusahaan.
Ø  Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna dalam menilai kemampuan manjemen menggunakn sumber kekayaan.
Ø  Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang faktual yang dapat ditafsirkan tentang transaksi dan kejadian lainnya yang berguna  untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai earning power perusahaan. Hal yang menjadi dasar dalam hal ini tergantung pada penafsiran, penilaian, peramalan, taksiran harus diungkapkan.
Ø  Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan laporan tentang posisi keuangan yang berguna untuk meramalkan, membandingkan,menilai earning power perusahaan. Laporan ini harus memberikan informasi yang menyangkut transaksi perusahaan dan kejadian lainnya yang merupakan bagian dari siklus perolehan laba yang tidak sempurna Current value harus juga dilaporkan apabila perbedaannya dengan Historical cost cukup besar. Harta dan kewajibam harus dikelompokan atau dipisahkan dengan memperhatikan ketidakpastian jumlah dan waktu kapan realisasi dan likuidasinya.
Ø  Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan laporan laba priodik yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, menilai earning power  perusahaan. Hasil bersih dari pendapatan yang timbul dari siklus perusahaan laba yang “ sempurna” dan kegiatan perusahaan akibat kemajuan kerja yang yang dihitung sebagai penyelesaian siklus perusahaan yang “belum sempurna” harus dilaporkan. Perubahan nilai yang digambarkan dalam laporan yang berurutan dari laporan posisi keuangan harus dilaporkan, tetapi terpisah apabila nilainya berbeda dari segi kepastian realisasi.
Siklus perolohan laba dianggap “sempurna” apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
a)      A Realizer sacrifice–realisasi atau kemungkinan yang besar terjadinya pembayaran kas.
b)      A Realized benefit–realisasi atau kemungkinan yang besar terjadinya realisasi penerimaan kas.
c)      Tidak ada lagi kegiatan-kegiatan lanjutan dari siklus itu.

Ø  Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan laporan kegiatan yang berguna untuk meramalkan,membandingkan, dan menilai earning power perusahaan. Laporan ini harus menyajikan aspek nyata dari transasksi perusahaan yang memiliki unsur kas atau diharapkan mempengaruhi kas. Laporan ini harus menyajikan data yang diperlukan oleh pemakai dan memperhitungkan data dan manafsirkan laporan keuangan.
Ø  Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk proses peramalan. Ramalan keuangan yang harus disajikan apabila mereka ingin meningkatkan tingkat kegunaan laporan bagi pemakainya.
Ø  Tujuan laporan keuangan bagi lembaga pemerintah dan lembaga yang bukan bertujuan untuk mendapatkan laba adalah memberikan informasi yang berguna untuk menilai aktivitas dari manajemen dan sumber-sumber kekayaaan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Ø  Tujuan laporan keuangan adalah menyajikan kegiatan perusahaan yang mempengruhi masyarakat yang yang dapat ditentukan,dijelaskan atau diukur dan merupakan hal yang penting bagi peranan perusahaan dalam lingkungannya.

Laporan komite Trueblood juga menjelaskan tujuan sifat dan kualitas laporan keuangan sebagai berikut.
Ø  Relevan dan material (relevance and materiality)
Ø  Formalitas dan kenyataan (form and substance over form)
Ø  Tingkat kepercayaan (reliability)
Ø  Bebas dari prasangka (freedom from bias)
Ø  Dapat dibandingkan (comparability)
Ø  Konsistensi (consistency)
Ø  Dapat dipahami (understandability)


2.6.5. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Prinsip Akuntansi Indonesia (1984) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a)      Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
b)      Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
c)      Untuk memberikan informasi untuk membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
d)     Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
e)      Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

Sementara itu, menurut SAK No.1, Tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a)      Tujuan laporan keuangan adalah laporan keungan menyediaakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b)      Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai.namun, demikian laporan keuangan tidak menyediaakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari  kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
c)      Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah yang dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya; keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Sedangkan karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PSAK (2004) adalah sebagai berikut. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:
a)      Dapat dipahami
b)      Relevan
c)      Materialitas
d)     Keandalan
e)      Penyajian jujur
f)       Substansi mengungguli bentuk
g)      Netralitas
h)      Pertimbangan sehat
i)        Kelengkapan
j)        Dapat dibandingkan

Kendala informasi yang relevan dan andal:
a)      Tepat Waktu
b)      Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
c)      Keseimbangan diantara karakteristik kualitatif
d)     Penyajian Wajar

·         Tujuan Laporan Keuangan Entitas Syariah
Dengan munculnya etitas ekonomi dan bisnis syariah di indonesia maka IAI (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) telah menyusun tujuan laporan keuangan entitas syariah (2006) sebagai berikut.

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan  informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu etitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. di samping itu, tujuan lainnya adalah:
a)      Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.
b)      Informasi kepatuhan etitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya.
c)      Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggungjawab etitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
d)     Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial etitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah dan wakaf.

 2.6.6. Menurut ifrs


IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional atau International Accounting Standards (IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional atau International Accounting Standards Board (IASB), Komisi Masyarakat Eropa atau European Commission (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal atau International Organization of Securities Commissions (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal atau International Federation of Accountans (IFAC).

Kerangka IASB mendefinisikan tujuan laporan keuangan dan definisi ini diulang dalam International Accounting Standard (IAS) No.1 yaitu "tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas yang berguna untuk berbagai pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan Keuangan juga menunjukkan hasil pengelolaan manajemen sumber daya yang dipercayakan kepadanya”.

International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan yang diterima secara global. Jika sebuah negara menggunakan IFRS, berarti negara tersebut telah mengadopsi sistem pelaporan keuangan yang berlaku secara global sehingga memungkinkan pasar dunia mengerti tentang laporan keuangan perusahaan di negara tersebut berasal.

Tujuan International Financial Accounting Standard (IFRS) adalah memastikan bahwa laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksudkan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
1)      Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan.
2)      Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
3)      Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

International Accounting Standard (IAS) No.1 bertujuan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan oleh:
1)      Pengaturan persyaratan minimum untuk penyajian laporan utama.
2)      Pengaturan persyaratan minimum untuk catatan atas laporan keuangan.
3)      Membutuhkan kepatuhan penuh dengan semua standar yang berlaku dan interpretasi, kecuali dalam kasus yang sangat jarang.
4)      Menyediakan panduan praktis mengenai isu-isu seperti kelangsungan usaha, konsistensi, materialitas dan informasi komparatif.

Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Berdasar IFRS:
·         Elemen Laporan Keuangan
1.      Neraca
2.      Laporan Laba Komperhensif
3.      Laporan Perubahan Ekuitas
4.      Laporan Arus Kas
5.      Catatan Atas Laporan Keuangan
6.      Laporan Posisi Keuangan pada Perioda Komparatif
·         Basis Pengukuran
1.      Biaya Perolehan
2.      Biaya Kini
3.      Nilai Realisasi dan Penyelesaian
4.      Nilai Sekarang

2.6.7. Menurut sak etap
SAK ETAP ini berlaku efektif per 1 Januari 2011 namun penerapan dini per  1 Januari 2010 diperbolehkan. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. 

SAK ETAP:  Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.  ETAP adalah entitas yang: (1) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (2) menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal.  Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga pemeringkat kredit.  SAK ETAP menggunakan acuan IFRS for Small Medium Enterprises (SME) yang lebih sederhana dengan modifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia.. Informasi keuangan yang sederhana tetapi memberikan informasi yang andal. Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil dan menengah dapat menyusun laporan keuangannya sendiri dan dapat diaudit untuk mendapatkan opini audit. Contoh penyederhanaan dalam ETAP adalah:
1.         Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud dan properti investasi setelah tanggal perolehan  hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai revaluasi atau nilai  wajar.
2.         Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas.
3.         Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan.
4.         Laporan keuangan sesuai SAK ETAP menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas yang berguna bagi pengguna luas.
5.         Tidak ada laporan laba rugi komprehensif. Pengaruh laba komprehensif disajikan dalam laporan  perubahan ekuitas atau komponen ekuitas dalam neraca. Tidak ada pengakuan lialibilitas dan aset pajak tagguhan, beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.

SAK ETAP paragraf 2.24 menyatakan bahwa pengukuran unsur laporan merupakan proses pembentukan suatu pos dalam neraca atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria sebagai berikut  (Siagian :  2015).
a)        Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir dari atau kedalam entitas; dan
b)        Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Lebih lanjut lagi SAK ETAP menjelaskan pada paragraf 2.34–2.37 mengenai pengakuan unsur laporan keuangan yang dijelaskan sebagai berikut;
ü  Aset
Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dandan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan.
ü  Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
ü  Penghasilan
Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.

2.7. LAPORAN-LAPORAN LAIN
2.7.1. Laporan Perusahaan
 Laporan perusahaan merupakan laporan yang berhubungan dengan akuntabilitas publik dari segala bentuk entitas ekonomi, terutama pada perusahaan bisnis. Laporan ini mencoba untuk menyusun sekumpulan konsep-konsep yang sedang dikembangkan sebagai dasar bagi pelaporan keuangan.

Tujuan dari studi ini adalah untuk memeriksa kembali ruang lingkup dan sasaran dari laporan keuangan yang telah diterbitkan dilihat dari kebutuhan-kebutuhan dan kondisi modern.

Setelah mendokumentasikan keterbatasan dari praktik-praktik pelaporan yang ada saat ini, maka di usulkan perlunya laporan-laporan tambahan berikut ini:
a)      Laporan nilai tambah, yang menunjukkan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari usaha perusahaan dibagi antar karyawan, penyandang modal, negara, dan investasi kembali.
b)      Laporan ketenagakerjaan, yang menunjukkan jumlah dan komposisi dari tenagan kerja yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan, kontribusi pekerjaan dari para karyawan dan manfaat-manfaat yang diterima.
c)      Laporan pertukaran uang dengan pemerintah, yang menunjukkan hubungan keuangan antara perusahaan dengan negara.
d)     Laporan transaksi dalam mata uang asing, yang menunjukkan transaksi-transaksi kas langsung antara inggris dengan negara negara lain.
e)      Laporan prospek-prospek di masa depan, yang menunujukkan kemungkinan laba di masa depan, tingkat penempatan kerja dan investasi.
f)       Laporan tujuan perusahaan, yang menunjukkan kebijakan manajemen dan sasaran-sasaran strategis jangka menengah.

 Salah satu tujuan utama dari penerbitan laporan keuangan perusahaan adalah untuk menyediakan akuntansi melalui fungsi fungsi pengurusan manajemen, dan juga keberhasilannya (ataupun kebalikannya) dalam mencapai sasaran untuk menghasilkan kinerja ekonomi perusahaan yang memuaskan dan menjaganya dalam posisi keuangan yang sehat dan kuat.

2.7.2. Laporan Stamp
Pendekatan yang di usulkan oleh “Laporan Stamp” ini bersifat evolusioner. Hal ini mengidentifikasikan masalah dan permasalahan konseptual dan memberikan solusi dari segi identifikasi tujuan-tujuan laporan keuangan perusahaan, pengguna laporan perusahaan, sifat dari kebutuhan para pengguna, dan kriteria untuk penilaian mutu standar dan akuntabilitas korporat sebagai kemungkinan komponen-komponen bagi kerangka konseptual Kanada.

Salah satu tujuan utama dari penerbitan laporan keuangan perusahaan adalah untuk menyediakan akuntansi melalui fungsi fungsi pengurusan manajemen, dan juga keberhasilannya (ataupun kebalikannya) dalam mencapai sasaran untuk menghasilkan kinerja ekonomi perusahaan yang memuaskan dan menjaganya dalam posisi keuangan yang sehat dan kuat.

Pengguna menuntut akuntabilitas, namun permasalahan yang utama harus dapat dipecahkan untuk mendapatkan keseimbangan yang tepat antara akuntabilitas dan hak untuk mendapatkan privasi.

Adanya kesulitan dalam menentukan modal keputusan dari para pengguna. “Laporan Stamp” menekankan bahwa salah satu masalah tersulit dalam pengembangan standar akuntansi muncul dari adanya tidak kepedulian kita terhadap sifat dari proses pengambilan keputusan dan mengenai rasionalitas proses mental yang digunakan oleh pengguna dalam mencapai kesimpulannya.

Untuk mendefinisikan kriteria penilaian yang merupakan “ Alat ukur”, dimana penyusun standar, sekaligus para pembuat dan pengguna dari laporan keuangan yang telah diterbitkan , dapat memutuskan apakah laporan keuangan yang diterbitkan memang benar telah memenuhi kebutuhan dari para pengguna dan tujuan dari pelaporan keuangan.

Proyek kerangka konseptuan bagi kanada (dan negara negara lain), yang didasarkan atas pendekatan evolusioner dan bergantung pada konsep konsep (tujuan dan kriteria untuk penilaian), ditawarkan pada akhir dari laporan stamp.

2.8. TAKSONOMI KARAKTERISTIK NORMATIF YANG HARUS DICERMINKAN OLEH PERNYATAAN-PERNYATAAN AKUNTANSI
Kutipan mengenai betapa pentingnya kualitas dari pernyataan diutarakan dengan tepat oleh Arthur Levitt. Model taksonomi umum yang sangat baik mengenai karakteristik normatif yang diinginkan dan terdiri atas tiga kategori:
1.      Karakteristik formasional yang berhubungan dengan perkembangan dari pernyataan dan dengan penilaian selanjutnya mengenai kegunaan yang diberikan.
2.      Karakteristik operasional yang berhubungan dengan mengimplementasikan dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta oleh pernyataan.
3.      Karakteristik informasional yang berhubungan dengan kemempuan untuk menghasilkan data yang berguna dalam pengambilan keputusan.

  

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Perumusan dari tujuan akuntansi memiliki suatu rangkaian proses yang diawali dengan pengembangan tujuan-tujuan dari laporan keuangan dan diakhiri dengan penurunan sebuah kerangka konseptual atau konstituisi yang akan digunakan sebagai pedoman.

Kerangka konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan serta dijadikan acuan bagi:
1.      Komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya; 
2.      Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan; 
3.      Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan 
4.      Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.




DAFTAR PUSTAKA
Arif, Abubakar. 2013. Akuntansi Keuangan Dasar 2. Jakarta: Cikal Sakti.

Ariyanti, Nur F. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta: UMB.

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. BPFE-Yogyakarta.

Faiz, Ihda A. 2014. Perekayasaan Kerangka Konseptual Akuntansi Dalam Pandangan Islam. Jurnal ADDIN, Vol. 8, No. 1, Hal. 81-106.

Fong, Andrew. 2015. Dampak Penerapan IFRS di Negara Berkembang–Perbandingan Lintas Negara. Jurnal Standar Akuntansi.

Gade, Muhammad. 2005. Teori Akuntansi. Jakarta: Almahira.

Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi.. Jakarta: Rajawali Press.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2002. Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2009. Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Jakarta: Salemba Empat.

Iskandar, Michael. 2008. Manfaat Kerangka Kerja Konseptual Akuntansi Keuangan bagi Akuntan Publik dalam Melaksanakan Pekerjaannya. Jurnal Bina Ekonomi Majalah llmiah,  Vol. 12, No. 2, Hal. 29-38.

Kieso, Donald. E et al. 2008. Akuntansi Intermediate, Edisi ke-12 Jilid 1, Jakarta: Erlangga.

Nahar, Aida. 2004. Perlunya Kerangka Konseptual Akuntansi Bagi Suatu Negara. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Vol.1,  No.1, Hal. 70-82.

Prasetya, Ferry D. 2012. Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1, No. 4, Edisi Juli 2012.

Putra, Adrie. 2014. Modul Teori Akuntansi (Online).                                             http:// eaa503.weblog.esaunggul.ac.id/, diakses 15 Oktober 2016.

Ridwan, Akhmad. 2007. Teori akuntansi: dari Normatif ke Positif, Isu Bebas Nilai, hingga Mitos dan Wacana Redefinisi Akuntansi. Jurnal Teori Akuntansi. Vol. 8, No. 1, Edisi Maret 2007.

Siagian, Raven Pardomuan dan Sifrid S. Pangemanan. 2016. Analisis Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan SAK-ETAP. Jurnal EMBA. Vol. 4 No.1 Edisi Maret 2016, Hal. 1450-1460.

Syarif, HD. 2009. Akuntansi Dasar.

Wibowo. 2005. Pengantar Akuntansi II. Jakarta: Grasindo.



No comments: