BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kerangka
kerja konseptual memberikan adaptasi sistematik dalam standar akuntansi bagi lingkungan
bisnis yang terus berubah. FASB menggunakan kerangka kerja konseptual untuk
membekali perkembangan standar akuntansi yang baru secara terorganisasi dan
konsisten. Disamping itu, mempelajari kerangka kerja konseptual FASB akan
memudahkan seseorang untuk mengerti dan mengantisipasi standar masa depan.
Kerangka kerja konseptual menyebutkan tujuan dari pelaporan keuangan dan
karakteristik dari informasi akuntansi yang baik, mendefinisikan dengan tepat
istilah-istilah yang biasa digunakan seperti asset dan pendapatan serta
menyediakan petunjuk untuk pengakuan, pengukuran, dan pelaporan keuangan yang
tepat.
Dengan
adanya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang baru, memberikan petunjuk-petunjuk
dan aturan-aturan pelaporan keuangan yang berbeda dari sebelumnya, sehingga
diperlukan adanya publikasi kepada seluruh pelaku akuntansi di Indonesia agar
menyesuaikan dengan peraturan baru yang berlaku.
Kerangka
kerja konseptual (conceptual framework) merupakan suatu sistem koheren
yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang
menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat,
fungsi, serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Kerangka konseptual memiliki manfaat yang sangat besar bagi
pemakainnya. Manfaat dari kerangka konseptual antara lain adalah untuk
membangun dan menghubungkan badan pembuat konsep dengan tujuannya, menyediakan
kerangka kerja untuk memecahkan masalah-masalah praktis baru yang muncul
(masalah yang belum ada standarnya), meningkatkan pemahaman dan keyakinan
pemakai laporan keuangan tentang pelaporan keuangan, dan menaikkan daya banding
laporan keuangan antar perusahaan.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka
rumusan masalahnya adalah:
1. Apa itu Kerangka Kerja Konseptual?
2. Apa saja tingkatan Kerangka Kerja Konseptual
untuk Pelaporan Keuangan?
3. Siapa saja kelompok yang berkepentingan dalam
perumusan tujuan akuntansi?
4. Apa saja tujuan akuntansi/laporan keuangan
menurut ASOBAT, APB, FASB, Trueblood Committee, SAK, IFRS dan ETAP?
5. Laporan-laporan apa saja selain laporan
keungan yang berhubungan dengan pelaporan keuangan?
6. Apa saja taksonomi karakteristik normatif
pernyataan-pernyataan akuntansi?
1.3. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah
ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Akuntansi Keuangan, penulis
juga ingin manambah wawasan tentang Kerangka Konseptual untuk Pelaporan
Keuangan khususnya, dan sebagai pengingat di kala lupa bagi pembaca pada
umumnya, serta untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi disekitar kita
terkait pembahasan ini .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KERANGKA KERJA
KONSEPTUAL
Konsep-konsep dasar yang mendasari kerangka kerja
konseptual adalah sebagai berikut:
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) serupa dengan konstitusi (constitution): Suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang
menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat,
fungsi, serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan (Kieso:
2013).
Conceptual Framework atau disebut dengan
Kerangka Konseptual dideskripsikan sebagai sebuah konstitusi, sistem yang
koheren dari objek-objek yang saling berhubungan dan mendasar yang menuju
kepada standar yang konsisten dan menentukan sifat dasar, fungsi batas dari
akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan. Dasar-dasar ini mendasari konsep
akuntansi, konsep yang menjadi petunjuk dan prinsip bagi transaksi-transaksi
akuntansi, pengukuran transaksi-transaksi tersebut untuk sekelompok pengguna
akuntansi.
Kerangka konseptual membahas laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial
statements, yang selanjutnya hanya disebut "laporan keuangan"), termasuk
laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan disusun dan disajikan
sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar
pemakai. Beberapa di antara pemakai ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh
informasi tambahan di samping yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun
demikian, banyak pemakai sangat tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber
utama informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya
disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka.
Kerangka konseptual berlaku untuk laporan keuangan
untuk semua jenis perusahaan komersial, baik sektor publik maupun sektor
swasta. Perusahaan pelapor adalah perusahaan yang laporan keuangannya digunakan
oleh pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai sumber utama
informasi keuangan perusahaan.
2.1.1. Kebutuhan akan
Kerangka Kerja Konseptual
Pertama, agar bermanfaat, maka penetapan
standar harus berlandaskan dan berhubungan dengan serangkaian konsep serta
tujuan fundamental. Kerangka kerja konseptual yang baik akan memungkinkan Financial Accounting Standards Board
(FASB) menerbitkan standar-standar yang lebih berguna dan konsisten dari
waktu ke waktu.
Kedua, masalah-masalah praktis yang baru akan
dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka teori dasar yang telah
ada.
2.1.2. Perkembangan
Kerangka Kerja Konseptual
FASB pada tahun 1976 mulai mengembangkan kerangka
kerja konseptual yang akan menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan
pemecahan kontroversi pelaporan keuangan. Sejak dokumen tersebut
dipublikasikan, FASB telah menerbitkan enam Statements
of Financial Accounting Concepts yang berhubungan dengan pelaporan keuangan
entitas bisnis, yaitu:
1.
SFAC
No. 1, “Objectives of Financial Reporting
by Business Enterprises,” yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
2.
SFAC
No. 2, “Qualitative Characteristic of
Accounting Information,” yang menjelaskan karakteristik yang membuat
informasi akuntansi bermanfaat.
3.
SFAC
No. 3, “Elements of Financial Statements
of Business Enterprises,” yang memberikan definisi dan pos-pos yang
terdapat dalam lapora keuangan, seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, dan
beban.
4.
SFAC
No. 5, “Recognition and Measurement in
Financial Statements of Business Enterprises” yang menetapkan kriteria
pengakuan dan pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi apa yang
biasanya harus dimasukkan dalam laporan keuangan dan kapan waktunya.
5.
SFAC
No. 6, “Elements of Financial Statements,”
yang menggantikan SFAC No. 3 dan memperluas lingkup SFAC No. 3 dengan
memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
6.
SFAC
No. 7, “Using Cash Flow Information and
Present Value in Accounting Measurements,” yang memberikan kerangka kerja
bagi pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran.
2.2. TINGKAT PERTAMA:
TUJUAN DASAR
Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan
informasi: (1) yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang
aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;
(2) untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan
potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian
arus kas masa depan; dan (3) tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber
daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.
Tujuan (objectives)
dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna bagi para
investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Tujuan berfokus pada laporan
keuangan yang menyediakan informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas
yang akan diterima entitas bisnis, yaitu, arus kas yang menjadi harapan
investor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan keputusan (decision usefulness).
2.3. TINGKAT KEDUA:
KONSEP-KONSEP KONSEPTUAL
Tujuan (tingkat pertama) berhubungan dengan tujuan
dan sasaran dari akuntansi. Bagaimana tujuan dan sasaran ini diimplementasikan
(tingkat ketiga). Di antara kedua tingkat ini, diperlukan tiang-tiang
konseptual untuk menjelaskan karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi
dan mendefinisikan unsur-unsur laporan keuangan.
2.3.1. Karakteristik
Kualitatif dari Informasi Akuntansi
Pemilihan metode akuntansi yang tepat, jumlah dan
jenis informasi yang harus diungkapkan, serta format penyajiannya melibatkan
penentuan alternatif mana yang menyediakan
informasi mengidentifikasikan karakteristik kualitatif (qualitative
characteristic) dari informasi akuntansi yang membedakan informasi yang lebih
baik (lebih berguna) dengan informasi yang inferior (kurang berguna) bagi
tujuan pelaporan keuangan. Selain itu, FASB juga telah mengidentifikasikan
kendala-kendala (biaya-manfaat dan materialitas) sebagai bagian dari kerangka
kerja konseptual.
2.3.2. Pengambilan
Keputusan (Pemakai) dan Kemampuan Memahami
Agar informasi menjadi bermanfaat, harus ada
hubungan (kaitan) antara para pemakai ini dengan keputusan yang mereka buat.
Kaitan ini, yaitu kemampuan memahami (understandability), adalah kualitas
informasi yang memungkinkan pemakai merasakan signifikansi dari informasi
tersebut.
2.3.3. Kualitas Primer:
Relevansi dan Reliabilitas
Relevansi (relevance)
dan reliabilitas (reliability)
merupakan dua kualitas primer yang membuat informasi akuntansi berguna untuk
pengambilan keputusan.
·
Relevansi. Agar
relevan, informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah
keputusan. Jika tidak mempengaruhi keputusan, maka informasi tersebut dikatakan
tidak relevan terhadap keputusan yang diambil. Informasi yang relevan akan
membantu pemakai membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu,
masa kini, dan masa depan; yaitu, memiliki nilai prediktif (predictive value). Informasi yang
relevan juga membantu pemakai menjustifikasi atau mengoreksi ekspektasi atau
harapan masa lalu; yaitu, memiliki nilai umpan balik (feedback value). Jadi, agar relevan, informasi juga harus tersedia
kepada pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas
untuk mempengaruhi keputusan yang diambil; yaitu memiliki ketepatan waktu (timeliness). Agar relevan, informasi
harus memiliki nilai prediktif atau nilai umpan-balik, dan harus disajikan
secara tepat waktu.
·
Reliabilitas. Informasi
akuntansi dianggap handal jika dapat diverifikasi, disajikan secara tepat,
serta bebas dari kesalahan dan bias. Reliabilitas sangat diperlukan oleh
individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi
isi factual dari informasi.
·
Daya-uji (verifiability) ditunjukkan ketika
pengukur-pengukur independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama,
mendapatkan hasil yang serupa.
·
Ketepatan
penyajian (representational
faithfulness) berarti bahwa angka-angka dan penjelasan dalam laporan
keuangan mewakili apa yang betul-betul ada dan terjadi.
·
Netralitas (neutrality) berarti bahwa informasi
tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Informasi
yang disajikan harus factual, benar, dan tidak bisa.
2.3.4. Kualitas Sekunder:
Komparabilitas dan Konsistensi
·
Komparabilitas. Informasi
dari berbagai perusahaan dipandang memiliki komparabilitas jika telah diukut
dan dilaporkan dengan cara yang sama. Komparabilitas memungkinkan pemakai
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dalam peristiwa ekonomi
antarperusahaan.
·
Konsistensi. Apabila
sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama untuk
kejadian-kejadian yang serupa, dari periode ke periode, maka entitas tersebut
dianggap konsisten dalam menggunakan standar akuntansi. Itu tidak berarti bahwa
perusahaan tidak boleh beralih dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi
lainnya. Perusahaan dapat mengganti satu metode dengan metode lainnya, tetapi
perusahaan harus dapat menunjukkan bahwa metode yang baru lebih baik daripada
metode sebelumnya. Kemudian sifat dan pengaruh perubahan akuntansi, serta
alasannya, harus diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya
perubahan. Jika prinsip akuntansi telah berubah, maka auditor harus
memberitahukannya dalam paragraf penjelasan dari laporan audit. Paragraf ini
menjelaskan sifat perubahan dan meminta pembaca melihat catatan atas laporan
keuangan untuk pembahasan yang lebih rinci tentang perubahan dimaksud.
2.3.5. Unsur-unsur Laporan
Keuangan
Elemen-elemen
yang berkaitan langsung dengan pengukuran kinerja dan status dari perusahaan:
·
Aktiva: Kemungkinan manfaat
ekonomi di masa depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas
tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa dimasa lalu.
·
Kewajiban: Kemungkinan
pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan yang timbul dari utang saat ini.
Suatu entitas untuk mengalihkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain
di masa depan sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa dimasa lalu.
·
Ekuitas: Kepentingan
residual dari aktiva suatu entitas yang tersisa setelah mengurangi dengan
kewajibannya.
·
Investasi oleh pemilik:
Peningkatan aktiva bersih dari perusahaan yan diakibatkan pengalihan sesuatu
yang bernilai kepada perusahaan dari entitas lain untuk mendapatkan atau
meningkatkan kepemilikan dari perusahaan.
·
Distribusi kepada pemilik:
Penurunan aktiva bersih dari perusahaan yang diakibatkan oleh pengahlian
aktiva, pemberian jasa, atau timbulnya kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik.
·
Laba komprehensif:
Perubahan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan selama periode tertentu yang
diakibatkan dari transaksi dan peristiwa serta kejadian- kejadian lain dari
sumber non pemilik.
·
Pendapatan: Arus masuk atau
peningkatan lain dari aktiva atau sebuah entitas pelunasan kewajiban sebuah
entitas (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode tertentu.
·
Beban: Arus keluar atau
penggunaan lain dari aktiva dari sebuah entitas atau timbulnya kewajiban suatu
entitas (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode tertentu yang
dihasilkan oleh penyampaian atau produksi barang.
·
Keuntungan: Peningkatan
ekuitas (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi entitas yang insidental
atau sampingan dan dari semua transaksi dan peristiwa serta kejadian lainnya
yang mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu yang timbul dari
pendapatan atau investasi pemilik.
·
Kerugian: Penurunan ekuitas
(aktiva bersih) dari transaksi entitas yang insidental atau sampingan dan dari
semua transaksi dan peristiwa serta kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas
selama satu periode tertentu kecuali yang timbul dari beban atau distribusi
kepada pemilik.
2.4. TINGKAT KETIGA:
KONSEP-KONSEP PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Tingkat ketiga dari kerangka kerja konseptual
terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk mengimplementasikan tujuan dasar
dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan bagaimana unsur-unsur serta
kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh perusahaan.
2.4.1. Asumsi-asumsi Dasar
1. Asumsi Entitas Ekonomi
Mengandung
arti bahwa aktivitas ekonomi dapat diidentifikasi dengan unit
pertanggungjawaban tertentu.
2. Asumsi Kelangsungan Hidup
Sebagian
besar metode akuntansi didasarkan atas asumsi kelangsungan hidup (going concern assumption) yaitu
perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang.
3. Asumsi Unit Moneter
Mengandung
arti bahwa uang adalah denominator umum dari aktivitas ekonomi dan merupakan
dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisis akuntansi.
4. Asumsi Periodisitas
Menyiratkan
bahwa aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat dipisahkan ke dalam periode
waktu artifisial. Periode waktu ini bervariasi, tetapi yang paling umum adalah
secara bulanan, kuartalan, dan tahunan.
2.4.2. Prinsip-prinsip
Dasar Akuntansi
1. Prinsip Biaya Historis
GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban
diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Hal ini seringkali
disebut dengan prinsip biaya historis (historical
cost principle). Biaya (cost)
memiliki keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya: yaitu,
dapat diandalkan.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pendapatan dikatakan telah direalisasi (realized) jika produk (barang dan jasa),
barang dagang, atau aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau klaim
atas kas.
3. Prinsip Penandingan
Menyatakan usaha (beban) ditandingkan dengan
pencapaian (pendapatan) sepanjang hal ini rasional dan dapat diterapkan.
4. Prinsip Pengungkapan Penuh
Mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang
dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian trade-off penilaian. Trade-off
ini terjadi antara (1) kebutuhan untuk mengungkapkan secara cukup terinci
hal-hal yang akan mempengaruhi keputusan pemakai, dengan (2) kebutuhan untuk
memadatkan penyajian agar informasi dapat dipahami.
2.4.3. Kendala
Dalam menyediakan informasi yang mengandung
karakteristik kualitatif agar membuatnya menjadi berguna, dua kendala (constraints) yang dominan harus
diperhitungkan dan dua kendala penting lainnya yang kurang dominan namun
merupakan bagian dari lingkungan pelaporan:
1.
Hubungan
Biaya-Manfaat
Biaya
penyediaan informasi harus ditimbang terhadap manfaat yang bisa diperoleh dari
pemakaian informasi itu. Badan-badan pembuat standar dan badan-badan pemerintah
kini menggunakan analisis biaya-manfaat sebelum menetapkan persyaratan
informasional. Dalam rangka menjustifikasi penerbitan suatu standar pengukuran
atau pengungkapan tertentu, manfaat yang bisa didapat dari standar harus
melampaui biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan.
2.
Materialitas
Berhubungan
dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan perusahaan secara
keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian
item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan
keuangan. Singkatnya, suatu item harus membuat perbedaan atau, jika tidak,
tidak perlu diungkapkan. Jadi aspek yang terlibat di sini adalah ukuran dan
kepentingan relatif.
3.
Praktek
Industri
Sifat
unik dari sejumlah industry dan perusahaan terkadang memerlukan penyimpangan
dari teori dasar. Dalam industri utilitas public, aktiva tidak lancar
dilaporkan terlebih dahulu dalam neraca untuk menunjukkan karakteristik
industry utilitas yang padat modal.
4.
Konservatisme
Berarti
jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya akan
menghasilkan penetapan yang terlalu tinggi bagi aktiva dan laba. Perhatikan
bahwa tidak ada anjuran dalam kosep konservatisme agar aktiva bersih atau laba
bersih disajikan terlalu rendah. Konservatisme, jika diaplikasikan secara
tepat, akan menyediakan pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit:
jangan menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi.
Secara
umum, kerangka kerja konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3.
Kerangka Kerja Konseptual untuk Pelaporan Keuangan
2.5. KLASIFIKASI DAN
KONFLIK KEPENTINGAN
Perumusan
tujuan akuntansi tergantung pada penyelesaian konflik kepentingan yang terdapat
di pasar informasi atau lebih spesifik lagi, laporan keuangan yang dihasilkan
oleh interaksi tiga kelompok: perusahaan, pengguna, dan profesi akuntansi.
Perusahaan (firm) membentuk kelompok utama yang terlibat dalam proses
akuntansi. Aktivitas-aktivitas operasional, keuangan, dan luar biasa (atau
non-operasional) yang mereka lakukan menjadi justifikasi dari pembuatan laporan
keuangan. Keberadaan dan perilaku mereka menimbulkan hasil keuangan yang
sebagian dapat diukur oleh proses akuntansi. Perusahaan-perusahaan juga adalah
penyedia informasi akuntansi.
Pengguna (user) membentuk kelompok kedua. Pembuatan informasi akuntansi
ipengaruhi oleh kepentingan dan kebutuhan pengguna. Meskipun tidak mungkin
untuk mengumpulkan suatu daftar lengkap para pengguna, namun dapat
dipastikan daftar tersebut akan mencantumkan para pemegang saham, analis
keuangan, kreditor, dan badan-badan pemerintah.
Profesi akuntansi (accounting profession) membentuk kelompok ketiga yang
dapat memengaruhi informasi yang akan dimasukkan ke dalam laporan
keuangan.
Para
akuntan terutama akan bertindak sebagai “auditor” yang bertanggung jawab untuk
memverifikasi bahwa laporan keuangan telah mematuhi prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan keuangan digunakan
oleh pemakai yang berbeda-beda, meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman,
pemasok dan kreditor usaha, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga dan masyarakat. (IAI : 2002). Beberapa
kebutuhannya, meliputi:
a)
Investor
Penanaman modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil
pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan
informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual
investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
b)
Karyawan.
Karyawan dan kelompok–kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
c)
Pemberi Pinjaman.
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat
jatuh tempo.
d)
Pemasok dan kreditor lainnya.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar
pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam
tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau
sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
e)
Pelanggan.
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian
jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
f)
Pemerintah.
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan
aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur
aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan
pajak dan sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g)
Masyarakat.
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian
nasional,termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada
penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
menyediakan informasi kecenderungan (trend)
dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Pihak yang berkepentingan dengan operasi suatu badan usaha membutuhkan
berbagai informasi relevan tentang badan usaha dan lingkungan bisnis dan
ekonomik tempat beroperasinya badan usaha. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh
karakteristik dan keterbatasan tentang jenis informasi yang dapat disediakan.
Karakteristik dan keterbatasan tersebut adalah bahwa informasi yang disediakan
melalui mekanisme pelaporan keuangan:
1. Lebih berkaitan dengan badan usaha
atau perusahaan daripada dengan industri atau ekonomi secara keseluruhan.
2. Lebih merupakan informasi
kuantitatif yang bersifat pendekatan daripada hasil perhitungan yang pasti.
3. Sebagian besar merefleksi pengaruh
transaksi dan kejadian yang telah terjadi (historis).
4. Hanya merupakan salah satu sumber
informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang mengambil keputusan tentang badan usaha.
5. Penyediaan dan penggunaannya
memerlukan atau melibatkan kos (cost)
sehingga pertimbangan kos-manfaat dapat membatasi apa yang harus dilaporkan.
Keterbatasan di atas lebih bersifat umum dan inheren dalam
pelaporan keuangan di tiap lingkungan tertentu tidak hanya yang terjadi di
Amerika. FASB mengajukan keterbatasan tersebut sebagai bagian dari argumen atau
landasan dasar dalam menetapkan tujuan pelaporan.
2.6. TUJUAN AKUNTANSI ATAU LAPORAN
KEUANGAN
2.6.1. Menurut ASOBAT
Pada tahun 1966, American Accounting Association (AAA) menerbitkan AStatement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) yang berisi tentang rumusan tujuan akuntansi, yaitu:
a) Membuat
keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaaan yang terbatas dan untuk
menetapkan tujuan.
b) Mengarahkan
dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya.
c) Memelihara
dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan.
d) Membantu
fungsi dan pengawasan sosial.
2.6.2. Menurut APB Statement No. 4
Accounting
Principles Board (APB) dibentuk oleh AICPA pada
tahun 1959. Tujuan utama dari APB adalah mengajukan rekomendasi secara
tertulis mengenai prinsip akuntansi, menentukan praktek akuntansi yang tepat,
dan mempersempit celah perbedaan-perbedaan yang ada serta ketidak-konsistenan
yang terjadi dalam praktek akuntansi saat itu.
Pada tahun 1970, APB
menerbitkan Statement No. 4 yang berjudul “Basic
Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statement Of Business
Enterprises”. Laporan ini
bersifat deskriptif dan laporan ini memengaruhi studi-studi berikutnya tentang
tujuan laporan keuangan. Dalam laporan ini tujuan laporan keuangan digolongkan
sebagai berikut:
Ø Tujuan
khusus
Tujuan khusus dari
laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha,
dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP.
Ø Tujuan
umum
Adapun tujuan umum
laporan keuangan disebutkan sebagai berikut.
Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan dengan maksud:
Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan dengan maksud:
·
Untuk menilai kekuatan
dan kelemahan perusahaan
·
Untuk menunjukkan
posisi keuangan dan investasinya
·
Untuk menilai
kemampuannya untuk menyelesaiakan utang-utangnya
·
Menunjukkan kemampuan
sumber-sumber kekayaan yang ada untukpertumbuhan perusahaan.
Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dengan mencari laba dengan maksud:
Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dengan mencari laba dengan maksud:
·
Memberikan gambaran
tentang dividen yang diharapkan pemengang saham.
·
Menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban kepada kreditor, supplier, pegawai, pajak, mengumpulkan
dana untuk perluasan perusahaan.
·
Memberikan informasi
kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan
pengawasan.
·
Menunjukkan tingkat
kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam jangka pangka panjang.
Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban.
Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.
Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban.
Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.
Ø Tujuan
kualitatif
Adapun tujuan
kualitatif yang dirumuskan APB Statements
No.4 adalah sebagai berikut.
1)
Relevance
Memilih
informasi yang benar-benar sesuai dan dapat membantu pemakai laporan dalam
proses pengambilan keputusan.
2)
Understandability
Informasi
yang dipilih untuk disajikan bukan bukan saja yang penting tetapi juga harus
informasi yang dimengerti para pemakainya.
3)
Verifiability
Hasil
akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan
pendapat yang sama.
4)
Neutrality
Laporan
akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. informasi
dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu saja.
5)
Timeliness
Laporan
akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada
saat yang tepat.
6)
Comparability
Informasi
akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki
prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain.
7)
Completeness
Informasi
akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para
pemakai.
2.6.3. Menurut FASB
FASB
merupakan organisasi sector swasta yang bertanggung jawab dalam pembentukan
standar akuntansi di Amerika saat ini. FASB didirikan pada tahun 1973,
menggantikan APB.
Pada
tahun 1976, FASB mulai mengembangkan kerangka kerja konseptual yang menjadi
dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan masalah kontroversi
pelaporan keuangan. Fungsi utama FASB adalah menpelajari masalah akuntansi
terkini dan menetapkan standar akuntansi. FASB juga menerbitkan Statement of Accounting Concepts (SFAC)
yang memberikan kerangka kerja konseptual dimana memungkinkan untuk
dikembangkannya standar akuntansi khusus.
Pada
tahun 1978, FASB menerbitkan SFAC No. 1 yang berjudul “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”. Tujuan Pelaporan Keuangan sesuai SFAC No.1,
untuk memberikan informasi yang berguna dalam pembuatan keputusan mengenai investasi
dan kredit untuk mereka yang mempunyai pemahaman mengenai aktivitas ekonomi dan
perusahaan, membantu investor, kreditor dan pemakai lain laporan keuangan yang
sekarang maupun yang berpotensi dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian
aliran kas di masa yang akan datang mengenai sumber daya ekonomi, klaim
terhadap sumber daya tersebut dan perubahannya.
FASB membatasi tujuan pelaporan untuk kepentingan pelaporan
kepada pihak eksternal dalam bentuk pelaporan keuangan umum (general purpose external financial
reporting). Bila semua pemakai potensial harus dipenuhi kebutuhan
informasinya, perlu diidentifikasi tujuan bersama (common objectives). FASB berusaha mencapai hal tersebut tetapi tampaknya FASB
menyadari bahwa tujuan bersama tidak mungkin diidentifikasi sehingga FASB lebih
mendasarkan tujuan pelaporan atas dasar tujuan kelompok dominan yang dalam hal
ini adalah investor dan kreditor. Pertimbangan atau penalaran FASB untuk
memfokuskan pelaporan pada pelaporan keuangan umum diuraikan berikut ini.
1. Tujuan pelaporan didasarkan pada
keperluan para pemakai eksternal yang tidak mempunyai autoritas untuk
menentukan atau akses untuk memeperoleh informasi yang mereka perlukan sehingga
mereka harus menggantungkan diri pada informasi yang disampaikan oleh manajemen
kepada mereka.
2. Oleh karena itu, tujuan pelaporan
disusun atas dasar gagasan bahwa kemampuan perusahaan untuk menciptakan aliran
kas yang menguntungkan merupakan fokus atau kepentingan umum/bersama (common interest) dari berbagai pemakai
informasi. Dengan kata lain, meskipun lingkup tujuan pelaporan harus cukup
luas, berbagai pemakai dianggap banyak berkepentingan dengan keputusan
investasi dan kredit.
3. Tujuan pelaporan berkaitan dengan
penyediaan informasi luas untuk melayani keputusan investasi dan kredit bukan
hanya dengan informasi yang dapat dituangkan dalam bentuk statemen keuangan.
Dengan kata lain, tujuan pelaporan lebih diarahkan untuk pelaporan keuangan (financial reporting) dan tidak hanya
untuk statemen keuangan (financial
statements).
Laporan
FASB juga memuat tentang rumusan
tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba (profit Organization), yaitu:
1.
Memberikan informasi
yang berguna bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya dalam membuat
keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit dan lainnya.
2.
Memberikan informasi
untuk membantu investor atau calon investor dan kreditur serta pemakai lainnya
dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari deviden atau
bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham, dan pinjaman
yang jatuh tempo.
3.
Memberikan informasi
tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim atas aktiva, dan pengaruh
transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva dan kewajiban.
4.
Memberikan informasi
tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu periode.
5.
Memberikan informasi tentang bagaimana
perusahaan mendaparkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya,
tentang transaksi yang mempengaruhi modal termasuk deviden dan pembayaran
lainnya kepada pemilik, dan tentang factor-faktor yang mempengaruhi likuiditas
dan solvabilitas perusahaan.
6.
Memberikan informasi
tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan
perusahaan kepada pemilik atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah
dipercayakan kepadanya.
7.
Memberikan informasi
yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses pengambilan keputusan untuk
kepentingan pemilik perusahaan.
Pada
tahun 1980, FASB No. 4 yang berjudul “Objectives
of Financial Reporting by Non-Business Organization”. Laporan ini memuat
tentang rumusan tujuan keuangan untuk organisasi yang bukan pencari laba (non-profit organization), yaitu:
1.
Sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan mengenai alokasi seumber daya (aktiva) perusahaan.
2.
Untuk menilai kemampuan
organisasi dalam memberikan pelayanan kepada public.
3.
Untuk menilai bagaimana
manajemen melakukan pembiayaan dan investasi.
4.
Memberikan informasi
tentang sumber daya (aktiva), kewajiban, dan kekayaan perusahaan, serta
perubahannya.
5.
Memberikan informasi
tentang kinerja organisasi.
6.
Memberikan informasi
tentang kemampuan organisasi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya.
7.
Memuat penjelasan dan
penafsiran manajemen sehingga para pemakai laporan
keuangan dapat memohon informasi yang diberikan.
2.6.4. Menurut
Laporan Trueblood Committee
Untuk menyusun konsep
yang menjelaskan tentang tujuan laporan keuangan, Presiden AICPA saat itu
(Marsall S. Amstrong) pada tahun 1971 membentuk tim perumus tujuan laporan
keuangan, yang dikenal dengan nama Trueblood
Committee. Tim ini pada tahun 1973 berhasil merumuskan tujuan laporan
keuangan, yang dimuat dalam sebuah laporan yang berjudul ”Objectives of Financial Statement”.
Tujuan
ini dijabarkan lagi dalam berbagai tujuan spesifik (ada dua belas buah) yang
perincian sifat kualitas yang diinginkan dimiliki laporan keuangan.tujuan ini
secara menarik digambarkan oleh Belkon (1985).
Komite
yang dipimpin oleh Trueblood ini beranggotakan sembilan orang yang berasal dari
akademisi dan praktisi. Mereka ditugaskan untuk merumuskan tujuan laporan
keuangan. Dalam laporannya komite ini ingin menentukan hal-hal berikut:
a) Siapa
yang memerlukan Laporan keuangan?
b) Informasi
apa yang mereka perlukan?
c) Berapa
banyak informasi yang diperlukaan tersebut dapat di supply
oleh akuntansi?
d) Kerangka
apa yang dibutuhkan untuk menyusun informasi yang diperlukan itu?
·
Tujuan Laporan keuangan
Tujuan laporan keuangan
adalah memberikan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan ekonomi.
Para pemakai laporan aan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan
menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.
Informasi mengenai dampak keuangan yang timbul tadi sangat berguna bagi pemakai
untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai arus kas.seandainya nilai uang
tidak stabil, hal ini harus dijelaskan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan
akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek kuanitatif saja,
tetapi mencakup penjelasan-penjelasan lainnya yang dirasa perlu. Dan informasi
itu harus faktual dan dapat diukur secara objektif. Komite Truebood merumuskan
tujuan laporan keuangan sebagai berikut:
·
Tujuan Dasar
Tujuan
ini dirumuskan sebagai berikut:
Ø Pemakai
laporan keuangan
Tujuan
utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi sebagai dasar dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi.
Ø Pemakai
umum
Tujuan
laporan keuangan adalah melayani pemakai umum yang memiliki wewenang, kemampuan
dan sumber kekayaan yang terbatas untuk pendapatan informasi dan yang meyakini
laporan keuangan sebagai sumber informasi utama mengenai aktivitas peruahaannya.
Ø Pemakai
lain
Tujuan
laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang Tujuan laporan keuangan
adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk
meramalkan, membandingkan, dan menilai potensi arus kas menurut jumlah, waktu, dan
dengan memperhatikan ketidakpastian lainnya.
Ø Tujuan
laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pemakai laporan
keuangan untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” (kemampuan mendapatkan laba) perusahaan.
Ø Tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna dalam menilai
kemampuan manjemen menggunakn sumber kekayaan.
Ø Tujuan
laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang faktual yang dapat
ditafsirkan tentang transaksi dan kejadian lainnya yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai
earning power perusahaan. Hal yang menjadi dasar dalam hal ini tergantung pada
penafsiran, penilaian, peramalan, taksiran harus diungkapkan.
Ø Tujuan
laporan keuangan adalah untuk memberikan laporan tentang posisi keuangan yang
berguna untuk meramalkan, membandingkan,menilai earning power perusahaan.
Laporan ini harus memberikan informasi yang menyangkut transaksi perusahaan dan
kejadian lainnya yang merupakan bagian dari siklus perolehan laba yang tidak
sempurna Current value harus juga
dilaporkan apabila perbedaannya dengan Historical
cost cukup besar. Harta dan kewajibam harus dikelompokan atau dipisahkan
dengan memperhatikan ketidakpastian jumlah dan waktu kapan realisasi dan
likuidasinya.
Ø Tujuan
laporan keuangan adalah untuk memberikan laporan laba priodik yang berguna
untuk meramalkan, membandingkan, menilai earning
power perusahaan. Hasil bersih dari
pendapatan yang timbul dari siklus perusahaan laba yang “ sempurna” dan
kegiatan perusahaan akibat kemajuan kerja yang yang dihitung sebagai
penyelesaian siklus perusahaan yang “belum sempurna” harus dilaporkan.
Perubahan nilai yang digambarkan dalam laporan yang berurutan dari laporan
posisi keuangan harus dilaporkan, tetapi terpisah apabila nilainya berbeda dari
segi kepastian realisasi.
Siklus
perolohan laba dianggap “sempurna” apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
a) A
Realizer sacrifice–realisasi atau
kemungkinan yang besar terjadinya pembayaran kas.
b) A Realized benefit–realisasi
atau kemungkinan yang besar terjadinya realisasi penerimaan kas.
c) Tidak
ada lagi kegiatan-kegiatan lanjutan dari siklus itu.
Ø Tujuan
laporan keuangan adalah untuk memberikan laporan kegiatan yang berguna untuk
meramalkan,membandingkan, dan menilai earning
power perusahaan. Laporan ini harus menyajikan aspek nyata dari transasksi
perusahaan yang memiliki unsur kas atau diharapkan mempengaruhi kas. Laporan
ini harus menyajikan data yang diperlukan oleh pemakai dan memperhitungkan data
dan manafsirkan laporan keuangan.
Ø Tujuan
laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk proses
peramalan. Ramalan keuangan yang harus disajikan apabila mereka ingin
meningkatkan tingkat kegunaan laporan bagi pemakainya.
Ø Tujuan
laporan keuangan bagi lembaga pemerintah dan lembaga yang bukan bertujuan untuk
mendapatkan laba adalah memberikan informasi yang berguna untuk menilai
aktivitas dari manajemen dan sumber-sumber kekayaaan dalam mencapai tujuan
perusahaan.
Ø Tujuan
laporan keuangan adalah menyajikan kegiatan perusahaan yang mempengruhi
masyarakat yang yang dapat ditentukan,dijelaskan atau diukur dan merupakan hal
yang penting bagi peranan perusahaan dalam lingkungannya.
Laporan komite Trueblood juga menjelaskan tujuan sifat dan kualitas laporan keuangan sebagai berikut.
Ø Relevan
dan material (relevance and materiality)
Ø Formalitas
dan kenyataan (form and substance over
form)
Ø Tingkat
kepercayaan (reliability)
Ø Bebas
dari prasangka (freedom from bias)
Ø Dapat
dibandingkan (comparability)
Ø Konsistensi
(consistency)
Ø Dapat
dipahami (understandability)
2.6.5. Menurut
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Prinsip
Akuntansi Indonesia (1984)
menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a) Untuk
memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan
kewajiban serta modal suatu perusahaan.
b) Untuk
memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto
(aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha
dalam rangka memperoleh laba.
c) Untuk
memberikan informasi untuk membantu para pemakai laporan di dalam menaksir
potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
d) Untuk
memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan
kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan
investasi.
e) Untuk
mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan
keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi
mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
Sementara
itu, menurut SAK No.1, Tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a) Tujuan
laporan keuangan adalah laporan keungan menyediaakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b) Laporan
keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pemakai.namun, demikian laporan keuangan tidak menyediaakan semua
informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi
karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan
untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
c) Laporan
keuangan menunjukkan apa yang telah yang dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin
menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat
demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin
mencakup, misalnya; keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam
perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Sedangkan
karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PSAK (2004) adalah sebagai
berikut. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok yaitu:
a) Dapat
dipahami
b) Relevan
c) Materialitas
d) Keandalan
e) Penyajian
jujur
f) Substansi
mengungguli bentuk
g) Netralitas
h) Pertimbangan
sehat
i)
Kelengkapan
j)
Dapat dibandingkan
Kendala informasi yang relevan dan
andal:
a) Tepat
Waktu
b) Keseimbangan
antara Biaya dan Manfaat
c) Keseimbangan
diantara karakteristik kualitatif
d) Penyajian
Wajar
·
Tujuan Laporan Keuangan Entitas Syariah
Dengan munculnya
etitas ekonomi dan bisnis syariah di indonesia maka IAI (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) telah menyusun
tujuan laporan keuangan entitas
syariah (2006) sebagai berikut.
Tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu etitas syariah yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. di samping
itu, tujuan lainnya adalah:
a) Meningkatkan
kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.
b) Informasi
kepatuhan etitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset,
kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila
ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya.
c) Informasi
untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggungjawab etitas syariah terhadap
amanah dalam mengamankan dana menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang
layak.
d) Informasi
mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik
dana syirkah temporer,
dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial etitas
syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah dan wakaf.
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional atau International Accounting Standards (IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional atau International Accounting Standards Board (IASB), Komisi Masyarakat Eropa atau European Commission (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal atau International Organization of Securities Commissions (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal atau International Federation of Accountans (IFAC).
Kerangka IASB mendefinisikan tujuan
laporan keuangan dan definisi ini diulang dalam International Accounting
Standard (IAS) No.1 yaitu "tujuan laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas
suatu entitas yang berguna untuk berbagai pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Laporan Keuangan juga menunjukkan hasil pengelolaan manajemen sumber
daya yang dipercayakan kepadanya”.
International
Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan pedoman penyusunan laporan
keuangan yang diterima secara global. Jika sebuah negara menggunakan IFRS,
berarti negara tersebut telah mengadopsi sistem pelaporan keuangan yang berlaku
secara global sehingga memungkinkan pasar dunia mengerti tentang laporan
keuangan perusahaan di negara tersebut berasal.
Tujuan International Financial Accounting Standard (IFRS)
adalah memastikan bahwa laporan keuangan interim perusahaan untuk
periode-periode yang dimaksudkan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung
informasi berkualitas tinggi yang:
1)
Transparansi bagi
para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan.
2)
Menyediakan titik
awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
3)
Dapat dihasilkan
dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
International Accounting Standard (IAS) No.1 bertujuan untuk meningkatkan kualitas
laporan keuangan oleh:
1)
Pengaturan
persyaratan minimum untuk penyajian laporan utama.
2)
Pengaturan
persyaratan minimum untuk catatan atas laporan keuangan.
3)
Membutuhkan
kepatuhan penuh dengan semua standar yang berlaku dan interpretasi, kecuali dalam
kasus yang sangat jarang.
4)
Menyediakan
panduan praktis mengenai isu-isu seperti kelangsungan usaha, konsistensi,
materialitas dan informasi komparatif.
Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Berdasar IFRS:
·
Elemen Laporan Keuangan
1.
Neraca
2.
Laporan Laba Komperhensif
3.
Laporan Perubahan Ekuitas
4.
Laporan Arus Kas
5.
Catatan Atas Laporan
Keuangan
6.
Laporan Posisi Keuangan
pada Perioda Komparatif
·
Basis Pengukuran
1.
Biaya Perolehan
2.
Biaya Kini
3.
Nilai Realisasi dan
Penyelesaian
4.
Nilai Sekarang
2.6.7. Menurut
sak etap
SAK ETAP ini berlaku efektif per 1 Januari 2011
namun penerapan dini per 1 Januari 2010 diperbolehkan. Entitas yang
laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP
harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam
catatan atas laporan keuangan.
SAK ETAP: Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik. ETAP adalah entitas yang: (1) tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan; dan (2) menerbitkan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna
eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak
terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga pemeringkat
kredit. SAK ETAP menggunakan acuan IFRS for Small Medium
Enterprises (SME) yang lebih sederhana dengan modifikasi sesuai dengan
kondisi Indonesia.. Informasi keuangan yang sederhana tetapi memberikan
informasi yang andal. Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil dan
menengah dapat menyusun laporan keuangannya sendiri dan dapat diaudit untuk
mendapatkan opini audit. Contoh penyederhanaan dalam ETAP
adalah:
1.
Penilaian untuk aset tetap, aset
tak berwujud dan properti investasi setelah tanggal perolehan hanya
menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai revaluasi atau
nilai wajar.
2.
Entitas anak tidak
dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas.
3.
Mengacu pada praktik akuntansi
yang saat ini digunakan.
4.
Laporan keuangan sesuai SAK
ETAP menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas
entitas yang berguna bagi pengguna luas.
5.
Tidak ada laporan laba rugi
komprehensif. Pengaruh laba komprehensif disajikan dalam laporan
perubahan ekuitas atau komponen ekuitas dalam neraca. Tidak ada pengakuan lialibilitas dan aset pajak
tagguhan, beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.
SAK ETAP
paragraf 2.24 menyatakan bahwa pengukuran unsur laporan merupakan proses
pembentukan suatu pos dalam neraca atau laporan laba rugi yang memenuhi
definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria sebagai berikut (Siagian : 2015).
a)
Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau kedalam entitas; dan
b)
Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan andal.
Lebih
lanjut lagi SAK ETAP menjelaskan pada paragraf 2.34–2.37 mengenai pengakuan
unsur laporan keuangan yang dijelaskan sebagai berikut;
ü Aset
Aset diakui dalam neraca
jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan akan mengalir ke entitas dan
aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset
tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dandan manfaat ekonominya
dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan
berjalan.
ü Kewajiban
Kewajiban diakui dalam
neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal.
ü Penghasilan
Pengakuan
penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di
masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban
telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
2.7. LAPORAN-LAPORAN LAIN
2.7.1. Laporan Perusahaan
Laporan
perusahaan merupakan laporan yang berhubungan dengan akuntabilitas publik dari
segala bentuk entitas ekonomi, terutama pada perusahaan bisnis. Laporan ini
mencoba untuk menyusun sekumpulan konsep-konsep yang sedang dikembangkan
sebagai dasar bagi pelaporan keuangan.
Tujuan
dari studi ini adalah untuk memeriksa kembali ruang lingkup dan sasaran dari
laporan keuangan yang telah diterbitkan dilihat dari kebutuhan-kebutuhan dan
kondisi modern.
Setelah
mendokumentasikan keterbatasan dari praktik-praktik pelaporan yang ada saat
ini, maka di usulkan perlunya laporan-laporan tambahan berikut ini:
a)
Laporan nilai tambah, yang
menunjukkan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari usaha perusahaan dibagi
antar karyawan, penyandang modal, negara, dan investasi kembali.
b)
Laporan ketenagakerjaan,
yang menunjukkan jumlah dan komposisi dari tenagan kerja yang menggantungkan
hidupnya pada perusahaan, kontribusi pekerjaan dari para karyawan dan
manfaat-manfaat yang diterima.
c)
Laporan pertukaran uang
dengan pemerintah, yang menunjukkan hubungan keuangan antara perusahaan dengan
negara.
d)
Laporan transaksi dalam
mata uang asing, yang menunjukkan transaksi-transaksi kas langsung antara
inggris dengan negara negara lain.
e)
Laporan prospek-prospek di
masa depan, yang menunujukkan kemungkinan laba di masa depan, tingkat
penempatan kerja dan investasi.
f)
Laporan tujuan perusahaan,
yang menunjukkan kebijakan manajemen dan sasaran-sasaran strategis jangka
menengah.
Salah
satu tujuan utama dari penerbitan laporan keuangan perusahaan adalah untuk
menyediakan akuntansi melalui fungsi fungsi pengurusan manajemen, dan juga keberhasilannya
(ataupun kebalikannya) dalam mencapai sasaran untuk menghasilkan kinerja
ekonomi perusahaan yang memuaskan dan menjaganya dalam posisi keuangan yang
sehat dan kuat.
2.7.2. Laporan Stamp
Pendekatan
yang di usulkan oleh “Laporan Stamp”
ini bersifat evolusioner. Hal ini mengidentifikasikan masalah dan permasalahan
konseptual dan memberikan solusi dari segi identifikasi tujuan-tujuan laporan
keuangan perusahaan, pengguna laporan perusahaan, sifat dari kebutuhan para
pengguna, dan kriteria untuk penilaian mutu standar dan akuntabilitas korporat
sebagai kemungkinan komponen-komponen bagi kerangka konseptual Kanada.
Salah
satu tujuan utama dari penerbitan laporan keuangan perusahaan adalah untuk
menyediakan akuntansi melalui fungsi fungsi pengurusan manajemen, dan juga
keberhasilannya (ataupun kebalikannya) dalam mencapai sasaran untuk
menghasilkan kinerja ekonomi perusahaan yang memuaskan dan menjaganya dalam
posisi keuangan yang sehat dan kuat.
Pengguna
menuntut akuntabilitas, namun permasalahan yang utama harus dapat dipecahkan
untuk mendapatkan keseimbangan yang tepat antara akuntabilitas dan hak untuk
mendapatkan privasi.
Adanya
kesulitan dalam menentukan modal keputusan dari para pengguna. “Laporan Stamp” menekankan bahwa salah satu
masalah tersulit dalam pengembangan standar akuntansi muncul dari adanya tidak
kepedulian kita terhadap sifat dari proses pengambilan keputusan dan mengenai
rasionalitas proses mental yang digunakan oleh pengguna dalam mencapai
kesimpulannya.
Untuk
mendefinisikan kriteria penilaian yang merupakan “ Alat ukur”, dimana penyusun
standar, sekaligus para pembuat dan pengguna dari laporan keuangan yang telah
diterbitkan , dapat memutuskan apakah laporan keuangan yang diterbitkan memang
benar telah memenuhi kebutuhan dari para pengguna dan tujuan dari pelaporan
keuangan.
Proyek
kerangka konseptuan bagi kanada (dan negara negara lain), yang didasarkan atas
pendekatan evolusioner dan bergantung pada konsep konsep (tujuan dan kriteria
untuk penilaian), ditawarkan pada akhir dari laporan stamp.
2.8. TAKSONOMI
KARAKTERISTIK NORMATIF YANG HARUS DICERMINKAN OLEH PERNYATAAN-PERNYATAAN
AKUNTANSI
Kutipan
mengenai betapa pentingnya kualitas dari pernyataan diutarakan dengan tepat
oleh Arthur Levitt. Model taksonomi umum yang sangat baik mengenai karakteristik
normatif yang diinginkan dan terdiri atas tiga kategori:
1.
Karakteristik formasional
yang berhubungan dengan perkembangan dari pernyataan dan dengan penilaian
selanjutnya mengenai kegunaan yang diberikan.
2.
Karakteristik operasional
yang berhubungan dengan mengimplementasikan dan memenuhi
persyaratan-persyaratan yang diminta oleh pernyataan.
3.
Karakteristik informasional
yang berhubungan dengan kemempuan untuk menghasilkan data yang berguna dalam
pengambilan keputusan.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Perumusan
dari tujuan akuntansi memiliki suatu rangkaian proses yang diawali dengan
pengembangan tujuan-tujuan dari laporan keuangan dan diakhiri dengan penurunan
sebuah kerangka konseptual atau konstituisi yang akan digunakan sebagai
pedoman.
Kerangka konseptual merumuskan konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan serta dijadikan acuan bagi:
1. Komite penyusun standar akuntansi
keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya;
2. Penyusun laporan keuangan, untuk
menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi
keuangan;
3. Auditor, dalam memberikan pendapat
mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum; dan
4. Para pemakai laporan keuangan, dalam
menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun
sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Abubakar. 2013. Akuntansi Keuangan Dasar 2. Jakarta: Cikal Sakti.
Ariyanti, Nur F. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta: UMB.
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting.
BPFE-Yogyakarta.
Faiz, Ihda A. 2014. Perekayasaan Kerangka
Konseptual Akuntansi Dalam Pandangan Islam. Jurnal ADDIN, Vol. 8, No.
1, Hal. 81-106.
Fong, Andrew. 2015. Dampak Penerapan IFRS di Negara
Berkembang–Perbandingan Lintas Negara. Jurnal Standar Akuntansi.
Gade, Muhammad. 2005. Teori Akuntansi. Jakarta: Almahira.
Harahap,
Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi.. Jakarta: Rajawali
Press.
Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI). 2002. Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI). 2009. Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Jakarta: Salemba Empat.
Iskandar, Michael. 2008. Manfaat Kerangka Kerja Konseptual Akuntansi Keuangan bagi Akuntan
Publik dalam Melaksanakan Pekerjaannya. Jurnal Bina Ekonomi Majalah llmiah, Vol. 12, No. 2, Hal. 29-38.
Kieso, Donald. E et al. 2008. Akuntansi
Intermediate, Edisi ke-12 Jilid 1, Jakarta: Erlangga.
Nahar, Aida. 2004. Perlunya Kerangka Konseptual Akuntansi Bagi Suatu Negara. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Vol.1, No.1, Hal. 70-82.
Prasetya,
Ferry D. 2012. Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Di
Indonesia. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1, No. 4, Edisi Juli 2012.
Putra, Adrie. 2014. Modul Teori Akuntansi (Online). http:// eaa503.weblog.esaunggul.ac.id/, diakses 15 Oktober 2016.
Ridwan,
Akhmad. 2007. Teori akuntansi: dari Normatif ke Positif, Isu Bebas Nilai, hingga Mitos dan Wacana Redefinisi Akuntansi. Jurnal Teori
Akuntansi. Vol. 8, No. 1, Edisi Maret 2007.
Siagian,
Raven Pardomuan dan Sifrid S.
Pangemanan. 2016. Analisis Penyajian
Laporan Keuangan Berdasarkan SAK-ETAP. Jurnal EMBA. Vol. 4 No.1 Edisi
Maret 2016, Hal. 1450-1460.
Syarif, HD. 2009. Akuntansi
Dasar.
Wibowo. 2005. Pengantar Akuntansi II. Jakarta: Grasindo.
No comments:
Post a Comment