Wednesday, October 12, 2016

PENGUJIAN AUDIT

Tujuan Pengujian Secara Keseluruhan
Suatu program audit terdiri dari pengujian audit yang dirancang untuk memenuhi salah satu atau kedua tujuan utama berikut:
- Pengujian pengendalian (test of control) menentukan efektivitas perancangan dan operasi pengendalian internal.
- Pengujian substansi (substantive test) menentukan apakah ada salah saji angka yang material atau pengungkapan dalam laporan keuangan.

Jika disimpulkan sementara bahwa internal control baik atau sedang auditor harus melakukan tes ketaatan atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas/bank, untuk membuktikan apakah internal control berjalan efektif atau tidak, Yang diambil sampel biasanya bukti penerimaan kas/bank dan bukti pengeluaran kas/bank atau nomor check/giro. Jika disimpulkan sementara bahwa internal control lemah auditor tidak diperlukan mengadakan test ketaatan, tetapi langsung melakukan substantive test yang diperluas. Karena biasanya jika tetap dilakukan compliance test, kesimpulan akhir tetap menyatakan bahwa internal control lemah.
Setelah compliance test selesai dilakukan, auditor harus menarik kesimpulan akhir apakah internal control baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru dilakukan substantive test atas saldo kas/bank. Prosedur audit untuk compliance test harus dipisahkan dari prosedur audit untuk substantive test, begitu juga kertas kerja pemeriksaanya.
Jika klien telah menetapkan pengendalian internal yang baik, maka auditor bisa memutuskan untuk membatasi pengujian substantif karena pengendalian internal klien tampaknya dapat mencegah atau mendeteksi salah saji yang material. Hubungan ini adalah logis dan secara sederhana berarti bahwa jika laporan keuangan kecil kemungkinannya mengandung salah saji yang material, maka auditor hanya perlu melakukan pengujian substantif yang kurang mendalam ketimbang jika laporan keuangan mengandung salah saji yang material.

Langkah compliance test
  1. Pengujian ketaatan atas transaksi Penerimaan Kas/Bank,
  2. Pengujian ketaatan atas transaksi Pengeluaran Kas/Bank,
  3. Melakukan penghitungan cash count,
  4. Kirim Informasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal ini tidak dilakukan kas opname,
  5. Kirim Konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan,
  6. Minta rekonsiliasi bank,
  7. Melakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut,
  8. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening yang dimiliki perusahaan,
  9. Periksa interbank transfer +/- 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca, untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window dressing,
  10. Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca, sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan,
  11. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal neraca, periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca, dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan,
  12. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas dan catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK, ETAP, IFRS).

Jenis Utama Pengujian
Auditor mencapai tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substantif dengan melaksanakan pengujian yang dapat dibagi menjadi 4 kategori utama:
- Pengujian analitis
- Observasi dan tanya jawab
- Pengujian transaksi
- Pengujian saldo
Pengujian transaksi akan memenuhi tujuan pengendalian apabila tujuan pemeriksaan auditor adalah untuk menentukan apakah prosedur pengendalian internal telah diikuti. Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa faktur penjualan untuk melihat ada tidaknya paraf staf yang bertanggung jawab mengecek keakuratan matematis. Jika telah diparaf, maka ini merupakan suatu indikasi bahwa prosedur pengendalian telah dijalankan dengan tepat. Jika tidak ada paraf, maka auditor dapat menyimpulkan bahwa prosedur pengendalian tidak dilaksanakan.
Pengujian transaksi akan memenuhi tujuan pengujian substantif apabila tujuan pemeriksaan auditor adalah untuk menentukan apakah telah terjadi kesalahan jumlah uang selama pemprosesan transaksi. Auditor bisa memilih sampel faktur penjualan untuk menentukan apakah faktur tersebut telah dicatat dengan benar dalam jurnal penjualan dan diposting ke buku besar. Jika pengujian ini mengungkapkan adanya faktur yang tidak dicatat, maka auditor telah menemukan kesalahan moneter.
Pengujian substantif atas transaksi dengan pengujian saldo slaing terkait di mana setiap jenis transaksi mempengaruhi saldo akun terkait. Karena angka-angka dalam laporan keuangan adalah akumulasi dari transaksi, maka auditor bisa menguji transaksi yang memasuki akun, saldo akun itu sendiri atau keduanya.
Tujuan auditor secara keseluruhan atas pengujian ini adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang memadai mengenai saldo akhir piutang usaha. Salah satu cara untuk memperoleh bukti ini adalah dengan menguji transaksi yang memasuki akun, yaitu debit dan kredit. Auditor bisa memilih sampel transaksi penjualan dan penerimaan kas yang mempengaruhi piutang usaha dan memeriksa dokumen pendukung transaksi ini.
Cara lainnya untuk memperoleh bukti adalah dengan mengkonfirmasi sampel saldo akun pembantu piutang usaha. Pengujian ini melibatkan pemeriksaan langsung atas saldo akhir tanpa referensi ke masing-masing transaksi yang diakumulasikan ke akun bersangkutan. Dalam sebagian besar audit, auditor akan melaksanakan kedua jenis pengujian ini, memilih pengujian yang tepat berdasarkan mutu bukti yang diperoleh, biaya melaksanakan prosedur tersebut dan bisa tidaknya prosedur tersebut diterapkan. Beberapa akun dalam laporan keuangan akan sulit diuji dengan pengujian saldo. Sebagai contoh, akun laporan laba-rugi karena memiliki sifat seperti itu sehingga saldo akhirnya tidak dapat diuji secara langsung. Untuk itu akun-akun seperti ini, auditor mengandalkan pada pengujian transaksi atau pengujian saldo atas akun neraca yang mempengaruhi akun laporan laba-rugi terkait.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik (pyshical examination) adalah aktivitas pengumpulan bukti fisik. Pemeriksaan ini merupakan pengujian subtantif yang melibatkan penghitungan atau inspeksi atas aktiva berwujud seperti kas, persediaan, pabrik dan peralatan. Sewaktu menghitung kas atau inventori atau menginspeksi mesin baru, auditor menerapkan teknik pemeriksaan fisik. Teknik ini tidak dapat diterapkan pada aktiva yang keberadaaannya dibuktikan melalui dokumentasi, seperti piutang usaha, investasi.
Asersi audit utama dari pengujian pemeriksaan fisik adalah eksistensi (keberadaan). Akan tetapi, teknik ini juga memberikan bukti mengenai penilaian, karena kuantitas terlibat secara langsung dalam penentuan nilai sebagian besar aktiva. Selain itu, auditor kadang-kadang juga dapat memperoleh bukti mengenai mutu atau kondisi aktiva melalui pemeriksaan fisik dan hal ini sangat mempengaruhi penilaian. Asersi mengenai hak dan kewajiban hanya diuji melalui pemeriksaan fisik untuk mendukung luas kepemilikkan aktiva. Asersi mengenai kelengkapan juga bisa diuji melalui pemeriksaan fisik di mana item-item yang dihilangkan dari laporan keuangan bisa ditemukan. Sebagai contoh, selama pengujian penghitungan persediaan auditor mungkin menemukan bahwa klien lalai memasukkan beberapa item dalam penghitungan persediaan.


Konfirmasi
Asersi utama mengenai pengujian konfirmasi adalah eksistensi serta hak dan kewajiban. Teknik ini juga dapat memberikan bukti mengenai penilaian atau alokasi kelengkapan serta penyajian dan pengungkapan. Baik asersi mengenai eksistensi maupun kejadian serta hak dan kewajiban untuk kas dan piutang usaha seringkali diuji dengan konfirmasi. Perhatikan bahwa konfirmasi terhadap piutang usaha pelanggan saat ini tidak bisa diharapkan untuk memberikan bukti yang dapat diandalkan mengenai kelengkapan, karena pelanggan cenderung tidak melaporkan kesalahan penetapan yang terlalu rendah dalam akun mereka dan karena auditor biasanya memilih konfirmasi akun dengan saldo tercatat yang lebih besar. Asersi mengenai penilaian atau alokasi untuk piutang usaha sebagian diuji melalui konfirmasi, meskpun penilaian akun akan membutuhkan audit atas penyisihan piutang ragu-ragu. Ketika auditor mengkonfirmasikan kas dengan pihak bank, formulir konfirmasi tersegut juga meminta informasi tentang jaminan yang disajikan atas pinajaman. Jadi, teknik konfirmasi juga bisa memberikan bukti tentang penyajian dan pengungkapan.

Vouching (Pemeriksaan Bukti Pendukung)
Voucing adalah pemeriksaan dokumen yang mendukung suatu transaksi atau jumlah yang telah tercatat. Karena tujuan teknik vouching adalah untuk memperoleh bukti mengenai item yang tercatat dalam catatan akuntansi, maka arah pencarian dokumen pendukung tersebut bersifat krusial. Untuk melakukan vouching, arah pengujian adalah dari item yang tercatat hingga dokumentasi pendukung.
Asersi mengenai kelengkapan lebih sulit diuji melalui vouching karena pengujian kelengkapan mengharuskan auditor untuk mencari bukti item yang tidak tercatat. Vouching dimulai dengan item yang tercatat. Akan tetapi, auditor dapat memilih penjualan yang tercatat setelah akhir tahun dan mem-vouching item-item ini ke faktur penjualan untuk menentukan apakah hal tersebut merupakan penjualan yang sudah harus dicatat sebelum akhir tahun (yaitu, kelengkapan). Umumnya, pengujian dokumen untuk item-item yang belum tercatat melibatkan teknik audit lainnya penelusuran.

Penelusuran
Penelusuran (tracing) adalah mengikuti dokumen sumber hingga ke pencatatannya dalam catatatn akuntansi. Seorang auditor melaksanakan prosedur ini dengan menyeleksi dokumen sumber, seperti faktur penjualan atau laporan pengiriman dan menelusurinya melalui sistem akuntansi ke pencatatan akhir dalam catatan akuntansi, seperti jurnal dan buku besar. Arah pengujian atas penelusuran adalah kebalikan dari arah pengujian vouching. Karena itu, auditor seringkali menggunakan penelusuran untuk menguji asersi mengenai kelengkapan.
Penelusuran dapat menguji kelengkapan karena auditor mengawalinya dengan dokumen sumber yang harus bermuara pada transaksi atau jumlah yang tercatat dalam catatan akuntansi, auditor akan mendapatkan bukti tentang apakah item telah tercatat atau tidak. Dokumen sumber yang tidak tercatat menunjukkan kesalahan penyajian asersi mengenai kelengkapan.


Pelaksanaan Ulang
Teknik umum yang digunakan auditor untuk mendapatkan bukti adalah pelaksanaan ulang (reperformance) dari aktivitas klien dalam proses akuntansi. Sebenarnya, auditor memperoleh bukti tentang aktivitas klien dengan mengulangi aktivitas tersebut dan membandingkan hasilnya dengan hasil klien. Karena teknik ini melibatkan pengulangan atas beberapa hal yang telah dilakukan klien, maka teknik ini juga dapat digunakan baik sebagai pengujian pengendalian maupun pengujian substantif.
Pelaksanaan ulang dilakukan sebagai pengujian pengendalian ketika auditor melaksanakan kembali prosedur pengendalian untuk menentukan apakan pekerjaan awal telah dilakukan secara efektif. Sebagai contoh, jika auditor menghitung kembali sampel faktur yang telah dihitung dan diparaf oleh klerk klien dan ditemukan adanya kesalahan, maka hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian berfungsi secara tidak memadai.

Observasi
Observasi (observation) berarti auditor menyaksikan aktivitas fisik klien. Sebagai contoh, auditor dapat mengobservasi penghitungan persediaan klien untuk menilai tingkat kemahiran yang digunakan. Selain itu, beberapa kebijakan dan prosedur pengendalian internal hanya dapat diverifikasi dengan obvservasi karena pelaksanaan kegiatan ini tidak meninggalkan bukti dokumenter. Contoh dari pengendalian ini meliputi pemisahan tugas yang tepat dan kompetensi personel.

Rekonsiliasi
Rekonsiliasi terutama mendukung asersi mengenai kelengkapan dan eksistensi atau kejadian. Dengan merekonsiliasi dua catatan, auditor dapat menemukan item-item yang tidak dicatat dalam catatan klien. Sebagai contoh, dalam suatu rekonsiliasi bank, auditor dapat mengidentifikasi pengeluaran kas yang telah dicatat bank tetapi tidak dicatat oleh klien, yaitu kesalahan penyajian kelengkapan. Atau auditor dapat menemukan bahwa pengeluaran kas dalam catatan akuntansi klien juga dicatat sebagai pengeluaran oleh bank. Bukti ini mendukung kejadian dari transaksi pengeluaran kas yang dicatat pada pembukuan klien.

Tanya Jawab
Teknik tanya jawab atau mengajukan pertanyaan (inquiry) digunakan secara ekstensif dalam audit. Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa dilakukan secara lisan atau tulisan. Karena manajemen klien dan pegawai cukup mengetahui operasi dan pengendalian internal, maka auditor yang paling berpengalaman pun akan mendapat keuntungan dari tanya jawab tersebut.

Inspeksi
Scanning adalah jenis inspeksi di mana auditor menelaah suatu dokumen tentang item-item yang tidak biasa. Sebagai contoh, auditor bisa men-scan buku besar piutang usaha untuk menetukan eksistensi setiap pelanggan yang memiliki saldo kredit besar yang harus direklasifikasi sebagai kewajiban.
Inspeksi juga dapat memberikan informasi bagi auditor sebagai dasar dalam melakukan pengujian audit khusus, seperti inspeksi atas instrumen hutang untuk menentukan suku bunga guna menguji beban bunga. Inspeksi juga bisa menambah informasi yang dicatat dalam catatan akuntansu, seperti menentukan persetujuan atas akuisisi pabrik dan peralatan dengan menginspeksi notulen rapat dewan direksi. Karena berbagai dokumen bisa diinspeksi oleh auditor, teknik inspeksi bisa memenuhi semua asersi laporan keuangan.

Prosedur Analitis

Teknik prosedur analitis (analytical procedur) mencakup sejumlah prosedur tertentu yang bisa dipilih auditor untuk dilaksanakan. Telah disebutkan sebelumnya dalam bab ini bahwa beberapa jenis pengujian analitis yang umum dapat digunakan untuk menganalisis hubungan di antara data yang ada. Auditor menggunakan teknik ini untuk menilai kelayakan data. Sebagai contoh, penghitungan rasio atau kecenderungan tertentu dari informasi laporan keuangan bisa mengindikasikan kondisi tidak biasa yang mendorong auditor untuk mencari bukti lebih jauh tentang item-item tertentu dalam laporan keuangan. Karena hubungan tidak biasa di antara data itu dapat terjadi dengan beberapa alasan, maka prosedur analitis memenuhi kelima asersi laporan keuangan.

No comments: