Saturday, November 26, 2016

ANALISIS PROFITABILITAS PERUSAHAAN


Pendahuluan
Menganalisis profitabilitas perusahaan merupakan salah satu bagian utama analisis laporan keuangan. Analisis profitabilitas perusahaan merupakan analisis terhadap kinerja operasi suatu perusahaan. Analisis profitabilitas (profitability analysis) atau biasa juga disebut analisis rentabilitas adalah suatu analisis terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Secara umum, profitabilitas perusahaan didasarkan pada dua aspek yaitu: (1) profitabilitas berdasarkan pendapatan dan biaya, serta (2) profitabilitas berdasarkan investasi.  Oleh karena itu, pada analisis ini akan dibahas tentang analisis pendapatan, analisis biaya, analisis marjin laba, analisis return on investment, analisis return on equity, serta analisis dampak profitabilitas terhadap stakeholder perusahaan.
Pada bagian ini akan dimulai dengan analisis atas komponen-komponen pembentuk laba rugi perusahaan. Kemudian menerapkan alat-alat analisis terhadap laba rugi, serta menginterpretasi hasil analisis. Hasil interpretasi ini sangat bermanfaat bagi para stakeholder, terutama bagi investor dalam mengambil keputusan investasinya. Pada umumnya, investor mempertimbangkan aspek return dan risiko dalam mengambil keputusan investasinya. Oleh karena itu, analisis profitabilitas sangat diperlukan bagi manajer investasi dalam suatu perusahaan.

Kerangka Pembahasan
 


Menganalisis Profitabilitas berdasarkan Pendapatan dan Biaya
Pendapatan (revenue) dan biaya (cost) merupakan komponen utama pembentuk laba atau rugi suatu perusahaan. Pendapatan merupakan hasil yang didapatkan oleh perusahaan, baik dari kegiatan operasi berupa hasil penjualan barang atau jasa yang disebut pendapatan usaha maupun dari kegiatan non operasi yang disebut sebagai penghasilan lain-lain. Demikian juga, biaya merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan yang meliputi: (1) pengeluaran untuk kegiatan menghasilkan output yang membentuk harga pokok penjualan, (2) pengeluaran untuk kegiatan operasional, seperti kegiatan penjualan yang membentuk beban penjualan dan kegiatan umuum dan administrasi yang membentuk beban umum dan administrasi, serta (3) pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan non operasi yang membentuk beban lain-lain. Analisis profitabilitas berdasarkan pendapatan dan biaya didasarkan pada pemikiran bahwa laba merupakan bagian dari pendapatan yang disisakan oleh biaya-biaya atau beban-beban.

Menganalisis Pendapatan
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa pendapatan merupakan hasil yang didapatkan oleh perusahaan, baik berupa pendapatan usaha maupun pendapatan bukan dari  usaha. Pada bagian ini akan difokuskan pada analisis pendapatan yang mencakup beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1)      Apa sumber utama pendapatan perusahaan?
2)      Bagaimana daya tahan sumber pendapatan perusahaan?
3)      Bagaimana hubungan antara pendapatan, piutang, dan persediaan?

Sumber Utama Pendapatan Perusahaan
Pada umumnya, sumber pendapatan perusahaan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pendapatan usaha (operasi) dan pendapatan bukan dari usaha (non operasi). Pendapatan usaha merupakan sumber pendapatan utama bagi suatu perusahaan yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa hasil produksi perusahaan. Sedangkan pendapatan non usaha dapat bersumber dari kegiatan, seperti hasil penjualan aktiva, hasil investasi eksternal yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Sumber pendapatan usaha perusahaan sangat bergantung pada karakteristik perusahaan. Dalam hal ini, ada perusahaan yang beroperasi hanya satu lini bisnis dan ada pula yang lebih dari satu unit bisnis (terdiversifikasi). Pada perusahaan yang memiliki satu lini bisnis biasanya sumber pendapatan usahanya hanya satu. Sedangkan perusahaan yang terdiversifikasi biasanya sumber pendapatannya lebih dari satu. Dewasa ini, hampir semua perusahaan memiliki unit bisnis yang terdiversifikasi sehingga sumber pendapatan usaha juga lebih dari satu.
Pada pembahasan ini, penulis menfokuskan pada perusahaan yang memiliki pendapatan terdiversifikasi. Analisis ini bertujuan untuk membantu menganalisis:
1.      Pertumbuhan penjualan
Analisis tren atau kecenderungan atas penjualan setiap segmen berguna dalam menilai profitabilitas. Pertumbuhan penjualan sebagai hasil dari satu atau lebih faktor, seperti perubahan harga, perubahan volume penjualan, akuisisi, dan perubahan nilai tukar.

2.      Pertumbuhan aktiva
Analisis tren atau kecenderungan pada aktiva setiap segmen adalah relevan untuk analisis profitabilitas. Ini dilakukan untuk menganalisis tingkat efektivitas pengelolaan aktiva atau investasi dalam menghasilkan pendapatan.
3.      Profitabilitas
Pengukuran laba operasi terhadap penjualan dan laba operasi terhadap aktiva setiap segmen berguna dalam menganalisis profitabilitas.

Untuk memberikan gambaran tentang analisis pendapatan di atas, maka sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan tahun 2008 dan 2009 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Analisis pendapatan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Sumber Pendapatan
2008 (Rp juta)
2009 (Rp juta)
Pihak ketiga
27.451.037
28.878.338
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
452.159
363.545
Penghasilan lain-lain (non usaha)
-29.141
454.857
Total
27.874.055
29.696.740
Sumber: Lampiran 1. Catatan Laporan Laba Rugi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Berdasarkan Tabel 6.1 di atas, selanjutnya dilakukan analisis secara common-size atas pendapatan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dalam suatu diagram sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.1. dan Gambar 6.2.
Gambar 6.1. Analisis common-size pendapatan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan tahun 2008

Gambar 6.1 di atas menunjukkan bahwa PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan pada tahun 2008 memperoleh pendapatan dari tiga sumber, yaitu dari pihak ketiga berupa mesin konstruksi, kontraktor penambangan, dan penambangan batubara; dari hubungan istimewa berupa mesin konstruksi; serta penghasilan lain-lain yang bersumber dari hasil penjualan aktiva tetap dan hasil investasi secara eksternal pada pasar keuangan berupa keuntungan pelepasan aktiva tetap, keuntungan atau kerugian selisih kurs, penghasilan bunga, penghasilan dividen, dll. Pendapatan usaha bersumber dari pihak ketiga sebesar 98% dan hubungan istimewa sebesar 2%, sementara penghasilan lain-lain adalah negatif yang disebabkan oleh kerugian selisih kurs.
Gambar 6.2. Analisis Common-size Pendapatan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan Tahun 2009

Gambar 6.2 di atas menunjukkan bahwa PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan pada tahun 2009 memperoleh pendapatan dari tiga sumber, yaitu dari pihak ketiga, dari hubungan istimewa, dan penghasilan lain-lain. Pendapatan usaha bersumber dari pihak ketiga sebesar 97% dan hubungan istimewa sebesar 1%, sementara penghasilan lain-lain sebesar 2%.

Ketahanan sumber pendapatan perusahaan
Ketahanan pendapatan dapat digambarkan oleh stabilitas dan kecenderungan (trend) pendapatan. Hal ini penting sebagai dasar untuk menganalisis profitabilitas suatu perusahaan. Pada bagian ini dapat digunakan dua alat analisis untuk menilai ketahanan pendapatan yaitu: (1) analisis trend (trend analysis), dan (2) evaluasi terhadap diskusi dan analisis manajemen (Management’s Discussion and Analysis = MD&A).
1.      Analisis tren (trend analysis) terhadap pendapatan
Analisis tren merupakan suatu metode yang berguna dalam menilai ketahanan pendapatan, baik secara keseluruhan maupun segmen. Analisis ini menjadi dasar pertimbangan untuk menganalisis beberapa hal sebagai berikut:
a.       Sensitivitas pendapatan terhadap kondisi bisnis
b.      Antisipasi permintaan melalui produk baru atau pengembangan produk baru

Untuk memberikan gambaran tentang analisis tren ini, sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Analisis tren berjalan terhadap pendapatan PT United
Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Tahun
Pendapatan Bersih
Perubahan
(Rp)
(Rp)
%
2009
   57,035,360,825


2010
   58,915,619,696
    1,880,258,871
3.30
2011
   72,583,334,711
  13,667,715,015
23.20
2012
   74,020,656,400
    1,437,321,689
1.98
2013
   80,229,572,463
    6,208,916,063
8.39

Sumber: Fact Book Bursa Efek Indonesia (BEI)

Selain dalam bentuk tabel, analisis tren berjalan di atas dapat juga disajikan dalam bentuk grafik sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.3.
Gambar 6.3. Analisis tren berjalan pendapatan usaha PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Berdasarkan Tabel 6.2 dan Gambar 6.3 di atas menunjukkan bahwa pendapatan usaha PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan selama lima tahun sejak periode 2005 hingga 2009 mengalami peningkatan secara stabil. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2008 yang meningkat sebesar 53.60%.

Selain disajikan dalam bentuk analisis tren berjalan tersebut, analisis ketahanan sumber pendapatan dapat juga disajikan dalam bentuk tren angka indeks. Pendekatan ini sebagaimana disajikan pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Analisis tren angka indeks pendapatan (tahun dasar 2005)
U r a i a n
2005
2006
2007
2008
2009
Pendapatan Usaha (Rp milyar)
13.281
13.720
18.166
27.903
29.242
Angka Indeks
100
103
137
210
220
Sumber: Fact Book Bursa Efek Indonesia (BEI)

Tabel 6.3 di atas menunjukkan bahwa tahun 2005 dijadikan sebagai tahun dasar karena dinilai sebagai periode yang paling normal. Pada tahun 2006, pendapatan usaha lebih besar 3% dari tahun 2005. Selanjutnya tahun 2007, pendapatan usaha lebih besar 37% dari tahun 2005. Selanjutnya tahun 2008, pendapatan usaha lebih besar 110% dari tahun 2005. Dan akhirnya tahun 2009, pendapatan usaha lebih besar 120% dari tahun 2005.

2.      Diskusi dan Analisis Manajemen (Management’s Discussion and Analysis) terhadap pendapatan
Diskusi dan Analisis Manaemen (MD&A) terhadap kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan berguna dalam analisis ketahanan pendapatan. Informasi ini membantu dalam memahami dan mengevaluasi perubahan akun-akun keuangan suatu perusahaan dari waktu ke waktu termasuk pendapatan. Manajemen membutuhkan laporan atas perubahan komponen-komponen pendapatan dan biaya yang relevan untuk memahami aktivitas operasi suatu perusahaan. Manajemen juga perlu mengetahui mengenai hubungan antara pertumbuhan pendapatan terhadap peningkatan harga, volume, inflasi, atau pengenalan produk baru. Manajemen didorong untuk menggambarkan hasil secara finansial, tinjauan atas informasi masa akan datang, serta kecenderungan dan kekuatan yang tidak tampak dalam laporan keuangan.

Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan
Hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha serta pendapatan dengan persediaan akan memberikan petunjuk yang penting untuk mengevaluasi hasil operasi serta berguna dalam memprediksi kinerja di masa yang akan datang.
1.      Hubungan pendapatan dengan piutang usaha
Analisis hubungan antara pendapatan dan piutang usaha penting dalam mengevaluasi kualitas laba. Sebagai contoh, jika piutang usaha tumbuh pada tingkat yang melebihi pendapatan, kita perlu mengevaluasi untuk mengidentifikasi penyebabnya.

Untuk memberikan gambaran tentang hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha, sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.4.

  Tabel 6.4. Analisis hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha
U r a i a n
Nilai (Rp juta)
Perubahan 2009 (%)
2008
2009
Pendapatan bersih
27.903.196
29.241.883
4,80
Piutang Usaha bersih
3.470.549
4.462.606
28,59
 Sumber: Lampiran 1. Laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 6.4 di atas menunjukkan peningkatan pendapatan sebesar 4,80% dan diikuti peningkatan piutang usaha yang signifikan sebesar 28,59%. Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2009, manajemen perusahaan cenderung menerapkan kebijakan penjualan yang longgar dengan menekankan penjualan secara kredit. Namun kebijakan ini belum memberikan pengaruh positif yang signifikan untuk mendorong pendapatan usaha.

2.      Hubungan pendapatan dengan persediaan
Sebagaimana telah diketahui bahwa perputaran persediaan berhubungan dengan kualitas persediaan dan perputaran aktiva. Analisis terhadap komponen-komponen persediaan menunjukkan pendapatan dan kegiatan operasi di masa yang akan datang. Sebagai contoh ketika peningkatan barang jadi disertai oleh penurunan bahan baku dan/atau barang dalam proses maka dapat diperkirakan bahwa akan terjadi penurunan produksi.

Untuk memberikan gambaran tentang hubungan antara pendapatan dengan persediaan, sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Hubungan antara pendapatan dengan persediaan
U r a i a n
Nilai (Rp juta)
Perubahan 2009 (%)
2008
2009
Pendapatan bersih
27.903.196
29.241.883
4,80
Persediaan bersih
5.246.343
3.966.358
(24,40)
Sumber: Lampiran 1. Laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 6.5 di atas menunjukkan peningkatan pendapatan sebesar 4,80% dan diikuti dengan penurunan persediaan yang signifikan sebesar 24,40%. Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2009, manajemen perusahaan cenderung menerapkan kebijakan persediaan yang ketat serta mendorong pemanfaatan persediaan untuk mendukung pendapatan. Namun kebijakan ini belum memberikan pengaruh positif yang signifikan untuk mendorong pendapatan usaha.

Menganalisis Biaya
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa biaya merupakan komponen utama yang membentuk laba atau rugi yang dialami oleh perusahaan. Karakteristik biaya dalam suatu perusahaan ada yang bersifat variabel dan ada yang bersifat tetap. Biaya yang bersifat variabel dapat diartikan sebagai biaya yang nilainya berubah-ubah sejalan dengan perubahan tingkat kegiatan produksi, misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya yang bersifat tetap dapat diartikan sebagai biaya yang nilainya tidak berubah walaupun tingkat kegiatan produksi mengalami perubahan, misalnya biaya gaji pimpinan, dll. Di samping biaya-biaya tersebut, ada juga yang disebut sebagai biaya semi-variabel. Biaya ini memiliki sifat variabel dan juga sifat tetap. Oleh karena itu, dalam analisis biaya dilakukan pemisahan mengenai komposisi variabel dan tetap.

Pada bagian ini akan disajikan analisis terhadap biaya-biaya operasi maupun beban-beban operasional dan beban-beban non operasional, serta hubungannya dengan profitabilitas perusahaan.

Menganalisis Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan (HPP) atau cost of goods sold (CoGS) merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan perolehan output untuk siap dijual. Biaya-biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead (biaya-biaya tidak langsung).
Analisis terhadap harga pokok penjualan diperlukan dalam rangka menganalisis laba kotor (gross profit). Sementara laba kotor mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi beban-beban operasi. Analisis perubahan laba kotor memberikan perhatian khusus terhadap faktor-faktor yang menyebabkan perubahan pada penjualan dan harga pokok penjualan. Analisis terhadap perubahan laba kotor biasanya dibentuk secara internal sebab membutuhkan data non masyarakat, seperti jumlah unit yang dijual, harga jual per unit, dan biaya per unit.
Untuk mengukur hubungan antara harga pokok penjualan dengan profitabilitas perusahaan digunakan alat ukur yang disebut marjin laba kotor. Ini hanya ditemukan pada jenis perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang. Sementara bagi jenis perusahaan jasa tidak ada harga pokok penjualan. Marjin laba kotor (gross profit margin) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba kotor atas penjualan yang dilakukan. Untuk menghitung besarnya margin laba kotor (gross profit margin) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 6.1 dan Persamaan 6.2.
Untuk menjelaskan marjin laba kotor, maka sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6. Analisis harga pokok penjualan dan marjin laba kotor
Tahun
Pendapatan Bersih
(Rp juta)
Harga Pokok Pendapatan (Rp juta)
Margin Laba Kotor (%)
2008
27.903.196
22.403.992
19,71
2009
29.241.883
22.570.824
22,81
Sumber: Laporan Laba Rugi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 6.6 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, setiap penjualan dapat menghasilkan laba kotor sebesar 19,71% sedangkan pada tahun 2009, setiap penjualan dapat menghasilkan laba kotor sebesar 22,81%. Jadi pada tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan marjin laba kotor. Berdasarkan laporan laba rugi, peningkatan marjin laba kotor ini disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan bersih sebesar 4,80% yang diikuti peningkatan harga pokok penjualan yang lebih rendah yaitu sebesar 0,74%. Ini juga mengindikasikan bahwa pada tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan lebih efisien dalam menjalankan kegiatan produksinya sehingga mengalami peningkatan profitabilitas.

Menganalisis Beban-beban Operasi
Beban-beban operasi merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi, seperti beban-beban penjualan, beban depresiasi, beban pemeliharaan dan perbaikan, beban-beban administrasi dan umum. Analisis terhadap beban-beban operasi perusahaan diperlukan dalam rangka menganalisis laba operasi (operating profit) perusahaan. Sementara laba operasi mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi beban-beban non operasi terutama beban-beban finansial atas pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan, seperti beban bunga atas pinjaman.
Untuk mengukur hubungan antara beban-beban operasi dengan profitabilitas perusahaan secara spesifik digunakan alat ukur marjin laba operasi (operating profit margin). Hasil pengukuran marjin laba operasi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba operasi atas penjualan yang dilakukan. Marjin laba operasi juga sekaligus untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran atas beban-beban operasi perusahaan. Untuk menghitung besarnya margin laba operasi dapat digunakan rumus sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 6.3 dan Persamaan 6.4.
Untuk menjelaskan marjin laba kotor operasi, maka sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.7.

Tabel 6.7. Analisis harga pokok penjualan dan marjin laba operasi
Tahun
Pendapatan Bersih (Rp juta)
HPP (Rp juta)
Beban Operasi (Rp juta)
Margin Laba Operasi (%)
2008
27.903.196
22.403.992
1.340.541
14,90
2009
29.241.883
22.570.824
1.502.315
17,68
Sumber: Laporan Laba Rugi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 6.7 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, setiap penjualan dapat menghasilkan laba operasi sebesar 14,90% sedangkan pada tahun 2009, setiap penjualan dapat menghasilkan laba operasi sebesar 17,68%. Jadi pada tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan marjin laba operasi. Untuk mengetahui tingkat efisiensi atas pengaruh pengeluaran beban-beban operasi terhadap profitabilitas perusahaan maka dilakukan perbandingan antara marjin laba kotor dengan marjin laba operasi. Perbandingan antara marjin laba kotor dengan marjin laba operasi ditunjukkan pada Tabel 6.8.

Tabel 6.8. Perbandingan antara marjin laba kotor dengan marjin laba operasi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
No
Jenis Ukuran Profitabilitas
2008
2009
Perubahan
1
Marjin laba kotor
19,71%
22,81%
3,10%
2
Marjin laba operasi
14,90%
17,68%
2,78%

Tabel 6.8 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2009, kedua ukuran profitabilitas di atas, baik marjin laba kotor maupun marjin laba operasi mengalami peningkatan. Namun peningkatan marjin laba operasi lebih  kecil dari peningkatan marjin laba kotor. Ini mengindikasikan bahwa:
1.      Peningkatan marjin laba operasi sebagai akibat dari peningkatan marjin laba kotor.
2.  Pengeluaran atas beban-beban operasi justru tidak efisien sehingga menurunkan profitabilitas perusahaan.

Berdasarkan laporan laba rugi menunjukkan bahwa penurunan profitabilitas dari laba operasi perusahaan ini disebabkan oleh adanya peningkatan beban-beban operasi yang signifikan yaitu sebesar 12,07%. Kenaikan beban operasi dipicu oleh peningkatan beban umum dan administrasi. Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan kurang efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga mengalami penurunan profitabilitas.

Menganalisis Beban-beban Non Operasi
Beban-beban non operasi merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan kegiatan pendanaan dan kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan operasi, seperti beban-beban pendanaan dan beban pajak. Analisis terhadap beban-beban non operasi diperlukan dalam rangka menganalisis laba bersih (net profit). Sementara laba bersih mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi beban-beban pendanaan berupa beban dividen.
Untuk mengukur hubungan antara beban-beban non operasi dengan profitabilitas perusahaan secara spesifik digunakan alat ukur marjin laba bersih (net profit margin). Hasil pengukuran marjin laba bersih menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba bersih atas penjualan yang dilakukan setelah disesuaikan dengan pendapatan atau beban-beban lain. Untuk menghitung besarnya margin laba bersih dapat digunakan rumus sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 6.5 dan Persamaan 6.6.
Untuk menjelaskan marjin laba bersih, maka sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.9.

Tabel 6.9. Analisis beban non operasi dan marjin laba bersih
Tahun
Pendapatan Bersih (Rp juta)
Laba Bersih
(Rp juta)
Margin Laba Bersih (%)
2008
27.903.196
2.660.742
9,54
2009
29.241.883
3.817.541
13,06
Sumber: Laporan Laba Rugi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 6.9 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, setiap penjualan dapat menghasilkan laba bersih sebesar 9,54% sedangkan pada tahun 2009, setiap penjualan menghasilkan laba bersih sebesar 13,06%. Jadi pada tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan marjin laba bersih. Untuk mengetahui tingkat efisiensi atas pengaruh pengeluaran beban-beban non operasi terhadap profitabilitas perusahaan maka dilakukan perbandingan antara marjin laba kotor, marjin laba operasi, dan marjin laba bersih. Perbandingan antara ketiga ukuran tersebut sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.10.

Tabel 6.10. Perbandingan antara marjin laba kotor, marjin laba operasi, dan marjin laba bersih PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
No
Jenis Ukuran Profitabilitas
2008
2009
Perubahan
1
Marjin laba kotor
19,71%
22,81%
3,10%
2
Marjin laba operasi
14,90%
17,68%
2,78%
3
Marjin laba bersih
9,54%
13,06%
3,52%

Tabel 6.10 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2009, ketiga ukuran profitabilitas di atas, baik marjin laba kotor, marjin laba operasi, maupun marjin laba bersih mengalami peningkatan. Namun peningkatan marjin laba bersih lebih  besar dari peningkatan laba marjin laba operasi. Ini mengindikasikan bahwa:
1.      Peningkatan marjin laba bersih sebagai akibat dari akumulasi peningkatan marjin laba kotor dan marjin laba operasi.
2.  Pengeluaran atas beban-beban non operasi lebih efisien sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Berdasarkan laporan laba rugi menunjukkan bahwa peningkatan profitabilitas dari laba bersih perusahaan ini disebabkan oleh adanya surplus antara penghasilan-penghasilan non operasi dengan beban-beban non operasi, dimana pada tahun 2008 mengalami defisit. Surplus tersebut dipicu oleh adanya peningkatan keuntungan dari investasi eksternal (di luar operasi perusahaan). Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan lebih efisien dalam menjalankan kegiatan non operasinya sehingga mengalami peningkatan profitabilitas.

Menganalisis Profitabilitas berdasarkan Investasi Perusahaan
Sebagaimana telah kemukakan di atas bahwa pengukuran profitabilitas perusahaan, selain didasarkan atas pendapatan juga didasarkan atas investasi. Hal ini sejalan dengan pemikiran bahwa kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan akan menghasilkan output berupa barang atau jasa, kemudian output tersebut dijual untuk menghasilkan pendapatan, dan akhirnya dari pendapatan akan dihasilkan laba. Investasi ditunjukkan oleh besarnya pengeluaran modal untuk membiayai aktiva perusahaan.

Beberapa teknik dan pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis profitabilitas perusahaan antara lain adalah: pengembalian atas modal yang diinvestasikan (return on invested capital), pengembalian atas ekuitas pemegang saham biasa (Return on Common Shareholders’ Equity), dan pengembalian kas atas aktiva (cash return on assets).

Analisis Pengembalian atas Modal yang Diinvestasikan
Analisis laporan keuangan mencakup penilaian terhadap risiko dan return. Analisis terhadap pengembalian atas modal yang diinvestasikan atau return on invested capital (ROIC) merupakan suatu analisis tentang kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan atas modal yang diinvestasikan. Jadi analisis ini menunjukkan keberhasilan perusahaan menggunakan pendanaan untuk menghasilkan laba, baik dana ditinjau dari penggunaan  maupun sumbernya.
Secara filosofis hubungan antara laba dengan modal yang diinvestasikan adalah bahwa investasi dilakukan untuk menghasilkan output yang selanjutnya output dijual untuk menghasilkan pendapatan dan akhirnya dari pendapatan tersebut diperoleh laba. Secara umum, untuk menghitung pengembalian atas modal yang diinvestasikan (PMD) dapat digunakan rumus pada Persamaan 6.7.
 

Pada dasarnya, tidak ada ukuran umum tentang modal yang diinvestasikan dalam menghitung tingkat keuntungan. Definisi tentang modal yang diinvestasikan bergantung pengguna laporan keuangan. Pengembalian atau return suatu perusahaan dapat dinilai dari perspektif total aktiva dan total pendanaan (kewajiban dan ekuitas). Apabila konsep modal yang diinvestasikan berdasarkan total aktiva maka hasil pengukuran adalah pengembalian atas aktiva atau yang lebih dikenal sebagai return on total assets (ROA). Hasil pengukuran ini adalah relevan untuk mengukur efisiensi operasi. Untuk menghitung ROA dapat digunakan rumus pada Persamaan 6.8.
 
Laba bersih dan beban bunga sebelum pajak bersumber dari laporan laba rugi. Rata-rata aktiva bersumber dari neraca yang dihitung dari penjumlahan aktiva pada neraca dari dua periode kemudian dibagi dua. Rata-rata aktiva dapat juga digunakan data aktiva satu periode. Untuk memberikan gambaran tentang ROA, sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.11.

Tabel 6.11. Penghitungan dan analisis return on assets (ROA)
Tahun
Laba Bersih (Rp juta)
Beban Bunga sebelum Pajak (Rp juta)
Rata-rata Aktiva
(Rp juta)
ROA (%)
2008
2.660.742
283.117
22.847.721
12,88
2009
3.817.541
188.467
24.404.828
16,41
Sumber: Lampiran 1. Laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Pada perhitungan di atas, rata-rata aktiva digunakan data satu periode masing-masing. Tabel 6.11 tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2008, setiap aktiva yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 12,88% dan pada tahun 2009, setiap aktiva yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 16,41%. Dengan demikian, profitabilitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2009.
Selain rumus di atas, penghitungan ROA dapat juga digunakan Persamaan 6.9, Persamaan 6.10, dan Persamaan 6.11. Penghitungan ini sering juga dikenal sebagai pengembalian atas investasi atau return on investment (ROI).
Untuk memberikan gambaran tentang ROA atau ROI, sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.12.

Tabel 6.12. Penghitungan dan analisis ROA atau ROI
Tahun
Laba Bersih
(Rp juta)
Rata-rata Aktiva
(Rp juta)
ROA atau ROI (%)
2008
2.660.742
22.847.721
11,65
2009
3.817.541
24.404.828
15,64
Sumber: Lampiran 1. Laporan Laba Rugi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Pada perhitungan di atas, rata-rata aktiva digunakan data satu periode masing-masing. Tabel 6.12 tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2008, setiap aktiva yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 11,65% dan pada tahun 2009, setiap aktiva yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 15,64%. Dengan demikian, profitabilitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2009.

Berdasarkan laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dapat diketahui bahwa peningkatan ROA atau ROI di atas sebagai akibat dari peningkatan laba bersih sebesar 43,48% yang diikuti oleh peningkatan aktiva yang lebih rendah yaitu sebesar 6,82%. Jadi ini mengindikasikan bahwa penggunaan aktiva lebih produktif dalam menghasilkan laba bersih pada tahun 2009.

Berdasarkan kedua ilustrasi yang menggambarkan perhitungan ROA atau ROI di atas terdapat perbedaan nilai. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan cara pandang, dimana pada ilustrasi pertama perolehan laba tidak dikaitkan dengan beban pendanaan dari pinjaman sementara pada ilustrasi kedua perolehan laba dikaitkan dengan seluruh beban termasuk beban pendanaan dari pinjaman.

Pengembalian atas Ekuitas Pemegang Saham Biasa
Pengembalian atas ekuitas pemegang saham biasa atau return on common shareholders’ equity (ROCE) juga lebih dikenal sebagai return on equity (ROE) merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Secara spesifik, ROCE menggambarkan sejauhmana produktivitas ekuitas saham biasa dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Untuk mengukur ROCE dapat digunakan rumus pada Persamaan 6.12, Persamaan 6.13, dan Persamaan 6.14.

Rata-rata ekuitas saham biasa merupakan hasil penjumlahan ekuitas pada neraca dua periode kemudian dibagi dua. Rata-rata ekuitas dapat juga didasarkan pada ekuitas satu periode saja. Untuk memberikan gambaran tentang ROCE, sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.13.

Tabel 6.13. Penghitungan dan analisis atas ROCE atau ROE
Tahun
Laba Bersih
(Rp juta)
Dividen Saham Preferen
(Rp juta)
Ekuitas Saham Biasa (Rp juta)
ROCE atau ROE (%)
2008
2.660.742
-
4.613.283
57,68
2009
3.817.541
-
4.613.283
82,75
Sumber: Lampiran 1. Laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 6.13 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, setiap ekuitas saham biasa yang digunakan mampu menghasilkan laba bersih sebesar 57,68%. Sedangkan pada tahun 2009, setiap ekuitas saham biasa yang digunakan mampu menghasilkan laba bersih sebesar 82,75%. Jika dibandingkan antara tahun 2008 dengan tahun 2009, terjadi peningkatan profitabilitas. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja operasi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sangat baik.

Berdasarkan laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dapat diketahui bahwa peningkatan ROCE atau ROE di atas sebagai akibat dari peningkatan laba bersih sebesar 43,48% yang tidak diikuti oleh perubahan ekuitas saham biasa. Jadi ini mengindikasikan bahwa penggunaan ekuitas saham biasa lebih produktif dalam menghasilkan laba bersih pada tahun 2009.

Pengembalian Kas atas Aktiva
Pengembalian kas atas aktiva atau cash return on assets (CROA) merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan aktiva yang diinvestasikan dapat menghasilkan kas dari kegiatan operasi. Hubungan antara aktiva yang dioperasikan dengan kas yang dihasilkan ditunjukkan oleh Gambar 6.4.


Berdasarkan Gambar 6.4 di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktiva dengan kas, dimana aktiva dioperasikan untuk menghasilkan output berupa barang atau jasa, yang kemudian output dijual untuk menghasilkan kas dari pendapatan operasi.

Untuk menghitung CROA dapat digunakan rumus sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 6.15.
Untuk memberikan gambaran tentang CROA, sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.14.

Tabel 6.14. Penghitungan dan analisis cash return on assets (CROA)
Tahun
Arus Kas dari Aktivitas Operasi (Rp juta)
Total Aktiva
(Rp juta)
CROA (%)
2008
4.253.895
22.847.721
18,62
2009
5.101.022
24.404.828
20,90
Sumber: Lampiran 1. Laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 6.14 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, setiap aktiva yang digunakan mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasi sebesar 18,62% dan pada tahun 2009, setiap aktiva yang digunakan mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasi sebesar 20,90%. Dengan demikian, profitabilitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2009.

Berdasarkan laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dapat diketahui bahwa peningkatan CROA di atas sebagai akibat dari peningkatan kas dari aktivitas operasi sebesar 19,91% yang diikuti oleh peningkatan aktiva yang lebih rendah yaitu sebesar 6,82%. Jadi ini mengindikasikan bahwa penggunaan aktiva lebih produktif dalam menghasilkan kas pada tahun 2009.

Manajemen Laba Perusahaan
Manajemen laba (earnings management) perusahaan merupakan suatu praktek window-dressing terhadap laporan keuangan. Hal ini tentunya dilakukan agar laporan keuangan perusahaan tampak baik sehingga diharapkan mendapatkan respon positif dari para stakeholder. Manajemen laba perusahaan menitikberatkan pada optimalisasi profitabilitas perusahaan sehingga dapat diciptakan stabilitas kondisi keuangan perusahaan. Manajemen laba dapat mengurangi muatan ekonomi suatu laporan keuangan dan juga dapat mengurangi kepercayaan dalam proses pelaporan.
Menurut Schipper (1989) dalam Subramanyam dan Wild (2009) bahwa manajemen laba dapat didefinisikan sebagai intervensi dengan maksud tertentu oleh manajemen dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan yang mementingkan diri sendiri. Selanjutnya, Subramanyam dan Wild (2009) mengemukakan bahwa manajemen laba merupakan salah satu alasan yang membedakan antara laba akuntansi dan laba ekonomi. Salah satu bentuk manajemen laba adalah perataan laba (income smoothing) yang boleh jadi berdasarkan beberapa kondisi memperbaiki kemampuan laba akuntansi untuk menggambarkan laba yang permanen.
Strategi manajemen laba meliputi tiga jenis yaitu: (1) Manajer meningkatkan laba periode berjalan, (2) Manajer mengurangi laba periode berjalan, dan (3) Manajer mengurangi volatilitas laba melalui perataan laba.

Analisis Profitabilitas dan Respon Stakeholder Perusahaan
Rasio profitabilitas yang tinggi mengindikasikan kinerja operasi yang tinggi namun di lain pihak mengindikasikan risiko yang tinggi. Ini didasarkan pada alasan bahwa ketika manajemen menetapkan profitabilitas yang tinggi berarti dana yang tersedia dikerahkan pada kegiatan produktif sehingga apabila terjadi suatu masalah operasi maka dapat menimbulkan gangguan yang serius bagi perusahaan. Sebagai ilustrasi, ketika kita mengendarai suatu kendaraan dengan kecepatan tinggi tentu risiko perjalanan sangat tinggi. Karena ketika terjadi kecelakaan dalam perjalanan maka boleh jadi kita tidak dapat tiba di tempat tujuan dengan selamat.

Rasio profitabilitas  memberikan arti bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) sehingga mereka akan merespon secara berbeda. Bagaimana respon para stakeholder terhadap rasio profitabilitas? Apabila rasio profitabilitas tinggi maka respon para stakeholders secara singkat digambarkan sebagai berikut:
1)  Investor yang memiliki tipe sebagai pengambil risiko (risk taker) cenderung merespon positif sedangkan investor yang memiliki tipe sebagai penghindar risiko (risk averter) cenderung merespon negatif.
2)      Kreditor cenderung merespon positif
3)      Suplier cenderung merespon positif
4)      Karyawan cenderung merespon positif

Beberapa hasil penelitian yang dilaksanakan di Indonesia yang menjelaskan adanya hubungan atau pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap respon para stakeholder terutama investor dikemukakan sebagai berikut:
1.      Bahri (2003) menyimpulkan bahwa return on equity (pengembalian atas ekuitas) secara signifikan berpengaruh terhadap indeks harga saham sektoral.
2.     Hodijah (2005) menyimpulkan bahwa hasil analisis rasio rentabilitas menunjukkan return on asset yang baik pada Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri karena rasionya berada di atas rasio minimum yang ditetapkan Bank Indonesia, sedangkan untuk Bank Mega Syariah Indonesia di akhir periode penelitian memiliki rasio di bawah standar Bank Indonesia. Sama halnya dengan return on assets, penilaian kinerja berdasarkan return on equity  pada Bank Syariah Mega Indonesia pun tidak baik karena mengalami penurunan diakhir periode. Sedangkan untuk Bank Muamalat dan Bank Mandiri Syariah berada di atas standar rasio minimum yang ditetapkan Bank Indonesia.
3.   Dwi Martani, Mulyono, dan Rahfiani Khairurizka (2009) menyimpulkan bahwa: (1) rasio-rasio keuangan, seperti net profit margin (marjin laba bersih) dan return on equity (pengembalian atas ekuitas) secara bersama-sama mempengaruhi return pasar dan return tidak normal, dan (2) pandangan investor tentang rasio-rasio keuangan adalah berguna dalam mengambil keputusan atas investasi.

Ringkasan
Analisis profitabilitas perusahaan merupakan suatu upaya untuk mengukur sejauhmana kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Analisis profitabilitas didasarkan pada dua aspek, yaitu berdasarkan pendapatan atau penjualan dan berdasarkan investasi.
Berbagai metode atau teknik yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan, baik berdasarkan pendapatan maupun berdasarkan investasi. Metode atau teknik yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas berdasarkan pendapatan meliputi: marjin laba kotor, marjin laba operasi, dan marjin laba bersih. Sedangkan metode atau teknik yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas berdasarkan investasi meliputi: pengembalian atas modal yang digunakan, seperti ROA atau ROI, pengembalian atas ekuitas pemegangan saham biasa, seperti ROE atau ROCE, serta pengembalian kas atas aktiva, seperti CROA.
Analisis profitabilitas perusahaan memberikan arti yang sangat penting bagi para stakeholder, sehingga manajemen perusahaan perlu melakukan window-dressing berupa manajemen laba. Hal ini dilakukan agar para stakeholder dapat merespon positif atas laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam manajemen laba yaitu: (1) Meningkatkan laba periode berjalan, (2) Mengurangi laba periode berjalan, dan (3) Mengurangi volatilitas laba melalui perataan laba.

No comments: