Pendahuluan
Menganalisis profitabilitas perusahaan merupakan salah
satu bagian utama analisis laporan keuangan. Analisis profitabilitas perusahaan
merupakan analisis terhadap kinerja
operasi suatu perusahaan. Analisis profitabilitas (profitability analysis) atau biasa juga disebut analisis
rentabilitas adalah suatu
analisis terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Secara
umum, profitabilitas perusahaan didasarkan pada dua aspek yaitu: (1) profitabilitas berdasarkan
pendapatan dan biaya, serta (2) profitabilitas berdasarkan investasi. Oleh karena itu, pada analisis ini akan
dibahas tentang analisis pendapatan, analisis biaya, analisis marjin laba,
analisis return on investment,
analisis return on equity, serta
analisis dampak profitabilitas terhadap stakeholder perusahaan.
Pada bagian ini akan dimulai dengan analisis atas
komponen-komponen pembentuk laba rugi perusahaan. Kemudian menerapkan alat-alat
analisis terhadap laba rugi, serta menginterpretasi hasil analisis. Hasil
interpretasi ini sangat bermanfaat bagi para stakeholder, terutama bagi
investor dalam mengambil keputusan investasinya. Pada umumnya, investor
mempertimbangkan aspek return dan risiko dalam mengambil keputusan
investasinya. Oleh karena itu, analisis profitabilitas sangat diperlukan bagi
manajer investasi dalam suatu perusahaan.
Kerangka Pembahasan
Menganalisis Profitabilitas berdasarkan Pendapatan dan
Biaya
Pendapatan (revenue)
dan biaya (cost) merupakan komponen
utama pembentuk laba atau rugi suatu perusahaan. Pendapatan merupakan hasil
yang didapatkan oleh perusahaan, baik dari kegiatan operasi berupa hasil
penjualan barang atau jasa yang disebut pendapatan usaha maupun dari kegiatan
non operasi yang disebut sebagai penghasilan lain-lain. Demikian juga, biaya
merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan yang meliputi: (1)
pengeluaran untuk kegiatan menghasilkan output yang membentuk harga pokok
penjualan, (2) pengeluaran untuk kegiatan operasional, seperti kegiatan
penjualan yang membentuk beban penjualan dan kegiatan umuum dan administrasi
yang membentuk beban umum dan administrasi, serta (3) pengeluaran untuk
kegiatan-kegiatan non operasi yang membentuk beban lain-lain. Analisis
profitabilitas berdasarkan pendapatan dan biaya didasarkan pada pemikiran bahwa
laba merupakan bagian dari pendapatan yang disisakan oleh biaya-biaya atau
beban-beban.
Menganalisis Pendapatan
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa pendapatan
merupakan hasil yang didapatkan oleh perusahaan, baik berupa pendapatan usaha
maupun pendapatan bukan dari usaha. Pada
bagian ini akan difokuskan pada analisis pendapatan yang mencakup beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1)
Apa sumber utama pendapatan
perusahaan?
2)
Bagaimana daya tahan sumber
pendapatan perusahaan?
3)
Bagaimana hubungan antara
pendapatan, piutang, dan persediaan?
Sumber Utama Pendapatan
Perusahaan
Pada umumnya, sumber pendapatan perusahaan dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu pendapatan usaha (operasi) dan pendapatan bukan
dari usaha (non operasi). Pendapatan usaha merupakan sumber pendapatan utama
bagi suatu perusahaan yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa hasil
produksi perusahaan. Sedangkan pendapatan non usaha dapat bersumber dari
kegiatan, seperti hasil penjualan aktiva, hasil investasi eksternal yang
bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Sumber pendapatan usaha perusahaan sangat bergantung
pada karakteristik perusahaan. Dalam hal ini, ada perusahaan yang beroperasi
hanya satu lini bisnis dan ada pula yang lebih dari satu unit bisnis (terdiversifikasi).
Pada perusahaan yang memiliki satu lini bisnis biasanya sumber pendapatan usahanya
hanya satu. Sedangkan perusahaan yang terdiversifikasi biasanya sumber
pendapatannya lebih dari satu. Dewasa ini, hampir semua perusahaan memiliki
unit bisnis yang terdiversifikasi sehingga sumber pendapatan usaha juga lebih
dari satu.
Pada pembahasan ini, penulis menfokuskan pada perusahaan
yang memiliki pendapatan terdiversifikasi. Analisis ini bertujuan untuk
membantu menganalisis:
1.
Pertumbuhan penjualan
Analisis tren atau kecenderungan atas penjualan setiap
segmen berguna dalam menilai profitabilitas. Pertumbuhan penjualan sebagai
hasil dari satu atau lebih faktor, seperti perubahan harga, perubahan volume
penjualan, akuisisi, dan perubahan nilai tukar.
2.
Pertumbuhan aktiva
Analisis tren atau kecenderungan pada aktiva setiap
segmen adalah relevan untuk analisis profitabilitas. Ini dilakukan untuk
menganalisis tingkat efektivitas pengelolaan aktiva atau investasi dalam
menghasilkan pendapatan.
3.
Profitabilitas
Pengukuran laba operasi terhadap penjualan dan laba
operasi terhadap aktiva setiap segmen berguna dalam menganalisis
profitabilitas.
Untuk memberikan gambaran tentang analisis pendapatan di
atas, maka sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan
Anak Perusahaan tahun 2008 dan 2009 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Analisis pendapatan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Sumber Pendapatan
|
2008 (Rp juta)
|
2009 (Rp juta)
|
Pihak ketiga
|
27.451.037
|
28.878.338
|
Pihak yang
mempunyai hubungan istimewa
|
452.159
|
363.545
|
Penghasilan
lain-lain (non usaha)
|
-29.141
|
454.857
|
Total
|
27.874.055
|
29.696.740
|
Sumber: Lampiran 1. Catatan
Laporan Laba Rugi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Berdasarkan Tabel 6.1 di atas,
selanjutnya dilakukan analisis secara common-size
atas pendapatan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dalam suatu diagram
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.1. dan Gambar 6.2.
Gambar 6.1. Analisis common-size pendapatan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan tahun
2008
Gambar 6.1 di atas menunjukkan bahwa PT United Tractors
Tbk dan Anak Perusahaan pada tahun 2008 memperoleh pendapatan dari tiga sumber,
yaitu dari pihak ketiga berupa mesin konstruksi, kontraktor penambangan, dan
penambangan batubara; dari hubungan istimewa berupa mesin konstruksi; serta
penghasilan lain-lain yang bersumber dari hasil penjualan aktiva tetap dan
hasil investasi secara eksternal pada pasar keuangan berupa keuntungan
pelepasan aktiva tetap, keuntungan atau kerugian selisih kurs, penghasilan
bunga, penghasilan dividen, dll. Pendapatan usaha bersumber dari pihak ketiga
sebesar 98% dan hubungan istimewa sebesar 2%, sementara penghasilan lain-lain
adalah negatif yang disebabkan oleh kerugian selisih kurs.
Gambar 6.2. Analisis Common-size Pendapatan PT United
Tractors Tbk dan Anak Perusahaan Tahun 2009
Gambar 6.2 di atas menunjukkan bahwa PT United Tractors Tbk dan Anak
Perusahaan pada tahun 2009 memperoleh pendapatan dari tiga sumber, yaitu dari
pihak ketiga, dari hubungan istimewa, dan penghasilan lain-lain. Pendapatan
usaha bersumber dari pihak ketiga sebesar 97% dan hubungan istimewa sebesar 1%,
sementara penghasilan lain-lain sebesar 2%.
Ketahanan sumber pendapatan perusahaan
Ketahanan pendapatan dapat
digambarkan oleh stabilitas dan kecenderungan (trend) pendapatan. Hal ini penting sebagai dasar untuk menganalisis
profitabilitas suatu perusahaan. Pada bagian ini dapat digunakan dua alat
analisis untuk menilai ketahanan pendapatan yaitu: (1) analisis trend (trend analysis), dan (2) evaluasi
terhadap diskusi dan analisis manajemen (Management’s
Discussion and Analysis = MD&A).
1. Analisis tren (trend analysis) terhadap pendapatan
Analisis tren merupakan suatu
metode yang berguna dalam menilai ketahanan pendapatan, baik secara keseluruhan
maupun segmen. Analisis ini
menjadi dasar pertimbangan untuk menganalisis beberapa hal sebagai berikut:
a. Sensitivitas pendapatan terhadap kondisi
bisnis
b. Antisipasi permintaan melalui produk baru
atau pengembangan produk baru
Untuk memberikan gambaran
tentang analisis tren ini, sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United
Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Analisis tren berjalan
terhadap pendapatan PT United
Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Tahun
|
Pendapatan Bersih
|
Perubahan
|
|
(Rp)
|
(Rp)
|
%
|
|
2009
|
57,035,360,825
|
||
2010
|
58,915,619,696
|
1,880,258,871
|
3.30
|
2011
|
72,583,334,711
|
13,667,715,015
|
23.20
|
2012
|
74,020,656,400
|
1,437,321,689
|
1.98
|
2013
|
80,229,572,463
|
6,208,916,063
|
8.39
|
Sumber: Fact Book Bursa Efek Indonesia (BEI)
Selain dalam bentuk tabel, analisis tren berjalan di
atas dapat juga disajikan dalam bentuk grafik sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 6.3.
Gambar 6.3. Analisis tren
berjalan pendapatan usaha PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Berdasarkan Tabel 6.2 dan
Gambar 6.3 di atas menunjukkan bahwa pendapatan usaha PT United Tractors Tbk
dan Anak Perusahaan selama lima tahun sejak periode 2005 hingga 2009 mengalami
peningkatan secara stabil. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2008
yang meningkat sebesar 53.60%.
Selain disajikan dalam bentuk
analisis tren berjalan tersebut, analisis ketahanan sumber pendapatan dapat
juga disajikan dalam bentuk tren angka indeks. Pendekatan ini sebagaimana
disajikan pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3. Analisis tren angka indeks pendapatan (tahun dasar 2005)
U r a i a n
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
Pendapatan Usaha
(Rp milyar)
|
13.281
|
13.720
|
18.166
|
27.903
|
29.242
|
Angka Indeks
|
100
|
103
|
137
|
210
|
220
|
Sumber: Fact Book Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tabel 6.3 di atas menunjukkan
bahwa tahun 2005 dijadikan sebagai tahun dasar karena dinilai sebagai periode
yang paling normal. Pada tahun 2006, pendapatan usaha lebih besar 3% dari tahun
2005. Selanjutnya tahun 2007, pendapatan usaha lebih besar 37% dari tahun 2005.
Selanjutnya tahun 2008, pendapatan usaha lebih besar 110% dari tahun 2005. Dan
akhirnya tahun 2009, pendapatan usaha lebih besar 120% dari tahun 2005.
2. Diskusi dan Analisis Manajemen (Management’s Discussion and Analysis)
terhadap pendapatan
Diskusi dan Analisis Manaemen
(MD&A) terhadap kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan berguna dalam
analisis ketahanan pendapatan. Informasi ini membantu dalam memahami dan
mengevaluasi perubahan akun-akun keuangan suatu perusahaan dari waktu ke waktu
termasuk pendapatan. Manajemen membutuhkan laporan atas perubahan
komponen-komponen pendapatan dan biaya yang relevan untuk memahami aktivitas
operasi suatu perusahaan. Manajemen juga perlu mengetahui mengenai hubungan
antara pertumbuhan pendapatan terhadap peningkatan harga, volume, inflasi, atau
pengenalan produk baru. Manajemen didorong untuk menggambarkan hasil secara
finansial, tinjauan atas informasi masa akan datang, serta kecenderungan dan
kekuatan yang tidak tampak dalam laporan keuangan.
Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan
Hubungan antara pendapatan
dengan piutang usaha serta pendapatan dengan persediaan akan memberikan
petunjuk yang penting untuk mengevaluasi hasil operasi serta berguna dalam
memprediksi kinerja di masa yang akan datang.
1. Hubungan pendapatan dengan piutang usaha
Analisis hubungan antara
pendapatan dan piutang usaha penting dalam mengevaluasi kualitas laba. Sebagai
contoh, jika piutang usaha tumbuh pada tingkat yang melebihi pendapatan, kita
perlu mengevaluasi untuk mengidentifikasi penyebabnya.
Untuk memberikan gambaran
tentang hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha, sebagai ilustrasi digunakan
data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4.
Analisis hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha
U r a i a n
|
Nilai (Rp juta)
|
Perubahan 2009 (%)
|
|
2008
|
2009
|
||
Pendapatan bersih
|
27.903.196
|
29.241.883
|
4,80
|
Piutang Usaha bersih
|
3.470.549
|
4.462.606
|
28,59
|
Sumber: Lampiran 1. Laporan keuangan PT United
Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Tabel 6.4 di atas menunjukkan
peningkatan pendapatan sebesar 4,80% dan diikuti peningkatan piutang usaha yang
signifikan sebesar 28,59%. Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2009, manajemen
perusahaan cenderung menerapkan kebijakan penjualan yang longgar dengan
menekankan penjualan secara kredit. Namun kebijakan ini belum memberikan
pengaruh positif yang signifikan untuk mendorong pendapatan usaha.
2. Hubungan pendapatan dengan persediaan
Sebagaimana telah diketahui
bahwa perputaran persediaan berhubungan dengan kualitas persediaan dan
perputaran aktiva. Analisis terhadap komponen-komponen persediaan menunjukkan
pendapatan dan kegiatan operasi di masa yang akan datang. Sebagai contoh ketika
peningkatan barang jadi disertai oleh penurunan bahan baku dan/atau barang
dalam proses maka dapat diperkirakan bahwa akan terjadi penurunan produksi.
Untuk memberikan gambaran
tentang hubungan antara pendapatan dengan persediaan, sebagai ilustrasi
digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 6.5.
Tabel 6.5. Hubungan antara pendapatan dengan persediaan
U r a i a n
|
Nilai (Rp juta)
|
Perubahan 2009 (%)
|
|
2008
|
2009
|
||
Pendapatan bersih
|
27.903.196
|
29.241.883
|
4,80
|
Persediaan bersih
|
5.246.343
|
3.966.358
|
(24,40)
|
Sumber: Lampiran
1. Laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Tabel 6.5 di atas menunjukkan
peningkatan pendapatan sebesar 4,80% dan diikuti dengan penurunan persediaan
yang signifikan sebesar 24,40%. Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2009,
manajemen perusahaan cenderung menerapkan kebijakan persediaan yang ketat serta
mendorong pemanfaatan persediaan untuk mendukung pendapatan. Namun kebijakan
ini belum memberikan pengaruh positif yang signifikan untuk mendorong
pendapatan usaha.
Menganalisis Biaya
Sebagaimana dikemukakan di atas
bahwa biaya merupakan komponen utama yang membentuk laba atau rugi yang dialami
oleh perusahaan. Karakteristik biaya dalam suatu perusahaan ada yang bersifat
variabel dan ada yang bersifat tetap. Biaya yang bersifat variabel dapat
diartikan sebagai biaya yang nilainya berubah-ubah sejalan dengan perubahan
tingkat kegiatan produksi, misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Sedangkan biaya yang bersifat tetap dapat diartikan sebagai biaya yang nilainya
tidak berubah walaupun tingkat kegiatan produksi mengalami perubahan, misalnya
biaya gaji pimpinan, dll. Di samping biaya-biaya tersebut, ada juga yang
disebut sebagai biaya semi-variabel. Biaya ini memiliki sifat variabel dan juga
sifat tetap. Oleh karena itu, dalam analisis biaya dilakukan pemisahan mengenai
komposisi variabel dan tetap.
Pada bagian ini akan disajikan
analisis terhadap biaya-biaya operasi maupun beban-beban operasional dan
beban-beban non operasional, serta hubungannya dengan profitabilitas
perusahaan.
Menganalisis Harga Pokok
Penjualan
Harga pokok penjualan (HPP) atau cost of goods sold (CoGS) merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan sehubungan dengan perolehan output untuk siap dijual.
Biaya-biaya ini meliputi biaya bahan baku ,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
(biaya-biaya tidak langsung).
Analisis terhadap harga pokok
penjualan diperlukan dalam rangka menganalisis laba kotor (gross profit). Sementara laba kotor mengindikasikan kemampuan
perusahaan dalam menutupi beban-beban operasi. Analisis perubahan laba kotor
memberikan perhatian khusus terhadap faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
pada penjualan dan harga pokok penjualan. Analisis terhadap perubahan laba
kotor biasanya dibentuk secara internal sebab membutuhkan data non masyarakat,
seperti jumlah unit yang dijual, harga jual per unit, dan biaya per unit.
Untuk mengukur hubungan antara
harga pokok penjualan dengan profitabilitas perusahaan digunakan alat ukur yang
disebut marjin laba kotor. Ini hanya ditemukan pada jenis perusahaan manufaktur
dan perusahaan dagang. Sementara bagi jenis perusahaan jasa tidak ada harga
pokok penjualan. Marjin laba kotor (gross
profit margin) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba kotor
atas penjualan yang dilakukan. Untuk menghitung besarnya margin laba kotor (gross profit margin) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 6.1 dan Persamaan
6.2.
Untuk menjelaskan marjin laba kotor, maka sebagai
ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 6.6.
Tabel 6.6. Analisis harga pokok penjualan dan marjin
laba kotor
Tahun
|
Pendapatan Bersih
(Rp juta)
|
Harga Pokok Pendapatan (Rp juta)
|
Margin Laba Kotor (%)
|
2008
|
27.903.196
|
22.403.992
|
19,71
|
2009
|
29.241.883
|
22.570.824
|
22,81
|
Sumber: Laporan Laba Rugi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Tabel 6.6 di atas menunjukkan
bahwa pada tahun 2008, setiap penjualan dapat menghasilkan laba kotor sebesar 19,71%
sedangkan pada tahun 2009, setiap penjualan dapat menghasilkan laba kotor
sebesar 22,81%. Jadi pada
tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan
marjin laba kotor. Berdasarkan laporan laba rugi, peningkatan marjin laba kotor
ini disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan bersih sebesar 4,80% yang
diikuti peningkatan harga pokok penjualan yang lebih rendah yaitu sebesar 0,74%.
Ini juga mengindikasikan bahwa pada tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak
Perusahaan lebih efisien dalam menjalankan kegiatan produksinya sehingga mengalami
peningkatan profitabilitas.
Menganalisis Beban-beban Operasi
Beban-beban operasi merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan
dengan kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi, seperti beban-beban
penjualan, beban depresiasi, beban pemeliharaan dan perbaikan, beban-beban
administrasi dan umum. Analisis
terhadap beban-beban operasi perusahaan diperlukan dalam rangka menganalisis
laba operasi (operating profit)
perusahaan. Sementara laba operasi mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
menutupi beban-beban non operasi terutama beban-beban finansial atas pendanaan
yang dilakukan oleh perusahaan, seperti beban bunga atas pinjaman.
Untuk mengukur hubungan antara
beban-beban operasi dengan profitabilitas perusahaan secara spesifik digunakan
alat ukur marjin laba operasi (operating
profit margin). Hasil pengukuran marjin laba operasi menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba operasi atas penjualan yang dilakukan. Marjin
laba operasi juga sekaligus untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran atas
beban-beban operasi perusahaan. Untuk menghitung besarnya margin laba operasi dapat digunakan rumus
sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 6.3 dan Persamaan 6.4.
Untuk menjelaskan marjin laba
kotor operasi, maka sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United
Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.7.
Tabel 6.7. Analisis harga pokok penjualan dan
marjin laba operasi
Tahun
|
Pendapatan Bersih (Rp juta)
|
HPP (Rp juta)
|
Beban Operasi (Rp juta)
|
Margin Laba Operasi (%)
|
2008
|
27.903.196
|
22.403.992
|
1.340.541
|
14,90
|
2009
|
29.241.883
|
22.570.824
|
1.502.315
|
17,68
|
Sumber: Laporan Laba Rugi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Tabel 6.7 di atas menunjukkan
bahwa pada tahun 2008, setiap penjualan dapat menghasilkan laba operasi sebesar
14,90% sedangkan pada tahun 2009, setiap penjualan dapat menghasilkan laba
operasi sebesar 17,68%. Jadi
pada tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan
marjin laba operasi. Untuk mengetahui tingkat efisiensi atas pengaruh
pengeluaran beban-beban operasi terhadap profitabilitas perusahaan maka
dilakukan perbandingan antara marjin laba kotor dengan marjin laba operasi.
Perbandingan antara marjin laba kotor dengan marjin laba operasi ditunjukkan
pada Tabel 6.8.
Tabel 6.8. Perbandingan
antara marjin laba kotor dengan marjin laba operasi PT United Tractors Tbk dan
Anak Perusahaan
No
|
Jenis Ukuran Profitabilitas
|
2008
|
2009
|
Perubahan
|
1
|
Marjin laba kotor
|
19,71%
|
22,81%
|
3,10%
|
2
|
Marjin laba operasi
|
14,90%
|
17,68%
|
2,78%
|
Tabel 6.8 di atas menunjukkan
bahwa pada tahun 2009, kedua ukuran profitabilitas di atas, baik marjin laba
kotor maupun marjin laba operasi mengalami peningkatan. Namun peningkatan
marjin laba operasi lebih kecil dari
peningkatan marjin laba kotor. Ini mengindikasikan bahwa:
1. Peningkatan marjin laba operasi sebagai
akibat dari peningkatan marjin laba kotor.
2. Pengeluaran atas beban-beban operasi
justru tidak efisien sehingga menurunkan profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan laporan laba rugi
menunjukkan bahwa penurunan profitabilitas dari laba operasi perusahaan ini disebabkan
oleh adanya peningkatan beban-beban operasi yang signifikan yaitu sebesar 12,07%.
Kenaikan beban operasi dipicu oleh peningkatan beban umum dan administrasi. Ini
mengindikasikan bahwa pada tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak
Perusahaan kurang efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga
mengalami penurunan profitabilitas.
Menganalisis Beban-beban Non
Operasi
Beban-beban non operasi merupakan pengeluaran
yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan kegiatan pendanaan dan
kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan operasi, seperti beban-beban pendanaan
dan beban pajak. Analisis terhadap beban-beban non operasi diperlukan dalam
rangka menganalisis laba bersih (net
profit). Sementara laba bersih mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
menutupi beban-beban pendanaan berupa beban dividen.
Untuk mengukur hubungan antara
beban-beban non operasi dengan profitabilitas perusahaan secara spesifik
digunakan alat ukur marjin laba bersih (net
profit margin). Hasil pengukuran marjin laba
bersih menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba bersih atas
penjualan yang dilakukan setelah disesuaikan dengan pendapatan atau beban-beban
lain. Untuk menghitung
besarnya margin laba bersih dapat digunakan rumus sebagaimana ditunjukkan pada
Persamaan 6.5 dan Persamaan 6.6.
Untuk menjelaskan marjin laba bersih, maka sebagai ilustrasi
digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 6.9.
Tabel 6.9. Analisis beban non operasi dan marjin
laba bersih
Tahun
|
Pendapatan Bersih (Rp juta)
|
Laba Bersih
(Rp juta)
|
Margin Laba Bersih (%)
|
2008
|
27.903.196
|
2.660.742
|
9,54
|
2009
|
29.241.883
|
3.817.541
|
13,06
|
Sumber: Laporan Laba Rugi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Tabel 6.9 di atas menunjukkan
bahwa pada tahun 2008, setiap penjualan dapat menghasilkan laba bersih sebesar 9,54%
sedangkan pada tahun 2009, setiap penjualan menghasilkan laba bersih sebesar
13,06%. Jadi pada tahun 2009,
PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan marjin laba bersih.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi atas pengaruh pengeluaran beban-beban non operasi
terhadap profitabilitas perusahaan maka dilakukan perbandingan antara marjin
laba kotor, marjin laba operasi, dan marjin laba bersih. Perbandingan antara ketiga
ukuran tersebut sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.10.
Tabel 6.10. Perbandingan
antara marjin laba kotor, marjin laba operasi, dan marjin laba bersih PT United
Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
No
|
Jenis Ukuran Profitabilitas
|
2008
|
2009
|
Perubahan
|
1
|
Marjin laba kotor
|
19,71%
|
22,81%
|
3,10%
|
2
|
Marjin laba operasi
|
14,90%
|
17,68%
|
2,78%
|
3
|
Marjin laba bersih
|
9,54%
|
13,06%
|
3,52%
|
Tabel 6.10 di atas menunjukkan
bahwa pada tahun 2009, ketiga ukuran profitabilitas di atas, baik marjin laba
kotor, marjin laba operasi, maupun marjin laba bersih mengalami peningkatan.
Namun peningkatan marjin laba bersih lebih
besar dari peningkatan laba marjin laba operasi. Ini mengindikasikan
bahwa:
1. Peningkatan marjin laba bersih sebagai
akibat dari akumulasi peningkatan marjin laba kotor dan marjin laba operasi.
2. Pengeluaran atas beban-beban non operasi lebih
efisien sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan laporan laba rugi
menunjukkan bahwa peningkatan profitabilitas dari laba bersih perusahaan ini
disebabkan oleh adanya surplus antara penghasilan-penghasilan non operasi
dengan beban-beban non operasi, dimana pada tahun 2008 mengalami defisit. Surplus
tersebut dipicu oleh adanya peningkatan keuntungan dari investasi eksternal (di
luar operasi perusahaan). Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2009, PT United
Tractors Tbk dan Anak Perusahaan lebih efisien dalam menjalankan kegiatan non operasinya
sehingga mengalami peningkatan profitabilitas.
Menganalisis
Profitabilitas berdasarkan Investasi Perusahaan
Sebagaimana telah kemukakan di atas
bahwa pengukuran profitabilitas perusahaan, selain didasarkan atas pendapatan
juga didasarkan atas investasi. Hal ini sejalan dengan pemikiran bahwa kegiatan
investasi yang dilakukan oleh perusahaan akan menghasilkan output berupa barang
atau jasa, kemudian output tersebut dijual untuk menghasilkan pendapatan, dan
akhirnya dari pendapatan akan dihasilkan laba. Investasi ditunjukkan oleh
besarnya pengeluaran modal untuk membiayai aktiva perusahaan.
Beberapa teknik dan pendekatan yang
dapat digunakan untuk menganalisis profitabilitas perusahaan antara lain adalah:
pengembalian atas modal yang diinvestasikan (return on invested capital), pengembalian atas ekuitas pemegang
saham biasa (Return on Common Shareholders’
Equity), dan pengembalian kas
atas aktiva (cash return on assets).
Analisis Pengembalian atas Modal
yang Diinvestasikan
Analisis laporan keuangan mencakup
penilaian terhadap risiko dan return. Analisis terhadap pengembalian atas modal
yang diinvestasikan atau return on
invested capital (ROIC) merupakan suatu analisis tentang kemampuan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan atas modal yang diinvestasikan. Jadi
analisis ini menunjukkan keberhasilan perusahaan menggunakan pendanaan untuk
menghasilkan laba, baik dana ditinjau dari penggunaan maupun sumbernya.
Secara filosofis hubungan antara
laba dengan modal yang diinvestasikan adalah bahwa investasi dilakukan untuk
menghasilkan output yang selanjutnya output dijual untuk menghasilkan
pendapatan dan akhirnya dari pendapatan tersebut diperoleh laba. Secara umum, untuk
menghitung pengembalian atas modal yang diinvestasikan (PMD) dapat digunakan rumus
pada Persamaan 6.7.
Pada dasarnya, tidak ada
ukuran umum tentang modal yang diinvestasikan dalam menghitung tingkat
keuntungan. Definisi tentang modal yang diinvestasikan bergantung pengguna
laporan keuangan. Pengembalian atau return suatu perusahaan dapat dinilai dari
perspektif total aktiva dan total pendanaan (kewajiban dan ekuitas). Apabila
konsep modal yang diinvestasikan berdasarkan total aktiva maka hasil pengukuran
adalah pengembalian atas aktiva atau yang lebih dikenal sebagai return on total assets (ROA). Hasil
pengukuran ini adalah relevan untuk mengukur efisiensi operasi. Untuk
menghitung ROA dapat digunakan rumus pada Persamaan 6.8.
Laba bersih dan beban bunga
sebelum pajak bersumber dari laporan laba rugi. Rata-rata aktiva bersumber dari
neraca yang dihitung dari penjumlahan aktiva pada neraca dari dua periode
kemudian dibagi dua. Rata-rata aktiva dapat juga digunakan data aktiva satu
periode. Untuk memberikan gambaran tentang ROA, sebagai ilustrasi digunakan data
keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 6.11.
Tabel 6.11. Penghitungan dan analisis return on assets (ROA)
Tahun
|
Laba Bersih (Rp juta)
|
Beban Bunga sebelum Pajak (Rp juta)
|
Rata-rata Aktiva
(Rp juta)
|
ROA (%)
|
2008
|
2.660.742
|
283.117
|
22.847.721
|
12,88
|
2009
|
3.817.541
|
188.467
|
24.404.828
|
16,41
|
Sumber: Lampiran
1. Laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Pada perhitungan di atas,
rata-rata aktiva digunakan data satu periode masing-masing. Tabel 6.11 tersebut
menunjukkan bahwa pada tahun 2008, setiap aktiva yang digunakan mampu
menghasilkan laba sebesar 12,88% dan pada tahun 2009, setiap aktiva yang
digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 16,41%. Dengan demikian,
profitabilitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan
pada tahun 2009.
Selain rumus di atas, penghitungan
ROA dapat juga digunakan Persamaan 6.9, Persamaan 6.10, dan Persamaan 6.11.
Penghitungan ini sering juga dikenal sebagai pengembalian atas investasi atau return on investment (ROI).
Untuk memberikan gambaran
tentang ROA atau ROI, sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United
Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.12.
Tabel 6.12. Penghitungan dan analisis ROA atau ROI
Tahun
|
Laba Bersih
(Rp juta)
|
Rata-rata Aktiva
(Rp juta)
|
ROA atau ROI (%)
|
2008
|
2.660.742
|
22.847.721
|
11,65
|
2009
|
3.817.541
|
24.404.828
|
15,64
|
Sumber: Lampiran
1. Laporan Laba Rugi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Pada perhitungan di atas,
rata-rata aktiva digunakan data satu periode masing-masing. Tabel 6.12 tersebut
menunjukkan bahwa pada tahun 2008, setiap aktiva yang digunakan mampu
menghasilkan laba sebesar 11,65% dan pada tahun 2009, setiap aktiva yang
digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 15,64%. Dengan demikian,
profitabilitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan
pada tahun 2009.
Berdasarkan
laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dapat diketahui
bahwa peningkatan ROA atau ROI di atas sebagai akibat dari peningkatan laba
bersih sebesar 43,48% yang diikuti oleh peningkatan aktiva yang lebih rendah
yaitu sebesar 6,82%. Jadi ini mengindikasikan bahwa penggunaan aktiva lebih
produktif dalam menghasilkan laba bersih pada tahun 2009.
Berdasarkan kedua ilustrasi
yang menggambarkan perhitungan ROA atau ROI di atas terdapat perbedaan nilai.
Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan cara pandang, dimana pada
ilustrasi pertama perolehan laba tidak dikaitkan dengan beban pendanaan dari
pinjaman sementara pada ilustrasi kedua perolehan laba dikaitkan dengan seluruh
beban termasuk beban pendanaan dari pinjaman.
Pengembalian
atas Ekuitas Pemegang Saham Biasa
Pengembalian atas ekuitas pemegang
saham biasa atau return on common
shareholders’ equity (ROCE) juga
lebih dikenal sebagai return on equity
(ROE) merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu
perusahaan. Secara spesifik, ROCE menggambarkan sejauhmana produktivitas
ekuitas saham biasa dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Untuk mengukur ROCE dapat digunakan rumus pada
Persamaan 6.12, Persamaan 6.13, dan Persamaan 6.14.
Rata-rata ekuitas saham biasa merupakan hasil
penjumlahan ekuitas pada neraca dua periode kemudian dibagi dua. Rata-rata
ekuitas dapat juga didasarkan pada ekuitas satu periode saja. Untuk memberikan
gambaran tentang ROCE, sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United
Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.13.
Tabel 6.13. Penghitungan dan analisis atas ROCE atau ROE
Tahun
|
Laba Bersih
(Rp juta)
|
Dividen Saham Preferen
(Rp juta)
|
Ekuitas Saham Biasa (Rp juta)
|
ROCE atau ROE (%)
|
2008
|
2.660.742
|
-
|
4.613.283
|
57,68
|
2009
|
3.817.541
|
-
|
4.613.283
|
82,75
|
Sumber: Lampiran
1. Laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Tabel 6.13 di atas menunjukkan
bahwa pada tahun 2008, setiap ekuitas saham biasa yang digunakan mampu
menghasilkan laba bersih sebesar 57,68%. Sedangkan pada tahun 2009, setiap
ekuitas saham biasa yang digunakan mampu menghasilkan laba bersih sebesar 82,75%.
Jika dibandingkan antara tahun 2008 dengan tahun 2009, terjadi peningkatan
profitabilitas. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja operasi PT United
Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sangat baik.
Berdasarkan
laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dapat diketahui
bahwa peningkatan ROCE atau ROE di atas sebagai akibat dari peningkatan laba
bersih sebesar 43,48% yang tidak diikuti oleh perubahan ekuitas saham biasa.
Jadi ini mengindikasikan bahwa penggunaan ekuitas saham biasa lebih produktif
dalam menghasilkan laba bersih pada tahun 2009.
Pengembalian Kas atas Aktiva
Pengembalian kas atas aktiva atau cash return on
assets (CROA) merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan aktiva yang diinvestasikan dapat menghasilkan kas dari
kegiatan operasi. Hubungan antara aktiva yang dioperasikan dengan kas yang
dihasilkan ditunjukkan oleh Gambar 6.4.
Berdasarkan
Gambar 6.4 di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktiva dengan
kas, dimana aktiva dioperasikan untuk menghasilkan output berupa barang atau
jasa, yang kemudian output dijual untuk menghasilkan kas dari pendapatan
operasi.
Untuk menghitung CROA dapat
digunakan rumus sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 6.15.
Untuk memberikan gambaran
tentang CROA, sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk
dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.14.
Tabel 6.14. Penghitungan dan analisis cash return on assets (CROA)
Tahun
|
Arus Kas dari Aktivitas Operasi (Rp juta)
|
Total Aktiva
(Rp juta)
|
CROA (%)
|
2008
|
4.253.895
|
22.847.721
|
18,62
|
2009
|
5.101.022
|
24.404.828
|
20,90
|
Sumber: Lampiran
1. Laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
Tabel 6.14 di atas menunjukkan
bahwa pada tahun 2008, setiap aktiva yang digunakan mampu menghasilkan kas dari
aktivitas operasi sebesar 18,62% dan pada tahun 2009, setiap aktiva yang
digunakan mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasi sebesar 20,90%. Dengan
demikian, profitabilitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mengalami
peningkatan pada tahun 2009.
Berdasarkan
laporan keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dapat diketahui
bahwa peningkatan CROA di atas sebagai akibat dari peningkatan kas dari aktivitas
operasi sebesar 19,91% yang diikuti oleh peningkatan aktiva yang lebih rendah
yaitu sebesar 6,82%. Jadi ini mengindikasikan bahwa penggunaan aktiva lebih
produktif dalam menghasilkan kas pada tahun 2009.
Manajemen
Laba Perusahaan
Manajemen
laba (earnings management) perusahaan
merupakan suatu praktek window-dressing
terhadap laporan keuangan. Hal ini tentunya dilakukan agar laporan keuangan
perusahaan tampak baik sehingga diharapkan mendapatkan respon positif dari para
stakeholder. Manajemen laba perusahaan
menitikberatkan pada optimalisasi profitabilitas perusahaan sehingga dapat
diciptakan stabilitas kondisi keuangan perusahaan. Manajemen laba dapat
mengurangi muatan ekonomi suatu laporan keuangan dan juga dapat mengurangi
kepercayaan dalam proses pelaporan.
Menurut
Schipper (1989) dalam Subramanyam dan Wild (2009) bahwa manajemen laba dapat
didefinisikan sebagai intervensi dengan maksud tertentu oleh manajemen dalam
proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan yang mementingkan diri
sendiri. Selanjutnya, Subramanyam dan Wild (2009) mengemukakan bahwa manajemen
laba merupakan salah satu alasan yang membedakan antara laba akuntansi dan laba
ekonomi. Salah satu bentuk manajemen laba adalah perataan laba (income smoothing) yang boleh jadi berdasarkan
beberapa kondisi memperbaiki kemampuan laba akuntansi untuk menggambarkan laba
yang permanen.
Strategi
manajemen laba meliputi tiga jenis yaitu: (1) Manajer meningkatkan laba periode
berjalan, (2) Manajer mengurangi laba periode berjalan, dan (3) Manajer
mengurangi volatilitas laba melalui perataan laba.
Analisis Profitabilitas dan Respon
Stakeholder Perusahaan
Rasio profitabilitas
yang tinggi mengindikasikan kinerja operasi yang tinggi namun di lain pihak
mengindikasikan risiko yang tinggi. Ini didasarkan pada alasan bahwa ketika
manajemen menetapkan profitabilitas yang tinggi berarti dana yang tersedia dikerahkan
pada kegiatan produktif sehingga apabila terjadi suatu masalah operasi maka
dapat menimbulkan gangguan yang serius bagi perusahaan. Sebagai ilustrasi,
ketika kita mengendarai suatu kendaraan dengan kecepatan tinggi tentu risiko
perjalanan sangat tinggi. Karena ketika terjadi kecelakaan dalam perjalanan
maka boleh jadi kita tidak dapat tiba di tempat tujuan dengan selamat.
Rasio profitabilitas memberikan arti bagi para pemangku kepentingan
(stakeholders) sehingga mereka akan
merespon secara berbeda. Bagaimana respon para stakeholder terhadap rasio profitabilitas? Apabila rasio profitabilitas
tinggi maka respon para stakeholders
secara singkat digambarkan sebagai berikut:
1) Investor yang memiliki tipe sebagai
pengambil risiko (risk taker)
cenderung merespon positif sedangkan investor yang memiliki tipe sebagai
penghindar risiko (risk averter)
cenderung merespon negatif.
2) Kreditor cenderung merespon positif
3) Suplier cenderung merespon positif
4) Karyawan cenderung merespon positif
Beberapa hasil
penelitian yang dilaksanakan di Indonesia yang menjelaskan adanya hubungan atau
pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap respon para stakeholder terutama investor
dikemukakan sebagai berikut:
1. Bahri (2003) menyimpulkan bahwa return on equity (pengembalian atas
ekuitas) secara signifikan berpengaruh terhadap indeks harga saham sektoral.
2. Hodijah (2005) menyimpulkan bahwa hasil
analisis rasio rentabilitas menunjukkan return
on asset yang baik pada Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri karena
rasionya berada di atas rasio minimum yang ditetapkan Bank Indonesia, sedangkan
untuk Bank Mega Syariah Indonesia di akhir periode penelitian memiliki rasio di
bawah standar Bank Indonesia. Sama halnya dengan return on assets, penilaian kinerja berdasarkan return on equity pada Bank Syariah Mega Indonesia pun tidak
baik karena mengalami penurunan diakhir periode. Sedangkan untuk Bank Muamalat
dan Bank Mandiri Syariah berada di atas standar rasio minimum yang ditetapkan
Bank Indonesia.
3. Dwi Martani, Mulyono, dan Rahfiani
Khairurizka (2009) menyimpulkan bahwa: (1) rasio-rasio keuangan, seperti net profit margin (marjin laba bersih)
dan return on equity (pengembalian
atas ekuitas) secara bersama-sama mempengaruhi return pasar dan return tidak
normal, dan (2) pandangan investor tentang rasio-rasio keuangan adalah berguna
dalam mengambil keputusan atas investasi.
Ringkasan
Analisis
profitabilitas perusahaan merupakan suatu upaya untuk mengukur sejauhmana
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Analisis profitabilitas
didasarkan pada dua aspek, yaitu berdasarkan pendapatan atau penjualan dan
berdasarkan investasi.
Berbagai
metode atau teknik yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas
perusahaan, baik berdasarkan pendapatan maupun berdasarkan investasi. Metode
atau teknik yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas berdasarkan
pendapatan meliputi: marjin laba kotor, marjin laba operasi, dan marjin laba
bersih. Sedangkan metode atau teknik yang dapat digunakan untuk mengukur
profitabilitas berdasarkan investasi meliputi: pengembalian atas modal yang
digunakan, seperti ROA atau ROI, pengembalian atas ekuitas pemegangan saham
biasa, seperti ROE atau ROCE, serta pengembalian kas atas aktiva, seperti CROA.
Analisis
profitabilitas perusahaan memberikan arti yang sangat penting bagi para
stakeholder, sehingga manajemen perusahaan perlu melakukan window-dressing berupa manajemen laba. Hal ini dilakukan agar para
stakeholder dapat merespon positif atas laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam
manajemen laba yaitu: (1) Meningkatkan laba periode berjalan, (2) Mengurangi
laba periode berjalan, dan (3) Mengurangi volatilitas laba melalui perataan
laba.
No comments:
Post a Comment