Saturday, November 26, 2016

ANALISIS SOLVABILITAS PERUSAHAAN


Pendahuluan
Analisis solvabilitas (solvency analysis) merupakan suatu analisis terhadap kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Analisis ini mencakup dua analisis yaitu analisis struktur modal (capital structure) dan cakupan laba (earnings coverage). Kedua analisis ini menggambarkan tingkat risiko finansial dan kemampuan perusahaan memenuhi pembayaran finansialnya atas pendanaan yang telah dilakukan.
Analisis solvabilitas digunakan untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Aspek solvabilitas termasuk masalah yang kritis bagi suatu perusahaan karena dapat mengakibatkan mengalami kesulitan keuangan yang menyebabkan kebangkrutan. Dalam hal ini mencakup analisis terhadap keseluruhan aktiva dan keseluruhan kewajiban, dan ekuitas. Oleh karena itu, analisis solvabilitas berkaitan erat dengan penilaian terhadap keputusan pendanaan secara keseluruhan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Pada bagian ini akan disajikan pendekatan-pendekatan analisis dalam menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban finansial. Selain itu, juga akan disajikan suatu cara untuk memperbaiki solvabilitas perusahaan melalui pendekatan window-dressing. Sehingga dengan proses window-dressing ini akan dihasilkan tingkat solvabilitas yang diinginkan.

Kerangka Pembahasan

  

Menganalisis Solvabilitas: Struktur Modal Perusahaan
Struktur modal (capital structure) menunjukkan komposisi sumber pendanaan bagi suatu perusahaan. Secara garis besar ada dua sumber pendanaan bagi perusahaan yaitu pendanaan hutang (debt financing) dan pendanaan ekuitas (equity financing). Pendanaan hutang dapat bersumber dari: (1) hutang jangka pendek, seperti hutang usaha, hutang bank, dan berbagai hutang jangka pendek lainnya, serta (2) hutang jangka panjang, seperti hutang bank, hutang obligasi, dan berbagai hutang jangka panjang lainnya.
Analisis struktur modal juga terkait dengan leverage keuangan (financial leverage). Menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe (2010) bahwa leverage keuangan berkaitan dengan tingkat dimana perusahaan mengandalkan pendanaan utang dari pada ekuitas.  Selanjutnya, Ross, Westerfield, dan Jaffe (2010) mengemukakan bahwa penggunaan pendanaan hutang memiliki kelemahan dan keunggulan. Di satu sisi, kelemahan atas penggunaan pendanaan hutang adalah kemungkinan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya sehingga menyebabkan perusahaan tidak solvabel dan mengalami kesulitan keuangan.  Di sisi lain, penggunaan pendanaan hutang memberikan manfaat berupa penghematan pajak atas bunga hutang yang biasa disebut tax deductable.

1.      Alat-alat Analisis Struktur Modal
Dalam melakukan analisis terhadap struktur modal, terdapat beberapa alat analisis, seperti rasio leverage keuangan, rasio total hutang terhadap total modal, rasio total hutang terhadap ekuitas, rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas, rasio hutang jangka pendek terhadap total hutang, serta analisis common-size.
1.      Rasio leverage keuangan
Rasio leverage keuangan (financial leverage ratio) menunjukkan seberapa besar aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dibiayai dari ekuitas. Rasio ini juga disebut sebagai penggandaan ekuitas (equity multiplier). Nilai rasio leverage keuangan berbanding terbalik dengan solvabilitas. Ini berarti bahwa semakin besar nilai rasio leverage keuangan maka semakin rendah solvabilitas perusahaan. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil nilai rasio leverage keuangan maka semakin tinggi solvabilitas perusahaan.

Rasio leverage keuangan (RLK) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 5.1.
Sebagai ilustrasi digunakan neraca PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Rasio leverage keuangan (RLK)
Tahun
Total Aktiva (Rp)
Total Ekuitas Saham Biasa (Rp)
RLK
2008
22.847.721.000.000
11.131.607.000.000
2,05
2009
24.404.828.000.000
13.843.710.000.000
1,76
Sumber: Lampiran 1. Neraca PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Rasio leverage keuangan tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2008, setiap Rp 2,05 aktiva dibiayai dari ekuitas sebesar Rp 1,00 dan sisanya Rp 1,05 dibiayai dari hutang. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2008, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dalam posisi keuangan yang relatif tidak solvabel karena hutang lebih besar dari ekuitas. Pada tahun 2009, setiap Rp 1,76 aktiva dibiayai dari ekuitas sebesar Rp 1,00 dan sisanya Rp 0,76 dibiayai dari hutang. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dalam posisi keuangan yang relatif solvabel karena hutang lebih kecil dari ekuitas.

2.      Rasio Total Utang terhadap Total Modal
Rasio total hutang terhadap total modal (total debt to total capital ratio) atau biasa disebut rasio total utang (total debt ratio) menunjukkan komposisi antara pendanaan hutang dengan seluruh pendanaan. Total hutang meliputi kewajiban lancar dan kewajiban tidak lancar, sedangkan total modal meliputi modal pinjaman, ekuitas, dan pendanaan lainnya. Rasio total hutang terhadap total modal (RTHTM) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 5.2.
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Penghitungan rasio total hutang terhadap total modal (RTHTM)
Tahun
Total Hutang (Rp)
Total Modal (Rp)
RTHTM
2008
11.644.916.000.000
22.847.721.000.000
0,51
2009
10.453.748.000.000
24.404.828.000.000
0,43
Sumber: Lampiran 1. Neraca PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Berdasarkan Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan menggunakan pendanaan hutang sebesar 51% dari seluruh pendanaannya. Berarti pula, pendanaan ekuitas dan pendanaan lainnya sebesar 49%. Begitupun pada tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan menggunakan pendanaan utang sebesar 43% dari seluruh pendanaannya. Berarti pula, pendanaan ekuitas dan pendanaan lainnya sebesar 57%.

Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2008, perusahaan ini cenderung tidak solvabel karena pendanaan hutang lebih besar dari pendanaan ekuitas dan pendanaan lainnya. Sementara pada tahun 2009, perusahaan ini cenderung solvabel karena pendanaan hutang lebih kecil dari pendanaan ekuitas dan pendanaan lainnya.

3.      Rasio Total Hutang terhadap Ekuitas
Rasio total hutang terhadap ekuitas (total debt to equity capital ratio) menunjukkan komposisi antara pendaaan hutang dengan pendanaan ekuitas. Perbedaan antara rasio total hutang terhadap ekuitas (RTHE) dengan rasio total hutang dengan total modal (RTHTM) adalah pada RTHE hanya diperhitungkan pendanaan ekuitas, sementara pada RTHTM yang diperhitungkan adalah seluruh pendanaan termasuk pendanaan non ekuitas, seperti hak minoritas. Rasio total hutang terhadap ekuitas (RTHE) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 5.3.
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Penghitungan rasio total hutang terhadap ekuitas (RTHE)
Tahun
Total Hutang (Rp)
Total Ekuitas (Rp)
RTHE
2008
11.644.916.000.000
11.131.607.000.000
1,05
2009
10.453.748.000.000
13.843.710.000.000
0,76
Sumber: Neraca PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Berdasarkan Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, komposisi hutang dan ekuitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan adalah 1,05. Ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 ekuitas berbanding Rp 1,05 hutang dan berarti bahwa terdapat margin of safety sebesar -5%. Demikian juga pada tahun 2009, komposisi hutang dan ekuitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan adalah 0,76. Ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 ekuitas berbanding Rp 0,76 hutang dan berarti masih terdapat margin of safety sebesar 24%. Jadi apabila perusahaan ini mengalami likuidasi, masih terdapat kelebihan ekuitas atas utang yang harus ditutupi.

Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2008, perusahaan ini cenderung tidak solvabel karena pendanaan hutang lebih besar dari pendanaan ekuitas. Sementara pada tahun 2009, perusahaan ini cenderung solvabel karena pendanaan hutang lebih kecil dari pendanaan ekuitas.

4.      Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas
Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas (long-term debt to equity capital ratio) menunjukkan komposisi antara pendanaan hutang jangka panjang dengan pendanaan ekuitas. Kedua pendanaan ini merupakan pendanaan jangka panjang. Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas (RHJPE) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 5.4.
 
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Penghitungan rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas (RHJPE)
Tahun
Hutang Jangka Panjang (Rp)
Total Ekuitas (Rp)
RHJPE
2008
3.770.781.000.000
11.131.607.000.000
0,34
2009
3.227.782.000.000
13.843.710.000.000
0,23
Sumber: Lampiran 1. Neraca PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, komposisi hutang jangka panjang dan ekuitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebesar 0,34. Ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 ekuitas berbanding Rp 0,34 hutang jangka panjang dan berarti masih terdapat margin of safety sebesar 66%. Sedangkan pada tahun 2009, komposisi hutang dan ekuitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebesar 0,23. Ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 ekuitas berbanding Rp 0,23 hutang jangka panjang dan berarti bahwa masih terdapat margin of safety sebesar 77%.

Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2008, perusahaan ini cenderung solvabel karena pendanaan hutang jangka panjang lebih kecil dari pendanaan ekuitas. Demikian juga pada tahun 2009, perusahaan ini cenderung solvabel karena pendanaan hutang lebih kecil dari pendanaan ekuitas.

5.      Rasio Hutang Jangka Pendek terhadap Total Hutang
Rasio hutang jangka pendek terhadap total hutang (short-term debt to total debt ratio) menunjukkan komposisi pendaaan utang. Rasio hutang jangka pendek terhadap total hutang (RHJPTH) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 5.5.
  
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Penghitungan rasio hutang jangka pendek terhadap total hutang  (RHJPTH)
Tahun
Hutang Jangka Pendek (Rp)
Total Hutang (Rp)
RHJPTH
2008
7.874.135.000.000
11.644.916.000.000
0,68
2009
7.225.966.000.000
10.453.748.000.000
0,69
Sumber: Lampiran 1. Neraca PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, komposisi hutang jangka pendek terhadap total hutang PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebesar 0,68. Ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 total hutang terdapat Rp 0,68 hutang jangka pendek atau dengan kata lain seluruh hutang yang dimiliki perusahaan, 68% berupa hutang jangka pendek dan sisanya sebesar 32% berupa hutang jangka panjang. Demikian juga pada tahun 2009, komposisi hutang jangka pendek terhadap total hutang PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebesar 0,69. Ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 total hutang terdapat Rp 0,69 hutang jangka pendek atau dengan kata lain seluruh hutang yang dimiliki perusahaan, 69% berupa hutang jangka pendek dan sisanya sebesar 31% berupa hutang jangka panjang.

Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2008, perusahaan ini cenderung solvabel karena pendanaan hutang jangka panjang lebih kecil dari pendanaan hutang jangka pendek. Demikian juga pada tahun 2009, perusahaan ini cenderung solvabel karena pendanaan hutang jangka panjang lebih kecil dari pendanaan hutang jangka pendek. Ini juga mengindikasikan bahwa kebijakan pendanaan yang ditempuh oleh manajemen perusahaan lebih cenderung berimplikasi pada likuiditas perusahaan.

6.      Analisis Common-Size
Analisis struktur modal dapat pula menggunakan pendekatan common-size (ukuran yang sama). Analisis ini menunjukkan komposisi sumber-sumber pendanaan yang digunakan oleh perusahaan pada periode tertentu. Pada analisis ini, seluruh komponen pendanaan dibagi dengan total pendanaan. Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.6 dan diagram pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2.

      Tabel 5.6. Analisis common-size struktur modal
Sumber Dana
2008
(Rp juta)
2009
(Rp juta)
Common-size (%)
2008
2009
Kewajiban Lancar
7.874.135
7.225.966
34
30
Kewajiban tidak lancar
3.770.781
3.227.782
17
13
Hak minoritas
71.198
107.370
0
0
Ekuitas
11.131.607
13.843.710
49
57
Total pendanaan
22.847.721
24.404.828
100
100
   Sumber: Lampiran 1. Neraca PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
  
Gambar 5.1. Analisis common-size struktur modal PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan tahun 2008


Gambar 5.2. Analisis common-size struktur modal PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan Tahun 2009

Tabel 5.6, Gambar 5.1, dan Gambar 5.2 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan menggunakan pendanaan jangka pendek berupa kewajiban lancar sebesar 34% dan pendanaan jangka panjang sebesar 66% yang terdiri dari kewajiban tidak lancar sebesar 17%, dan ekuitas sebesar 49%. Di samping itu, ada juga hak minoritas tetapi tidak signifikan. Demikian juga pada tahun 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan menggunakan pendanaan jangka pendek berupa kewajiban lancar sebesar 30% dan pendanaan jangka panjang sebesar 70% yang terdiri dari kewajiban tidak lancar sebesar 13%, dan ekuitas sebesar 57%. Di samping itu, ada juga hak minoritas tetapi tidak signifikan.

Analisis common-size tersebut mengindikasikan bahwa struktur modal PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan lebih didominasi oleh pendanaan jangka panjang berupa ekuitas. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan ini menghadapi risiko keuangan yang relatif rendah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perusahaan ini memiliki tingkat solvabilitas yang tinggi, baik pada tahun 2008 maupun tahun 2009.

2.      Pendekatan Analisis Solvabilitas: Modal Kerja
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 1 bahwa ada empat pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan analisis laporan keuangan perusahaan yaitu pendekatan horizontal, pendekatan vertikal, pendekatan cross-section, serta pendekatan diskusi dan analisis manajemen. Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ilustrasi tentang pendekatan analisis solvabilitas perusahaan.
1.      Pendekatan horizontal
Pendekatan horizontal dalam analisis solvabilitas merupakan suatu analisis perbandingan secara internal dimana penilaian atas solvabilitas perusahaan didasarkan pada kecenderungan (tren) solvabilitas perusahaan yang diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan di atas selama beberapa periode. Sebagai ilustrasi digunakan rasio-rasio ukuran struktur modal PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Analisis horizontal berdasarkan rasio-rasio struktur modal PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
No
Rasio-rasio Struktur Modal
2008
2009
Analisis Tren
Jumlah
Persen
1
Rasio leverage keuangan (RLK)
2,05
1,76
-0,29
(14,15)
2
Rasio total hutang terhadap total modal (RTHTM)
0,51
0,43
-0,08
(15,69)

No
Rasio-rasio Struktur Modal
2008
2009
Analisis Tren
Jumlah
Persen
3
Rasio total hutang terhadap ekuitas (RTHE)
1,05
0,76
-0,29
(27,62)
4
Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas (RHJPE)
0,34
0,23
-0,11
(32,35)
5
Rasio hutang jangka pendek terhadap total hutang  (RHJPTH)
0,68
0,69
0,01
1,47

Tabel 5.7 di atas dapat diinterpretasi sebagai berikut:
1)  Rasio leverage keuangan mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 0,29 kali atau 14,15%. Berdasarkan neraca PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan menunjukkan bahwa penurunan rasio leverage keuangan sebagai akibat dari peningkatan ekuitas sebesar 24,36% yang lebih tinggi dari peningkatan total aktiva sebesar 6,82%. Secara horizontal, kondisi ini mengindikasikan posisi keuangan jangka panjang perusahaan yang lebih baik.
2)    Rasio total hutang terhadap total modal mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 0,08 kali atau 15,69%. Berdasarkan neraca PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan menunjukkan bahwa penurunan rasio total hutang terhadap total modal sebagai akibat dari penurunan total hutang sebesar 10,23% sementara total modal meningkat sebesar 6,81%. Secara horizontal, kondisi ini mengindikasikan posisi keuangan jangka panjang perusahaan yang lebih baik.
3)     Rasio total hutang terhadap ekuitas mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 0,29 kali atau 27,62%. Berdasarkan neraca PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan menunjukkan bahwa penurunan rasio total hutang terhadap ekuitas sebagai akibat dari penurunan total hutang sebesar 10,23%, sementara di sisi lain ekuitas meningkat sebesar 24,36%. Secara horizontal, kondisi ini mengindikasikan posisi keuangan jangka panjang perusahaan lebih baik.
4)      Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 0,11 kali atau 32,35%. Berdasarkan neraca dan laporan arus kas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan menunjukkan bahwa penurunan rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas sebagai akibat dari penurunan hutang jangka panjang sebesar 14,40%, sementara di sisi lain ekuitas meningkat sebesar 24,36%. Secara horizontal, kondisi ini mengindikasikan posisi keuangan jangka panjang perusahaan yang lebih baik.
5)    Rasio hutang jangka pendek terhadap total hutang mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 0,01 kali atau 1,47%. Berdasarkan neraca dan laporan arus kas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan menunjukkan bahwa peningkatan rasio hutang jangka pendek terhadap total hutang sebagai akibat dari penurunan hutang jangka pendek sebesar 8,23%, diikuti penurunan total hutang yang lebih besar sebagai akibat penurunan hutang jangka panjang sebesar 10,23%. Secara horizontal, kondisi ini mengindikasikan posisi keuangan jangka panjang perusahaan yang lebih baik.

Selain berdasarkan rasio-rasio struktur modal di atas, juga pendekatan horizontal dapat dilakukan berdasarkan analisis common-size. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan perubahan struktur modal yang digunakan oleh perusahaan. Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.8.

      Tabel 5.8. Analisis horizontal berdasarkan common-size struktur modal
Sumber Dana
Common-size (%)
Analisis Tren
2008
2009
Jumlah
Persen
Kewajiban Lancar
34
30
-4
(11,76)
Kewajiban tidak lancar
17
13
-4
(23,53)
Hak minoritas
0
0
0
0
Ekuitas
49
57
8
16,33
Total pendanaan
100
100
-
-
 Sumber: Lampiran 1. Neraca PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa komposisi kewajiban lancar atas seluruh pendanaan yang digunakan oleh PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 11,76%. Demikian juga, komposisi kewajiban tidak lancar atas seluruh pendanaan mengalami penurunan sebesar 23,53%. Sementara proporsi penggunaan ekuitas mengalami peningkatan sebesar 16,33%. Kondisi ini menunjukkan bahwa posisi keuangan jangka panjang (solvabilitas) PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan pada tahun 2009 lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2008.

2.      Pendekatan Vertikal
Pendekatan vertikal merupakan analisis perbandingan secara internal. Pendekatan vertikal pada analisis solvabilitas perusahaan yang didasarkan pada rasio-rasio struktur modal adalah menganalisis posisi keuangan pada satu periode tertentu, misalnya tahun 2009. Pada pendekatan ini yang dijadikan sebagai patokan atau standar penilaian adalah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan. Misalnya, manajemen perusahaan menetapkan standar rasio-rasio struktur modal PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Analisis vertikal rasio-rasio struktur modal PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
No
Rasio-rasio Struktur Modal
Standar*
Realisasi 2009
Penilaian
1
Rasio leverage keuangan (RLK)
1,7 – 2,5
1,76
Solvabel
2
Rasio total hutang terhadap total modal (RTHTM)
0,4 – 0,6
0,43
Solvabel
3
Rasio total hutang terhadap ekuitas (RTHE)
0,5 – 1,5
0,76
Solvabel
4
Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas (RHJPE)
0,2 – 0,5
0,23
Solvabel
*) Asumsi penulis

Tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa posisi keuangan jangka panjang PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan pada tahun 2009 dalam kondisi solvabel. Ini berarti bahwa perusahaan dianggap mampu memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.

3.      Pendekatan cross-section
Pendekatan cross-section merupakan suatu analisis perbandingan secara eksternal. Pada pendekatan ini dilakukan perbandingan antara posisi keuangan suatu perusahaan tertentu yang dianalisis dengan posisi keuangan perusahaan lain dalam industri yang sama (pesaing utama) atau posisi keuangan rata-rata industri. Oleh karena itu, pada pendekatan ini yang dijadikan sebagai patokan atau standar adalah posisi keuangan perusahaan lain atau rata-rata industri. Sebagai ilustrasi digunakan ukuran rasio-rasio struktur modal PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dan rasio PT Unilever Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10. Perbandingan rasio-rasio struktur modal antara PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dengan PT Unilever Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan tahun 2008
No
Rasio Struktur Modal
PT United Tractors
PT Unilever Indonesia
1
Rasio total hutang terhadap total modal
0,51
0,60
2
Rasio total hutang terhadap ekuitas
1,05
1,49
3
Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas
0,34
0,09
4
Rasio hutang jangka pendek terhadap total hutang
0,68
0,94

4.      Pendekatan diskusi dan analisis manajemen
Pendekatan diskusi dan analisis manajemen merupakan suatu analisis yang tidak didasarkan pada data keuangan perusahaan melainkan faktor-faktor lain yang dianggap dapat berpengaruh terhadap solvabilitas perusahaan. Faktor-faktor yang dimaksud dapat berupa faktor-faktor internal, seperti kebijakan-kebijakan manajemen sehubungan dengan kegiatan bisnis yang dilakukan. Selain itu, dapat juga berupa faktor-faktor eksternal, seperti kecenderungan kegiatan perekonomian suatu Negara.

Menganalisis Solvabilitas: Cakupan Laba Perusahaan
Keterbatasan penggunaan struktur modal sebagai alat analisis adalah tidak dapat menggambarkan ketersediaan arus kas untuk melayani hutang perusahaan, baik untuk membayar bunga maupun pembayaran angsuran pokok pinjaman. Oleh karena itu, keberadaan analisis cakupan laba (earnings coverage) dapat menutupi kelemahan tersebut.

Analisis ini dapat memberikan gambaran sejauhmana kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban finansial kepada pemilik modal, seperti investor, kreditor, suplier, dll. Di samping itu, juga hasil analisis ini dapat berguna untuk menentukan keputusan tingkat penggunaan hutang. Pada analisis ini dapat digunakan beberapa alat atau metode seperti rasio laba terhadap beban tetap (earnings to fixed charges ratio), rasio kelipatan bunga (times interest earned ratio), dan rasio arus kas terhadap beban tetap (cash flow to fixed charges ratio).

1.      Rasio laba terhadap beban tetap
Rasio laba terhadap beban tetap (earnings to fixed charges ratio) menunjukkan seberapa besar laba yang dihasilkan tersedia untuk menutupi beban-beban tetap perusahaan. Laba yang tersedia merupakan laba sebelum bunga dan pajak atau biasa juga disebut laba operasi. Sedangkan beban tetap merupakan pengeluaran modal, pembayaran hutang, dan pembayaran dividen. Untuk menghitung rasio laba terhadap beban tetap (RLBT) dapat digunakan Persamaan 5.6.
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11. Penghitungan rasio laba terhadap beban tetap (RLBT)
U r a i a n
2008
(Rp juta)
2009
(Rp juta)
Laba sebelum bunga dan pajak:
·         Laba sebelum pajak
·         Beban bunga
Laba sebelum bunga dan pajak

3.851.947
283.117
4.135.064

5.444.238
188.467
5.632.705
Beban tetap:
·         Perolehan aktiva tetap
·         Perolehan properti pertambangan
·         Pembayaran pinjaman bank jangka pendek
·         Pembayaran hutang sewa pembiayaan
·         Pembayaran pinjaman bank jangka panjang
·         Pembayaran dividen
·         Pembayaran dividen kepada pemegang saham minoritas
Total beban tetap

3.505.146
1.525.335
0
633.305
4.701.606
760.456
6.956

11.132.804

3.148.232
4.500
434.351
362.732
1.784.529
1.165.300
9.989

6.909.633
Rasio Laba terhadap Beban Tetap (RLBT)
0,37
0,81
Sumber: Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 5.11 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan hanya mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasi sebesar 0,38 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini juga menunjukkan bahwa arus kas operasi hanya mampu menutupi 38% dari beban tetap yang harus ditanggung. Demikian juga pada tahun 2009, perusahaan ini mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasi sebesar 0,74 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini juga menunjukkan bahwa arus kas operasi hanya mampu menutupi 74% dari beban tetap yang harus ditanggung.

2.      Rasio kelipatan bunga
Rasio kelipatan bunga (times interest earned ratio) atau biasa juga disebut rasio cakupan bunga (interest coverage ratio) menunjukkan seberapa besar laba yang tersedia untuk menutupi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas pendanaan hutang yang digunakan. Laba yang tersedia merupakan laba sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh perusahaan. Beban bunga merupakan beban bunga atas pinjaman. Untuk menghitung rasio kelipatan bunga (RKB) ini digunakan Persamaan 5.7.
  
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Penghitungan rasio kelipatan bunga (RKB)
Tahun
Laba sebelum Pajak (Rp juta)
Beban bunga (Rp juta)
Laba sebelum Bunga dan Pajak
(Rp juta)
RKB
2008
3.851.947
283.117
4.135.064
14,61
2009
5.444.238
188.467
5.632.705
29,89
Sumber: Laporan Laba Rugi PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 5.12 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mampu menghasilkan laba 14,61 kali dari beban bunga yang harus ditanggung. Demikian juga pada tahun 2009, perusahaan ini mampu menghasilkan laba 29,89 kali dari beban bunga yang harus ditanggung.

Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2008 dan 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sangat  solvabel karena mampu menghasilkan laba yang sangat memadai untuk menutupi beban banga yang ditanggung. Dengan demikian perusahaan ini masih sangat memungkinkan untuk menambah pendanaan hutangnya.

3.      Rasio kas terhadap cakupan bunga
Rasio kas terhadap cakupan bunga (cash interest coverage ratio) merupakan suatu indikator yang menunjukkan kemampuan perusahaan menyediakan kas untuk menutupi beban bunga. Secara spesifik, rasio ini mengukur berapa kali beban bunga dapat ditutupi oleh arus kas dari operasi sebelum bunga dan pajak. Untuk menghitung besarnya rasio kas terhadap cakupan bunga (RKCB) dapat digunakan rumus yang ditunjukkan pada Persamaan 5.8.

Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13. Penghitungan rasio kas terhadap cakupan bunga (RKCB)
Tahun
Arus Kas Bersih Operasi (Rp juta)
Beban bunga (Rp juta)
Beban Pajak
(Rp juta)
RKCB
2008
4.253.895
311.987
949.812
17,68
2009
5.101.022
197.635
1.783.261
35,83
Sumber: Lampiran 1. Laporan Arus Kas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 5.13 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan mampu menghasilkan kas sebelum bunga dan pajak sebesar 17,68 kali dari beban bunga yang harus ditanggung. Demikian juga pada tahun 2009, perusahaan ini mampu menghasilkan kas sebelum bunga dan pajak sebesar 35,83 kali dari beban bunga yang harus ditanggung.

Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2008 dan 2009, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sangat  solvabel karena mampu menghasilkan kas yang sangat memadai untuk menutupi beban banga yang ditanggung. Dengan demikian perusahaan ini masih sangat memungkinkan untuk menambah pendanaan hutangnya.

4.      Rasio arus kas terhadap beban tetap
Rasio arus kas terhadap beban tetap (cash flow to fixed charges ratio) atau biasa disebut juga rasio kecukupan arus kas (cash flow adequacy ratio) menunjukkan seberapa besar arus kas dari operasi yang tersedia untuk menutupi beban tetap. Arus kas dari operasi yang tersedia adalah arus kas operasi bersih sedangkan beban tetap adalah berupa pengeluaran modal, pembayaran kembali hutang, dan pembayaran dividen. Untuk menghitung rasio arus kas terhadap beban tetap (RAKBT) digunakan Persamaan 5.9.
 
Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14. Penghitungan rasio arus kas terhadap beban tetap (RAKBT)

2008
(Rp juta)
2009
(Rp juta)
Arus kas operasi
4.253.895
5.101.022
Beban tetap:
·         Perolehan aktiva tetap
·         Perolehan properti pertambangan
·         Pembayaran pinjaman bank jangka pendek
·         Pembayaran hutang sewa pembiayaan
·         Pembayaran pinjaman bank jangka panjang
·         Pembayaran dividen
·         Pembayaran dividen kepada pemegang saham minoritas
Total beban tetap

3.505.146
1.525.335
0
633.305
4.701.606
760.456
6.956

11.132.804

3.148.232
4.500
434.351
362.732
1.784.529
1.165.300
9.989

6.909.633
Rasio Arus Kas terhadap Beban Tetap (RAKBT)
0,38
0,74
Sumber: Lampiran 1. Laporan Arus Kas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan

Tabel 5.14 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan hanya mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasi sebesar 0,38 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini juga menunjukkan bahwa arus kas operasi hanya mampu menutupi 38% dari beban tetap yang harus ditanggung. Demikian juga pada tahun 2009, perusahaan ini mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasi sebesar 0,74 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini juga menunjukkan bahwa arus kas operasi hanya mampu menutupi 74% dari beban tetap yang harus ditanggung.

Pendekatan Analisis Solvabilitas: Cakupan Laba
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 1 bahwa ada empat pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan analisis laporan keuangan perusahaan yaitu pendekatan horizontal, pendekatan vertikal, pendekatan cross-section, serta pendekatan diskusi dan analisis manajemen. Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ilustrasi tentang pendekatan analisis solvabilitas perusahaan.
1.      Pendekatan horizontal
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa pendekatan horizontal dalam analisis solvabilitas merupakan suatu analisis perbandingan secara internal. Oleh karena itu, penilaian atas solvabilitas perusahaan dari cakupan laba ini didasarkan pada kecenderungan (tren) rasio-rasio keuangan di atas selama beberapa periode. Sebagai ilustrasi digunakan rasio-rasio ukuran cakupan laba PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15. Analisis horizontal berdasarkan rasio-rasio cakupan laba PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
No
Rasio-rasio Cakupan Laba
2008
2009
Analisis Tren
Jumlah
Persen
1
Rasio laba terhadap beban tetap
0,37
0,81
0,44
118,92
2
Rasio kelipatan bunga
14,61
29,89
15,28
104,59
3
Rasio kas terhadap cakupan bunga
17,68
35,83
18,15
102,69
4
Rasio arus kas terhadap beban tetap
0,38
0,74
0,36
94,74

Tabel 5.15 di atas dapat diinterpretasi sebagai berikut:
1)    Rasio laba terhadap beban tetap mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 0,44 kali atau 118,92%. Secara horizontal, kondisi ini mengindikasikan posisi keuangan jangka panjang perusahaan yang lebih baik.
2)   Rasio kelipatan bunga mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 15,28 kali atau 104,59%. Secara horizontal, kondisi ini mengindikasikan posisi keuangan jangka panjang perusahaan yang lebih baik.
3)    Rasio kas terhadap cakupan bunga mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 18,15 kali atau 102,69%. Secara horizontal, kondisi ini mengindikasikan posisi keuangan jangka panjang perusahaan lebih baik.
4)    Rasio arus kas terhadap beban tetap mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 0,36 kali atau 94,74%. Secara horizontal, kondisi ini mengindikasikan posisi keuangan jangka panjang perusahaan yang lebih baik.

2.      Pendekatan Vertikal
Pendekatan vertikal merupakan analisis perbandingan secara internal. Pendekatan vertikal pada analisis solvabilitas perusahaan yang didasarkan pada rasio-rasio cakupan laba adalah menganalisis posisi keuangan pada satu periode tertentu, misalnya tahun 2009. Pada pendekatan ini yang dijadikan sebagai patokan atau standar penilaian adalah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan. Misalnya, manajemen perusahaan menetapkan standar rasio-rasio cakupan laba PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16. Analisis vertikal rasio-rasio cakupan laba PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan
No
Rasio-rasio Cakupan Laba
Standar*
Realisasi 2009
Penilaian
1
Rasio laba terhadap beban tetap
0,6 – 0,9
0,81
Solvabel
2
Rasio kelipatan bunga
10 – 25
29,89
Kelebihan Solvabel
3
Rasio kas terhadap cakupan bunga
15 – 30
35,83
Kelebihan Sovabel
4
Rasio arus kas terhadap beban tetap
0,7 – 0,9
0,74
Tidak Solvabel
*) Asumsi penulis

Tabel 5.16 di atas menunjukkan bahwa secara umum, posisi keuangan jangka panjang PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan pada tahun 2009 dalam kondisi sangat solvabel. Ini berarti bahwa perusahaan dianggap mampu memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Kecuali yang diindikasikan oleh rasio arus kas terhadap beban tetap tidak memenuhi standard yang ditentukan.

3.      Pendekatan cross-section
Pendekatan cross-section merupakan suatu analisis perbandingan secara eksternal. Pada pendekatan ini dilakukan perbandingan antara posisi keuangan suatu perusahaan tertentu yang dianalisis dengan posisi keuangan perusahaan lain dalam industri yang sama (pesaing utama) atau posisi keuangan rata-rata industri. Oleh karena itu, pada pendekatan ini yang dijadikan sebagai patokan atau standar adalah posisi keuangan perusahaan lain atau rata-rata industri. Sebagai ilustrasi digunakan ukuran rasio-rasio struktur modal PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dan PT Unilever Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.17.

Tabel 5.17. Perbandingan rasio-rasio cakupan laba antara PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dengan PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008
No
Rasio Cakupan Laba
PT United Tractors
PT Unilever Indonesia
1
Rasio laba terhadap beban tetap
0,37
9,13
2
Rasio kelipatan bunga
14,61
Tidak terhingga (tidak ada beban bunga
3
Rasio kas terhadap cakupan bunga
17,68
Tidak terhingga (tidak ada beban bunga
4
Rasio arus kas terhadap beban tetap
0,38
3,4
   Sumber: Lampiran 1 dan Lampiran 2

Berdasarkan Tabel 5.17 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008, PT Unilever Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan memiliki rasio cakupan laba yang lebih besar jika dibandingkan dengan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan. Ini mengindikasikan bahwa posisi keuangan jangka panjang (solvabilitas) PT Unilever Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan lebih baik jika dibandingkan dengan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan.

4.      Pendekatan diskusi dan analisis manajemen
Pendekatan diskusi dan analisis manajemen merupakan suatu analisis yang tidak didasarkan pada data keuangan perusahaan melainkan faktor-faktor lain yang dianggap dapat berpengaruh terhadap solvabilitas perusahaan. Faktor-faktor yang dimaksud dapat berupa faktor-faktor internal, seperti kebijakan-kebijakan manajemen sehubungan dengan kegiatan bisnis yang dilakukan. Selain itu, dapat juga berupa faktor-faktor eksternal, seperti kecenderungan kegiatan perekonomian suatu Negara.

Window-Dressing untuk Mengoptimalkan Solvabilitas Perusahaan
Apabila perusahaan dalam keadaan tidak solvabel atau sangat solvabel pada akhir periode maka pihak manajemen dapat mengubah kondisi perusahaan menjadi optimal yang biasa disebut manajemen rasio. Upaya seperti ini dikenal dengan istilah window-dressing. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 4 bahwa secara umum, window-dressing merupakan rekayasa atau re-engineering laporan keuangan. Dan Penulis telah berpendapat bahwa praktek window-dressing bukan merupakan tindakan tidak etis sepanjang dilakukan secara benar. Artinya bahwa perubahan yang dilakukan tidak hanya di atas kertas tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata. Misalnya, untuk meningkatkan solvabilitas diperlukan peningkatan pendanaan ekuitas dan sebaliknya penurunan pendanaan hutang. Tindakan ini harus benar-benar diwujudkan berupa penjualan saham baru yang akan digunakan untuk membayar hutang, terutama hutang jangka panjang.

Sehubungan dengan tindakan window-dressing untuk mengoptimalkan posisi solvabilitas perusahaan melalui indikator rasio total hutang terhadap ekuitas (total debt to equity ratio) maka pihak manajemen memiliki tiga pilihan kebijakan yaitu: (1) mengubah ekuitas tetapi total kewajiban tidak berubah atau (2) mengubah kewajiban tetapi ekuitas tidak berubah atau (3) mengubah keduanya secara bersamaan.

Sebagai ilustrasi digunakan posisi solvabilitas PT United TractorsTbk dan Anak Perusahaan pada tahun 2009. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa solvabilitas perusahaan ini dalam keadaan belum terlalu optimal yang diindikasikan oleh rasio total hutang terhadap ekuitas. Berdasarkan kondisi ini, pihak manajemen perusahaan bermaksud meningkatkan rasio total hutang terhadap ekuitas tahun 2009 dari 0,76 menjadi 0,9 sehingga lebih optimal. Hal ini sejalan dengan prospek perusahaan dalam menghasilkan laba yang sangat baik.

Berdasarkan kebijakan di atas dapat ditunjukkan proses window-dressing PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebagai berikut:
1.      Mengurangi ekuitas
Pada kebijakan ini, manajemen dapat menjual aktiva, terutama aktiva jangka panjang yang tidak produktif, kemudian hasil penjualan aktiva ini digunakan untuk mengurangi atau membeli saham yang telah beredar. Berapa besar aktiva yang perlu dijual? Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 5.3 di atas dan proses perhitungannya ditunjukkan sebagai berikut:
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa untuk mencapai rasio total hutang terhadap ekuitas sebesar 0,9 maka manajemen PT United Tractors Tbk membutuhkan ekuitas sebesar Rp 11.615.275.560.000,00. Dengan demikian diperlukan pengurangan ekuitas sebesar Rp 2.228.434.440.000,00 sebagaimana ditunjukkan perhitungan sebagai berikut:
      Ekuitas tahun 2009                 = Rp 13.843.710.000.000,00
      Ekuitas yang diperlukan         = Rp 11.615.275.560.000,00
      Pengurangan ekuitas               = Rp   2.228.434.440.000,00

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa aktiva yang perlu dilepas untuk mengurangi ekuitas adalah senilai Rp 2.228.434.440.000,00. Berdasarkan hasil window-dressing tersebut dapat ditunjukkan perbandingan neraca singkat dan posisi solvabilitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebelum dan sesudah window-dressing sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.18.

Tabel 5.18. Perbandingan neraca dan posisi solvabilitas PT United Tractors Tbk & Anak Perusahaan sebelum dan sesudah window-dressing tahun 2009 (Menjual aktiva untuk mengurangi ekuitas)
U r a i a n
Sebelum Window-dressing
Sesudah Window-dressing
Jumlah aktiva
Rp 24.404.828.000.000,00
Rp 22.176.393.560.000,00
Jumlah kewajiban
Hak minoritas
Jumlah ekuitas
Jumlah kewajiban dan ekuitas
Rp 10.453.748.000.000,00
107.370.000.000,00
13.843.710.000.000,00
24.404.828.000.000,00
Rp 10.453.748.000.000,00
107.370.000.000,00
11.615.275.560.000,00
22.176.393.560.000,00
Rasio total hutang terhadap ekuitas
0,76
0,90

Berdasarkan Tabel 5.18 di atas menunjukkan bahwa kebijakan untuk mengoptimalkan posisi solvabilitas perusahaan (rasio total hutang terhadap ekuitas) melalui penjualan aktiva yang digunakan untuk mengurangi ekuitas memberikan implikasi sebagai berikut:
1)  Mengurangi jumlah aktiva sehingga investasi menurun yang memungkinkan perusahaan menghadapi penurunan kapasitas produksi atau operasi.
2)      Mengubah struktur modal.

2.      Menambah hutang jangka panjang
Pada kebijakan ini, manajemen menambah hutang jangka panjang, kemudian hasil dana pinjaman ini digunakan untuk menambah aktiva, terutama aktiva jangka panjang. Berapa besar hutang jangka panjang yang perlu dipinjam? Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 5.3 di atas dan proses perhitungannya ditunjukkan sebagai berikut:
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa untuk mencapai rasio total hutang terhadap ekuitas sebesar 0,9 maka manajemen PT United Tractors Tbk membutuhkan total hutang sebesar Rp 12.459.339.000.000,00. Dengan demikian diperlukan penambahan hutang sebesar Rp 2.005.591.000.000,00 sebagaimana ditunjukkan perhitungan sebagai berikut:
      Total hutang tahun 2009         = Rp 10.453.748.000.000,00
      Total hutang yang diperlukan = Rp 12.459.339.000.000,00
      Penambahan hutang                = Rp   2.005.591.000.000,00

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa tambahan total hutang yang diperlukan dalam rangka menambah aktiva adalah senilai Rp 2.005.591.000.000,00. Berdasarkan hasil window-dressing tersebut dapat ditunjukkan perbandingan neraca singkat dan posisi solvabilitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebelum dan sesudah window-dressing sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.19.

Tabel 5.19. Perbandingan neraca dan posisi solvabilitas PT United Tractors Tbk & Anak Perusahaan sebelum dan sesudah window-dressing tahun 2009 (Menambah hutang untuk menambah aktiva)
U r a i a n
Sebelum Window-dressing
Sesudah Window-dressing
Jumlah aktiva
Rp 24.404.828.000.000,00
Rp 26.410.419.000.000,00
Jumlah kewajiban
Hak minoritas
Jumlah ekuitas
Jumlah kewajiban dan ekuitas
Rp 10.453.748.000.000,00
107.370.000.000,00
13.843.710.000.000,00
24.404.828.000.000,00
Rp 12.459.339.000.000,00
107.370.000.000,00
13.843.710.000.000,00
26.410.419.000.000,00
Rasio total hutang terhadap ekuitas
0,76
0,90

Berdasarkan Tabel 5.19 di atas menunjukkan bahwa kebijakan untuk mengoptimalkan posisi solvabilitas perusahaan (rasio total hutang terhadap ekuitas) melalui penambahan hutang yang digunakan untuk menambah aktiva memberikan implikasi sebagai berikut:
1)  Menambah jumlah aktiva sehingga investasi meningkat yang memungkinkan perusahaan menambah kapasitas produksi atau operasi.
2)      Mengubah struktur modal.

3.      Kombinasi antara menambah hutang sekaligus untuk mengurangi ekuitas
Kebijakan ini merupakan upaya untuk mengalihkan struktur modal pada pendanaan hutang. Pada kebijakan ini, manajemen perusahaan dapat menambah hutang atau melakukan pinjaman baru terutama hutang jangka panjang, kemudian hasil pinjaman tersebut digunakan untuk menarik atau membeli sahamnya yang telah beredar.

Sebagai ilustrasi digunakan data keuangan PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan dan dengan menggunakan Persamaan 5.3 di atas proses perhitungannya ditunjukkan sebagai berikut:
Misalnya, Total Hutang disimbolkan oleh TH, Ekuitas disimbolkan oleh E, serta tambahan Hutang sama dengan pengurangan Ekuitas disimbolkan oleh X, maka persamaannya menjadi:
Berdasarkan persamaan di atas kemudian dimasukkan data sebagai berikut:


Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa untuk mencapai rasio total hutang terhadap ekuitas sebesar 0,9 maka manajemen PT United Tractors Tbk membutuhkan tambahan hutang sekaligus untuk pengurangan ekuitas sebesar Rp 1.055.574.211.000,00. Berdasarkan hasil window-dressing tersebut dapat ditunjukkan perbandingan neraca singkat dan posisi solvabilitas PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan sebelum dan sesudah window-dressing sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.20.

Tabel 5.20. Perbandingan neraca dan posisi solvabilitas PT United Tractors Tbk & Anak Perusahaan sebelum dan sesudah window-dressing tahun 2009 (Menambah hutang untuk mengurangi ekuitas)
U r a i a n
Sebelum Window-dressing
Sesudah Window-dressing
Jumlah aktiva
Rp 24.404.828.000.000,00
Rp 24.404.828.000.000,00
Jumlah kewajiban
Hak minoritas
Jumlah ekuitas
Jumlah kewajiban dan ekuitas
Rp 10.453.748.000.000,00
107.370.000.000,00
13.843.710.000.000,00
24.404.828.000.000,00
Rp 11.509.322.211.000,00
107.370.000.000,00
12.788.135.789.000,00
24.404.828.000.000,00
Rasio total hutang terhadap ekuitas
0,76
0,90

Berdasarkan Tabel 5.20 di atas menunjukkan bahwa kebijakan untuk mengoptimalkan posisi solvabilitas perusahaan (rasio total hutang terhadap ekuitas) melalui penambahan hutang yang digunakan untuk mengurangi ekuitas memberikan implikasi sebagai berikut:
1)    Tidak menambah jumlah aktiva sehingga tidak mengubah investasi sehingga memungkinkan perusahaan untuk tidak mengubah kapasitas produksi atau operasi.
2)      Mengubah struktur modal dari pendanaan ekuitas ke pendanaan hutang.

Analisis Solvabilitas dan Respon Stakeholder Perusahaan
Pada dasarnya respon stakeholder terhadap posisi keuangan jangka panjang (solvabilitas) perusahaan adalah sama dengan respon terhadap posisi keuangan jangka panjang (likuiditas). Hal ini beralasan apabila dipandang dari aspek risiko. Rasio solvabilitas yang tinggi mengindikasikan tingkat keamanan yang tinggi atau tingkat risiko yang rendah namun di lain pihak mengindikasikan profitabilitas yang rendah. Ini didasarkan pada alasan bahwa ketika manajemen menetapkan rasio solvabilitas yang tinggi berarti dana yang tersedia disiapkan untuk berjaga-jaga. Dengan demikian, dana yang tersedia tidak digunakan untuk kegiatan yang produktif sehingga dapat mengurangi produktivitas. Demikian pula sebaliknya, rasio solvabilitas yang rendah mengindikasikan tingkat keamanan yang rendah atau tingkat risiko yang tinggi namun tingkat profitabilitas yang tinggi.
Rasio solvabilitas memberikan arti bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) sehingga mereka akan merespon secara berbeda. Bagaimana respon para stakeholder terhadap tingkat solvabilitas perusahaan? Apabila tingkat solvabilitas tinggi berarti perusahaan mampu memenuhi seluruh kewajibannya. Dengan demikian respon para stakeholders secara singkat digambarkan sebagai berikut:
1)   Investor yang memiliki tipe sebagai pengambil risiko (risk taker) cenderung merespon negatif sedangkan investor yang memiliki tipe sebagai penghindar risiko (risk averter) cenderung merespon positif.
2)      Kreditor cenderung merespon positif terutama kreditor jangka panjang.
3)      Suplier cenderung merespon positif
4)      Karyawan cenderung merespon positif

Beberapa hasil penelitian yang dilaksanakan di Indonesia yang menjelaskan adanya hubungan atau pengaruh solvabilitas perusahaan terhadap respon para stakeholder terutama investor dikemukakan sebagai berikut:
1.   Bahri (2003) menyimpulkan bahwa debt to equity ratio (rasio hutang terhadap ekuitas) secara signifikan berpengaruh terhadap indeks harga saham sektoral.
2.    Hodijah (2005) menyimpulkan bahwa  hasil analisis rasio solvabilitas menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio dari ketiga bank syariah berada diatas standar minimum dari Bank Indonesia. Ini menunjukkan permodalan dari ketiga bank dapat dikatakan baik. Sedangkan secara umum hasil analisis menggunakan  Primary Ratio lebih banyak mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan pengelolaan dan pemilikan modal dari ketiga bank masih belum baik.
3.    Dwi Martani, Mulyono, dan Rahfiani khairurizka (2009) menyimpulkan bahwa: (1) rasio-rasio keuangan secara bersama-sama mempengaruhi return pasar dan return tidak normal, dan (2) pandangan investor tentang rasio-rasio keuangan adalah berguna dalam mengambil keputusan atas investasi.

Ringkasan
Analisis solvabilitas perusahaan merupakan analisis untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban lancarnya maupun kewajiban tidak lancar. Analisis solvabilitas meliputi analisis terhadap struktur modal dan analisis terhadap cakupan laba. Pada analisis solvabilitas struktur modal mengukur seberapa besar kemampuan pendanaan yang berisiko rendah tersedia untuk menutupi kewajiban perusahaan. Sedangkan pada analisis cakupan laba mengukur seberapa besar arus kas yang tersedia untuk menutupi beban keuangan yang ditanggung perusahaan, baik beban bunga maupun beban-beban tetap.
Alat-alat yang digunakan untuk mengukur solvabilitas struktur modal meliputi rasio leverage keuangan, rasio total hutang terhadap total modal, rasio total hutang terhadap ekuitas, rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas, serta rasio hutang jangka pendek terhadap total hutang . Sedangkan pada analisis cakupan laba dapat digunakan alat-alat analisis berupa rasio laba terhadap beban tetap, rasio kelipatan bunga, rasio kas terhadap cakupan bunga, serta rasio arus kas terhadap beban tetap. Di samping itu, terdapat berbegai pendekatan yang dapat digunakan dalam menganalisis solvabilitas perusahaan, seperti analisis horizontal, analisis vertikal, analisis cross-section, serta diskusi dan analisis manajemen.
Analisis solvabilitas perusahaan berkaitan erat dengan respon para stakeholder. Ini berarti bahwa tingkat solvabilitas yang dicapai oleh suatu perusahaan akan mendapatkan respon yang berbeda dari para stakeholder. Dalam hal ini, stakeholder dapat memberikan respon positif atau respon negatif bergantung persepsi dari para stakeholder. Oleh karena itu, ketika manajemen perusahaan merasa bahwa posisi solvabilitas yang dicapai perusahaan akan mendapatkan respon negatif maka manajemen dapat melakukan window-dressing atas laporan keuangan perusahaannya.

No comments: