Sebagian
besar beban memiliki kaitan yang dapat diidentifikasi dan diukur terhadap
pendapatan. Hal ini disebabkan karena pendapatan merupakan ukuran utama atas
aktivitas operasi perusahaan. Tiga analisis yang sebagian didasarkan pada
hubungan antara pendapatan beban adalah:
·
Analisis ukuran sama (common size
analysis). Laporan laba
rugi common size menyatakan beban sebagai persentase pendapatan. Hubungan
antara beban dengan penjualan kemudian ditelusuri selama beberapa periode atau
diperbandingkan dengan pesaing.
·
Analisis angka indeks (index number analysis). Analisis angka indeks atas
laporan laba rugi menyatakan laba dan komponen-komponenya dalam angka indeks
yang terkait dengan tahun dasar. Analisis ini menunjukan perubahan relative
pos-pos tersebut lintas tahun, sehingga dapat ditelusuri dan dinilai
materialitasnya. Perubahan beban dapat dibandingkan dengan perubahan pendapatan
maupun beban yang terkait. Dengan menerapkan analisis angka indeks pada neraca
common size, persentase perubahan beban dapat dikaitkan dengan perubahan aktiva
dan kewajiban.
·
Analisis rasio operasi (operating ratio analysis). Rasio operasi mengukur
hubungan antara beban operasi (atau komponen-komponen) dengan pendapatan. Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut;
Bunga dan
pajak biasanya tidak disertakan dari perhitungan ini karena fokusnya pada
efesiensi operasi (pengendalian beban), bukan pengelolaan pendanaan dan pajak.
Untuk menginterprestasikan ukuran ini dengan tepat, diperlukan analisis atas
alasan variasi dalam komponen-komponenya, termasuk margin laba kotor, beban
penjualan, pemasaran, umum, dan administrasi.
Beban Penjualan
Analisis
beban penjualan berfokus pada setidaknya tiga area utama, yaitu ;
1.
Evaluasi hubungan antara pendapatan dengan beban utama
2.
Penilaian beban piutang tak
tertagih
3.
Evaluasi trend an produktivitas beban pemasaran yang mengarah ke masa depan
Hubungan antara Beban Penjualan dan Pendapatan
Pentingnya
hubungan antara beban penjualan dengan pendapatan bervariasi antara industry
dan antar perusahaan. Bagi perusahaan tertentu, beban penjualan utam adalah
komisi yang sangat variable, sedangkan bagi perusahaan lainnya beban penjualan
sebagian besar tetap. Komponen variable dan komponen tetap tersebut harus
dibedakan agar dapat dianalisis relative terhadap pendapatan. Semakin rinci
komponen beban dilaporkan, semakin bermakna analisis yang dihasilkan.
Jika
persentase beban penjualan terhadap pendapatan meningkat, perhatian harus
diarahkan pada kenaikan beban penjualan yang menyebabkan kenaikan pendapatan
bersangkutan. Setelah tingkat beban penjualan tertentu, kenaikan penjulan
marginal menjadi lebih kecil. Hal tersebut biasa disebabkan oleh kejenuhan
pasar, keloyalan pada merek, atau beban yang meningkat di wilayah baru.
Persentase beban penjualan terhadap pendapatan bagi pelanggan baru harus
dibedakan dari persentase bagi pelanggan kini. Hal tersebut berimplikasi pada
ramalan atas profitabilitas. Jika perusahaan harus menanggung beban penjualan
yang jauh lebih besar untuk meningkatkan penjualan, maka profitabilitas
perusahaan menjadi terbatas atau dapat menurun.
Beban Piutang Tak Tertagih
Beban
piutang tak tertagih biasanya diperlakukan sebagai beban pemasaran. Karena
besaran beban piutang tak tertagih terkait dengan besaran penyisihan piutang
tak tertagih,analisis yang dilakukan dengan mempelajari hubungan antara
penyisihan dengan piutang uaha kotor.
Beban Pemasaran untuk Masa Depan
Beban
promosi penjualan tertentu, terutama iklan, menghasilkan manfaat kini dan masa
depan. Mengukur manfaat masa depan beban-beban tersebut sangatlah sulit.
Pengeluaran untuk aktivitas pemasaran yang megarah ke masa depan tersebut sangat
subjektif dan harus mempertimbangkan tren pengeluaran tersebut sangat subjektif
dan harus mempertimbangkan tren pengeluaran tersebut dari tahun ke tahun.
Selain pengeluaran tesebut mampu mempengaruhi penjualan di masa depan
pengeluaran tersebut memberikan pandangan atas kecenderungan manajemen untuk
“mengatur” laba.
Beban penyusutan
Beban
sering kali besar jumlahnya, khususnya bagi perusahaan manufaktur dan jasa.
Penyusutan umumnya dianggap sebagai biaya tetap karena dihitung berdasarkan
berlalunya waktu. Bila perhitungannya menggunakan aktivitas operasi, maka
penyusutan menjadi biaya variable berbeda dengan sebagian besar biaya lainnya,
hubungan antara penyusutan dengan aktiva tetap kotor sering memiliki makna.
Hubungan tersebut diukur dengan rasio penyusutan terhadap aktiva yang dapat
disusutkan;
Tujuan rasio ini adalah mendeteksi perubahan
tarif penyusutan gabungan. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi tingkat
pnyusutan dan untuk deteksi penyesuaian (perataan) laba. Perhitungan ini dapat
dilakukan berdasarkan katagori aktiva.
Beban pemeliharaan dan Perbaikan
Beban
pemeliharaan dan perbaikan ini berdampak pada harga poko penjualaan dan beban
lainnya. Pemeliharaan dan perbaikan terdiri atas beban variable dan beban
tetap, sehingga tidak terkait langsung dengan penjualan, jadi harus
diinterprestasikan berdasarkan analisis yang memisahkan antara porsi beban
variable dengan porsi beban tetap dalam pemeliharaan dan perbaikan, hubungannya
dengan penjualan dapat diinterpretasikan. Beban pemeliharaan dan perbaikan
bersifat fleksibel dapat diatur,dengan tujuan untuk tidak mengurangi laba pada
periode tertentu atau dengan tujuan untuk menyimpan sumber yang likuid, namun
ada juga yang tidak dapat ditunda tanpa
mengorbankan produktivitas.
Beban Umum dan Administrasi
Sebagian
besar beban umum dan adiministrasi adalah beban tetap, terutama karena
beban tersebut meliputi beban gaji dan
sewa. Biaya ini cenderung naik, khususnya pada masa-masa makmur. Saat
menganalisis beban tersebut, perhatian harus diarahkan pada tren persentasenya
terhdap pendapatan
Beban Pendanaan
Beban
pendanaan sebagian besar tetap. Sebagian besar pendanaan kreditor pada
akhirnyan didanai ulang dan tidak dipindahkan, kecuali digantikan dengan
pendanaan ekuitas. Beban bunga sering mencakup amortisasi premium atau diskon
utang dan amortisasi biaya penerbitan utang. Alat analisis untuk biaya pinjaman
adalah tingkat bunga efektif rata-rata yang dihitung sebagai berikut :
Sensitivitas perusahaan terhadap perubahan
tingkat bunga juga dapat diukur dengan mencari porsi utang yang dikaitkan
dengan tingkat pasar seperti tingkat bunga utama
Beban Pajak
Pajak
penghasilan pada dasarnya mencerminkan distribusi laba antara perusahaan dan
pemerintah.
Hubungan
antara pajak akrual dengan laba sebelum pajak, disebut sebagai tarif pajak
efektif (effective tax rate) atau rasio pajak (tax ratio), dipengaruhi oleh
perbedaan antara pajak permanen. Tarif pajak
efektif dihitung sebagai berikut:
ANALISIS BEBAN PT HM SAMPOERNA
Beban Usaha yang ada pada PT HM Sampoerna,
yaitu:
Dari beban usaha yang ada tersebut merupakan
beban yang akan terus menerus ada pada setiap periodenya karena mendukung
operasi perusahaan. Maka analisis terkait beban usaha tersebut, yaitu:
1.
Operating Ratio Analysis
Rasio ini
dapat dihitung sebagai berikut ;
Operating
Ratio untuk tahun 2008
= (Rp24.695.196.000.000
+ Rp3.760.016.000.000)/Rp6.225.233.000.000
= 4,57
Operating Ratio untuk tahun 2007
= (Rp21.025.772.000.000 +
Rp3.176.973.000.000)/Rp5.584.980.000.000
= 4,33
Operating ratio tahun 2008 mengalami kenaikan
dibandingkan tahun 2007, yang mengindikasikan bahwa beban operasi tahun 2008
mengalami penigkatan yang tidak signifikan dibanding tahun 2007 meskipun gross
profit margin tahun 2008 tidak sebesar tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa
kenaikan beban operasi 2008 lebih kecil dibandingkan kenaikan penjualan bersih
tahun 2008.
2.
Beban Penjualan
Kenaikan
beban penjualan perusahaan pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2007
sebesar 20,24%, yaitu dari yang semula Rp2.458.051 juta pada 2007 menjadi Rp2.955.457 juta pada 2008.
3.
Beban Penyusutan
Rasio penyusutan terhadap aktiva yang dapat disusutkan;
Rasio
penyusutan tahun 2008 = Rp69.488.000.000 / Rp6.055.271.000.000 = 0,0115
Rasio
penyusutan tahun 2007 = Rp25.197.000.000 / Rp4.977.696.000.000 = 0,0051
Rasio
tersebut menunjukkan penigkatan yang cukup signifikan dalam beban penyusutan
perusahaan pada tahun 2008 sebesar Rp44.291.000.000. Kenaikan yang cukup
signifikan ini disebabkan karena pada tahun 2008 terjadi pengkapitalisasian
beban bunga ke dalam asset tetap sebesar Rp59,2 milyar (dimana pada tahun 2007
sebesar Rp47,6 milyar) yang timbul dari pembiayaan pembangunan pabrik baru,
dikapitalisasikan pada tahun berjalan. Tingkat biaya yang dikapitalisasi
sebesar 8,50% - 8,84%. Akibat pengkapitalisasian tersebut, beban depresiasinya
pun meningkat cukup signifikan di tahun 2008.
Beban lain-lain yang ada di HM SAMPOERNA yaitu:
Dalam beban lain-lain ini terdapat beban penurunan nilai asset
dimana beban ini termasuk salah satu beban yang belum tentu pada setiap
periodenya terjadi karena tidak selalu pada setiap penilaian asset tetap yang
dilakukan setiap periodenya terjadi penurunan nilai asset. Beban penurunan
nilai asset tahun 2008 sebesar Rp69.403.000.000 sedangkan pada tahun 2007
sebesar Rp26.379.000.000, sehingga dapat disimpulkan terjadi kenaikan beban
penurunan nilai sebesar 61,99%. Kenaikan yang signifikan ini mengindikasikan
bahwa terjadi penurunan nilai asset yang cukup besar pada tahun 2008 dari hasil
revaluasi atas aset.
Selain itu dalam beban lain-lain ini pun terdapat beban kurtailmen
dari program pension sebesar Rp145.391.000.000 pada tahun 2008, yang merupakan
beban yang timbul hanya pada periode tersebut karena adanya perubahan imbal
kerja dari yang semula manfaat pasti menjadi iuran pasti. Sehingga laba bersih
yang diperoleh tahun 2008 ini tidak semurninya berasal dari operasi tetapi juga
ada karena beban-beban lain yang hanya pada periode ini saja dibebankannya.
No comments:
Post a Comment