BAB
I
PENDAHULUAN
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan jasa
dimulai dengan persiapan penyerahan jasa & berakhir dengan penyerahan jasa
kepada pemakainya. Siklus akuntansi biaya pada perusahaan jasa dimulai dengan
pencatatan biaya persiapan penyerahan jasa dan berakhir dengan disajikannya
harga pokok jasa yang diserahkan. Tujuan Akuntansi biaya dalam perusahaan jasa
adalah menyajikan informasi harga pokok persatuan jasa yang diserahkan kepada
pemakai jasa.
![]() |
|||
Siklus akuntansi biaya dapat pula digambarkan
melalui hubungan rekening-rekening buku besar. Untuk menampung biaya yang
dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku
menjadi produk jadi, didalam buku besar dibentuk rekening-rekening berikut ini:
Gambar
: Aliran biaya produksi dalam
rekening buku besar
Mengelola
kartu biaya produksi ini meliputi pembahasan lima hal yaitu :
Ø Menyiapkan
pengelolaan kartu biaya produksi
Ø Mengidentifikasi
data biaya produksi
Ø Membukukan
biaya produksi
Ø Menghitung
biaya produksi dalam kartu harga pokok produksi
Ø Menyusun
laporan harga pokok produksi
BAB
II
PEMBAHASAN
Ø Kegiatan
Belajar 1
Kompetensi Dasar : Menyiapkan
pengelolaan kartu biaya produksi
§ Metode
pengumpulan biaya produksi tergantung dari sifat pengolahan produk. Pengolahan
produk dibedakan menjadi 2 golongan, yaitui: pengolahan produk berdasarkan pesanan dan pengolahan
produk yang merupakan produksi massa .
§ Oleh
karena itu metode pengumpulan biaya produksi dibedakan menjadi dua, yaitu:
ü Metode
Harga Pokok Pesanan (Job order cost
method)
ü Metode
Harga Pokok Proses (Process cost method)
PERBEDAAN KARAKTERISTIK METODE HARGA POKOK
PROSES DAN METODE HARGA POKOK PESANAN
Karakteristik kedua metode
tersebut berkaitan dengan karakteristik proses pengolahan produknya, yaitu:
Perusahaan
yang berproduksi
|
Perusahaan
yang berproduksi atas dasar pesanan
|
|
Proses pengolahan produk
|
Terus menerus (kontinyu)
|
Terputus-putus (intermitten)
|
Produk yang dihasilkan
|
Produk standar
|
Tergantung spesifikasi
pemesan
|
Produksi ditujukan untuk
|
Mengisi persediaan
|
Memenuhi pesanan
|
Contoh perusahaan
|
Perusahaan kertas, semen,
tekstil, dll
|
Perusahaan percetakan, mebel,
kontraktor, dll
|
PERBEDAAN KARAKTERISTIK PROSES PRODUKSI
METODE HARGA POKOK PROSES DAN METODE HARGA POKOK PESANAN
Metode
Harga Pokok Proses
|
Metode
Harga Pokok Pesanan
|
|
Biaya produksi dikumpulkan
|
Setiap bulan atau periode
penentuan harga pokok produk
|
Untuk setiap pesanan
|
Harga pokok per satuan produk
dihitung
|
Pada akhir bulan/periode
penentuan harga pokok produk
|
Apabila pesanan telah selesai
diproduksi
|
Rumus perhitungan harga pokok
per satuan
|
Jumlah biaya produksi yang
telah dikeluarkan selama bulan/periode tertentu dibagi dengan jumlah
satuan produk yang dihasilkan selama bulan/periode ybs.
|
Jumlah biaya produksi yang
telah dikeluarkan untuk pesanan tertentu dibagi dengan jumlah satuan
produk yang diproduksi dalam pesanan ybs.
|
Metode penentuan harga pokok produksi
adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok
produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok
produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
- Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan
harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam
harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku , biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Menurut
LM Samryn, full costing adalah :
“Full
costing adalah metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku ,
biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa memperhatikan perilakunya.”
Pendekatan full costing yang biasa
dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana
biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi,
administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan
ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu
sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut.
- Variabel Costing
Variabel costing merupakkan metode
penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang
berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya
bahan baku ,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya
yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variabel yang
terdiri dari biaya bahan baku ,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya
produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik bersama-sama dengan biaya
tetap non produksi.
Menurut Mas’ud Machfoed variabel costing
adalah “ Suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya produksi variabel saja
yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.”
Pendekatan variabel costing di kenal
sebagai contribution approach merupakan suatu format laporan laba rugi yang
mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan
menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut
fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah
sejalan dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai elemen harga pokok
produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Akibat
perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu:
- Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok
produksi dan penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan “fungsi”.
Sehingga apa yang disebut sebagai biaya produksi adalah seluruh
biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak
langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variabel costing,
menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan harga pokok dan
penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya
produksi dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan
biaya produksi.
- Dalam metode full costing, biaya periode diartikan
sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini
dikeluarkan dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan
dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi.
Dalam metode variabel costing, yang dimaksud dengan biaya periode adalah
biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau dibebankan tanpa
dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya periode
adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi.
- Menurut metode full costing, biaya overhead tetap
diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya
tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk
atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada
persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel costing, biaya
tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
- Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk
atau jasa berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda
dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya maka selisihnya dapat
berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan (over-applied factory
overhead). Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat
diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang belum laku
dijual (harga pokok persediaan).
- Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi
menggunakan istilah laba kotor (gross profit), yaitu kelebihan penjualan
atas harga pokok penjualan.
- Dalam variabel costing, menggunakan istilah marjin
kontribusi (contribution margin), yaitu kelebihan penjualan dari
biaya-biaya variabel.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari
perbedaan laba rugi dalam metode full costing dengan metode variable costing
adalah :
- Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan
sebagian biaya overhead pabrik tetap pada periode berjalan ke periode
berikutnya bila tidak semua produk pada periode yang sama.
- Dalam metode variable costing seluruh biaya tetap
overhead pabrik telah diperlakukan sebagai beban pada periode
berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya overhead pada tahun
berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.
- Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing
lebih rendah dibanding metode full costing. Alasannya adalah dalam
variable costing hanya biaya produksi variabel yang dapat diperhitungkan
sebagai biaya produksi.
- Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara
biaya tetap dan biaya variabel, sehingga tidak cukup memadai untuk
analisis hubungan biaya volume dan laba (CVP) dalam rangka
perencanaan dan pengendalian.
Dalam praktiknya, variable costing tidak
dapat digunakan secara eksternal untuk kepentingan pelaporan keuangan kepada
masyarakat umum atau tujuan perpajakan.
Ø Kegiatan Belajar 2
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi data biaya produksi
Akuntansi
biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang bertujuan untuk menentukan
harga pokok produk, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan bagi
manajemen.
Konsep Dan
Klasifikasi Biaya
1.
Definisi
Dan Konsep Biaya
Pengertian Biaya
a.
Dalam arti sempit, biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Jumlah yang dikorbankan tersebut secara
tidak langsung disebut harga pokok dan dicatat pada neraca sebagai aktiva.
b.
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang baik yang telah terjadi maupun yang
akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dari definisi diatas pengertian biaya
mengandung unsur pokok sbb:
1.
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2.
Biaya dapat diukur dengan satuan uang (Rp, $,
yen dsb.)
3.
Biaya merupakan pengorbanan yang telah terjadi
atau akan terjadi dan
4.
Biaya merupakan pengorbanan yang mempunyai
tujuan tertentu.
·
Biaya
adalah :
- Penggunaan sumber-sumber ekonomi yang diukur dengan
satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu.
- Manfaat
yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa
· Beban :
Biaya yang telah memberikan suatu manfaat dan sekarang telah berakhir (expired)
Karakteristik
Biaya :
1.
Uang :
Biaya aktiva harus dinyatakan dengan uang
2.
Hak
pemakaian : Perusahaan akan mempunyai hak untuk mengggunakan aktiva atau
mendapatkan berbagai manfaat dari penggunaan aktiva tersebut
3.
Nilai :
Biaya suatu aktiva mencerminkan nilai ekonomis yang nantinya tersebut akan
digunakan oleh perusahaan
4.
Kondisi
dan pembatasan : hak atas pemakaian bersifat tak bersyarat dan jika aktiva
tersebut milik perusahaan melalui pembelian maka hak perusahaan akan aktiva
menjadi tidak dapat dibatasi
5.
Unsur
Waktu : Jika aktiva memberikan waktu pemakaian yang lama maka akan mencerminkan
biaya yang berbeda
6.
Berwujud
dan tak berwujud : karena aktiva merupakan hak yang memiliki umur ekonomis
7.
Nilai Guna
: kegunaan merupkan esensi dari biaya aktiva, tanpa nilai guna perusahaan tidak
akan melakukan pengadaan (perolehan) aktiva
Klasifikasi Biaya :
I.
Biaya
berdasarkan Unsur Produk
1.
Bahan-bahan
: bahan utama yang dipakai di dalam produksi yang kemudian diproses menjadi
produk jadi melalui penambahan upah langsung dan FOH
Ø
Bahan
Langsung : semua bahan yang dapat dikenal sampai menjadi produk jadi, dapat
dengan mudah ditelusuri dan merupakan bahan utama produk jadi
Ø
Bahan
tidak langsung : semua bahan yang dimasukkan ke dalam proses produksi yang
tidak dapat dengan mudah ditelusuri seperti bahan langsung.
2.Tenaga Kerja/Buruh : usaha fisik atau usaha mental yang
dikeluarkan di dalam produksi suatu produk
Ø
TK.
Langsung : semua TK yang secara langsung terlibat dengan produksi produk jadi
dan dapat juga ditelusuri dengan mudah, merupakan biaya TK langsung utama dalam
menghasilkan suatu produk.
Ø
TK. Tidak
langsung : semua TK yang secara terlibat salam proses produksi produk jadi,
tetapi bukan TK langsung.
3.
Overhead Pabrik
(FOH) : semua biaya yang terjadi di
pabrik selain bahan langsung (BB) dan upah TK langsung, merupakan kumpulan dari
berbagai rekening yang terjadi di dalam eksploitasi pabrik.
II.
Biaya
Hubungannya Dengan Produksi
1.
Biaya
Prima (Prime Cost) : biaya bahan baku langsung dan biaya TK langsung di
mana biaya tersebut berhubungan langsung dengan produksi
2.
Biaya
Konversi (Convertion Cost) : biaya yang berhubungan dengan mengolah
bahan baku menjadi produk jadi sehingga CC terdiri dari biaya TK langsung dan
FOH
III.
Biaya
Hubungannya Dengan Volume
1.
Biaya
Variabel (Variable Cost) : biaya yang secara total cenderung
berubah-ubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume
produksi sedangkan per unitnya cenderung tetap konstan.
2.
Biaya
Tetap (Fixed Cost) : biaya yang dalam unit berubah-ubah dan dalam total
selalu konstan, meskipun dalam batas interval tertentu
3.
Biaya Semi
variabel (Semi variable Cost) : biaya yang mengandung dua unsur biaya
yaitu biaya tetap dan biaya variabel (FC & VC)
4.
Biaya
Penutupan (Shutdown Cost) : biaya tetap yang akan dibebankan ketika
perusahaan tidak melakukan aktivitas produksi
IV.
Biaya
Pembebanannya terhadap Departemen
1.
Departemen
Produksi :Suatu departemen yang secara langsung memberi kontribusi untuk
memproduksi suatu item dan memasukkan departemen dimana proses konversi
atau proses produksi berlangsung
2.
Departemen
Jasa : suatu departemen yang berhubungan dengan proses prosuksi secara tidak
langsung dan berfungsi memberikan jasa (layanan) untuk departemen lain.
V.
Biaya
Daerah Fungsional
1.
Biaya
Manufaktur : Biaya ini berhubungan dengan produksi suatu barang, merupakan
jumlah dari biaya BB, TK langsung dan FOH
2.
Biaya
Pemasaran : biaya yang dibebankan di dalam penjualan suatu barang atau jasa
dari keluarnya barang dari gudang sampai ke tangan pembeli.
3.
Biaya
Administrasi : biaya yang dibebankan untuk mengarahkan, mengawasi dan
mengoperasikan suatu perusahaan dan memasukkan gaji yang dibayar untuk
manajemen serta staff pembukuan.
VI.
Periode
Pembebanannya terhadap Pendapatan
1.
Biaya
Produk : Biaya yang secara langsung dapat diidentifikasikan sampai ke produk
jadi, meliputi biaya bahan langsung, TK langsung dan FOH.
2.
Biaya
Periodik : Biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan produk dan
karenanya tidak dimasukkan dalam unsur persediaan.
- Revenue
expenditure : jika manfaat biaya hanya satu periode
- Capital
expenditure : jika manfaat biaya lebih dari satu periode
VII.
Biaya Hubungannya dengan Pengawasan Manajemen
1.
Biaya Rekayasa : taksiran unsur biaya yang
dibebankan dengan jumlahnya yang paling tepat dan wajar
2.
Biaya Kebijakan/discretionary Cost: semua unsur
biaya yang jumlahnya bervariasi sesuai dengan kebijakan manajer pusat
pertanggungjawaban.
3.
Biaya Komite/Sunck Cost: biaya yang merupakan
konsekuensi komitmen yang sebelumnya telah dibuat dan yang tidak dapat dihindarkan.
Penggolongan
biaya :
a.
Menurut objek pengeluaran
1.
Membeli bahan baku yang disebut BBB
2.
Membayar tenaga kerja yang disebut BTK
3.
Membayar biaya – biaya lain yang terjadi di
pabrik yang disebut BOP atau biaya pabrik lainnya.
b.
Menurut fungsi pokok dalam perusahaan yaitu
fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum.
1.
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi
untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi. Contoh : BBB,BTK dan BOP.
2.
Biaya administrasi dan umum yaitu biaya yang
terjadi dalam hubungannya dengan pngaturan atau pengordinasian kegiatan
produksi.
3.
Biaya penjualan
pemasaran adalah biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan
penjualan/pemasaran. Contoh: biaya gaji bag. Pemasaran, biaya iklan/promosi.
c.
Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai
1.
Biaya produksi langsung adalah biaya yang
terjadi, penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.
Biaya ini lngsung diperhitungkan kedalam Harga Pokok Produksi. Terbagi:
a.
BB Langsung adalah semua biaya bahan untuk
membentuk suatu kesatuan yg tidak bisa dipisahkan dari barang jadi dan dapat
langsung diperhitungkan kedalam harga pokok produk. Contoh: kertas pada
perusahaan percetakan, benang pada perusahaan tekstil, tanah liat untuk membuat
batu bata.
b.
BTKL adalah upah para pekerja yang scara lngsung
membuat produk dan jasanya dapat langsung duperhitungkan kedalam harga pokok
produk. Gaji buruh pabrik, upah tukang batu membuat batu, upah tukang cetak
pada usaha percetakan.
2.
Biaya produksi tak langsung/BOP adalah biaya
selain BB langsung dan BTKL yang terjadi di pabrik. Dikelompokkan menjadi:
a.
BB Penolong/pembantu adalah biaya bahan yang
diperlukan untuk pembuatan produk dan penggunaannya relatif kecil. Contoh :
benang dan lem pada perusahaan sepatu, kancing baju pada perusahaan konfeksi.
b.
BTKL adalah upah untuk tenaga kerja yang secara
tidak langsung berhubungan dengan pembuatan produksi. Contoh: upah mandor
pabrik, upah penjaga gedung pabrik.
c.
Biaya produksi lainnya. Contoh biaya peny.
Aktiva tetap pabrik, biaya asuransi pabrik dll.
d.
Menurut tingkah laku biaya terhadap perubahan
volume produksi
1.
Biaya Tetap/Konstan adalah biaya yang jumlahnya
tetap pada batas – batas tertentu, biaya tersebut tidak terpengaruh oleh
perusahaan volume produksi. Contoh : Gaji untuk Direktur produksi, biaya
penyusutan mesin, biaya sewa dan asuransi.
2. Biaya
Variabel adalah biaya yang jumlahnya akan berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan (produksi). Contoh : BBB, BTKL dan biaya lembur.
3.
Biaya semi variable adalah biaya yang berubah
tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan sering disebut biaya campuran.
Contoh biaya pemeriksaan produksi, biaya pengawasan produksi dan biaya
penelitian.
e.
Menurut Waktu Manfaatnya
1.
Pengeluaran modal adalah biaya – biaya yang
dapat dinikmati atau yang masa manfaatnya lebih dari satu periode akuntansi ( 1
tahun). Contoh : Biaya reparasi mesin yang jumlahnya cukup besar pada saat
pengeluaran dicatat sebagai tambahan harga pokok mesin.
2.
Pengeluaran Penghasilan adalah biaya yang hanya
mempunyai manfaat dalam dalam periode akuntansi (1 tahun) dimana biaya tersebut
terjadi. Contoh : biaya pemeliharaan mesin, biaya bagian penjualan.
Ø Kegiatan Belajar 3
Kompetensi
Dasar : Membukukan Biaya Produksi
No.
|
Transaksi
|
Jurnal
Umum
|
||
Nama
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
||
1
|
Pembelian bahan
|
Persediaan bahan
|
Rp xxx
|
|
dan bahan penolong
|
Persediaan bahan penolong
|
Rp xxx
|
||
Kas/Utang
|
Rp xxx
|
|||
2
|
Pemakaian bahan
|
Barang Dalam Proses (BDP) BBB
|
Rp xxx
|
|
dan bahan penolong
|
Persediaan bahan
|
Rp xxx
|
||
BOP Sesungguhnya
|
Rp xxx
|
|||
Persediaan bahan penolong
|
Rp xxx
|
|||
3
|
Pembayaran Gaji
|
Beban gaji dan upah
|
Rp xxx
|
|
dan Upah
|
Utang PPh Karyawan
|
Rp xxx
|
||
Utang Astek
|
Rp xxx
|
|||
Kas
|
Rp xxx
|
|||
4
|
Pembebanan Biaya
|
BDP BTKL
|
Rp xxx
|
|
Tenaga Kerja ke
|
BOP Sesungguhnya
|
Rp xxx
|
||
Biaya Produksi
|
Gaji dan upah
|
Rp xxx
|
||
5
|
Pemakaian BOP selain
|
BOP Sesungguhnya
|
Rp xxx
|
|
Bahan Penolong dan
|
Biaya Penyusutan mesin
|
Rp xxx
|
||
Tenaga Kerja Tak Langsung
|
Biaya Pemeliharaan mesin
|
Rp xxx
|
||
Biaya Penyusutan gedung
|
Rp xxx
|
|||
Biaya Pemilikan gedung
|
Rp xxx
|
|||
Biaya lain -lain
|
Rp xxx
|
|||
6
|
Pembebanan BOP
|
BDP - BOP
|
Rp xxx
|
|
kedalam BDP
|
BOP yang dibebankan
|
Rp xxx
|
||
7
|
Mencatat Harga Pokok
|
Persediaan Produk jadi
|
Rp xxx
|
|
Produk Jadi
|
BDP - BBB
|
Rp xxx
|
||
BDP - BTKL
|
Rp xxx
|
|||
BDP - BOP
|
Rp xxx
|
|||
8
|
Penjualan Produk jadi
|
Kas/Piutang Usaha
|
Rp xxx
|
|
Penjualan
|
Rp xxx
|
|||
Harga Pokok Penjualan
|
Rp xxx
|
|||
Persediaan produk jadi
|
Rp xxx
|
|||
9
|
Menutup akun BOP dan
|
1) BOP yang dibebankan
|
Rp xxx
|
|
selisih BOP
|
Selisih BOP
|
Rp xxx
|
||
(Selisih/Perbedaan antara
|
BOP Sesungguhnya
|
Rp xxx
|
||
BOP yang dibebankan
|
2) Selisih BOP
|
Rp xxx
|
||
dengan BOP sesungguhnya
|
Harga Pokok Penjualan
|
Rp xxx
|
Penjelasan
:
- BOP
Sesungguhnya < BOP yang dibebankan, berarti laba/mengurangi harga pokok
produksi
- BOP
Sesungguhnya > BOP yang dibebankan, berarti rugi/menambah harga pokok
produksi
Manfaat
Informasi Harga Pokok Pesanan
1.
Menentukan harga jual yang akan dibebankan
kepada pemesan.
2.
Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan
pesanan.
3.
Memantau realisasi biaya produksi.
4.
Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
5.
Menentukan harga pokok persediaan produk jadi
dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
1.
Menentukan
Harga Jual Yang Akan Dibebankan Kepada Pemesan
Perusahaan yang produksinya bedasarkan pesanan
memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Biaya
produksi pesanan yang satu berbeda dengan biaya produksi pesanan yang
lain.Harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya
biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk pesanan tersebut.
Formula
untuk menentukan harga jual yang dibebankan kepada pemesan adalah:
Taksiran
biaya produksi untuk pesanan Rp.
XX
Taksiran
biaya nonproduksi untuk pesanan Rp.
XX +
Taksiran total biaya pesanan Rp.
Y
Laba yang diinginkan Rp.
Z +
Taksiran harga jual yang dibebankan kepada
pemesan Rp. YZ
Taksiran biaya produksi :
a. Taksiran biaya bahan baku Rp.
XX
b. Taksiran biaya tenaga kerja
langsung Rp.XX
c. Taksiran biaya overhead
pabrik Rp.
XX + Taksiran biaya
produksi Rp.XX
2.
Mempertimbangkan
Penerimaan atau Penolakan Pesanan
Manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang memberikan perlindungan bagi manajemen agar dalam menerima pesanan manajemen tidak
mengalami kerugian.
Total
harga pokok pesanan dihitung dengan unsur biaya adalah:
Biaya Produksi Pesanan :
Taksiran biaya bahan baku Rp. XX
Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp.
XX
Taksiran biaya overhead pabrik Rp.
XX +
Taksiran total biaya produksi Rp.
XX
Biaya Non produksi
Taksiran biaya administrasi &
umum Rp.
XX
Taksiran biaya Pemasaran Rp. XX +
Taksiran
total biaya non produksi Rp.
XX +
Taksiran
total harga pokok pesanan Rp
XX
3. Memantau realisasi biaya
produksi
Jika pesanan telah diputuskan untuk diterima,
manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan
dalam memenuhi pesanan tertentu.Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang
dikeluarkan untuk pesanan tertentu dilakukan dengaan formula berkut ini:
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp.
XX
Biaya tenaga kerja sesunggunya Rp.
XX
Taksiran biaya overhead pabrik Rp.
XX +
Total biaya produksi sesungguhnya Rp. XX
4. Menghitung laba atau rugi bruto
tiap pesanan
Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan
diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi
dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan
yang digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang
sesungguhnya dikeluarkan untuk pesanan guna menghasilkan informasi laba atau
rugi tiap pesanan dapat dihitung sebagai berikut :
Harga jual yg dibebankan kepada
pemesan Rp.
XX
Biaya produksi pesanan tertentu :
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp. XX
Biaya tenaga kerja langsung
sesungguhnya Rp.
XX
Taksiran biaya overhead pabrik Rp.
XX +
Total biaya produksi pesanan Rp.
XX-
Laba bruto Rp.
XX
5. Menentukan harga pokok
persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca
Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan
harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal
neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu
menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap pesanan.
I.
REKENING
KONTROL DAN REKENING PEMBANTU
Rekening
pembantu atau Subsidiary Account
dikontrol ketelitiannya dengan menggunakan rekening kontrol (Controlling Account) di dalam buku
besar. Rekening kontrol menampung data yang bersumber dari jurnal sedangkan
rekening pembantu digunakan menampung data yang bersumber dari rekening sumber.
Gambar berikut menjelaskan hubungan antara rekening kontrol dengan rekening
pembantu.
Gambar 4.3. Rekening
kontrol dan Rekening pembantu
Rekening
kontrol dan rekening pembantu digunakan untuk mencatat biaya sebagai berikut:
Rekening Kontrol Rekening
Pembantu
Persediaan Bahan Baku Kartu
Persediaan
Persediaan Bahan penolong Kartu Persediaan
Barang dalam proses Kartu Harga Pokok
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya Kartu Biaya
Biaya Administrasi dan umum Kartu Biaya
Biaya Pemasaran Kartu Biaya
Persediaan produk jadi Kartu
Persediaan
Setiap melakukan penjurnalan, harus ditunjuk
nama rekening kontrol yang bersangkutan dalam buku besar. Untuk mencatat biaya
produksi, dalam buku besar dibentuk rekening kontrol barang dalam proses.
Rekening ini dipecah menurut unsur biaya produksi, sehingga ada 3 macam
rekening barang dalam proses yaitu:
-
Barang dalam proses – Biaya
Bahan Baku
-
Barang dalam proses – Biaya
Tenaga Kerja Langsung
-
Barang dalam proses – Biaya
Overhead Pabrik
Jika produk diolah melalui beberapa departemen
produksi, Rekening Barang dalam Proses dirinci menurut departemen dan unsur
biaya produksi, sebagai contoh :
-
Barang dalam proses – Biaya
Bahan Baku Departemen A
-
Barang dalam proses – Biaya
Tenaga Kerja Langsung Departemen A
-
Barang dalam proses – Biaya
Overhead Pabrik Departemen A
-
Barang dalam proses – Biaya
Bahan Baku Departemen B
-
Barang dalam proses – Biaya
Tenaga Kerja Langsung Departemen B
-
Barang dalam proses – Biaya
Overhead Pabrik Departemen B
Untuk mencatat biaya non produksi, di dalam buku
besar dibentuk Rekening Kontrol Biaya Administrasi dan Umum, dan biaya
Pemasaran. Rekening biaya pemasaran digunakan untuk menampung biaya-biaya yang
terjadi dalam fungsi pemasaran, sedangkan Rekening Biaya Administrasi dan Umum
digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi di fungsi administrasi dan
umum.
Untuk mencatat pemakaian bahan baku yang dipakai dalam pembuatan suatu
produk, jurnal yang dibuat adalah:
DR.
Barang dalam proses
CR.
Persediaan bahan baku
Dan
BUKAN jurnal berikut:
DR.
Biaya bahan baku
CR.
Persediaan bahan baku
Karena
rekening biaya bahan baku
tidak diselenggarakan dalam buku besar melainkan dalam buku pembantu kartu
harga pokok.
Untuk
mencatat biaya-biaya digunakan Rekening Kontrol sebagai berikut:
DR.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
CR.
Akumulasi depresiasi gedung
(Untuk
mencatat depresiasi gedung pabrik)
DR.
Biaya Administrasi dan Umum
CR.
Kas
(Untuk
mencatat biaya telex)
DR.
Biaya Pemasaran
CR.
Akumulasi depresiasi kendaraan
(Untuk
mencatat biaya depresiasi kendaraan yang digunakan bagian pemasaran)
Ø Kegiatan Belajar 4
Menghitung biaya
produksi dalam kartu harga pokok produksi
KARTU HARGA POKOK (JOB
ORDER COST SHEET)
Kartu
harga pokok merupakan catatan yang penting dalam metode harga pokok pesanan.
Kartu harga pokok berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk
mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk
mengerjakan pesanan tertentu dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok
pesanan yang bersangkutan. Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi
langsung terhadap pesanan tertentu dan biaya produksi tidak langsung dalam
hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam
kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi
tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif
tertentu.
Contoh
kartu harga pokok dapat dilihat pada gambar berikut:
Pembahasan
metode harga pokok produksi diawali dengan uraian prosedur pencatatan biaya
bahan baku ,
biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, dan pencatatan harga pokok
produk jadi yang ditransfer ke bagian gudang dari bagian produksi. Berikut ini
adalah contoh pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok
pesanan dan pendekatan full costing dalam penentuan harga pokok produksi.
Contoh
1 :
PT.
Eliona berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan
spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang
diterima. Pendekatan yang digunakan perusahaan dalam penentuan harga pokok
produksi adalah Full Costing. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan
diberi nomor, dan setiap dokumen sumber dan dokumen pendukung diberi identitas
nomor pesanan yang bersangkutan. Dalam bulan November 19X1, PT. Eliona mendapat
pesanan untuk mencetak undangan sebanyak 1.500 lembar dari PT. Rimendi. Harga yang
dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp. 3.000 per lembar. Dalam bulan
yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan
sebanyak Rp. 20.000 per lembar dari PT.OKI, dengan harga yang dibebankan kepada
pemesan sebesar Rp. 1.000 perlembar. Pesanan dari PT.Rimendi diberi nomor 101
dan pesanan dari PT.OKI diberi nomor 102. Berikut ini adalah kegiatan produksi
dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut.
1. Pembelian bahan baku dan bahan penolong
Pada
tanggal 3 November perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong berikut ini :
Bahan Baku :
Kertas
jenis X 85 ream @ Rp.
10.000 Rp. 850.000
Kertas
jenis Y 10 roll @ Rp.
350.000 Rp.3.500.000
Tinta
Jenis A 5 kg @ Rp.
100.000 Rp. 500.000
Tinta
Jenis B 25 kg@ Rp.
25.000 Rp. 625.000
Jumlah
bahan baku yang
dibeli Rp.5.475.000
Bahan Penolong :
Bahan
penolong P 17 kg @
Rp. 10.000 Rp. 170.000
Bahan
penolong Q 60 liter @
Rp. 5.000 Rp. 300.000
Jumlah
bahan penolong yang dibeli Rp.
470.000
Jumlah
total Rp.5.945.000
Perusahaan
menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan :Persediaan
bahan baku dan
persediaan bahan penolong . Pembelian bahan baku dan bahan penolong dijurnal sbb :
Jurnal 1 :
Dr. Persediaa bahan baku Rp.
5.475.000
Cr. Hutang dagang Rp.
5.475.000
Jurnal 2 :
Dr. Persediaa bahan baku Rp.470.000
Cr. Hutang dagang Rp.
470.000
2. Pemakaian bahan baku dan bahan penolong
dalam produksi
Untuk dapat mencatat bahan baku yang digunakan dalam pesanan, perusahaan
menggunakan dokumen yang disebut bukti permintaan dan pengeluaran barang
gudang. Dokumen ini diisi oleh bagian produksi dan diserahkan kepada bagian
gudang untuk meminta bahan yang diperlukan oleh bagian produksi. Bagian gudang
akan mengisi jumlah bahan yang diserahkan kepada bagian produksi pada dokumen
tersebut, dan kemudian dokumen ini dipakai sebagai dokumen sumber untuk dasar
pencatatan pemakaian bahan.
Bahan baku untuk pesanan 101 :
Kertas
jenis X 85 ream @ Rp. 10.000 Rp.850.000
Tinta
jenis A 5 Kg@ Rp.100.000 Rp.500.000
Jumlah
bahan baku
untuk pesanan 101 Rp.1.350.000
Bahan baku untuk pesanan 102 :
Kertas
jenis Y 10 roll Rp. 350.000 Rp.3.500.000
Tinta
jenis B 25 Kg@ Rp.25.000 Rp. 625.000
Jumlah
bahan baku
untuk pesanan 102 Rp.4.125.000
Total
bahan baku yang
dipakai Rp.5.475.000
Pada
saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sbb:
Bahan
penolong P 10 kg @
Rp. 10.000 Rp.100.000
Bahan
penolong Q 40 liter @
Rp. 5.000 Rp.200.000
Jumlah bahan penolong
yang dipakai dalam produksi Rp.
300.000
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku sbb : (jurnal 3)
Dr. Barang Proses-Biaya Bahan Baku Rp. 5.475.000
Cr. Persediaan
Bahan Baku Rp.
5.475.000
Pencatatan pemakaian
bahan baku
dalam metode harga pokok pesanan dilakukan dengan:
a.
Mendebet rekening barang dalam
proses
b.
Mengkredit persediaan bahan baku atas dasar dokumen
bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang.
c.
Pendebetan rekening barang
dalam proses diikuti dengan pencatatan rincian bahan baku yang dipakai dalam kartu harga pokok
pesanan .
PT.
Eliona Yogyakarta
Dalam metode harga pokok pesanan :
1.
Harus dipisahkan antara biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
2.
Bahan penolong yag merupakan
unsur biaya produksi tidak langsung dicatat pemakaiannya dengan Mendebet rekening kontrol biaya overhead
pabrik sesungguhnya. Rekening Barang Dalam Proses didebet untuk mencatat
pembebanan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
Jurnal pencatatan
pemakaian bahan penolong sbb: (jurnal 4)
Dr. Biaya overhead
pabrik sesungguhnya Rp.
300.000
Cr.Persediaan bahan
penolong Rp.
300.000
3. Pencatatan
biaya tenaga kerja
Dalam
metode harga pokok pesanan :
1.
Harus dipisahkan antara upah
tenaga kerja langsung dangan upah kerja tak langsung.
2.
Upah tenaga kerja langsung
dicatat dengan mendebet rekening barang dalam proses dan dicatat dalam kartu
harga pokok pesanan yang bersangkutan.
3.
Upah tenaga kerja tak langsung
dicatat dengan mendebet rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya.
Dari
contoh diatas biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam departemen produksi
sbb::
Upah
langsung untuk pesanan 101 : 225 jam @ Rp. 4.000 Rp. 900.000
Upah langsung untuk pesanan 101 : 225 jam @ Rp.
4.000 Rp. 5.000.000
Upah
tidak langsung Rp. 3.000.000
Jumlah
upah Rp.
8.900.000
Gaji
karyawan administrasi dan umum Rp. 4.000.000
Biaya
gaji karyawan bagian pemasaran Rp. 7.500.000

Jumlah gaji Rp.
11.500.000
Jumlah
biaya tenaga kerja Rp. 20.400.000
Pencatatan
biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut :
1.
Pencatatan biaya tenaga kerja
yang terutang oleh perusahaan
2.
Pencatatan distribusi biaya
tenaga kerja
3.
Pencatatan pembayaran gaji dan
upah
Dari
data diatas, jurnal untuk mencatat biaya tenaga
: (jurnal 5)
1. Pencatatan biaya tenaga kerja
yang terutang oleh perusahaan
DR. Gaji dan upah Rp. 20.400.000
CR. Utang gaji dan upah Rp.
20.400.000
2. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
Karena
biaya tenaga kerja terdiri dari berbagai unsur biaya, maka perlu diadakan
distribusi biaya tenaga kerja sbb:
Biaya Tenaga Kerja Langsung : dibebankan
kepada pesanan yang bersangkutan dengan mendebit rekening barang dalam proses
dan mencatatnya dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Pencatatan
pembayaran gaji dan upah :
Merupakan
unsur biaya produksi tidak langsung dan dicatat sebagai unsur biaya overhead
pabrik serta didebetkan dalam rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya.
Biaya Tenaga Kerja
Nonproduksi :
Merupakan
unsur biaya nonproduksi dan dibebankan ke dalam rekening kontrol biaya
administrasi dan umum atau biaya pemasaran.
Jurnal
distribusi biaya tenaga kerja diatas Ljurnal 6
Dr.
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp.
5.900.000
Dr.
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp.
3.000.000
Dr.
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp.
4.000.000
Dr.
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp.
7.500.000
Cr. Gaji dan upah Rp.
20.400.000
Pencatatan pembayaran gaji dan upah (jurnal 7)
Dr.
Utang gaji dan upah Rp.
20.400.000
Cr.
Kas Rp.
20.400.000
5. Pencatatan
biaya overhead pabrik
Pencatatan
biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua :
a.
Pencatatan biaya overhead
pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka
dan pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
b.
Pembebanan produk dengan biaya
overhead pabrik berdasarkan tarif yang dicatat dengan mendebet rekening barang
dalam proses dan mengkredit rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan.
c.
Biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet rekening kontrol biaya overhead
pabrik sesungguhnya.
Secara periodik (misalnya akhir bulan ) biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya dibandingkan dengan biaya overhead pabrik
yang dihitung berdasarkan tarif dihitung selisihnya . Perbandingan ini
dilakukan dengan menutup rekening biaya overhead yang dibebankan ke dalam
rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya.
Dari contoh diatas , misalnya biaya overhead
pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya
tenaga kerja langsung. Dengan demikian
biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada tiap pesanan dihitung sbb:
Pesanan 101: 150 % X Rp. 900.000 = Rp. 1.350.000
Pesanan 102: 150% X Rp. 5.000.000 = Rp. 7.500.000
Jumlah biaya overhead pabrikk yang dibebankan Rp.
8.850.000
Jurnal
untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan sbb: (jurnal 8)
Dr.
Brg Dlm Proses-Biaya Overhead pabrik 8.850.000
Cr.Biaya
overhead pabrik yang dibebankan 8.850.000
Misalnya biaya overhead yang sesungguhnya
terjadi (selain biaya bahan penolong Rp. 300.000 dan biaya tenaga kerja tidak
langsung sebesar Rp. 3.000.000. seperti tersebut dalam jurnal 4 dan 6 :
Biaya depresiasi mesin Rp. 1.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik Rp. 2.000.000
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin Rp. 700.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp.
1.000.000
Biaya pemeliharaan gedung Rp. 500.000
Jumlah Rp. 5.700.000
Jurnal
untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sbb: (jurnal 9)
Dr.
By. Overhead pabrik sesungguhnya Rp.
5.700.000
Cr.
Akumulasi depresiasi mesin Rp.
1.500.000
Cr.
Akumulasi depresiasi gedung Rp.
2.000.000
Cr.
Persekot asuransi Rp. 700.000
Cr.Persediaan
suku cadang Rp. 1.000.000
Cr.Persediaan
bahan bangunan Rp. 500.000
Untuk mengetahui apakah biaya
overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan tarif menyimpang dari biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, saldo rekening biaya overhead pabrik
yang dibebankan ditutup ke rekening biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya.Jurnal penutup adalah sbb:
Jurnal
10 :
Dr.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp.
8.850.000
Cr.
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya Rp. 8.850.000
Selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menghitung saldo rekening biaya overhead pabrik yang sesunggguhnya.
Setelah
jurnal diatas (jurnal 10) dibukukan saldo rekening biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya adalah sbb:
Debit :
Jurnal
4 Rp.300.000
Jurnal
6 Rp.3.000.000
Jurnal
9: Rp.5.700.000
Jumlah
debet Rp. 9.000.000
Kredit
:
Jurnal 10 Rp. 8.850.000
Selisih pembebanan
Rp. 150.000
Selisih
biaya overhead pabrik pada akhirnya dipindahkan ke rekening selisih biaya
overhead pabrik. Jika terjadi selisih pembebanan kurang, maka dibuat jurnal :
Jurnal 11:
Dr. Biaya overhead pabrik Rp.150.000
Cr. Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp.150.000
5.Pencatatan harga pokok produk jadi
Pesanan
yang telah selesai diproduksiditransfer ke bagian oleh bagian produksi. Harga
pokok pesanan yang telah selesai diproduksi dapat dihitung dari informasi biaya
yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok
pesanan yang bersangkutan.
Harga
pokok pesanan 101 :
Biaya
bahan baku Rp. 1.350.000
Biaya
tenaga kerja langsung Rp. 900.000
Biaya
overhead pabrik Rp.
1.350.000
Jumlah
harga pokok pesanan 101 Rp.
3.600.000
Jurnal
untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut adalah sbb:
Jurnal 12 :
Dr. Persediaan Produk jadi Rp. 3.600.000
Cr.Barang dalam proses-By. Bhn baku Rp.
1.350.000
Cr.Barang dalam proses-By. Tenaga kerja
langsung Rp. 900.000
Cr.Barang dalam proses-By. Overhead pabrik Rp.
1.350.000
6.Pencatatan harga pokok produk dalam
proses
Pada
akhir periode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai diproduksi .
Biaya yang telah dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat dalam kartu
harga pokok pesanan yang bersangkutan.Kemudiaan dibuat jurnal untuk mencatat
persediaan produk dalam proses dan mengkredit rekening barang dalam proses.
Jurnal 13:
DR.Persediaan Produk Dalam Proses Rp. 6.625.000
CR.BDP-By bhn baku Rp.
4.125.000
CR.BDP-By Tenaga kerja langsung Rp.
5.000.000
CR.BDP-By overhead pabrik Rp.
7.500.000
7.Pencatatan harga pokok produk yang dijual
Harga pokok produk yang diserahkan kepada
pemesan dicatat dalam rekening harga pokok penjualan dan rekening persediaan
produk jadi.
Jurnal 14 :
Dr.Harga pokok penjualan Rp. 3.600.000
CrPersediaan produk jadi Rp.
3.600.000
8.Pencatatan pendapatan penjualan produk
Pada awal contoh ini telah disebutkan disebutkan
bahwa pesanan 101 berupa pesanan 101 berupa pesanan 1500 lbr undangan dengan
harga harga jual Rp. 1500 perlembar atau total harga Rp. 4.500.000. Maka jurnal
yang dibuat untuk mencatat piutang kepada pemesan sbb :
Jurnal
15 :
Dr.
Piutang Dagang Rp.
4.500.000
Cr.Penjualan Rp.
4.500.000
Ø Kegiatan Belajar 5
Menyusun laporan harga
pokok produksi
Dalam perusahaan dagang
menentukan harga pokok penjualan sangat mudah yaitu dengan cara persediaan awal
ditambah dengan pembelian dan dikurangi dengan persediaan akhir. Namun demikian
dalam perusahaan manufaktur akan berbeda karena dalam perusahaan manufaktur
memiliki proses produksi sebelum dilakukan transaksi penjualan, sebelum dapat
disusun harga pokok penjualan terlebih dahulu disusun harga pokok barang yang
diproduksi. Harga pokok barang yang diproduksi itu tidak lain adalah merupakan
kumpulan dari biaya biaya produksi yang telah dicatat pada siklus akuntansi
biaya.Oleh sebab itu pada akhir periode tertentu ( akhir tahun ) sebagai saat
pelaporan kegiatan perusahaan disusun laporan harga pokok barang yang
diproduksi. Bila harga pokok produksi telah dihitung maka dapat dihitung harga
pokok penjualan.
Format laporan harga pokok barang yang diproduksi.
Bahan Mentah :
Persediaan awal Rp.
Pembelian Rp. +
Bahan siap digunakan Rp.
Persediaan akhir Rp.
-
Bahan digunakan Rp.
Tenaga kerja langsung Rp.
Overhead pabrik
B.
Bahanpenolong Rp.
B. Perl engkapan
Rp.
B. Gaji Mandor
Rp.
B. Tenaga kerja tidak langsung Rp.
B. Asuransi Rp
B.
Penyusutan Rp.
B. Listrik dan air Rp.
B. Pemeliharaan Rp.
B. Teknik produksi
Rp. +
Rp. +
Produk siap dijual Rp
Persediaan akhir produk jadi Rp -
Harga pokok penjualan Rp.
BAB III
PENUTUP :
Kesimpulan
:
-
Metode penentuan harga pokok produksi adalah
cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat
dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
-
Harga
Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan Kartu Harga Pokok Pesanan tersebut
dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok Pesanan yang telah selesai.
Daftar Pustaka :
1.
Mulyadi. Akuntansi
Biaya. Edisi 5. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. 1992
2.
http://id.shvoong.com/how-to/money-and-business/2086491-cara-membuat-laporan-harga-pokok/
No comments:
Post a Comment