Wednesday, December 7, 2016

Mengelola Kartu Biaya Produksi



BAB  I

PENDAHULUAN

Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan jasa dimulai dengan persiapan penyerahan jasa & berakhir dengan penyerahan jasa kepada pemakainya. Siklus akuntansi biaya pada perusahaan jasa dimulai dengan pencatatan biaya persiapan penyerahan jasa dan berakhir dengan disajikannya harga pokok jasa yang diserahkan. Tujuan Akuntansi biaya dalam perusahaan jasa adalah menyajikan informasi harga pokok persatuan jasa yang diserahkan kepada pemakai jasa.   
 


  Siklus akuntansi biaya dapat pula digambarkan melalui hubungan rekening-rekening buku besar. Untuk menampung biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, didalam buku besar dibentuk rekening-rekening berikut ini:


Gambar :        Aliran biaya produksi dalam rekening buku besar







Mengelola kartu biaya produksi ini meliputi pembahasan lima hal yaitu :

Ø  Menyiapkan pengelolaan kartu biaya produksi
Ø  Mengidentifikasi data biaya produksi
Ø  Membukukan biaya produksi
Ø  Menghitung biaya produksi dalam kartu harga pokok produksi
Ø  Menyusun laporan harga pokok produksi




BAB  II

PEMBAHASAN

Ø    Kegiatan Belajar 1
                       Kompetensi Dasar : Menyiapkan pengelolaan kartu biaya produksi

§  Metode pengumpulan biaya produksi tergantung dari sifat pengolahan produk. Pengolahan produk dibedakan menjadi 2 golongan, yaitui: pengolahan produk berdasarkan pesanan dan pengolahan produk yang merupakan produksi massa.

§  Oleh karena itu metode pengumpulan biaya produksi dibedakan menjadi dua, yaitu:
ü  Metode Harga Pokok Pesanan (Job order cost method)
ü  Metode Harga Pokok Proses (Process cost method)


PERBEDAAN KARAKTERISTIK METODE HARGA POKOK PROSES DAN METODE HARGA POKOK PESANAN

Karakteristik kedua metode tersebut berkaitan dengan karakteristik proses pengolahan produknya, yaitu:


Perusahaan yang berproduksi massa
Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan
Proses pengolahan produk

Terus menerus (kontinyu)
Terputus-putus (intermitten)
Produk yang dihasilkan
Produk standar
Tergantung spesifikasi pemesan

Produksi ditujukan untuk

Mengisi persediaan
Memenuhi pesanan
Contoh perusahaan
Perusahaan kertas, semen, tekstil, dll
Perusahaan percetakan, mebel, kontraktor, dll



PERBEDAAN KARAKTERISTIK PROSES PRODUKSI METODE HARGA POKOK PROSES DAN METODE HARGA POKOK PESANAN


Metode Harga Pokok Proses
Metode Harga Pokok Pesanan
Biaya produksi dikumpulkan
Setiap bulan atau periode penentuan harga pokok produk

Untuk setiap pesanan
Harga pokok per satuan produk dihitung
Pada akhir bulan/periode penentuan harga pokok produk

Apabila pesanan telah selesai diproduksi
Rumus perhitungan harga pokok per satuan
Jumlah biaya produksi yang telah dikeluarkan selama bulan/periode tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama bulan/periode ybs.
Jumlah biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk pesanan tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk yang diproduksi dalam pesanan ybs.

Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
  1. Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Menurut LM Samryn, full costing adalah :
“Full costing adalah metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa memperhatikan perilakunya.”
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu sistematikanya  harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut.
  1. Variabel Costing
Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
            Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Menurut Mas’ud Machfoed variabel costing adalah “ Suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.”
Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution approach merupakan suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu:
  1. Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan “fungsi”. Sehingga apa yang disebut sebagai biaya produksi  adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variabel costing, menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan harga pokok dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.
  2. Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi. Dalam metode variabel costing, yang dimaksud dengan biaya periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya periode adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi.
  3. Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel costing, biaya tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
  4. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan (over-applied factory overhead). Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang belum laku dijual (harga pokok persediaan).
  5. Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba kotor (gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan.
  6. Dalam variabel costing, menggunakan istilah marjin kontribusi (contribution margin), yaitu kelebihan penjualan dari biaya-biaya variabel.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam metode full costing dengan metode variable costing adalah :
  1. Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead pabrik tetap pada periode berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada periode yang sama.
  2. Dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead pabrik  telah diperlakukan sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya overhead pada tahun berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.
  3. Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding metode full costing. Alasannya adalah dalam variable costing hanya biaya produksi variabel yang dapat diperhitungkan sebagai biaya produksi.
  4. Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel, sehingga tidak cukup memadai untuk analisis hubungan biaya volume dan laba (CVP)  dalam rangka perencanaan dan pengendalian.
Dalam praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara eksternal untuk kepentingan pelaporan keuangan kepada masyarakat umum atau tujuan perpajakan.

Ø    Kegiatan Belajar 2
  Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi data biaya produksi

Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang bertujuan untuk menentukan harga pokok produk, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan bagi manajemen.

Konsep Dan Klasifikasi Biaya
1.      Definisi Dan Konsep Biaya
Pengertian Biaya
a.       Dalam arti sempit, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Jumlah yang dikorbankan tersebut secara tidak langsung disebut harga pokok dan dicatat pada neraca sebagai aktiva.
b.      Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dari definisi diatas pengertian biaya mengandung unsur pokok sbb:
1.      Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2.      Biaya dapat diukur dengan satuan uang (Rp, $, yen dsb.)
3.      Biaya merupakan pengorbanan yang telah terjadi atau akan terjadi dan
4.      Biaya merupakan pengorbanan yang mempunyai tujuan tertentu.
·      Biaya adalah  :
-       Penggunaan sumber-sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
-       Manfaat yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa
·      Beban : Biaya yang telah memberikan suatu manfaat dan sekarang telah berakhir  (expired)

Karakteristik Biaya :
1.   Uang : Biaya aktiva harus dinyatakan dengan uang
2.   Hak pemakaian : Perusahaan akan mempunyai hak untuk mengggunakan aktiva atau mendapatkan berbagai manfaat dari penggunaan aktiva tersebut
3.   Nilai : Biaya suatu aktiva mencerminkan nilai ekonomis yang nantinya tersebut akan digunakan oleh perusahaan
4.   Kondisi dan pembatasan : hak atas pemakaian bersifat tak bersyarat dan jika aktiva tersebut milik perusahaan melalui pembelian maka hak perusahaan akan aktiva menjadi tidak dapat dibatasi
5.   Unsur Waktu : Jika aktiva memberikan waktu pemakaian yang lama maka akan mencerminkan biaya yang berbeda
6.   Berwujud dan tak berwujud : karena aktiva merupakan hak yang memiliki umur ekonomis
7.   Nilai Guna : kegunaan merupkan esensi dari biaya aktiva, tanpa nilai guna perusahaan tidak akan melakukan pengadaan (perolehan) aktiva

Klasifikasi Biaya :
I.         Biaya berdasarkan Unsur Produk
1.   Bahan-bahan : bahan utama yang dipakai di dalam produksi yang kemudian diproses menjadi produk jadi melalui penambahan upah langsung dan FOH
Ø  Bahan Langsung : semua bahan yang dapat dikenal sampai menjadi produk jadi, dapat dengan mudah ditelusuri dan merupakan bahan utama produk jadi
Ø  Bahan tidak langsung : semua bahan yang dimasukkan ke dalam proses produksi yang tidak dapat dengan mudah ditelusuri seperti bahan langsung.
2.Tenaga Kerja/Buruh : usaha fisik atau usaha mental yang dikeluarkan di dalam produksi suatu produk
Ø  TK. Langsung : semua TK yang secara langsung terlibat dengan produksi produk jadi dan dapat juga ditelusuri dengan mudah, merupakan biaya TK langsung utama dalam menghasilkan suatu produk.
Ø  TK. Tidak langsung : semua TK yang secara terlibat salam proses produksi produk jadi, tetapi bukan TK langsung.       
3.   Overhead Pabrik (FOH) : semua  biaya yang terjadi di pabrik selain bahan langsung (BB) dan upah TK langsung, merupakan kumpulan dari berbagai rekening yang terjadi di dalam eksploitasi pabrik.

II.            Biaya Hubungannya Dengan Produksi
1.   Biaya Prima (Prime Cost) : biaya bahan baku langsung dan biaya TK langsung di mana biaya tersebut berhubungan langsung dengan produksi
2.   Biaya Konversi (Convertion Cost) : biaya yang berhubungan dengan mengolah bahan baku menjadi produk jadi sehingga CC terdiri dari biaya TK langsung dan FOH

III.            Biaya Hubungannya Dengan Volume
1.   Biaya Variabel (Variable Cost) : biaya yang secara total cenderung berubah-ubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi sedangkan per unitnya cenderung tetap konstan.
2.   Biaya Tetap (Fixed Cost) : biaya yang dalam unit berubah-ubah dan dalam total selalu konstan, meskipun dalam batas interval tertentu
3.   Biaya Semi variabel (Semi variable Cost) : biaya yang mengandung dua unsur biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel (FC & VC)
4.   Biaya Penutupan (Shutdown Cost) : biaya tetap yang akan dibebankan ketika perusahaan tidak melakukan aktivitas produksi

IV.            Biaya Pembebanannya terhadap Departemen
1.   Departemen Produksi :Suatu departemen yang secara langsung memberi kontribusi untuk memproduksi suatu item dan memasukkan departemen dimana proses konversi atau proses produksi berlangsung
2.   Departemen Jasa : suatu departemen yang berhubungan dengan proses prosuksi secara tidak langsung dan berfungsi memberikan jasa (layanan) untuk departemen lain.

V.            Biaya Daerah Fungsional
1.   Biaya Manufaktur : Biaya ini berhubungan dengan produksi suatu barang, merupakan jumlah dari biaya BB, TK langsung dan FOH
2.   Biaya Pemasaran : biaya yang dibebankan di dalam penjualan suatu barang atau jasa dari keluarnya barang dari gudang sampai ke tangan pembeli.
3.   Biaya Administrasi : biaya yang dibebankan untuk mengarahkan, mengawasi dan mengoperasikan suatu perusahaan dan memasukkan gaji yang dibayar untuk manajemen serta staff pembukuan.

VI.            Periode Pembebanannya terhadap Pendapatan
1.   Biaya Produk : Biaya yang secara langsung dapat diidentifikasikan sampai ke produk jadi, meliputi biaya bahan langsung, TK langsung dan FOH.
2.   Biaya Periodik : Biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan produk dan karenanya tidak dimasukkan dalam unsur persediaan.
-       Revenue expenditure : jika manfaat biaya hanya satu periode
-       Capital expenditure : jika manfaat biaya lebih dari satu periode

VII.            Biaya Hubungannya dengan Pengawasan Manajemen
1.      Biaya Rekayasa : taksiran unsur biaya yang dibebankan dengan jumlahnya yang paling tepat dan wajar
2.      Biaya Kebijakan/discretionary Cost: semua unsur biaya yang jumlahnya bervariasi sesuai dengan kebijakan manajer pusat pertanggungjawaban.
3.      Biaya Komite/Sunck Cost: biaya yang merupakan konsekuensi komitmen yang sebelumnya telah dibuat dan yang tidak dapat dihindarkan.

Penggolongan biaya :
a.       Menurut objek pengeluaran
1.      Membeli bahan baku yang disebut BBB
2.      Membayar tenaga kerja yang disebut BTK
3.      Membayar biaya – biaya lain yang terjadi di pabrik yang disebut BOP atau biaya pabrik lainnya.
b.      Menurut fungsi pokok dalam perusahaan yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum.
1.      Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Contoh : BBB,BTK dan BOP.
2.      Biaya administrasi dan umum yaitu biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan pngaturan atau pengordinasian kegiatan produksi.
3.      Biaya penjualan  pemasaran adalah biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan penjualan/pemasaran. Contoh: biaya gaji bag. Pemasaran, biaya iklan/promosi.
c.       Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
1.      Biaya produksi langsung adalah biaya yang terjadi, penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya ini lngsung diperhitungkan kedalam Harga Pokok Produksi. Terbagi:
a.       BB Langsung adalah semua biaya bahan untuk membentuk suatu kesatuan yg tidak bisa dipisahkan dari barang jadi dan dapat langsung diperhitungkan kedalam harga pokok produk. Contoh: kertas pada perusahaan percetakan, benang pada perusahaan tekstil, tanah liat untuk membuat batu bata.
b.      BTKL adalah upah para pekerja yang scara lngsung membuat produk dan jasanya dapat langsung duperhitungkan kedalam harga pokok produk. Gaji buruh pabrik, upah tukang batu membuat batu, upah tukang cetak pada usaha percetakan.
2.      Biaya produksi tak langsung/BOP adalah biaya selain BB langsung dan BTKL yang terjadi di pabrik. Dikelompokkan menjadi:
a.       BB Penolong/pembantu adalah biaya bahan yang diperlukan untuk pembuatan produk dan penggunaannya relatif kecil. Contoh : benang dan lem pada perusahaan sepatu, kancing baju pada perusahaan konfeksi.
b.      BTKL adalah upah untuk tenaga kerja yang secara tidak langsung berhubungan dengan pembuatan produksi. Contoh: upah mandor pabrik, upah penjaga gedung pabrik.
c.       Biaya produksi lainnya. Contoh biaya peny. Aktiva tetap pabrik, biaya asuransi pabrik dll.

d.      Menurut tingkah laku biaya terhadap perubahan volume produksi
1.      Biaya Tetap/Konstan adalah biaya yang jumlahnya tetap pada batas – batas tertentu, biaya tersebut tidak terpengaruh oleh perusahaan volume produksi. Contoh : Gaji untuk Direktur produksi, biaya penyusutan mesin, biaya sewa dan asuransi.
2.    Biaya Variabel adalah biaya yang jumlahnya akan berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (produksi). Contoh : BBB, BTKL dan biaya lembur.
3.    Biaya semi variable adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan sering disebut biaya campuran. Contoh biaya pemeriksaan produksi, biaya pengawasan produksi dan biaya penelitian.

e.         Menurut Waktu Manfaatnya
1.    Pengeluaran modal adalah biaya – biaya yang dapat dinikmati atau yang masa manfaatnya lebih dari satu periode akuntansi ( 1 tahun). Contoh : Biaya reparasi mesin yang jumlahnya cukup besar pada saat pengeluaran dicatat sebagai tambahan harga pokok mesin.
2.    Pengeluaran Penghasilan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam dalam periode akuntansi (1 tahun) dimana biaya tersebut terjadi. Contoh : biaya pemeliharaan mesin, biaya bagian penjualan.




Ø    Kegiatan Belajar 3
  Kompetensi Dasar : Membukukan Biaya Produksi

No.
Transaksi
Jurnal Umum
Nama Akun
Debet
Kredit
1
Pembelian bahan baku
Persediaan bahan baku
Rp  xxx


dan bahan penolong
Persediaan bahan penolong
Rp  xxx



             Kas/Utang

Rp  xxx
2
Pemakaian bahan baku
Barang Dalam Proses (BDP) BBB
Rp  xxx


dan bahan penolong
             Persediaan bahan baku

Rp  xxx


BOP Sesungguhnya
Rp  xxx



             Persediaan bahan penolong

Rp  xxx
3
Pembayaran Gaji
Beban gaji dan upah
Rp  xxx


dan Upah
             Utang PPh Karyawan

Rp  xxx


             Utang Astek

Rp  xxx


             Kas

Rp  xxx
4
Pembebanan Biaya
BDP BTKL
Rp  xxx


Tenaga Kerja ke
             BOP Sesungguhnya

Rp  xxx

Biaya Produksi
             Gaji dan upah

Rp  xxx
5
Pemakaian BOP selain
BOP Sesungguhnya
Rp  xxx


Bahan Penolong dan
             Biaya Penyusutan mesin

Rp  xxx

Tenaga Kerja Tak Langsung
             Biaya Pemeliharaan mesin

Rp  xxx


             Biaya Penyusutan gedung

Rp  xxx


             Biaya Pemilikan gedung

Rp  xxx


             Biaya lain -lain

Rp  xxx
6
Pembebanan BOP
BDP - BOP
Rp  xxx


kedalam BDP
             BOP yang dibebankan

Rp  xxx
7
Mencatat Harga Pokok
Persediaan Produk jadi
Rp  xxx


Produk Jadi
             BDP - BBB

Rp  xxx


             BDP - BTKL

Rp  xxx


             BDP - BOP

Rp  xxx
8
Penjualan Produk jadi
Kas/Piutang Usaha
Rp  xxx



            Penjualan

Rp  xxx


Harga Pokok Penjualan
Rp  xxx



            Persediaan produk jadi

Rp  xxx
9
Menutup akun BOP dan
1) BOP yang dibebankan
Rp  xxx


selisih BOP
             Selisih BOP

Rp  xxx

(Selisih/Perbedaan antara
             BOP Sesungguhnya

Rp  xxx

BOP yang dibebankan
2) Selisih BOP
Rp  xxx


dengan BOP sesungguhnya
            Harga Pokok Penjualan

Rp  xxx

Penjelasan :
- BOP Sesungguhnya < BOP yang dibebankan, berarti laba/mengurangi harga pokok produksi
- BOP Sesungguhnya > BOP yang dibebankan, berarti rugi/menambah harga pokok produksi

             Manfaat Informasi  Harga Pokok Pesanan

1.      Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
2.      Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.
3.      Memantau realisasi biaya produksi.
4.      Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
5.      Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
 
1.     Menentukan Harga Jual Yang Akan Dibebankan Kepada Pemesan
Perusahaan yang produksinya bedasarkan pesanan memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Biaya produksi pesanan yang satu berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain.Harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk pesanan tersebut.  

Formula untuk menentukan harga jual yang dibebankan kepada pemesan adalah:

Taksiran biaya produksi untuk pesanan                                        Rp. XX

Taksiran biaya nonproduksi untuk pesanan                                             Rp. XX +
   Taksiran total biaya pesanan                                                                               Rp. Y
    Laba yang diinginkan                                                                                           Rp. Z +
   Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan                         Rp. YZ

            Taksiran biaya produksi :
            a. Taksiran biaya bahan baku                                                                                              Rp. XX
            b. Taksiran biaya tenaga kerja langsung                                                                Rp.XX 
c. Taksiran biaya overhead pabrik                                                                         Rp. XX +                      Taksiran biaya produksi                                                                          Rp.XX

2.     Mempertimbangkan Penerimaan atau Penolakan Pesanan
Manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang memberikan perlindungan bagi manajemen  agar dalam menerima pesanan manajemen tidak mengalami kerugian.
Total harga pokok pesanan dihitung dengan unsur biaya adalah:

Biaya Produksi Pesanan : 
            Taksiran biaya bahan baku                                                             Rp. XX
            Taksiran biaya tenaga kerja langsung                                                        Rp. XX
            Taksiran biaya overhead pabrik                                                     Rp. XX +
            Taksiran total biaya produksi                                                                                             Rp. XX
           
            Biaya Non produksi                                                                                     
            Taksiran biaya administrasi & umum                                                         Rp. XX
            Taksiran biaya Pemasaran                                                              Rp. XX +
Taksiran total biaya non produksi                                                  Rp. XX +
            Taksiran total harga pokok pesanan                                                                Rp  XX


3.     Memantau realisasi biaya produksi
Jika pesanan telah diputuskan untuk diterima, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dalam memenuhi pesanan tertentu.Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dilakukan dengaan formula berkut ini:

Biaya bahan baku sesungguhnya                                                                Rp. XX
Biaya tenaga kerja sesunggunya                                                                 Rp. XX   
Taksiran biaya overhead pabrik                                                                 Rp. XX +  
                        Total biaya produksi sesungguhnya                                         Rp. XX


4.     Menghitung laba atau rugi bruto tiap pesanan
Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan yang digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk pesanan guna menghasilkan informasi laba atau rugi tiap pesanan dapat dihitung sebagai berikut :

Harga jual yg dibebankan kepada pemesan                                                                      Rp. XX
        
            Biaya produksi pesanan tertentu :
            Biaya bahan baku sesungguhnya                                                    Rp. XX
            Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya                                              Rp. XX
            Taksiran biaya overhead pabrik                                                     Rp. XX +
            Total biaya produksi pesanan                                                                                             Rp. XX-
            Laba bruto                                                                                                               Rp. XX
           
5.     Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca         
Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap pesanan.

I.                   REKENING KONTROL DAN REKENING PEMBANTU
Rekening pembantu atau Subsidiary Account dikontrol ketelitiannya dengan menggunakan rekening kontrol (Controlling Account) di dalam buku besar. Rekening kontrol menampung data yang bersumber dari jurnal sedangkan rekening pembantu digunakan menampung data yang bersumber dari rekening sumber. Gambar berikut menjelaskan hubungan antara rekening kontrol dengan rekening pembantu.


Gambar 4.3. Rekening kontrol dan Rekening pembantu
Rekening kontrol dan rekening pembantu digunakan untuk mencatat biaya sebagai berikut:

Rekening Kontrol                                             Rekening Pembantu

Persediaan Bahan Baku                                     Kartu Persediaan
Persediaan Bahan penolong                             Kartu Persediaan
Barang dalam proses                                         Kartu Harga Pokok
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya             Kartu Biaya
Biaya Administrasi dan umum                          Kartu Biaya
Biaya Pemasaran                                                Kartu Biaya
Persediaan produk jadi                                      Kartu Persediaan

Setiap melakukan penjurnalan, harus ditunjuk nama rekening kontrol yang bersangkutan dalam buku besar. Untuk mencatat biaya produksi, dalam buku besar dibentuk rekening kontrol barang dalam proses. Rekening ini dipecah menurut unsur biaya produksi, sehingga ada 3 macam rekening barang dalam proses yaitu:
-          Barang dalam proses – Biaya Bahan Baku
-          Barang dalam proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung
-          Barang dalam proses – Biaya Overhead Pabrik

Jika produk diolah melalui beberapa departemen produksi, Rekening Barang dalam Proses dirinci menurut departemen dan unsur biaya produksi, sebagai contoh :

-          Barang dalam proses – Biaya Bahan Baku Departemen A
-          Barang dalam proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen A
-          Barang dalam proses – Biaya Overhead Pabrik Departemen A

-          Barang dalam proses – Biaya Bahan Baku Departemen B
-          Barang dalam proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen B
-          Barang dalam proses – Biaya Overhead Pabrik Departemen B

Untuk mencatat biaya non produksi, di dalam buku besar dibentuk Rekening Kontrol Biaya Administrasi dan Umum, dan biaya Pemasaran. Rekening biaya pemasaran digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi dalam fungsi pemasaran, sedangkan Rekening Biaya Administrasi dan Umum digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi di fungsi administrasi dan umum.

Untuk mencatat pemakaian bahan baku yang dipakai dalam pembuatan suatu produk, jurnal yang dibuat adalah:

DR. Barang dalam proses
CR. Persediaan bahan baku

Dan BUKAN jurnal berikut:
DR. Biaya bahan baku
CR. Persediaan bahan baku

Karena rekening biaya bahan baku tidak diselenggarakan dalam buku besar melainkan dalam buku pembantu kartu harga pokok.
Untuk mencatat biaya-biaya digunakan Rekening Kontrol sebagai berikut:

DR. Biaya overhead pabrik sesungguhnya
CR. Akumulasi depresiasi gedung
(Untuk mencatat depresiasi gedung pabrik)

DR. Biaya Administrasi dan Umum
CR. Kas
(Untuk mencatat biaya telex)

DR. Biaya Pemasaran
CR. Akumulasi depresiasi kendaraan
(Untuk mencatat biaya depresiasi kendaraan yang digunakan bagian pemasaran)

Ø    Kegiatan Belajar 4

Menghitung biaya produksi dalam kartu harga pokok produksi

KARTU HARGA POKOK (JOB ORDER COST SHEET) 
Kartu harga pokok merupakan catatan yang penting dalam metode harga pokok pesanan. Kartu harga pokok berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk mengerjakan pesanan tertentu dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung terhadap pesanan tertentu dan biaya produksi tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu.
Contoh kartu harga pokok dapat dilihat pada gambar berikut:


Pembahasan metode harga pokok produksi diawali dengan uraian prosedur pencatatan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, dan pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke bagian gudang dari bagian produksi. Berikut ini adalah contoh pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan dan pendekatan full costing dalam penentuan harga pokok produksi.

Contoh 1 :
PT. Eliona berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Pendekatan yang digunakan perusahaan dalam penentuan harga pokok produksi adalah Full Costing. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor, dan setiap dokumen sumber dan dokumen pendukung diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan. Dalam bulan November 19X1, PT. Eliona mendapat pesanan untuk mencetak undangan sebanyak 1.500 lembar dari PT. Rimendi. Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp. 3.000 per lembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak Rp. 20.000 per lembar dari PT.OKI, dengan harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rp. 1.000 perlembar. Pesanan dari PT.Rimendi diberi nomor 101 dan pesanan dari PT.OKI diberi nomor 102. Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut.

1.     Pembelian bahan baku dan bahan penolong
Pada tanggal 3 November perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong berikut ini :
Bahan Baku :
Kertas jenis X                   85 ream @ Rp. 10.000                      Rp.   850.000
Kertas jenis Y                   10 roll @ Rp. 350.000                      Rp.3.500.000
Tinta Jenis A                    5 kg @ Rp. 100.000                           Rp.   500.000
Tinta Jenis B                    25 kg@ Rp. 25.000                            Rp.   625.000
Jumlah bahan baku yang dibeli                                                 Rp.5.475.000

Bahan Penolong :
Bahan penolong P                       17 kg @ Rp. 10.000                           Rp.  170.000
Bahan penolong Q                      60 liter @ Rp. 5.000                          Rp.  300.000
Jumlah bahan penolong yang dibeli                                         Rp.  470.000
Jumlah total                                                                                 Rp.5.945.000

Perusahaan menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan :Persediaan bahan baku dan persediaan bahan penolong . Pembelian bahan baku dan bahan penolong dijurnal sbb :
Jurnal 1 :
 Dr. Persediaa bahan baku                Rp. 5.475.000
 Cr. Hutang dagang                                                                   Rp. 5.475.000

Jurnal 2 :
Dr. Persediaa bahan baku                 Rp.470.000
 Cr. Hutang dagang                                                                   Rp. 470.000

2.     Pemakaian bahan baku dan bahan penolong dalam produksi
Untuk dapat mencatat bahan baku yang digunakan dalam pesanan, perusahaan menggunakan dokumen yang disebut bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Dokumen ini diisi oleh bagian produksi dan diserahkan kepada bagian gudang untuk meminta bahan yang diperlukan oleh bagian produksi. Bagian gudang akan mengisi jumlah bahan yang diserahkan kepada bagian produksi pada dokumen tersebut, dan kemudian dokumen ini dipakai sebagai dokumen sumber untuk dasar pencatatan pemakaian bahan.

Bahan baku untuk pesanan 101 :
Kertas jenis X       85 ream @ Rp. 10.000                                              Rp.850.000
Tinta jenis A         5 Kg@ Rp.100.000                                                    Rp.500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan 101                                            Rp.1.350.000

Bahan baku untuk pesanan 102 :
Kertas jenis Y       10 roll Rp. 350.000                                                   Rp.3.500.000
Tinta jenis B         25 Kg@ Rp.25.000                                                    Rp.   625.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan 102                                               Rp.4.125.000
Total bahan baku yang dipakai                                                             Rp.5.475.000

Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sbb:
Bahan penolong P                       10 kg @ Rp. 10.000               Rp.100.000
Bahan penolong Q                      40 liter @ Rp. 5.000              Rp.200.000
      Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi          Rp. 300.000
     
      Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku sbb : (jurnal 3)
      Dr. Barang Proses-Biaya Bahan Baku                      Rp. 5.475.000
      Cr.             Persediaan Bahan Baku                                       Rp. 5.475.000

      Pencatatan pemakaian bahan baku dalam metode harga pokok pesanan dilakukan dengan:
a.       Mendebet rekening barang dalam proses
b.      Mengkredit persediaan bahan baku atas dasar dokumen bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang.
c.       Pendebetan rekening barang dalam proses diikuti dengan pencatatan rincian bahan baku yang dipakai dalam kartu harga pokok pesanan .

PT. Eliona Yogyakarta
                              

     

       Dalam metode harga pokok pesanan  :
1.      Harus dipisahkan antara biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
2.      Bahan penolong yag merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dicatat pemakaiannya dengan Mendebet rekening kontrol biaya overhead pabrik sesungguhnya. Rekening Barang Dalam Proses didebet untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

Jurnal pencatatan pemakaian bahan penolong sbb: (jurnal 4)
Dr. Biaya overhead pabrik sesungguhnya                               Rp. 300.000
Cr.Persediaan bahan penolong                                                              Rp. 300.000  
           
3.           Pencatatan biaya tenaga kerja
Dalam metode harga pokok pesanan  :
1.      Harus dipisahkan antara upah tenaga kerja langsung dangan upah kerja tak langsung.
2.      Upah tenaga kerja langsung dicatat dengan mendebet rekening barang dalam proses dan dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
3.      Upah tenaga kerja tak langsung dicatat dengan mendebet rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya.

Dari contoh diatas biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam departemen produksi sbb::
Upah langsung untuk pesanan 101 : 225 jam @ Rp. 4.000          Rp.   900.000
Upah  langsung untuk pesanan 101 : 225 jam @ Rp. 4.000         Rp.  5.000.000
Upah tidak langsung                                                                         Rp.  3.000.000
Jumlah upah                                                              Rp.  8.900.000
Gaji karyawan administrasi dan umum                                          Rp.  4.000.000
Biaya gaji karyawan bagian pemasaran                                         Rp.  7.500.000
Jumlah gaji                                                                 Rp. 11.500.000

Jumlah biaya tenaga kerja                                        Rp. 20.400.000


Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut :
1.      Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
2.      Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
3.      Pencatatan pembayaran gaji dan upah

Dari data diatas, jurnal untuk mencatat biaya tenaga  : (jurnal 5)
1.     Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
DR. Gaji dan upah                                Rp. 20.400.000
CR. Utang gaji dan upah                                                         Rp. 20.400.000
2.   Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
Karena biaya tenaga kerja terdiri dari berbagai unsur biaya, maka perlu diadakan distribusi biaya tenaga kerja sbb:
                  Biaya Tenaga Kerja Langsung : dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan dengan mendebit rekening barang dalam proses dan mencatatnya dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Pencatatan pembayaran gaji dan upah :
Merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dan dicatat sebagai unsur biaya overhead pabrik serta didebetkan dalam rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya.
Biaya Tenaga Kerja Nonproduksi :
Merupakan unsur biaya nonproduksi dan dibebankan ke dalam rekening kontrol biaya administrasi dan umum atau biaya pemasaran.
                  Jurnal distribusi biaya tenaga kerja diatas Ljurnal 6
                  Dr. Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung          Rp. 5.900.000
                  Dr. Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung          Rp. 3.000.000
Dr. Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung          Rp. 4.000.000
                  Dr. Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung          Rp. 7.500.000
            Cr. Gaji dan upah                                                                               Rp. 20.400.000
   
 Pencatatan pembayaran gaji dan upah (jurnal 7)
Dr. Utang gaji dan upah                                      Rp. 20.400.000
Cr.             Kas                                                                              Rp. 20.400.000

5.         Pencatatan biaya overhead pabrik
Pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua :
a.       Pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dan pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
b.      Pembebanan produk dengan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang dicatat dengan mendebet rekening barang dalam proses dan mengkredit rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan.
c.       Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet rekening kontrol biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Secara periodik (misalnya akhir bulan ) biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang dihitung berdasarkan tarif dihitung selisihnya . Perbandingan ini dilakukan dengan menutup rekening biaya overhead yang dibebankan ke dalam rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya.
Dari contoh diatas , misalnya biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung.  Dengan demikian biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada tiap pesanan dihitung sbb:                      
Pesanan 101: 150 % X Rp. 900.000                              = Rp. 1.350.000
Pesanan 102: 150% X Rp. 5.000.000                            = Rp. 7.500.000
Jumlah biaya overhead pabrikk yang dibebankan         Rp.  8.850.000

Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan sbb: (jurnal 8)
Dr. Brg Dlm Proses-Biaya Overhead pabrik           8.850.000
Cr.Biaya overhead pabrik yang dibebankan                    8.850.000
                                                                       
              Misalnya biaya overhead yang sesungguhnya terjadi (selain biaya bahan penolong Rp. 300.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp. 3.000.000. seperti tersebut dalam jurnal 4 dan 6 :
Biaya depresiasi mesin                              Rp. 1.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik               Rp.  2.000.000
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin           Rp.     700.000
Biaya pemeliharaan mesin                        Rp.  1.000.000
Biaya pemeliharaan gedung                    Rp.     500.000
Jumlah                                                         Rp. 5.700.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sbb: (jurnal 9)
Dr. By. Overhead pabrik sesungguhnya        Rp. 5.700.000
Cr. Akumulasi depresiasi mesin                      Rp. 1.500.000
Cr. Akumulasi depresiasi gedung                   Rp. 2.000.000
Cr. Persekot asuransi                                          Rp.    700.000
Cr.Persediaan suku cadang                               Rp. 1.000.000
Cr.Persediaan bahan bangunan                       Rp.    500.000
 
Untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan tarif menyimpang dari biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, saldo rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya.Jurnal penutup adalah sbb:

Jurnal 10 :
Dr. Biaya overhead pabrik yang dibebankan                Rp. 8.850.000
Cr. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya            Rp. 8.850.000

Selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menghitung saldo rekening biaya overhead pabrik yang sesunggguhnya.
Setelah jurnal diatas (jurnal 10) dibukukan saldo rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya adalah sbb:
Debit :
Jurnal 4                      Rp.300.000
Jurnal 6                      Rp.3.000.000
Jurnal 9:                     Rp.5.700.000
Jumlah debet                       Rp. 9.000.000
Kredit :
Jurnal 10                                  Rp. 8.850.000
Selisih pembebanan                 Rp.      150.000

Selisih biaya overhead pabrik pada akhirnya dipindahkan ke rekening selisih biaya overhead pabrik. Jika terjadi selisih pembebanan kurang, maka dibuat jurnal :

Jurnal 11:
Dr. Biaya overhead pabrik                                                                      Rp.150.000
Cr. Biaya overhead pabrik sesungguhnya                                                       Rp.150.000

5.Pencatatan harga pokok produk jadi
Pesanan yang telah selesai diproduksiditransfer ke bagian oleh bagian produksi. Harga pokok pesanan yang telah selesai diproduksi dapat dihitung dari informasi biaya yang dikumpulkan dalam kartu  harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Harga pokok pesanan 101 :
Biaya bahan baku                                                                 Rp. 1.350.000
Biaya tenaga kerja langsung                                                            Rp.    900.000
Biaya overhead pabrik                                                         Rp. 1.350.000
Jumlah harga pokok pesanan 101                                      Rp. 3.600.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut adalah sbb:

Jurnal 12 :
Dr. Persediaan Produk jadi                                 Rp. 3.600.000
Cr.Barang dalam proses-By. Bhn baku                                      Rp. 1.350.000
Cr.Barang dalam proses-By. Tenaga kerja langsung             Rp.    900.000
Cr.Barang dalam proses-By. Overhead pabrik                                    Rp. 1.350.000

6.Pencatatan harga pokok produk dalam proses
Pada akhir periode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai diproduksi . Biaya yang telah dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.Kemudiaan dibuat jurnal untuk mencatat persediaan produk dalam proses dan mengkredit rekening barang dalam proses.

Jurnal 13:
DR.Persediaan Produk Dalam Proses               Rp. 6.625.000
CR.BDP-By bhn baku                                                                     Rp. 4.125.000
CR.BDP-By Tenaga kerja langsung                                             Rp. 5.000.000
CR.BDP-By overhead pabrik                                                        Rp. 7.500.000

7.Pencatatan harga pokok produk yang dijual
Harga pokok produk yang diserahkan kepada pemesan dicatat dalam rekening harga pokok penjualan dan rekening persediaan produk jadi.

Jurnal 14 :
Dr.Harga pokok penjualan                                  Rp. 3.600.000
CrPersediaan produk jadi                                                            Rp. 3.600.000
           
8.Pencatatan pendapatan penjualan produk
Pada  awal contoh ini telah disebutkan disebutkan bahwa pesanan 101 berupa pesanan 101 berupa pesanan 1500 lbr undangan dengan harga harga jual Rp. 1500 perlembar atau total harga Rp. 4.500.000. Maka jurnal yang dibuat untuk mencatat piutang kepada pemesan sbb :

Jurnal 15 :
Dr. Piutang Dagang                                                Rp. 4.500.000
Cr.Penjualan                                                                                    Rp. 4.500.000


Ø    Kegiatan Belajar 5

Menyusun laporan harga pokok produksi

Dalam perusahaan dagang menentukan harga pokok penjualan sangat mudah yaitu dengan cara persediaan awal ditambah dengan pembelian dan dikurangi dengan persediaan akhir. Namun demikian dalam perusahaan manufaktur akan berbeda karena dalam perusahaan manufaktur memiliki proses produksi sebelum dilakukan transaksi penjualan, sebelum dapat disusun harga pokok penjualan terlebih dahulu disusun harga pokok barang yang diproduksi. Harga pokok barang yang diproduksi itu tidak lain adalah merupakan kumpulan dari biaya biaya produksi yang telah dicatat pada siklus akuntansi biaya.Oleh sebab itu pada akhir periode tertentu ( akhir tahun ) sebagai saat pelaporan kegiatan perusahaan disusun laporan harga pokok barang yang diproduksi. Bila harga pokok produksi telah dihitung maka dapat dihitung harga pokok penjualan.


Format laporan harga pokok barang yang diproduksi.


Bahan Mentah :
Persediaan awal                                                        Rp.

Pembelian                                                                   Rp.          +

Bahan siap digunakan                                             Rp.
Persediaan akhir                                                      Rp. -
Bahan digunakan                                                     Rp.
Tenaga kerja langsung                                           Rp.
Overhead pabrik

B. Bahanpenolong                         Rp.

B. Perl engkapan                           Rp.
B. Gaji Mandor                               Rp.
B. Tenaga kerja tidak langsung Rp.
B. Asuransi                                      Rp

B. Penyusutan                               Rp.
B. Listrik dan air                           Rp.
B. Pemeliharaan                           Rp.
B. Teknik produksi                      Rp. +
                                                                                      Rp. +
Produk siap dijual                                                   Rp 
Persediaan akhir produk jadi                              Rp -
Harga pokok penjualan                                          Rp.






BAB III
PENUTUP :

Kesimpulan :

-         Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
-         Harga Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan Kartu Harga Pokok Pesanan tersebut dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok Pesanan yang telah selesai.



Daftar Pustaka :

1.      Mulyadi. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. 1992
2.      http://id.shvoong.com/how-to/money-and-business/2086491-cara-membuat-laporan-harga-pokok/


No comments: