
IKHTISAR
1. Motivasi
kinerja manajer yang bertanggungjawab merupakan peran yang sama pentingnya bagi
akuntansi keuangan seperti halnya penyediaan informasi bagi investor.
2. Maka para
akuntan perlu memahami dan menghargai kepentingan manajemen dalam penyusunan
laporan keuangan.
3. Sehingga
akan muncul satu alur pemikiran baru yang, jika dilihat sekilas, jauh berbeda
dari teori berbasis keputusan investor dan berorientasi pasar efisien.
4. Harus
dipahami mengenai konsep konsekuensi ekonomi (Economic concequences).
Konsekuensi Ekonomi
1. Konsekuensi
ekonomi adalah suatu konsep yang menekankan bahwa, terlepas dari implikasi
teori pasar sekuritas yang efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
2. Gagasan
mengenai konsep ini adalah bahwa kebijakan akuntansi perusahaan dan perubahannya
sangat penting bagi manajemen.
3. Pemahaman
terhadap konsep konsekuensi ekonomi dari pilihan kebijakan akuntansi diperlukan
karena dua alasan. Pertama konsep ini menarik dan pernyataan bahwa kebijakan
akuntansi tidak penting tidak sesuai dengan pengalaman akuntan.
Teori Akuntansi Positif
1. Untuk
menjawab asal-usul konsep konsekuensi ekonomi maka diperkenalkan teori
akuntansi positif.
2. Teori ini
didasarkan pada kontrak yang dijalin oleh perusahaan.
3. Kontrak
tersebut seringkali didasarkan pada variabel akuntansi keuangan.
·
Dalam hal
ini manajemen memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan kepentingan
perusahaan.
·
TAP berusaha
memprediksi kebijakan apa yang akan dipilih oleh manajer.
MUNCULNYA KONSEKUENSI EKONOMI
1. Konsep
konsekuensi ekonomi muncul di sebuah artikel awal oleh Stephen Zeff (1978) yang
berjudul “Timbulnya Konsekuensi Ekonomi (The Rise of Economic Consequences).”
2. Zeff
mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai “dampak pelaporan akuntansi terhadap
perilaku pengambilan keputusan dari kalangan usaha, pemerintah, dan kreditor”.
Menurut Zeff “intervensi pihak
ketiga” sangat mempersulit penyusunan standar akuntansi.Zeff menjelaskan
mengenai tanggapan badan penyusun standar terhadap beragam intervensi
tersebut, yaitu memperluas perwakilan dalam badan standar tersebut.
Terlepas dari implikasi teori pasar
yang efisien, pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi bagi
berbagai pengguna laporan keuangan.
Konsekuensi
ekonomi semakin mempersulit penentuan standar akuntansi, yang memerlukan
penyeimbangan antara pertimbangan politik dan akuntansi.
OPSI SAHAM KARYAWAN
· Bidang pertama konsekuensi ekonomi
adalah akuntansi untuk opsi saham yang dikeluarkan bagi manajemen dan dalam
beberapa kasus, bagi karyawan lainnya, memberi mereka hak untuk membeli saham
perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini disebut Employee Stock
Opsions (ESO).
Akuntansi untuk ESO mewajibkan
perusahaan mengeluarkan ESO dengan nilai tetap untuk mencatat biaya yang sama
dengan selisih antara nilai pasar saham pada tanggal pemberian opsi kepada
karyawan dan harga pelaksanaan opsi tersebut.
Kebanyakan perusahaan yang
memberikan ESO menetapkan harga pelaksanaannya sama dengan nilai pasar pada
tanggal pemberiannya, sehingga nilai intrinsiknya nol. Akibatnya tidak ada
biaya yang perlu dicatat bagi kompensasi ESO. Sebagai contoh, jika saham yang
dijamin memiliki nilai pasar $10 pada tanggal pemberian, maka menetapkan harga
pelaksanaan sebesar $10 tidak akan menghasilkan pencatatan biaya, sementara
menetapkan harga pelaksanaan sebesar $8 memicu biaya sebesar $2 per ESO yang
diberikan. Hal ini menyebabkan menurunnya pencatatan biaya kompensasi dan
menaikkan pencatatan laba bersih.
Alasan tidak diwajibkannya
pencatatan nilai wajar untuk ESO adalah sulit menetapkan nilainya. Sehingga
muncul rumus Black/Sholes yang berasumsi bahwa opsi dapat diperdagangkan
dengan bebas
Hal ini tidak dimungkinkan karena
ESO tidak dapat dilaksanakan sampai tanggal penyerahan (vesting date).
Juga, jika karyawan mengundurkan diri dari perusahaan sebelum dilakukannya
penyerahan, maka opsi tersebut dinyatakan hangus, atau kalaupun belum
dilaksanakan, mungkin ada pembatasan-pembatasan terhadap kemampuan karyawan
untuk menjual saham yang diperolehnya.
Untuk mengatasi hal ini, FASB
mengeluarkan exposure draft yang mengusulkan agar perusahaan mencatat biaya
kompensasi berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal pemberian ESO.
Namun, exposure draft ini
ditolak karena muncul kekhawatiran akan konsekuensi ekonomi dari laporan laba
yang lebih rendah yang akan dihasilkan. Konsekuensi yang dikhawatirkan tersebut
mencakup harga saham yang lebih rendah, biaya modal yang lebih tinggi,
kurangnya bakat manajerial, serta rendahnya motivasi manajer dan karyawan.Hal
ini dikarenakan tidak seperti umumnya biaya, ESO tidak memerlukan pembiayaan
tunai. Intinya biaya ditanggung oleh para pemegang saham. Karena itu, jika ESO
dilaksanakan dengan harga $10 ketika nilai pasar saham tersebut $30, maka biaya
ex post bagi perusahaan dan para pemegang sahamny adalah $20. Dengan
memberi pemegang saham sebesar $10, perusahaan tersebut melewatkan kesempatan
untuk mengeluarkan saham dengan harga pasar sebesar $10.
Meskipun demikian, biaya ESO
tersebut sangat sulit diukur secara reliabel. Hal ini karena karyawan mungkin
melaksanakan opsi tersebut setelah tanggal penyerahan sampai tanggal
kadaluwarsa. Biaya ex post bagi perusahaan pun akan tergantung pada
selisih nilai pasar saham dan harga pelaksanaan pada saat itu. Untuk mengetahui
nilai wajar ESO, perlu diketahui strategi pelaksanaan optimal karyawan.
Untuk mengatasi masalah ini, muncul
model strategi yang disusun oleh Huddart (1994). Dengan
membuat beberapa asumsi, Huddart menunjukkan bahwa rumus Black/Sholes
dengan ESO yang ditahan sampai tanggal kadaluwarsa dapat menaikkan pencatatan
nilai wajar ESO pada saat tanggal pemberian.
Ada tiga karakteristik opsi, yaitu
pengembalian yang diharapkan dari menahan suatu opsi melebihi return
saham yang diharapkan, opsi “potensi kenaikan”, opsi “deep-in-the-money”.
Selanjutnya akan muncul pertanyaan
adalah keadaan di mana karyawan akan melaksanakan opsi tersebut? Huddart
mengidentifikasi ada dua keadaan. Pertama, jika ESO mencakup nilai uang
sedikit, waktu sampai jatuh temponya singkat, dan karyawan tersebut diharuskan
menahan saham yang diperolehnya, maka penghindaran risiko dapat memicu
pelaksanaan lebih awal. Karena ada resiko substansial untuk terjadinya hasil
nol, maka karyawan yang menghindari resiko (yang mengimbangkan antara resiko
dan hasil) mungkin merasa bahwa pengurangan resiko pelaksanaan opsi saat ini
daripada terus menahannya ternyata lebih besar daripada lebih rendahnya hasil
yang diharapkan dari menahan saham tersebut.
Keadaan kedua terjadi ketika ESO
menyangkut banyak uang, waktu sampai jatuh temponya singkat, dan karyawan dapat
menahan maupun menjual saham yang diperolehnya dan menginvestasikan hasilnya
pada aktiva yang tidak beresiko. Karena menahan aktiva yang tidak beresiko
lebih disukai daripada menahan saham, maka karyawan akan melaksanakan opsi,
menjual saham, dan membeli aktiva yang tidak beresiko.
Dalam penelitian empiris untuk
menguji pelaksanaan awal, Huddart dan Lang (1996) mengkaji pola-pola
pelaksanaan dari karyawan pada delapan perusahaan besar di Amerika Serikat
selama periode sepuluh tahun. Mereka mendapati bahwa pelaksanaan lebih awal
sering dilakukan, sesuai dengan asumsi penghindaran resiko yang dinyatakan oleh
Huddart. Mereka juga mendapati bahwa variabel yang menjelaskan pelaksanaan awal
secara empiris, seperti waktu sampai jatuh tempo dan sampai sejauh mana ESO
tersebut menyangkut uang, dikatakan “broadly consistent” dengan prediksi
model tersebut.
Penelitian selanjutnya cenderung
mengkonfirmasi tendensi Black/Sholes untuk terlalu melebihkan pencatatan
biaya ESO secara ex post. Hall dan Murphy (2002), dengan menggunakan
pendekatan yang berbeda dari Huddart, juga menunjukkan probabilitas substansial
dari pelaksanaan awal, dan menunjukkan bahwa hal tersebut secara signifikan
mengurangi biaya ESO di bawah Black/Sholes. Analisis mereka juga menunjukkan
keragaman dalam keputusan pelaksanaan oleh karyawan
Aboody dan Kasznnik (2000)
mempelajari terhadap praktek pengumuman informasi dari CEO seputar tanggal
pemberian ESO. Mereka mendapati bahwa, secara rata-rata, CEO perusahaan yang
memiliki ESO terjadwal menggunakan beragam taktik untuk memanipulasi harga
saham lebih rendah sebelum tanggal pembelian, dan memanipulasi harga agar naik
setelah tanggal pembelian tersebut. Salah satu taktiknya adalah dengan
mengumumkan lebih awal kabar buruk dari laporan pendapatan triwulan yang
tertunda, namun kabar baiknya tidak dilaporkan. Taktik lainnya mencakup dimasukkannya
estimasi pendapatan para analis yang berpengaruh dan penentuan waktu yang
selektif atas pengumuman estimasi mereka sendiri.
REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP AKUNTANSI
SUCCESFULL-EFFORT DI INDUSTRI MINYAK DAN GAS
Pembahasan didasarkan pada artikel “The
Impact of Accounting Regulation on the Stock Market: The Case of Oil and Gas
Companies” (1979) yang ditulis oleh Lev.
Penelitian ini terkait dengan
kebijakan SFAS 19 yang mewajibkan perusahaan migas di AS mencatat biaya
eksplorasi dengan metode succesfull-effort.
Karena pilihan kebijakan akuntansi
untuk biaya eksplorasi mencerminkan kebijakan akuntansi, maka teori pasar
sekuritas efisien memprediksi bahwa seharusnya manajer tidak keberatan
menggunakan metode succesfull-effort.
Secara khusus, terdapat kekhawatiran
mengenai dampak yang mungkin merugikan terhadap persaingan dalam industri
migas.
Kekhawatiran tersebut adalah bahwa
sebagian besar perusahaan kecil yang bergerak di bidang migas menggunakan
akuntansi full-cost. Ini karena metode succesfull-effort
cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih kecil daripada metode full-cost,
terutama untuk perusahaan yang aktif melakukan eksplorasi, maka ditakutkan
bahwa laba bersih yang lebih kecil dalam laporan akan menjadikan perusahaan
kecil lebih sulit menghimpun modal, dan karenanya akan mengurangi persaingan
dan cakupan eksplorasi.
Lev memulai penelitian dengan
menentukan apakah harga sekuritas perusahaan migas terpengaruh oleh penggunaan
metode akuntansi succesfull-effort.
Lev mengambil sampel 49 perusahaan
yang menggunakan metode full-cost dan sampel kontrol yang terdiri dari
34 perusahaan yang menggunakan succesfull-effort.
Hasil penelitiannya adalah terjadi
pengembalian abnormal negatif rata-rata yang signifikan untuk saham-saham dari
49 perusahaan yang menggunakan metode full-cost. Untuk ke-34 perusahaan
yang telah menggunakan metode akuntansi succesfull-effort, dan relatif
tidak terpengaruh oleh exposure draft, pengembalian negatif rata-rata-nya
bernilai relatif kecil.
Untuk kondisi saham, Dickman dan
Smith (1979) dan Kross (1982) mendapati tidak adanya reaksi harga sekuritas
terhadap perubahan standar akuntansi. Mungkin ini disebabkan karena adanya
inefisiensi pasar sekuritas.
Alasan lain adalah bahwa perusahaan
yang menggunakan full-cost akan menghadapi kesulitan menghimpun modal
atau mungkin mengurangi aktivitas eksplorasi begitu mereka dipaksa menggunakan succesfull-effort.
Alasan lain adalah bahwa pengurangan
laba bersih yang dilaporkan dan ekuitas para pemegang saham setelah beralih
menggunakan metode succesfull-effort mungkin mempengaruhi rasio bonus manajemen
dan perjanjian pinjaman. Pasar dapat bereaksi terhadap manajer yang gagal
merepons masalah seperti ini.
Bagaimanapun juga hasil penelitian
Lev menyatakan bahwa pasar memang bereaksi terhadap metode akuntansi yang
dipilih.
·
Akibatnya,
terbukti bahwa perubahan kebijakan akuntansi dapat memiliki dampak harga
sekuritas, karenanya memperkuat argumen konsekuensi ekonomi.
HUBUNGAN ANTARA TEORI PASAR SEKURITAS EFISIEN DAN KONSEKUENSI
EKONOMI
Teori pasar
sekuritas yang efisien tidak meramalkan reaksi harga terhadap perubahan
kebijakan akuntansi yang tidak mempengaruhi probabilitas jaminan dan aliran
kas.
Dengan kata
lain, teori pasar yang efisien menyiratkan pentingnya pengungkapan penuh,
termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Meskipun demikian, begitu
pengungkapan penuh terhadap kebijakan akuntansi dilakukan, pasar akan
menafsirkan nilai sekuritas perusahaan berdasarkan kebijakan yang dipakai.
Jika dilihat
dari pengguna laporan keuangan, manajemen dan investor, tentu akan bereaksi
terhadap perubahan kebijakan akuntansi. Berbagai reaksi dirumuskan dalam konsep
konsekuensi ekonomi.
· Karena itu,
kebijakan akuntansi berpotensi mempengaruhi keputusan manajemen yang sebenarnya,
termasuk keputusan untuk mengintervensi, baik mendukung atau menentang usulan
standar akuntansi.
TEORI AKUNTANSI POSITIF
Garis Besar
Teori Akuntansi Positif
· TAP
berkenaan dengan memprediksi tindakan-tindakan sebagai pilihan kebijakan akuntansi
oleh manajer perusahaan dan bagaimana manajer akan merespon standar akuntansi
baru yang diusulkan.
Misalkan
dapatkah kita memprediksi, manajer perusahaan migas akan memilih kebijakan
akuntansi dengan metode succesfull-effort ataukah metode full-cost?
TAP
beranggapan bahwa perusahaan akan mengorganisir diri dalam cara yang efisien
sehingga memaksimalkan prospek untuk bertahan hidup.
Perusahaan
dapat dipandang sebagai kumpulan kontrak (nexus of contract) artinya
pengorganisasiannya dapat ditentukan oleh kontrak yang dijalinnya. Akan muncul
biaya kontrak dan kontrak yang efisien. TAP berpendapat kebijakan akuntansi
akan dipilih sebagai bagian dari masalah yang lebih dari pencapaian manajemen
perusahaan yang lebih efisien.
TAP tidak
menyarankan perusahaan harus menjelaskan sepenuhnya kebijakan akuntansi yang
dipergunakan.TAP berpendapat bahwa manajer sifatnya rasional dan memilih
kebijakan akuntansi demi kepentingan perusahaan.
Tujuan TAP
adalah untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akutansi manajerial
dalam perusahaan yang berbeda-beda. Akan muncul teori normatif.
Baik-tidaknya
kemampuan teori normatif melakukan prediksi tergantung sampai sejauh mana
setiap individu sungguh-sungguh mengambil keputusan sesuai teori tersebut.
Tiga
Hipotesis Teori Akuntansi Positif
1.
Hipotesis rencana bonus (The bonus plan hypothesis)Para
manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin memilih prosedur
akuntansi yang menggeser pendapatan yang dilaporkan dari masa datang ke saat
ini.
· Hipotesis persyaratan
perjanjian pinjaman (The debt covenant hypothesis)
Semakin
besar perusahaan melakukan pengingkaran persyaratan perjanjian pinjaman
berbasis akuntansi, semakin besar kemungkinan manajer memilih prosedur
akuntansi yang menggeser pendapatan dari periode akan datang ke periode
berjalan.
Hipotesis
biaya politik (The political cost hypothesis)
Semakin
besar biaya politik yang dihadapi oleh perusahaan, semakin besar kemungkinan
manajer memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan pendapatan yang dilaporkan
dari periode berjalan ke periode akan datang.
Ketiga
hipotesis tersebut membentuk komponen yang penting dari TAP.
Ketiga
hipotesis TAP dapat juga ditafsirkan dari perspektif perjanjian kontrak yang
efisien.
Penelitian Teori Akuntansi Positif
· TAP telah
menghasilkan sejumlah besar penelitian empiris. Sebagai contoh adalah tulisan
Lev (1979). Penelitian Lev membantu kita memahami mengapa perusahaan yang
berbeda-beda mungkin memilih kebijakan akuntansi yang brbeda-beda.
· Banyak
penelitian TAP untuk pengujian hipotesis. Salah satunya Healy (1985) yang
meneliti hipotesis rencana bonus. Hasil penelitiannya adalah menemukan bukti
bahwa manajer perusahaan yang memiliki rencana bonus berdasarkan pada laba
bersih mereka yang dilaporkan secara sistematis menggunakan kebijakan akrual
sedemikian rupa untuk memaksimalkan bonus yang mereka harapkan.
· Dichev dan
Skinner (2002) mengkaji hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman. Mereka
meneliti sampel yang terdiri dari banyak persetujuan pemberian pinjaman privat
(pinjaman yang tidak dapat diperdagangkan). Mereka memusatkan perhatian pada
perjanjian-perjanjian dengan persyaratan yang didasarkan pada dipertahankannya
rasio lancar tertentu atau pada dipertahankannya jumlah nilai bersih tertentu.
· Jones (1991)
mempelajari tindakan perusahaan untuk menurunkan laporan laba bersih selama
penelitian keringanan impor. Pemberian keringanan kepada perusahaan yang
dipengaruhi oleh persaingan dengan luar negeri sebagian merupakan keputusan
politik.
Membedakan Versi Kontrak Efisien dan Oportunis
· Ketiga hipotesis TAP dinyatakan dalam bentuk
oportunis, artinya berasumsi bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk
memaksimalkan utilitas dibandingkan remunerasi yang diterima, kontrak hutang,
dan biaya politik.
· Hipotesis tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk
efisiensinya, atas asumsi kontrak kompensasi, sistem kontrol internal,
manajemen perusahaan yang baik, dapat membatasi oportunisme dan memotivasi
manajer memilih kebijakan akuntansi untuk mengendalikan biaya kontrak.
· Christie dan Zimmerman (1994) menyelidiki mengenai
tingkat pilihan kebijakan akuntansi yang meningkatkan pendapatan dalam sampel
yang terdiri dari perusahaan yang menjadi target pengambilalihan. Alasan mereka
adalah bahwa jika pilihan kebijakan akuntansi yang oportunis sedang terjadi,
pilihan seperti ini akan lebih tak terkendali dalam perusahaan yang kemudian
akan diambil, karena manajemen yang saat itu berusaha menepis tawaran
pengambilalihan dengan memaksimalkan posisi keuangan dan laba bersih yang
dilaporkan.
·
Guay (1999) mempelajari aktivitas pinjaman bank
perusahaan pada tahun pertama perusahaan melakukannya. Ia berpendapat bahwa
kontrak kompensasi yang efisien akan mendorong manajer untuk mengurangi
resiko-resiko harga yang spesifik bagi perusahaan (misalnya perusahaan migas
menerapkan cegah resiko harga produksi tahun depan), karena pengurangan resiko
tersebut mendorong para manajer untuk mengambil resiko-resiko lain yang
spesifik bagi perusahaan.
·
Watts (2003) menyatakan bahwa akuntansi konservatif
juga dapat berperan dalam kontrak yang efisien. Disini berlaku hipotesis
rencana bonus dimana hipotesis tersebut menyiratkan bahwa para manajer tergoda
untuk meningkatkan estimasi–estimasi aliran kas akan datang lebih tinggi, dan
menggunakannya untuk membenarkan pencatatan pendapatan secara premature dan
penilaian aktiva terlalu tinggi, yang keduanya menggeser pendapatan dari masa
akan datang ke masa kini.
·
Penelitian Basu (1993) mendapati bahwa semakin
konservatif akuntansinya, semakin tinggi rating hutang perusahaan yang
mengakibatkan rendahnya biaya bunga, dengan semua hal dianggap sama. Hasil
tersebut sesuai dengan kontrak hutang yang efisien karena perusahaan menjadi
semakin konservatif jika kebutuhannya makin besar. Jika manajer berperilaku
oportunistis, mereka tidak akan begitu memperhatikan biaya bunga dan karenanya
akan berusaha mengeluarkan diri dari ancaman pelanggaran persyaratan pinjaman
hutang dengan menggeser ke pendapatan periode berjalan dari pendapatan yang
akan datang.
Kesimpulan Konsekuensi Ekonomi dan Teori Akuntansi
Positif
· TAP berusaha
memahami dan memprediksikan pilihan kebijakan akuntansi perusahaan.
· Secara umum,
TAP menilai bahwa pilihan kebijakan akuntansi adalah bagian dari kebutuhan
perusahaan secara menyeluruh untuk meminimalkan biaya modal dan biaya kontrak.
· TAP tidak
menyiratkan bahwa pilihan kebijakan akuntansi perusahaan harus dijelaskan
dengan khusus. Justru biasanya akan lebih efisien jika ada sekumpulan kebijakan
akuntansi yang dapat dipilih oleh manajemen.
· Memberi
keleluasaan kepada manajemen dalam pilihan kebijakan akuntansi akan memberi
respon fleksibel dalam lingkungan perusahaan dan terhadap hasil kontrak yang
tidak dapat diramalkan. Namun demikian, ini juga memberi peluang terjadinya
perilaku manajemen yang oportunistis dalam pilihan kebijakan akuntansi.
· Dari
perspektif TAP, tidak sulit memahami mengapa kebijakan akuntansi dapat memiliki
konsekuensi ekonomi. Dari perspektif efisiensi, kumpulan kebijakan yang
tersedia mempengaruhi fleksibilitas perusahaan. Dari perspektif opportunis,
kemampuan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi untuk keuntungannya
sendiri pun terpengaruhi.
No comments:
Post a Comment