I.
Pengertian Sistem Akuntansi Biaya Tradisional.
Sistem
akuntasi tradisional dalam melakukan pembebanan biaya overhead pabrik
menggunakan cost driver berdasarkan unit. Dalam sistem akuntansi biaya
tradisional, biasanya diasumsikan konsumsi overhead berhubungan erat
dengan jumlah unit yang diproduksi yang diukur dalam jam tenaga kerja langsung,
jam mesin, jumlah harga bahan baku per unit yang diproduksi (Hansen dan Mowen,
1999). Informasi biaya yang didistorsi menyebabkan perhitungan harga pokok
produk yang kurang teliti. Padahal dalam persaingan bisnis, perusahaan saat ini
senantiasa mencari cara yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya dan supaya
terjadi pertumbuhan serta menghasilkan laba. Sistem ABC muncul sebagai
alternatif pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi perusahaan modern
yang masih menggunakan akuntansi biaya tradisional.
Menurut
Mulyadi (Setyaningrum, 2007) akuntansi biaya tradisional dibagi menjadi dua
tipe, yaitu:
1.
Akuntansi biaya dengan fokus ke
perhitungan cost produk.
Pada awalnya, akuntansi
biaya hanya difokuskan pada perhitungan cost produk. Fungsi produksi
adalah unit organisasi dalam perusahaan manufaktur yang berfungsi dalam
pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Biaya produksi meliputi biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya inilah yang
diperhitungkan ke dalam cost produk.
2.
Akuntansi pertanggungjawaban.
Pada perkembangannya,
akuntansi biaya difokuskan pada pengendalian biaya melalui akuntansi
pertanggungjawaban. Biaya non produksi meliputi biaya pemasaran yang berguna
bagi pemasaran produk yang dihasilkan perusahaan, serta biaya administrasi dan
umum yang berguna dalam menyediakan jasa bagi kepentingan fungsi produksi dan
fungsi pemasaran. Biaya nonproduksi ini tidak dibebankan sebagai cost namun
diperlakukan sebagai biaya usaha dan dikurangkan secara langsung dari laba
bruto untuk menghasilkan informasi laba bersih.
Sistem
akuntansi biaya dibagi menjadi dua menurut fungsinya(Setyaningrum, 2007),
yaitu:
1.
Manufacturing costs
Manufacturing
costs mencakup semua biaya dari mulai bahan bakusampai
produk selesai diproduksi, baik biaya langsung maupun biayapendukung lainnya.
2.
Nonmanufacturing costs
Nonmanufacturing
costs mencakup semua biaya selain manufacturingcosts,
diantaranya biaya distribusi, biaya penjualan, biaya pemasaran,biaya penelitian
dan pengembangan, dan biaya umum dan administrasi.
2. Kelemahan Sistem akuntansi Biaya Tradisional.
Hal-hal yang tidak
diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen banyak
sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada
saat harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut
hanya memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan
dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya.Sistem biaya tradisional
memang memperhatikan biaya total perusahaan, akan tetapi mereka mengabaikan “below
the line expenses”, seperti penjualan, distribusi, riset, dan pengembangan
serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan ke pasar,
pelanggan,saluran distribusi, atau bahkan produk yang berbeda. Banyak
manajer yang percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh sebab itu,
biaya-biaya“below the line” ini diperlakukan secara sama
dengan mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini
beberapa pelanggan jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan
yang lain dan sebenarnya beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel.
(Amin,1992: 22 dalam Femala, 2007). Lebih jauh lagi dijelaskan oleh Supriyono
(2002: 74-77 dalam Femala, 2007) bahwa dengan berkembangnya dunia teknologi,
sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak mampu menghasilkan produk yang
akurat lagi. Hal ini disebabkan karena lingkungan global menimbulkan banyak
pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh sistem akuntansi biaya tradisional,
antara lain:
1.
Sistem akuntansi biaya tradisional
terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya
sistem inihanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai
keunggulan dalam persaingan global.
2.
Sistem akuntansi biaya tradisional
untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya
overhead dari pada berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan
menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
3.
Sistem akuntansi biaya tradisional
tidak mencerminkan sebab akibatbiaya karena seringkali beranggapan bahwa biaya
ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume produk atau jam kerja langsung.
4.
Sistem akuntansi biaya tradisional
menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan
keputusan yang menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.
5.
Sistem akuntansi biaya tradisional
menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung serta biaya tetap dan variabel
hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya volume produk, padahal
dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut menjadi kabur karena
biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.
6.
Sistem akuntansi biaya tradisional
menggolongkan suatu perusahaan kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku
dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek.
7.
Sistem akuntansi biaya tradisional
memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih biaya pusat-pusat
pertanggungjawaban tertentu dengan menggunakan standar.
8.
Sistem akuntansi biaya tradisional
tidak banyak memerlukan alat-alat dan teknik-teknik yang canggih dalam sistem
informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju.
9.
Sistem akuntansi biaya tradisional
kurang menekankan pentingnya daur hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan
perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas
perekayasaan,penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut
diperlakukan sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi
harga pokok daur hidup produk.
3. Activity Based Cost System (Sistem
ABC)
1.
Sejarah Activity Based Costing
Pada awal perkembangannya,
sistem ABC dimanfaatkan untuk memperbaiki kecermatan perhitungan cost produk
dalam perusahaan-perusahaan manufaktur yang menghasilkan banyak jenis produk.
Masalah yang dihadapi perusahaan menghasilan banyak jenis produk adalah
pada pembebanan biaya overhead pabrik ke berbagai jenis produk
yang dihasilkan oleh perusahaan. Akuntansi biaya tradisional hanya mengeluarkan volume
related drivers untuk membebankan biaya overhead pabrik ke produk,
sehingga cost produk yang dihasilkan dan cara pembebanan ini menjadi
tidak akurat. Sistem ABC menawarkan dasar pembebanan yang lebh bervariasi,
seperti batch-related drivers, product-sustaining drivers, dan facility-sustaining
drivers untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada berbagai jenis
produk yangdihasilkan, akuntansi biaya dapat menghasilkan informasi cost produk yang
akurat, sehingga memungkinkan manajemen mengambil keputusan tentang harga jual
dan melakukan analisis profitabilitas setiap jenis produk (Yovita, 2006).
Pada perkembangan
selanjutnya, sistem ABC tidak lagi terbatas pemanfaatannya hanya untuk
menghasilkan informasi cost produk yangakurat, namun meluas sebagai
sistem informasi untuk memotivasi personel dalam melakukan improvement terhadap
proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk/jasa bagi
konsumen. Jika pada awal perkembangannya sistem ABC masih terbatas
penggunaanya dalam perusahaan manufaktur yang menghasilkan berbagai jenis
produk, pada tahap perkembangan selanjutnya, sistem ABC dimanfaatkan
oleh perusahaan manufaktur dengan produk tunggal, perusahaan jasa,
serta perusahaan dagang. Sistem ABC dimanfaatkan untuk mengatasi kelamahan sistem
akuntansi biaya tradisional yang didesain khusus untuk perusahaan manufaktur.
Semua jenis perusahaan sekarang dapat memanfaatkan sistem ABC sebagai sistem
akuntansi biaya, baik untuk tujuan pengurangan biaya, maupun untuk perhitungan cost
produk yang akurat (Yovita,2006).
Jika pada tahap awal
perkembangannya, sistem ABC hanya difokuskan pada biaya overhead pabrik,
pada tahap perkembangan selanjutnya, sistem ABC diterapkan ke semua biaya, mulai
dari biaya desain, biaya produksi, biaya penjualan, biaya paska jual, sampai
biaya administrasi umum. Sistem ABC menggunakan aktivitas sebagai titik (focal
point) untuk mempertanggungjawabkan biaya. Oleh karena aktivitas tidak hanya
dijumpai di perusahaan manufaktur, dan tidak terbatas di tahap produksi, maka
sistem ABC dapat dimanfaatkan diperusahaan non-manufaktur dan mencakup biaya di
luar produksi.
2. Pengertian Sistem ABC
ABC merupakan metode yang
menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan
harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem
ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi
juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber
daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain
produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi (Femala 2007).
Pengertian akuntansi
aktivitas menurut Amin Widjaja (1992: 27 dalam Femala 2007) adalah:“Bahwa
sistem ABC tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat,
tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana
mengelolanya, sehingga sistem ABC juga dikenal sebagai sistem manajemen yang
pertama.”
Sedangkan menurut Mulyadi
(1993:34) memberikan pengertian ABC sebagai berikut : “ABC merupakan metode
penentuan HPP (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi
harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara
cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk
menghasilkan produk.”
Pengertian sistem ABC yang
dikemukakan oleh Hansen and Mowen sebagai berikut : “Suatu sistem kalkulasi
biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk.”
Menurut Mulyadi (2003: 52)
ada dua keyakinan dasar yang mendasari sistem ABC, yaitu:
1.
Cost is caused
Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah
aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang
menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan personel perusahaan pada posisi
dapat mempengaruhi biaya. Sistem ABC berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber
daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar
menyebabkan timbulnya biaya.
2.
The causes of cost be
managed
Penyebab terjadinya biaya
yaitu aktivitas dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang
menjadi penyebab terjadinya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya.
Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.
4. Konsep-Konsep
Dasar Activity Based Costing
Sistem ABC adalah suatu
sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk
menghasilkan produk atau jasa.ABC menyediakan informasi perihal
aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang
merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor
penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini
menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusuri ke aktivitas
dan kemudian ke produk. Sistem ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah,yang
mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk (Hansen & Mowen)
5.
Manfaat dan Sistem ABC
Manfaat
sistem biaya ABC bagi pihak manajemen perusahaan adalah (Nurhayati, 2004):
1.
Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat
meyakinkan pihak manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah
untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka dapat berusaha untuk
meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada pengurangan biaya yang
memungkinkan. Analisis biaya ini dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya
proses manufakturing, hal ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas
untuk mengorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya.
2.
Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar.
3. Sistem biaya ABC dapat membantu dalam
pengambilan keputusan (management decision making) membuat-membeli yang
manajemen harus lakukan, disamping itu dengan penentuan biaya yang lebih akurat
maka keputusan yang akan diambil oleh phak manajemen akan lebih baik dan tepat.
Hal ini didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi
sangat penting dalam iklim kompetisi dewasa ini.
4.
Mendukung perbaikan yang berkesinambungan, melalui analisa aktivitas, sistem ABC
memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan terhadap aktivitas yang tidak
bernilai tambah atau kurang efisien. Hal ini berkaitan erat dengan masalah
produktivitas perusahaan.
5.
Memudahkan Penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (costreduction),
pada sistem tradisional, banyak biaya-biaya yang kurang relevan yang
tersembunyi. Sistem ABC yang transparan menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut
dapat diketahui dan dieliminasi.
6.
Dengan analisis biaya yang diperbaiki, pihiak manajemen dapat melakukan analisis
yang lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai impas
(break even) atas produk yang bervolume rendah.
5.
Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan ABC
Metode ABC memandang bahwa
biaya overhead dapat dilacak dengan secara memadai pada berbagai produk
secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan
unit adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya
variabel. Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan
mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi
untuk berubah selain berdasarkan volume produksi. Dengan memahami apa yang
menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat
ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini
memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang
dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Femala, 2007)
6.
Struktur Sistem ABC
Desain ABC difokuskan pada
kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi
sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan
bukannya departemen atau fungsi, maka sistem ABC akan dapat menjadi media untuk
memahami, memanajemen, dan memperbaiki suatu usaha.Ada dua asumsi penting yang
mendasari Metode ABC (Cooper danKaplan, 1991:212), yaitu:
1) Aktivitas-aktivitas
yang menyebabkan timbulnya biaya.
Sumber-sumber tidak
langsung dan aktivitas pendukunganya tidak hanya menimbulkan biaya untuk
dialokasikan, tetapi menunjang terlaksanakannya aktivitas. Oleh karena itu pada
tahap pertama ABC,sumber biaya langsung dan aktivitas pendukung dibebankan
pada aktivitas yang menikmatinya.
2)
Produk menyebabkan timbulnya permintaan terhadap aktivitas,sehingga pada tahap
ke dua ABC, biaya aktivitas dibebankan kepada produk berdasarkan atas konsumsi
atau permintaan masing-masing produk.
7.
Syarat Penerapan Sistem Activity Based Costing.
Dalam penerapannya,
penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem ABC mensyaratkan tiga hal (Femala
2007):
1.
Perusahaan mempunyai tingkat
diversitas yang tinggi.
Sistem ABC mensyaratkan
bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang
diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya
akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
2.
Tingkat persaingan industri yang
tinggi
Yaitu terdapat beberapa
perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan
antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan
persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan
maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung
pengambilan keputusan manajemen.
3.
Biaya pengukuran yang rendah.
Yaitu bahwa biaya yang
digunakan sistem ABC untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih
rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh . Ada dua hal mendasar yang
harus dipenuhi sebelum kemungkinan penerapan metode ABC, yaitu:
1) Biaya
berdasarkan non unit harus merupakan presentase yang signifikan dari biaya overhead.
Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi hanya oleh volume
produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika digunakan akuntansi
biaya tradisional pun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga
penggunaan sisitem ABC kehilangan relevansinya. Artinya ABC akan lebih baik
diterapkan pada perusahaan yang biaya overhead nya tidak hanya
dipengaruhi oleh volume produksi saja.
2) Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit
dan berdasarkan non unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas
sama, itu artinya semua biaya overhead yang terjadi bisa
diterangkan dengan satu pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan sistem ABC
justru tidak tepat karena sistem ABC hanya dibebankan ke produk dengan
menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai banyak cost
driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem
akuntansi biaya tradisional atau sistem ABC membebankan biaya overhead dalam
jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling
rendah) mungkin masih dapat mengunakan sistem tradisional tanpa ada masalah.
8. Pembebanan Biaya Overhead
pada Activity Based Costing
Pada ABC meskipun
pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap
seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk
pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya
kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional
(Cooper dan Kaplan, 1991:269-270). ABC menggunakan lebih banyak cost driver bila
dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya
tradisional. Sebelum sampai pada prosedur pembebanan dua tahap dalam ABC perlu
dipahami hal-hal sebagai berikut:
1.
Cost driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Costdriver merupakan
faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini
menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya
dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya.
2. Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing
aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi
jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan
aktivitas tersebut dari semua jenis produk.
3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan
biaya dari overhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu
pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang
homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan
dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.
9. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC.
Menurut Mulyadi (1993:94),
prosedur pembebanan biaya overhead dengan sisitem ABC melalui dua tahap
kegiatan:
a. Tahap Pertama
Pengumpulan biaya dalam cost
pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4
langkah :
1.
Mengidentifikasi dan menggolongkan
biaya kedalam berbagai aktivitas.
2.
Mengklasifikasikan
aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas, pada langkah ini biaya digolongkan
kedalam aktivitas
3.
Mengidentifikasikan Cost
driver
Dimaksudkan untuk
memudahkan dalam penentuan tarif per unit cost driver.
4.
Menentukan tarif/unit Cost
driver
Adalah biaya per unit Cost
driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit cost driver dapat
dihitung dengan rumus sbb:
b. Tahap Kedua
Penelusuran dan pembebanan
biaya aktivitas ke masing-masing produk yang menggunakan cost driver.
10.
Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas.
Jika syarat-syarat penerapan
sistem ABC sudah terpenuhi, maka sebaiknya perusahaan menerapkan sistem ABC dan
segera mendesain ulang sistem akuntansi biayanya karena akan bermanfaat sebagai
berikut (Supriyono, 2002:698 dalam Femala 2007):
1)
Memperbaiki mutu pengambilan
keputusan
Dengan informasi biaya
produk yang lebih teliti, kemungkinan manajer melakukan pengambilan keputusan
yang salah dapat dikurangi. Informasi biaya produk yang lebih teliti sangat
pentingartinya bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan yang tajam.
2)
Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk
mengurangi biaya overhead.
Sistem ABC
mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya
tersebut. Pembebanan overhead harus mencerminkan jumlah permintaan overhead
(yang dikonsumsi) oleh setiap produk. Sistem ABC mengakui bahwa tidak semua
overhed bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Dengan menggunakan biaya
berdasarkan unit dan non unit overhead dapat lebih akurat ditelusuri ke
masing-masing produk.
3)
Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan.
Karena sistem ABC
menyediakan informasi biaya yang relevan yang dihubungkan dengan berbagai
kegiatan untuk menghasilkan produk, maka manajemen akan menghasilkan kemudahan
dalam memperolehi nformasi yang relevan dengan pengambilan keputusan
yang menyangkut berbagai kegiatan bisnis mereka.
11.
Keunggulan Metode ABC
Amin (1994: 23 dalam
Femala 2007) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai berikut:
1.
Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil
sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif.
Sebagai hasilnya mereka
dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada
mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya
proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas
untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.
2. ABC dapat membantu dalam pengambilan
keputusan
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi
untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki,
manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang
dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi
sumber daya,manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk
mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
II.
Aktivitas
1.
Pengertian Aktivitas
Aktivitas adalah peristiwa, tugas,
atau satuan pekerjaan dengan tujuan tertentu. Aktivitas dapat diartikan sebagai
suatu unit kerja atau pelatihan yang disertai dengan suatu tujuan yang spesifik.
Aktivitas menunjukkan bagaimana waktu dimanfaatkan dalam suatu departeman atau
pusat biaya. Aktivitas menghasilkan keluaran untuk memenuhi kebutuhan tertentu
konsumen, intern atau ekstern dengan mengkonsumsi sumber daya (biaya). Aktivitas
diyakini sebagai penyebab timbulnya biaya, maka fokus pengelolaan diarahkan ke
aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya, maka fokus pengelolaan
diarahkan ke aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya tersebut.
Aktivitas dijadikan sebagai cost object yang penting untuk menyediakan
informasi activity cost bagi pengambilan keputusan dalam pengelolaan
aktivitas. Aktivitas ditelusuri lebih dulu untuk menghasilkan informasi biaya
yang akurat (Setyaningrum, 2007).
2.
Klasifikasi Aktivitas
Aktivitas diklasifikasikan menjadi
empat bagian (Femala 2007), yaitu:
a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit
Level Activities)
Aktivitas ini dilakukan
untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional
dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk
menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara
proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi.
b. Aktivitas
Berlevel Batch (Batch Level Activities)
Aktivitas dilakukan setiap
batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut.
Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman
konsumen adalah aktivitas berlevel batch.
c. Aktivitas
Berlevel Produk (Produk Level Activities)
Aktivitas berlevel produk
berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan
berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh
merancang produk atau mengiklankan produk.
d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility Level
Activities)
Aktivitas berlevel
fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun banyak
sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini
dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori
ini termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer
dan sebagainya.
3. Aktivitas Penggerak
Biaya
Landasan penting untuk
menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu
biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat
atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya,
sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan. Cost
driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead.
Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan
menyebabkan biaya dalam aktivitas. Ada dua jenis cost driver, yaitu:
1. Cost driver berdasarkan unit
Cost
driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk
melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen.
2. Cost driver berdasarkan non unit
Cost
driver berdasarkan non unit merupakan faktor-faktor
penyebab selain unit yang menjelaskan konsumsi overhead. Aktivitas yang ada
dalam perusahaan sangat komplek dan banyak jumlahnya. Oleh karena itu perlu
pertimbangan yang matang dalam menentukan penimbul biayanya atau cost driver.
Menurut Cooper dan Kaplan
(1991: 375), penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan
pada keakuratan laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas
komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost driver yang digunakan,
laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keakuratan
yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.
Dalam pemilihan cost
driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan (Cooper dan
Kaplan, 1991: 383):
a)
Kemudahan untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalampemilihan cost driver (cost of
measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih
rendah akan dipilih.
b)
Korelasi antara konsumsi aktivitas
yang diterangkan oleh cost driver terpilih dengan konsumsi aktivitas
sesungguhnya (degree of correlation). Cost driver yang memiliki
korelasi tinggi akan dipilih.
c)
Perilaku yang disebabkan oleh cost
driver terpilih (behavior effect). Cost driver yang
menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih.
4. Supplier Costing
1. Pengertian pemasok.
Para pemasok atau supplier
adalah perusahaan-perusahaan dan individu yang menyediakan sumber daya yang
dibutuhkan oleh perusahaan dan para pesaing untuk memproduksi barang dan
jasa tertentu. Kadang kala perusahaan juga harus memperoleh tenaga
kerja, peralatan, bahan bakar, listrik dan faktor-faktor lain dari
pemasok. Perkembangan dalam lingkungan pemasok dapat memberi pengaruh yang arnat
berarti terhadap kelangsungan suatu perusahaan. Perusahaan perlu mengamati
kecenderungan harga dari masukan-masukan terpenting bagi kegiatan produksi
perusahaan mereka. Kekurangan sumber-sumber bahan mentah, pemogokan tenaga
kerja, dan berbagai kejadian lainnya yang berhubungan dengan pemasok
dapat mengganggu kegiatan perusahaan.
2. Pemilihan pemasok.
Banyak faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan pemasok. Berikut adalah kriteria pemilihan
pemasok menurut Harding(Hidayat 2008):
1. Kredibilitas pemasok
Adalah kemampuan pemasok
dalam menjaga reputasi dan konsistensi dalam bekerja sama dengan para konsumen.
Dalam hal ini adalah kemampuan pemasok untuk memberikan pasokan kepada
konsumen secara profesional. Pemasok memiliki pengalaman yang luas dalam bekerja
sama dengan konsumen untuk memberikan pasokan sesuai permintaan dari konsumen
dan menjunjung tinggi kejujuran dalam bekerja sama, agar proses penawaran dan
pemenuhan permintaan berjalan dengan baik.
2. Proses pengiriman (distribusi) barang.
Proses pengiriman atau distribusi adalah proses
penyampaian barangdari produsen ke konsumen. Kriteria pengiriman dilihat dari
ketepatan waktu pengiriman dan kapasitas pengiriman pemasok serta
kemudahan konsumen dalam pemesanan barang (fleksibilitas).
3.
Penentuan harga.
Harga produk dari pemasok
ditentukan dua cara yaitu sistem pembayaran yang dianut dalam kerja sama antara
pemasok dengan konsumen serta harga standar yang ditentukan oleh pemasok.
Standar harga yang diberikan pemasok haruslah bersifat kompetitif karena kriteria
harga merupakan kriteria penting dalam pemilihan pemasok.
4.
Kualitas barang.
Kriteria kualitas barang
dari pemasok menjadi prinsip utama suatu perusahaan dalam menentukan pemasok.
Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah kelancaran produksi. Kriteria kualitas
barang disesuaikan dengan tujuan produksi perusahaan. terhadap perubahan jumlah
dan waktu.
5. Supplier costing dengan Pendekatan ABC
Pada perkembangannya saat
ini, sistem ABC tidak hanya diterapkan bagi perusahaan manufaktur saja, namun
juga dapat diterapkan untuk menghitung keakuratan biaya pelanggan dan biaya
pemasok. Tujuannya yaitu agar dapat memberikan infomasi yang penting
untuk memperbaiki kinerja dan tingkat laba perusahaan. Pemilihan supllier secara
tradisional dan metode evaluasi pemasok terlalu sering berdasarkan pada harga,
tetapi mengabaikan biaya signifikan yang terkait dengan pemesanan, pengiriman,
penerimaan, pemeriksaan, dan penggunaan suku cadang dan bahan. Sejumlah pendekatan alternatif untuk pemilihan supplier secara
tradisional telah disarankan untuk menghitung faktor dari biaya lainnya (Lee, H.
2000). Pembebanan biaya untuk aktivitas yang berhubungan dengan pemasok mengikuti
pola yang sama dengan perhitungan biaya pelanggan dan perhitungan harga pokok
produk pada ABC. Aktivitas yang digerakan oleh pemasok, seperti membeli,
menerima, memeriksa komponen yang datang, mengerjakan ulang produk (karena
komponen yang cacat), mempercepat pengiriman produk (karena keterlambatan pengiriman
dari pemasok), dan memperbaiki produk yang masih dalam masa garansi (karena
komponen yang cacat dari pemasok), diidentifikasi dan didaftarkan dalam kamus
aktivitas. Biaya sumber daya yang dipakai dibebankan pada aktivitas-aktivitas
ini dan biaya aktivitas dibebankan pada pemasok terkait (Hansen & Mowen
2009).
Penelusuran biaya
penggerak pemasok dapat membantu manajer untuk memilih pemasok yang memiliki
biaya yang rendah, sehingga dapat menciptakan keunggulan kompetitif bagi
perusahaan serta dapat meningkatkan laba perusahaan.
No comments:
Post a Comment