BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam sebuah perusahaan
selalu menghubungkan pemikiran hasil kepada sebuah prosedur input, proses, dan
output. Data merupakan sebuah input yang pada akhirnya akan menjadi sebuah
informasi melalui sebuah proses sistem manajemen. Proses mengubah data menjadi
informasi perlu melalui sebuah sistem yang memiliki kompleksitas yang tinggi.
Oleh karena itu Sistem Informasi Manajemen menjadi perangkat utama pencetak
informasi untuk pengambilan keputusan bagi perkembangan perusahaan tersebut.
Begitu pula dengan perusahaan manufaktur memerlukan informasi
untuk melangsungkan roda industrinya. Tanpa informasi yang akurat, perusahaan
tidak dapat menentukan kebijakan, keputusan, bahkan peraturan yang dapat
menunjang perbaikan maupun perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
perlu memiliki sebuah sistem informasi yang dikhususkan pada setiap departemen.
Hal ini diperlukan untuk membentuk proses bisnis yang lebih menguntungkan bagi
perusahaan.
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Manufaktur adalah solusi
tepat bagi perusahaan yang memikirkan prospeknya dalam jangka panjang. Hal ini
dikarenakan Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Manufaktur lebih menekankan
kepada proses produksi yang terjadi dalam sebuah lantai produksi, mulai dari
input bahan mentah hingga output barang jadi, dengan mempertimbangkan semua
proses yang terjadi.
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Manufaktur tidak dapat
dipisahkan dengan komputer, karena dalam sistem ini komputer memegang andil
yang sangat besar, baik secara fisik maupun informatif. Secara fisik, komputer
digunakan untuk menjalankan proses produksi dan mengontrol arus produksi
tersebut. Sedangkan secara informatif komputer digunakan manajemen manufaktur
untuk memperoleh informasi yang akurat dan berguna bagi perusahaan untuk
menunjang hasil produksi perusahaan agar lebih maksimal. Namun bukan berarti
sistem ini meniadakan secara penuh andil tenaga manusia di dalam suatu
perusahaan. Karena antara software-hardware-brainware akan selalu berkaitan di
setiap sistem yang ada. Tanpa adanya satu dari tiga bagian tersebut, maka suatu
sistem tidak akan bisa berjalan.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah:
1. Apa
itu sistem informasi?
2. Apa
saja ruang lingkup sistem informasi akuntansi perusahaan manufaktur?
3. Bagaimana
model sistem informasi akuntansi perusahaan manufaktur?
4. Bagaimana contoh penerapan sistem
informasi akuntansi di perusahaan manufaktur?
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian dari
sistem informasi.
2. Mengetahui ruang lingkup
sistem informasi akuntansi perusahaan manufaktur.
3. Mengetahui model dari sistem
informasi akuntansi perusahaan manufaktur.
4. Mengetahui implementasi
penerapan sistem informasi akuntansi di perusahaan manufaktur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Sistem Informasi
2.1.1. Pengertian Sistem Informasi
Pengertian
Sistem Informasi secara umum Sistem informasi dapat didefinisikansebagai
suatu sistem di dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari
orang-orang, fasilitas, teknologi, media prosedur-prosedur dan pengendalian
yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasipenting, memproses tipe
transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya
terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan
suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.
Pengertian Sistem Informasi Menurut Para Ahli:
v Menurut Tata Sutabri, S.Kom., MM, (2005:36)
Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam
suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang
mendukung fungsi organisasi yang bersifat manajerial dalam kegiatan strategi
dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan
laporan–laporan yang diperlukan.
v Menurut Leitch Rosses (dalam Jugiyanto, 2005: 11)
Sistem informasi adalah suatu sistem didalam
organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolah transaksi harian, mendukung
operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
v Menurut O’Brien (2005: 5).
Sistem informasi adalah
suatu kombinasi terartur apapun dari people (orang), hardware
(perangkat keras), software (piranti lunak), computer networks and data communications
(jaringan komunikasi), dan database (basis data) yang mengumpulkan,
mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu bentuk organisasi.
2.1.2. Komponen Sistem Informasi
Gambar 1. Komponen Sistem Informasi
2.2. Sistem Informasi
Akuntansi Perusahaan Manufaktur
2.2.1. Pengertian Sistem
Informasi Akuntansi Perusahaan Manufaktur
Manufaktur,
dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah bahan baku
menjadi produk. Proses ini meliputi:
perancangan produk, pemilihan
material dan tahap‐tahap
proses dimana produk tersebut dibuat.
Definisi
manufaktur secara umum adalah
suatu aktifitas yang
kompleks yang melibatkan berbagai
variasi sumberdaya dan
aktifitas perancangan produk, pembelian, pemasaran, mesin
dan perkakas, manufacturing, penjualan,
perancangan proses,
production control, pengiriman material, support service, dan customer
service.
Sistem
Informasi Akuntansi Perusahaan Manufaktur adalah suatu sistem yang bekerja dalam
hubungannya dengan sistem
informasi fungsional lainnya
untuk mendukung manajemen perusahaan
dalam pemecahan masalah
yang berhubungan dengan
manufaktur produk perusahaan yang pada dasarnya tetap bertumpu pada
input, proses dan output. Sistem ini digunakan untuk mendukung fungsi produksi
yang meliputi seluruh kegiatan yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian
proses untuk memproduksi barang atau jasa Ruang
lingkup sistem informasi
manufaktur meliputi sistem
perencanaan manufaktur, rencana produksi,
rencana tenaga kerja,
rencana kebutuhan bahan
baku dan sistem pengendalian manufaktur.
2.2.2. Manfaat Sistem
Informasi Akuntansi Perusahaan Manufaktur
Manfaat digunakannya
sistem informasi manufaktur
di dalam perusahaan
adalah sebagai berikut:
v
Hasil produksi perusahaan lebih cepat dan tepat waktu
karena sistem informasi manufaktur
menggunakan komputer sebagai alat prosesnya.
v
Perusahaan lebih cepat memperoleh informasi yang
akurat dan terpercaya.
v
Arsip lebih terstruktur karena menggunakan sistem
database.
v
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Manufaktur yang
berupa fisik robotik, hasil produksi
semakin cepat, tepat dan
berkurangnya jumlah sisa bahan yang tidak terpakai.
2.3.
Model Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Manufaktur
v
Input Data/Informasi
Input
data berupa data internal dan data eksternal, data internal merupakan data
intern sistem keseluruhan yang mendukung proses pengolahan data menjadi
informasi yang berguna. Data ini meliputi sumber daya manusia (SDM), material,
mesin, dan hal lainnya yang
mendukung sistem informasi akuntansi perusahaan manufaktur.
v Proses
Proses secara
keseluruhan seperti transportasi,
spesifikasi kualitas material,
frekuensi perawatan, dan lain‐lain.
v
Data Eksternal
Data Eksternal perusahaan
merupakan data yang berasal dari luar perusahaan (environment) yang mendukung
proses pengolahan data menjadi informasi yang berguna untuk perhitungan cost
dalam manufaktur mulai dari awal hingga akhir proses.. Contoh data eksternal
adalah data pemasok (supplier), kebijakan pemerintah tentang UMR, listrik,
dll.
Gambar 2. Model Sistem Informasi
Akuntansi Perusahaan Manufaktur
v
Sub Sistem terdiri dari:
a.
Sistem informasi akuntansi
Mengumpulkan data intern yang
menjelaskan operasi manufaktur
dan data lingkungan yang menjelaskan
transaksi perusahaan dengan
pemasok. Sebagai contoh,
pegawai produksi memasukan data ke dalam terminal dengan menggunakan
kombinasi media yang dapat dibaca mesin dan keyboard.
Media berbentuk dokumen dengan bar code yang dapat dibaca secara
optik atau dengan
tanda pensil yang
dapat dibaca secara optik,
dan kartu plastik dengan garis‐garis catatan yang dapat
dibaca secara magnetis. Setelah dibaca data tersebut ditransmisikan kekomputer
pusat untuk memperbarui database.
b. Sub
sistem industrial engineering (IE)
Industrial
Engineering merupakan analisis sistem yang terlatih khusus
yang mempelajari operasi manufaktur dan
membuat saran‐saran perbaikan.
Industrial engineering terdiri dari proyek‐proyek pengumpulan data
khusus dari dalam perusahaan yang menetapkan berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk suatu produksi.
c. Sub
sistem intelijen manufaktur
Sub sistem intelijen
manufaktur berfungsi agar
manajemen manufaktur tetap
mengetahui perkembangan terakhir
mengenai sumber‐sumber
pekerja, material dan mesin. Adapun yang termasuk dalam sub sistem intelijen
manufaktur adalah:
1.
Informasi
pekerja, manajemen manufaktur
harus memperhatikan serikat
pekerja yang
mengorganisasikan para pekerja
perusahaan. Baik dalam
sistem kontrak, tak
berjangka maupun borongan.
2.
Sistem
formal, manajemen manufaktur
memulai arus informasi pekerja
dengan menyiapkan permintaan pekerja yang dikirimkan ke departemen
sumber daya manusia dan data dari
berbagai elemen lingkungan yang menghubungkan kepada pihak pelamar.
3.
Sistem
informal, arus informasi
antar pekerja dan
manajemen manufaktur sebagaian besar bersifat informal arus itu
berupa kontak harian antara pekerja dan manajer mereka.
d. Sub sistem biaya
Komponen
biaya termasuk dalam
semua subsistem yang
ada. Tujuan perusahaan manufaktur
secara umum adalah mencapai keuntungan dari hasil penjualan produknya. Oleh karena
itu, sebuah sistem
informasi tidak akan
pernah terlepas unsur biaya yang
terjadi di dalamnya. Sub sistem biaya berfungsi untuk mengukur biaya yang
terjadi selama proses produksi terjadi. Unsur‐unsur pengendalian biaya ada dua yaitu standar
kerja yang baik dan sistem untuk melaporkan rincian kegiatan saat terjadinya
proses produksi yang akurat. Sub sistem biaya dibagi menjadi dua yaitu:
1.
Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan/biaya penyimpanan biasanya
dinyatakan sebagai presentase biaya tahunan dari barang, mencakup kerusakan,
pencurian, keusangan, pajak dan asuransi.
2.
Biaya Pembelian
Mencakup biaya‐biaya yang terjadi saat material
dipesan, waktu pembelian, biaya telp, biaya sekretaris, biaya formulir pesanan
pembelian dan sebagainya.
2.4. Contoh
Penerapan Sistem Informasi Akuntansi di Perusahaan Manufaktur
Profil
Perusahaan
PT EPSON BATAM merupakan sebuah perusahaan manufaktur
yang terletak
di Kawasan
Batamindo Industrial Park Jl. Rambutan Lot 504-508A Muka Kuning-Batam. PT
EPSON Batam
berdiri sejak juni 1991 dan merupakan salah satu anggota dari EPSON GROUP
ORGANIZATION yang barada di Seiko-Jepang. Presiden Direktur perusahaan ini
adalah Kenji Ota dengan kepemilikan modal US$ 7 Juta pada saat pendirian
perusahaan pada bulan juni 1991. PT EPSON BATAM memiliki
sertifikat SMK3 (Indonesia Government Regulation) Untuk masalah keselamatan, ISO
14001: 2004 (International Organization
Standard) untuk AMDAL, dan ISO 9001: 2000 (International Organization Standard)
untuk kualitas.
v
Visi PT EPSON:
Menjadi perusahaan elektronik nomor 1 (satu)
di dunia
v
Misi PT EPSON:
1.
Memperkuat kerangka perusahaan melalui perbaikan
yang berkelanjutan dari reformasi bisnis.
2.
Melakukan pengembangan melalui bisnis produk
baru.
3.
Membangun karakter individu dengan kepercayaan
terhadapTuhan Yang Maha Esa.
Struktur Organisasi PT. EPSON Batam
Dalam perusahaan
manufaktur seperti PT.EPSON Batam, dikenal sistem pembelian, penjualan,
produksi & persediaan, pengeluaran, pendapatan dan penggajian. Adapun
bagian-bagian yang terkait dalam sistem informasi akuntansi pada PT.EPSON Batam
adalah sebagai berikut:

Diagram
alir untuk proses Pembelian tunai:
1.
Bagian
Gudang melakukan pengecekan barang.
2.
Bagian
Gudang membuat Form Permintaan Barang (FPB) rangkap 2. Form ke-1 diserahkan ke
bagian pembelian dan satunya di arsip.
3.
Bagian
Pembelian melakukan pencarian harga barang dan membuat Surat Permintaan
Penawaran Harga (SPPH).
4.
SPPH
dibuat rangkap 2, yang satu dikirim ke Supplier (pemasok) dan satunya di arsip.
5.
Berdasarkan
SPPH, pemasok membuat Surat Penawaran Harga (SPH) rangkap 2. Surat ke-1 dikirim
ke bagian pembelian dan satunya disimpan.
6.
Berdasarkan
SPH, bagian Pembelian melakukan pencarian harga yang cocok dan membuat Surat
Order Pembelian (SOP) rangkap 3
7.
SOP
ke-1 dikirim ke bagian penerimaan, SOP ke-2 dikirim ke Supplier dan sisanya di
arsip.
8.
Suplier
mengirim Barang dan Surat Penerimaan Barang (SPB) dan diterima oleh bagian
penerimaan.
9.
Berdasarkan
SOP dan SPB, bagian penerimaan melakukan pengecekan/pengocokan barang yang
dikirim. Selanjutnya membuat Laporan Penerimaan Barang (LPB) rangkap 2. LPB
ke-1 diberikan ke bagian gudang dan satunya di arsip.
10.
Bagian
gudang mencocokan FPB dengan LPB dan memasukkan datanya ke Kartu Gudang
(KG).
Dokumen yang digunakan untuk
pembelian tunai adalah surat permintaan pembelian, surat permintaan penawaran
harga, surat order pembelian, laporan penerimaan barang, surat perubahan order
pembelian dan bukti kas keluar.

Diagram
Alir Penjualan Tunai:
1.
Distributor
a. Memulai memesan beras, form
pemesanan beras rangkap 2. Yang pertama dikirim ke penjualan dan yang kedua
untuk mengecek, jika barang datang.
b. Barang yang dipesan diterima bersama
dengan nota pembayaran dari penjualan, kemudian dicek bersama dengan form
pemesanan barang. Jika ada beras yang rusak dikembalikan ke penjualan.
c. Menerima barang yang sudah
diganti dari penjualan dan bersama barang yang sudah diterima di awal, distributor
melakukan pembayaran yang menghasilkan bukti setor rangkap 2. Yang pertama
dikirim ke penjualan dan yang kedua di arsip.
d. Menerima bukti setoran yang
sudah diberi tanda “lunas” dari penjualan.
2.
Penjualan
a. Menerima form pemesanan beras
dari distributor, kemudian membuat daftar pemesanan barang yang menghasilkan
daftar pemesanan barang yang dikirim ke gudang.
b. Menerima barang yang sudah
dipesan bersama dengan nota pembayaran dari gudang yang dikirim ke distributor.
c. Jika ada yang rusak, maka
membuat daftar return rangkap 2. Yang pertama dikirim ke gudang dan yang kedua
dibuat laporan return rangkap 2, yang pertama dikirim ke pemimpin dan yang
kedua di arsip.
d. Menerima barang yang sudah
diganti dari gudang dan dikirim ke distributor.
e. Menerima bukti setor dari
distributor, membuat tanda lunas pembayaran rangkap 2. Yang pertama dikirim ke
distributor dan yang kedua dibuat laporan penjualan rangkap 2, yang pertama
dikirim ke pemimpin dan yang kedua di arsip.
3.
Gudang
a. Menerima daftar pemesanan
barang dari penjualan, kemudian menyediakan barang yang dipesan. Barang yang
dipesan dikirim ke penjualan.
b. Jika ada retur, maka gudang
menerima daftar retur kemudian menyediakan barang yang akan diganti dan dikirim
ke penjualan.
4.
Pimpinan
a. Jika ada retur, maka pemimpin menerima
laporan retur dari penjualan yang kemudian di arsip.
b. Menerima laporan penjualan dari
penjualan.
Dokumen yang
digunakan dalam transaksi penjualan tunai adalah faktur penjualan tunai, dan
pita register kas. Sementara dokumen yang digunakan dalam transaksi penjualan
kredit diantaranya yaitu faktur penjualan, surat order pengiriman dan
tembusannya, rekapitulasi Harga Pokok Penjualan (HPP), dan bukti memorial.

Berikut merupakan prosedur
pencatatan barang/produk jadi:
1.
Bagian
produksi membuat Bukti Pengiriman Barang Jadi rangkap 3. Lembar 1 dikirimkan
bersama barang ke Bagian Gudang. Lembar 2 dikirimkan ke Bagian Akuntansi.
Lembar 3 disimpan sebagai arsip.
2.
Bagian
Akuntansi menerima Bukti Pengiriman BJ lembar 2 dari Bagian Produksi, kemudian
di arsip untuk dijadikan bukti bahwa Bagian Produksi telah menyelesaikan produk
jadi dan sudah melakukan pengiriman ke Bagian Akuntansi
3.
Bagian
gudang menerima barang jadi dan Bukti Pengiriman Barang Jadi lembar 1 dari
Bagian Produksi. Berdasarkan Bukti Pengiriman BJ tersebut, Bagian Gudang
mengisi Kartu Gudang yang menyatakan bahwa bagian gudang menerima barang jadi
sejumlah unit barang jadi yang telah ditransfer oleh bagian produksi.
4.
Setelah
mengisi kartu gudang, Bagian Gudang meminta tanda tangan (untuk mengetahui
produk jadi yang masuk ke Bagian Gudang) ke Bagian Akuntansi.
5.
Bagian
Akuntansi menerima Kartu Gudang untuk ditanda tangani sebagai bukti penerimaan
barang jadi. Setelah itu mengirimkan Kartu gudang yang telah ditanda tangani ke
Bagian Gudang.
6.
Berdasarkan
kartu gudang yang telah ditanda tangani, Bagian Gudang membuat Surat Penerimaan
Barang Jadi (SPBJ) rangkap 3. Lembar pertama dikirimkan ke Bagian Akuntansi,
lembar 2 dikirimkan ke Bagian Produksi dan lembar 3 disimpan sebagai arsip.
7.
Bagian
Akuntansi menerima SPBJ lembar 1 dari Bagian Gudang. Berdasarkan SPBJ lembar 1
tersebut, Bagian Akuntansi mengisi Kartu persediaan yang digunakan untuk
mengetahui persediaan barang jadi yang telah masuk.
8.
Setelah
mengisi Kartu Persediaan, Bagian Akuntansi mencatat di Jurnal tentang
persediaan barang jadi yang masuk. Setelah itu, memposting ke buku besar, dan
dibuatkan neraca saldo dan neraca lajur, jurnal penyesuaian dan Laporan
Keuangan. Berdasarkan Laporan Keuangan tersebut, Bagian Akuntansi membuat
Laporan Penerimaan Barang Jadi (LPBJ) yang dikirimkan ke Manajer.
9.
Bagian
Produksi menerima SPBJ lembar 2 dari Bagian Gudang. Berdasarkan SPBJ lembar 2,
Bagian Produksi membuat Laporan Penyelesaian Barang Jadi yang dikirimkan ke
Manajer.
Berikut
merupakan prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual:
1.
Bagian
produksi membuat surat permintaan bahan baku rangkap 2, lembar 1 diberikan
kepada bagian gudang sedangkan lembar ke 2 disimpan sebagai arsip.
2.
Bagian
gudang menerima surat permintaan barang baku lalu mempersiapkan bahan baku yang
diminta, membuat surat pengiriman barang rangkap 2. Lembar 1 disimpan sebagai
arsip sedangkan lembar ke 2 dikirim ke bagian produksi beserta bahan baku.
3.
Bagian
produksi menerima surat pengiriman dan barang, lalu melakukan produksi. Setelah
itu membuat laporan DM,DL,FOH rangkap 2. Lembar 1 disimpan sebagai arsip,
lembar ke 2 dikirim ke bagian akuntansi.
4.
Bagian
akuntansi menerima laporan DM,DL,FOH. Berdasarkan laoran tersebut bagian
akuntansi menghitung DMC,DLC,FOH. Lalu membuat laporan harga pokok produksi
rangkap 2. Lembar 1 disimpan sebagai arsip. Lembar ke 2 dikirim ke manajer.
5.
Bagian
manajer menerima laporan harga pokok produksi,. Berdasarkan laporan harga pokok
produksi bagian manajer menentukan margin laba lalu membuat laporan harga
penjualan barang.
Berikut
merupakan prosedur dari pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli:
1.
Bagian
Gudang yang biasanya membutuhkan barang, membuat SPP (Surat Permintaan
Pembelian) rangkap 2. Lembar 1 dikirim ke Bagian Pembelian, dan lembar 2
disimpan oleh Bagian Gudang sebagai arsip.
2.
Bagian
Pembelian menerima SPP lembar 1 dari Bagian Gudang. Berdasarkan SPP lembar 1,
maka Bagian Pembelian membuat SPPH.
3.
SPPH
tersebut dikirimkan ke Bagian Supplier. Dan Supplier membuat SPH. SPH tersebut
dikirimkan ke Bagian Pembelian. Berdasarkan SPH tersebut, Bagian Pembelian
membuat SDP (Surat Daftar Pembelian) dikirim ke Manager untuk mendapat
persetujuan.
4.
Jika
Manager menyetujui SDP tersebut, maka SDP yang telah disetujui dikirimkan
kembali ke Bagian Pembelian. Jika tidak, maka kembali ketransaksi awal.
5.
Berdasarkan
SDP yang sudah disetujui, Bagian Pembelian membuat SOP (Surat Order Pembelian)
rangkap 4. Lembar ke-1 dikirim kepada Supplier. Lembar ke-2 dikirim ke Bagian
Keuangan. Lembar ke-3 dikirim ke Bagian Gudang dan lembar ke-4 disimpan sebagai
arsip.
6.
Supplier
menerima SOP lembar ke-1 dari Bagian Pembelian. Kemudian Supplier membuat
faktur rangkap 2. Lembar ke-1 dikirim beserta barang pesanan ke Bagian
Pembelian. Lembar ke-2 disimpan sebagai arsip.
7.
Bagian
Pembelian menerima faktur beserta barang pesanan dari Supplier. Kemudian,
faktur dan barang dikirim ke Bagian Gudang.
8.
Bagian
Gudang menerima barang dan mencatat barang masuk berdasarkan SOP lembar ke-3
dan membuat LPB (Laporan Penerimaan Barang) rangkap 3. Lembar ke-1 dikirimkan
ke Bagian Pembelian. Lembar ke-2 dan faktur dikirim ke Bagian Keuangan. Dan
lembar ke-3 disimpan sebagai arsip.
9.
Bagian
Keuangan menerima SOP lembar ke-2, Faktur serta LPB lembar ke-2 dari Bagian
Gudang.
10.
Berdasarkan
SOP lembar ke-2, Faktur dari Bagian Pembelian serta LPB lembar ke-2, Bagian
Keuangan membuat Laporan Pembelian LP rangkap 2. Lembar pertama diserahkan ke Manager
dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
11.
Berdasarkan
laporan pembelian kredit bagian keuangan membuat laporan harga pokok persediaan
rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke manager, lembar ke 2 disimpan sebagai
arsip.
Berikut
merupakan Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang:
1.
Bagian
Produksi membuat surat permintaan bahan baku sesuai kebutuhan rangkap 2. Lembar
pertama dikirim ke Bagian Gudang dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
2.
Bagian
Gudang menerima surat permintaan bahan baku dari bagian produksi.
3.
Berdasarkan
Surat Permintaan Bahan Baku, Bagian Gudang membuat Surat Pengiriman Bahan Baku
rangkap 2. Lembar 1 dikirim ke Bagian Produksi beserta bahan baku yang diminta
dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
4.
Berdasarkan
Surat Pengiriman Bahan Baku, Bagian Gudang membuat bukti permintaan dan
pengeluaran bahan baku gudang rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke Bagian
Akuntansi dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
5.
Berdasarkan
bukti permintaan dan pengeluaran bahan baku, Bagian Gudang membuat laporan
persediaan bahan baku rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke Bagian Akuntansi,
lembar kedua disimpan sebagai arsip.
6.
Bagian
Produksi menerima Surat Pengiriman Bahan Baku beserta bahan baku dari Bagian
Gudang.
7.
Bagian
Produksi memproduksi bahan baku menjadi barang jadi, kemudian mengirim barang
jadi ke Bagian Gudang.
8.
Berdasarkan
barang jadi, Bagian Gudang membuat laporan barang jadi rangkap 2. Lembar 1
dikirim ke Bagian Akuntansi dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
9.
Berdasarkan
laporan persediaan bahan baku, bukti permintaan dan pengeluaran bahan baku
gudang dan laporan barang jadi, Bagian Akuntansi membuat laporan permintaan dan
pengeluaran barang gudang rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke Manajer dan
lembar 2 disimpan sebagai arsip.

Prosedur Pengeluaran Kas:
1.
Bagian
Supplier membuat faktur rangkap 2. Lembar 1 dikirimkan ke Bagian Pembayaran,
dan lembar 2 disimpan sebagai arsip.
2.
Bagian
Pembayaran menerima Faktur lembar 1 dari Supplier. Berdasarkan faktur tersebut,
Bagian Pembayaran membuat Surat Permintaan Pengeluaran Kas (SPPK) rangkap 2.
Lembar 1 dikirimkan ke Manajer dan lembar 2 disimpan sebagai arsip.
3.
Manajer
menerima SPPK lembar 1. Berdasarkan SPPK lembar 1 tersebut, Manajer akan
menyetujui SPPK tersebut, dan mengirimkan SPPK yang telah disetujui kepada
Bagian Pemegang Kas.
4.
Bagian
Pemegang Kas menerima SPPK yang telah disetujui. Berdasarkan SPPK yang telah
disetujui tersebut, Bagian Pemegang Kas membuat Bukti Kas Keluar (BKK) rangkap
3. Lembar 1 beserta uang dikirimkan ke Bagian Pembayaran, lembar 2 dikirimkan
ke Bagian Akuntansi dan lembar 3 disimpan sebagai arsip.
5.
Bagian
Pembayaran menerima BKK Lembar 1 beserta uang, selanjutnya Bagian Pembayaran
melakukan pembayaran kepada Supplier.
6.
Supplier
menerima pembayaran dari Bagian Pembayaran. Berdasarkan pembayaran tersebut,
Supplier membuat Surat Pelunasan Pembayaran (SPP) rangkap 2. Lembar 1
dikirimkan ke Bagian Pembayaran dan lembar 2 disimpan sebagai arsip.
7.
Bagian
Pembayaran menerima SPP lembar 1, kemudian membuat Laporan Pembayaran (LP)
rangkap 2. Lembar 1 dikirimkan ke Bagian Akuntansi dan lembar 2 disimpan
sebagai arsip.
8.
Berdasarkan
BKK lembar 2 dari Bagian Pemegang Kas dan LP lembar 1 dari Bagian Pembayaran,
Bagian Akuntansi membuat Laporan Pengeluaran Kas (LPK) rangkap 2. Lembar 1
dikirimkan ke Manajer dan lembar 2 disimpan sebagai arsip.

Berikut merupakan
Prosedur Pendapatan dari Penjualan Tunai:
1. Pelanggan yang merasa cocok dengan produk yang sudah
dipilih melakukan pembayaran secara tunai ke Kasir.
2. Kasir menerima pembayaran tunai (kas) dari Pelanggan.
Kemudian Kasir membuat Laporan Penerimaan Kas (LPK) dan dikirimkan ke Bagian
Keuangan.
3. Bagian Keuangan membuat Laporan Penjualan Tunai (LPT)
rangkap 2. Lembar 1 dikirimkan ke Pimpinan dan Lembar 2 disimpan sebagai arsip.
Berikut merupakan Prosedur Pendapatan dari Piutang Usaha
adalah sebagai berikut:
1. Kasir mengirimkan faktur ke Bagian Piutang. Bagian
Piutang melakukan pengecekan jatuh tempo piutang berdasarkan faktur yang sudah
diterimanya.
2. Apabila jatuh tempo sudah dicek, maka Bagian piutang
mencatat waktu jatuh tempo tersebut pada Schedule Umur Piutang (SUP).
3. Berdasarkan SUP tersebut, Bagian Piutang membuat Surat
Tagihan Piutang (STP) dan STP dikirimkan ke Pelanggan.
4. Pelanggan menerima STP, dan melakukan pembayaran pada
saat jatuh tempo. Pembayaran dikirimkan ke Bagian Piutang.
5. Bagian Piutang menerima pembayaran dari pelanggan dan
membuat faktur lunas rangkap 2. Lembar 1 dikimkan ke Pelanggan. Lembar 2
disimpan sebagai arsip.
6. Bagian Piutang membuat Laporan Penerimaan Kas dari
Piutang rangkap 2. Lembar 1 dikirimkan ke Bagian Keuangan. Lembar 2 disimpan
sebagai arsip.


v Karyawan
Karyawan
membuat data diri yang dirangkap menjadi 1, lembar pertama dikirim ke PSDM/HCD,
lembar kedua sebagai dasar melakukan presensi yang diserahkan ke PSDM/HCD.
Setelah
diproses, slip gaji yang telah divalidasi oleh Pimpinan di serahkan bersama
dengan uang/gaji oleh PSDM/HCD.
v PSDM/HCD
Setelah
menerima data karyawan dan hasil presensi, PSDM/HCD merekap presensi, rekapan
tersebut diberikan ke bagian keuangan. PSDM/HCD merupakan bagian
yang memberikan slip gaji yang telah divalidasi beserta dengan uang.
v Bagian Keuangan
Rekap
presensi yang diterima dari PSDM/HCD, oleh Bagian keuangan dibuat slip gaji
yang dirangkap 3, lembar pertama sebagai dasar bagian keuangan membuat laporan
penggajian, lembar kedua sebagai arsip, dan lembar ketiga diserahkan ke
Manajer.
v Pimpinan
Setelah
menerima slip gaji dari keuangan, manajer memvalidasi sehingga menjadi slip
gaji yang telah divalidasi menjadi 2 rangkap, lembar pertama sebagai arsip,
lembar kedua diberikan ke PSDM/HCD yang nantinya akan diserahkan ke karyawan.
Manajer juga menerima laporan penggajian dari bagian keuangan.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Sistem informasi akuntansi perusahaan manufaktur merupakan
solusi tepat bagi perusahaan yang memikirkan prospeknya dalam jangka panjang.
Hal ini dikarenakan sistem informasi akuntansi perusahaan manufaktur lebih
menekankan kepada proses produksi yang terjadi dalam sebuah lantai produksi,
mulai dari input bahan mentah hingga output barang jadi, dengan
mempertimbangkan semua proses yang terjadi.
3.2.
Saran
Adapun saran penulis sehubungan
dengan pembahasan makalah ini, kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih
meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam tentang pemahaman sistem
informasi akuntansi perusahaan manufaktur.
DAFTAR PUSTAKA
Agnia Hidayani.
2009. Evaluasi Pengendalian Internal atas Kegiatan Pengelolaan Persediaan
pada PT. X. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonusa Esa Unggul.
Bentley, W.
2008. Introduction to System Analysis and
Design. New York: McGraw Hill.
Hutahaean,
Jeperson. 2014. Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish.
Jeffrey A
Hoffer, J.F. 2011. Modern Systems
Analysis and Design. New Jersey: Pearson.
Jogiyanto
H-M. 2005. “Analisis dan Desain Sistem
Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis “.
Yogyakarta: Andi.
Macleod, R.
1995. Sistem Informasi Manajemen (II). Jakarta: PT. Prenhallindo. Turner, W. C., J. H. Mize, and K.
Case, 1978. Introduction to Industrial & System Engineering, New
Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Mulyadi. 2014. Sistem
Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
O’Brien, James. A. 2005. Pengantar
Sistem Informasi Perseptif Bisnis dan Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.
Patrick R.
Delany dan Irwin N. Gleim. (1988). Auditing Out Lines, Study Guides,
Problems, Solutions, 1987 Edition CPA. Examination Review ( M. Ichwan.
Terjemahan ). Yogyakarta: Liberty.
Pohan, H. I.,
dan K. S. Bahri. 1977. Pengantar
Perancangan Sistem. Jakarta: Erlangga.
Ruzanna Amanina.
(2011). Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern pada Proses Pemberian
Kredit Mikro pada PT. Bank Mandiri (Persero). Semarang: Fakultas Ekonomi
UNDIP.
Tata Sutabri, S.Kom.,MM.
2005. Sistem Informasi Manajemen.
Yogyakarta: Andi.
No comments:
Post a Comment