Monday, October 2, 2017

MAKALAH STRUKTUR TEORI AKUNTANSI





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Pada perkembangan saat ini, akuntansi dapat kita definisikan dengan mengacu pada konsep informasi. Akuntansi adalah aktivitas jasa yang fungsinya menginformasikan informasi yang kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan. Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori akuntansi. Untuk pengembangan sistem akuntansi tentunya perlu pengembangan dari basis teorinya, sehingga sistem akuntansi tersebut bisa lebih bermanfaat bagi pemakainya, lebih mudah mengembangkannya dan lebih mudah lagi dalam memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang yang tentunya berkaitan dengan praktik akuntansi itu sendiri. Teori akuntansi mengandung dua kata, yaitu teori dan akuntansi.             Teori sebagai suatu susunan yang saling berkaitan dengan hipotesis, konsep dan prinsip pragmatis yang membentuk kerangka acuan untuk suatu bidang. Teori  mencakup pertimbangan akan tujuan pelaporan eksternal, didasarkan pada perspektif tertentu peran akuntansi, memprediksi teori akuntansi positif, memprediksi bahwa kekuatan relatif dari kelompok pemangku kepentingan tertentu, pemberian informasi akuntansi kepada orang-orang diluar organisasi, memprediksi informasi akuntansi yang sah dan bahwa informasi akuntansi dapat digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan, mempertahankan teori legitimasi.
            Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksi dan menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi. teori didefinisikan sebagai konsep, definisi, dan dalil yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena, dengan menjelaskan hubungan antar variabel yang bertujuan untuk menjelaskan serta memprediksi suatu fenomena.
            Apresiasi penuh pada lingkup akuntansi sekarang dan masa mendatang tergantung pada pemahaman teknik akuntansi maupun struktur teori akuntansi dimana teknik diturunkan. Pengembangan struktur teori akuntansi untuk memberikan justifikasi yang lebih baik  pada aturan-aturan dan teknik-teknik yang telah ada dimulai dengan pengujian yang dilakukan oleh Paton tentang pondasi dasar akuntansi.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.        Bagaimana rumusan tentang tujuan laporan keuangan?
2.        Bagaimana konsep postulat akuntansi yang dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan?
3.        Bagaiman konsep teoritis akuntansi yang dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan?
4.        Bagaimana prinsip dasar akuntansi, yang dijabarkan dari postulat dan konsep teoritis akuntansi?
5.        Bagaiamana standar atau teknik akuntansi yang dirumuskan dari prinsip dasar akuntansi?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk:
1.      Mengetahui rumusan tentang tujuan laporan keuangan.
2.      Mengetahui konsep postulat akuntansi yang dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.
3.      Mengetahui konsep teoritis akuntansi yang dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.
4.      Mengetahui prinsip dasar akuntansi, yang dijabarkan dari postulat dan konsep teoritis akuntansi.
5.      Mengetahui standar atau teknik akuntansi yang dirumuskan dari prinsip dasar akuntansi.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Elemen Struktur Teori Akuntansi
              Struktur teori akuntansi adalah elemen-elemen yang saling terkait dan menjadi pedoman bagi pengembangan teori dan perumusan standar atau teknik akuntansi. Elemen-elemen tersebut adalah:
1.      Rumusan tentang tujuan laporan keuangan.
2.      Postulat akuntansi, yang dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.
3.      Konsep teoritis akuntansi, yang dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.
4.      Prinsip dasar akuntansi, yang dijabarkan dari postulat dan konsep teoritis akuntansi.
5.      Standar atau teknik akuntansi, yang merupakan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan para pemakai, yang dirumuskan dari prinsip dasar akuntansi.

 

B.     Tujuan Laporan Keuangan
              Berikut adalah rumusan tujuan laporan keuangan yang telah dijabarkan oleh AAA, APB, Trueblood Committee Report dan FASB:
1.   ASOBAT
American Accounting Association (AAA) adalah sebuah organisasi akuntan pendidik yang bergungsi memfasilitasi dalam pendidikan akuntansi dan memperlajari serta mengomentari masalah-masalah yang terkait dengan standar akuntansi. Pada tahun 1966, AAA menerbitkan AStatement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) yang berisi tentang rumusan tujuan akuntansi, yaitu:
v  Membuat keputusan mengenai penggunaan sumber daya yang terbatas dan menentukan sasaran serta tujuan dari penggunaan sumber daya tersebut.
v  Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya secara efektif.
v  Memelihara dan melaporkan pengamanan atas sumber daya (Aktiva).
v  Memfasilitasi fungsi dan pengendalian sosial.

2.   APB Statement No. 4
Accounting Principles Board (APB) dibentuk oleh AICPA pada tahun 1959. Tujuan utama dari APB adalah mengajukan rekomendasi secara tertulis mengenai prinsip akuntansi, menentukan praktek akuntansi yang tepat, dan mempersempit celah perbedaan-perbedaan yang ada serta ketidak-konsistenan yang terjadi dalam praktek akuntansi saat itu. Pada tahun 1970, APB menerbitkan Statement No. 4 yang berjudul “Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statement Of Business Enterprises”. Laporan ini berisi tentang tujuan khusus dan tujuan umum laporan keuangan.
1)      Tujuan khusus laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 adalah menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
2)      Tujuan Umum laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 adalah:
a)      Memberikan informasi yang terpecaya tentang sumber daya ekonomi (Aktiva) dan kewajiban perusahaan, dengan maksud:
v  Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan.
v  Untuk menunjukkan posisi keuangan da investasi perusahaan.
v  Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya.
v  Menunjukkan kemampuan sumber daya yang ada untuk pertumbuhan perusahaan.
b)      Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba, dengan maksud:
v  Memberikan gambaran tentang jumlah deviden yang diharapkan pemegang saham.
v  Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada supplier, kreditur, pegawai, pemerintah dan kemampuannya dalam mengumpulkan dana untuk kepentingan ekspansi perusahaan.
v  Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengendalian.
v  Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba jangka panjang.
c)      Memungkinkan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilakan laba.
d)     Memnerikan informasi lainnya tentang perubahan aktiva dan kewajiban.
e)      Mengungkapkan informasi yang relavan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.



3.      Trueblood Committee Report
Untuk menyusun konsep yang menjelaskan tentang tujuan laporan keuangan, Presiden AICPA saat itu (Marsall S. Amstrong) pada tahun 1971 membentuk tim perumus tujuan laporan keuangan, yang dikenal dengan nama Trueblood Committee. Tim ini pada tahun 1973 berhasil merumuskan tujuan laporan keuangan, yang dimuat dalam sebuah laporan yang berjudul ”Objectives of Financial Statement”. Dalam laporan ini dirumuskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah:
v  Tujuan dasar laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan ekonomi.
v  Melayani pemakai umum yang memiliki wewenang, kemampuan, atau sumber daya yang terbatas untuk memperoleh informasi dan pihak-pihak yang mengandalkan laporan keuangan sebagai sumber informasinya mengenai aktivitas ekonomi perusahaan.
v  Memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk pemakai untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi potensi arus kas berdasarkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian lainnya.
v  Memberikan informasi kepada pemakai untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
v  Memberikan informasi yang berguna untuk menilai kemampuan manajemen dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan secara efektif dan mencapai tujuan utama perusahaan.
v  Memberikan informasi yang factual dan dapat diinterprestasikan mengenai transaksi dan peristiwa lainnya, yang diharapkan dapat berguna untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
v  Memberikan laporan tentang posisi keuangan perusahaan, yang diharapkan dapat berguna untuk prediksi, membandingkan, dan mengevuasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
v  Memberikan laporan tentang laba periode (berkala), yang diharapkan dapat berguna untuk prediksi, membandingkan, dan mengevuasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
v  Memberikan laporan tentang aktivitas keuangan perusahaan, yang diharapkan dapat berguna untuk  prediksi, membandingkan, dan mengevuasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
v  Memberikan informasi yang berguna untuk proses peramalan.
v  Tujuan laporan keuangan bagi organisasi pemerintah dan organisasi yang bukan pencari laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam mengevaluasi aktivitas pengelolaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi.
v  Melaporkan aktivitas perusahaan yang mempengaruhi lingkungan social (masyarakat sekitar).

4.   SFAC No. 1 dan No. 4
FASB merupakan organisasi sector swasta yang bertanggung jawab dalam pembentukan standar akuntansi di Amerika saat ini. FASB didirikan pada tahun 1973, menggantikan APB. Pada tahun 1976, FASB mulai mengembangkan kerangka kerja konseptual yang menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan masalah kontroversi pelaporan keuangan. Fungsi utama FASB adalah menpelajari masalah akuntansi terkini dan menetapkan standar akuntansi. FASB juga menerbitkan Statement of Accounting Concepts (SFAC) yang memberikan kerangka kerja konseptual dimana memungkinkan untuk dikembangkannya standar akuntansi khusus. Pada tahun 1978, FASB menerbitkan SFAC No. 1 yang berjudul “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”. Laporan ini memuat tentang rumusan tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba (profit Organization), yaitu:
v  Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit dan lainnya.
v  Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor dan kreditur serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari deviden atau bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham, dan pinjaman yang jatuh tempo.
v  Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva dan kewajiban.
v  Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu periode.
v  Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendaparkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal termasuk deviden dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan tentang factor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
v  Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan kepadanya.
v  Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan.

Pada tahun 1980, FASB No. 4 yang berjudul “Objectives of Financial Reporting by Non-Business Organization”. Laporan ini memuat tentang rumusan tujuan keuangan untuk organisasi yang bukan pencari laba (non-profit organization), yaitu:
1.      Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi seumber daya (aktiva) perusahaan.
2.      Untuk menilai kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan kepada publik.
3.      Untuk menilai bagaimana manajemen melakukan pembiayaan dan investasi.
4.      Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva), kewajiban, dan kekayaan perusahaan, serta perubahannya.
5.      Memberikan informasi tentang kinerja organisasi.
6.      Memberikan informasi tentang kemampuan organisasi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya.
7.      Memuat penjelasan dan penafsiran manajemen.

C.    Postulat Akuntansi
Postulat akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri (aksioma), yang sudah diterima karena kesesuiannya denga tujuan laporan keuangan, dan menggambarkan aspek ekonomi, politik, social, dan hukum dari suatu lingkungan dimana akuntansi berada.
1.   Postulat Entitas
        Postulat entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan perusahaan lain.
v  Postulat entitas menurunkan bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek, peristiwa dan atribut peristiwa yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan.
v  Entitas akuntansi adalah mendefinisikan sebagai unit ekonomi yang bertanggung jawab atas aktivitas ekonomi dan pengendalian administratif atas unit.
v  Entitas akuntansi juga dapat diartikan dalam kerangka kepentingan ekonomi berbagai pemakai.

Implikasinya:
v  Dibedakan anatar transaksi bisnis dan induvidu.
v  Mengakui tanggung jawab pelayanan manajemne pada pemegang saham.
v  Pengetrapan segmen perusahaan (seperti) divisi atau beberapa perusahaan seperti konsolidasi perusahaan yang saling terkait).
v  Akuntansi sumber daya manusia, sosio ekonomi, kos modal akan semakin mudah masuk dalam laporan keuangan.

2.      Postulat Kelangsungan Usaha
Postulat Kelangsungan Usaha atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan proyek, komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan.
Implikasinya:
v  Jika entitas memiliki kehidupan yang terbatas, maka laporan yang sesuai akan akan menspesifikasi data terminal dan sifat likuidasi.
v  Menjustifikasi penilaian asset dengan dasar non likuidasi dan menyediakan dasar untuk akuntansi depresiasi
v  Harapan tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer untuk melihat ke depan dan memotivasi investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan.

3.      Postulat Unit Pengukur
Postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter.
Implikasinya:
v  Akuntansi terbatas untuk memprediksi informasi yang dinyatakan dalam satuan moneter, tidak mencatat dan mengkomunikasikan informasi lain yang relevan namun bersifat non moneter.
v  Postulat unit mengukur menganggap bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang waktu atau perubahannya tidak signifikan.

4.      Postulat Periode Akuntansi
Laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kesejateraan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik.

Implikasinya:
v  Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, tetapi hokum pajak Penghasilan yang mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan, dan praktik bisnis tradisional menggunakan periode normal satu tahun.
v  Penggunaan akrual dan tangguhan dalam pembuatan posisi

D.    Konsep Teoritis Akuntansi
Konsep teoritis akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri (aksioma), yang sudah diterima umum karena kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, dan menggambarkan sifat-sifat akuntansi yang berpean dalam ekonomi bebas yang ditandai dengan adanya pengakuan terhadap kepemilikan pribasi. Terdapat sejumalah konsep teori yang dipakai dalam perumusan prinsip dasar akuntansi, yaitu:
1.      Proprietory Theory

Menurut konsep teori ini, entitas hanyalah merupakan agen atau wakil dari pemilik (Proprietor). Karena itu, yang menjadi pusat perhatian dari pencatatan akuntansi dan penyajian laporan keuangan adalah pemilik, bukan entitas. Tujuan utama dari konsep teori ini adalah menentukan dan menganalis besarnya kekayaan bersih yang menjadi hak pemilik. Maka persamaan akuntansinya dapat dirumuskan sebagai berikut:


Aktiva – Kewajiban = Entitas Pemilik

2.      Entity Theory

Menurut konsep teori ini, entitas (perusahaan) merupakan badan dan harus dibedakan dari pemilik. Yang menjadi pusat perhatian dari pencatatan akuntansi dan penyajian laporan keuangan adalah entitas, bukan pemilik. Entitas dianggap memilki kekayaan, dan juga kewajiban kepada kreditur maupun pemegang saham. Menurut teori ini, pesamaan akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut:

  Aktiva = Ekuitas

Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang Saham

3.      Fund Theory

Menurut konsep teori ini, yang menjadi ousat perhatian dari pencatatan akuntansi dan penyajian laporan keuangan adalah bukan pemilik maupun entitas, melainkan sekelompok aktiva yang penggunaanya dibatasi untuk membayar atau memenuhi sejumlah kewajiban tertentu. Aktiva yang dibatasi penggunaanya dinamakan Fund.  Menurut konsep ini persamaan akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut:


Aktiva = Pembatasan Aktiva

4.      Enterprise Theory
Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dalam penyajian informasi akuntansi adalah pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan,   baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut konsep teori ini, pelaporan akuntansi jangan hanya menyediakan informasi untuk pemilik saja, tetapi juga ditujukan untuk pihak-pihak lainnya yang telah turut memberikan kontribusi (langsung maupu tidak langsung) bagi perkembangan, kemajuan, dan kesinambungan perusahaan.

5.      Residual Equity Theory
Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dalam penyajian laporan keuangan adalah pemegang saham biasa. Investor saham biasa merupakan pemilik perusahaan sesungguhnya dalam perusahaan perseorangan (corporation). Investor saham biasa memiliki bagian atau hak kepemilikan sisa (residu) atas aktiva perusahaan, setelah hak hak kreditur dan pemeganga saham preferen dipenuhi. Menurut konsep ini, persamaan akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Aktiva – Kewajiban – Ekuitas Preferen = Ekuitas Residu


6.      Comander Theory
Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari penyajian informasi akuntansi adalah bukan pada pemilik maupun entitas, melainkan pada pihak-pihak yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan pengendalian ekonomi secara efektif atas sumber daya perusahaan.

7.      Investor Theory
Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari penyajian informasi akuntansi adalah mereka yang tergolong sebagai Specific equity (para kreditur dan pemegang saham preferen) dan Residual Equity (pemegang saham biasa). Menurut konsep teori ini, persamaan akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Aktiva = Ekuitas Khusus + Ekuitas Residu


E.     Prinsip Dasar Akuntansi
              Prinsip dasar akuntansi adalah prinsip atau sifat-sifat yang mendasari akuntansi dan seluruh outputnya, termasuk laporan keuangan yang dijabarkan dari tujuan laporan keuangan, postulat akuntansi, dan konsep toeritis akuntansi, serta menjadi dasar dalam pengembangan teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan. Berikut ini adalah 9 (Sembilan) prinsip dasar akuntansi menurut APB Statement No. 4:
1)      Cost Principle
Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum mengahruskan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga perolehan (biaya historis). Menurut APB Statement No. 4, Harga Perolehan (biaya Historis) didefinisikan sebagai suatu jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari kas yang dibelanjakan, atau barang lain yang diserahkan, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau utang yang dibebankan sebagai imbalan dari barang dan jasa yang diterima, atau akan diterima. Harga Perolehan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
v  Expired Cost, adalah pengeluaran yang telah menjadi beban (melalui penerimaan manfaat dalam periode berjalan dan beban ini akan dikurangkan atau ditandingkan langsung dengan pendapatan periode berjalan.
v  Unexpired Cost, adalah pengeluaran-pengeluaran yang belum menjadi beban dalam periode berjalan, akan tetapi ditangguhkan terlebih dahulu sebagai aktiva dan baru akan menjadi beban untuk pemakaian manfaat dalam periode akuntansi berikutnya.

2)      Revenue Principle
              Pada umumnya, Pendapatan ditafsirkan sebagai:
v  Arus kas masuk aktiva bersih sebagai akibat penjualan barang dan jasa,
v  Arus kas keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada pelanggan, dan
v  Produksi perusahaan sebagai akibat dari semata-mata penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama periode tertentu.
             
              Perbedaan dalam penafsiran ini timbul karena adanya 2 (dua) pandangan yang berbeda mengenai apa yang termasuk pendapatan, yaitu:
v  Secara Luas, Pendapatan adalah seluruh perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, yang timbul dari kegiatan produksi (penjualan barang dan pemberian jasa), dan dari keuntungan yang berasal dari penjualan aktiva dan hasil investasi lainnya.
v  Seacara Sempit, Pendapatan hanya berasal dari kegiatan produksi saja, tidak termasuk keuntungan yang berasal dari penjualan aktiva dan investasi. Pandangan ini membedakan istilah pendapatan dengan keuntungan. AAA pada tahun 1957 mendefinisikan laba bersih (net income) sebagai berikut: “Kelebihan pendapatan dibandingkan dengan beban, ditambah atau dikurangi dengan keuntungan atau kerugian perusahaan yang berasal dari penjualan, atau penggantian aktiva lainnya.”

3)      Macthing Principle
        Untuk menentukan besarnya jumlah pendapatan dan beban secara tepat dalam periode yang tepat, terdapat 2 pilihan yang tersedia yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pencatatan oleh akuntan, yaitu:
vCash Basis, merupakan Pendapatan dan Beban akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dalam periode dimana uang kas diterima (untuk pendapatan), atau uang kas keluar (untuk beban).
vAccrual Basis, baik pendapatan maupun beban akan dilaporkan dalam laopran laba rugi dalam periode dimana pendapatan dan beban tersebut terjadi, tanpa memperhatikan arus kas masuk ataupun arus kas keluar.
             
              Dengan Accrual Basis, beban-beban yang terkait dengan penciptaan pendapatan haruslah dilaporkan dalam periode yang sama dimana pendapatan tersebut juga diakui. Konsep akuntansi yang mendukung pelaporan pendapatan dan beban yang terkait dalam periode yang sama dinamakan sebagai konsep Penandingan (Macthing Concept).

4)      Objectivity Principle
Prinsip ini sesungguhnya memiliki keterkaitan langsng dengan Cost Principle (prinsip harga perolehan). Harga perolehan memiliki keunggulan dibandingkan dengan atribut pengukuran lainnya, yaitu lebih dapat dihandalkan. Secara umum, pengguna laporan keuangan lebih memilih menggunakan biaya historis karena memberikan tolak ukur yang lebih dapat dipercaya (Objektif). Harga perolehan akan memberikan angka yang sama bagi siapapun juga orangnya yang diminta untuk melaporkan harga beli dari sebuah aktiva yang sama. Objectivity dianggap sebagai suatu ukuran yang dapat diverifikasi kebenarannya (keabsahannya) berdasarkan pada bukti yang ada.

5)      Consistency Principle
              Menurut prinsip ini, transaksi dan peristiwa ekonomi yang sejenis harus dicatat dan dilaporkan dengan cara yang sama dari suatu periode ke periode berikutnya. Apabila sebuah perusahaan menerapkan perlakuan akuntansi yang sama untuk kerjadian-kejadian yang serupa dari periode ke periode, maka perusahaan tersebut dianggap konsisten dalam menerapkan standar akuntansinya.

6)      Disclosure Principle
             Agar pelaporan keuangan menjadi lebih efektif dan tidak menyesatkan, seluruh informasi yang relavan seharusnya disajikan dengan cara tidak memihak, dapat dipahami, dan tepat waktu (full Disclosure principle). Prinsip pengungkapan penuh mengindikasikan agar laporan keuangan dirancang dan disajikan sedemikian rupa (berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum)sebagai kumpulan gambaran dari transaksi dan peristiwa ekonomi yang memperngaruhi perusahaan untuk satu periode, dan berisi cukup informasi yang mudah dipahami serta tidak membuat pemakai umum maupun investor dan kreditur menjadi salah tafsir.

7)      Conservatism Principle
              Menurut prinsip ini, ketika kerugian terjadi maka seluruh keugian tersebut akan langsung diakui meskipun belum terealisasi, akan tetapi ketika keuntungan terjadi maka keuntungan yang belum terealisasi tidaklah akan diakui. prinsip ini menggambarkan sikap pesimis sewaktu memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Bahkan menurut FASB, prinsip konservatisme ini timbul sebagai reaksi atau sikap kehati-hatian akuntan terhadap ketidakpastian.

8)      Materiality Principle
              Materialitas berkaitan dengan dampak dari suatu item terhadap hasil operasi dan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Dalam APB Statement No. 4, secara jelas disebutkan bahwa laporan keuangan hanya berisi informasi yang dianggap cukup penting (material) dalam mempengaruhi penilaian dan keputusan. Materialitas merupakan masalah pertimbangan professional, dimana pos-pos tertentu akan dianggap material jika informasi yang terkandung didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan.

9)      Uniformity Comparability Principle
              Informasi tentang sebuah perusahaan akan menjadi lebih berguna jika dapat diperbandingkan dengan informasi serupa menyangkut perusahaan lain pada periode waktu yang sama atau dengan informasi serupa dari perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda. Informasi dari berbagai perusahaan dianggap memiliki daya banding jika telah diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama. Komparabilitas memungkinkan pemakai mengindentifikasikan persamaan dan perbedaan yang nyata dalam peristiwa ekonomi antar perusahaan.
              Komparabilitas data akuntansi untuk perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda memerlukan konsistensi. Komparabilitas mengharuskan peristiwa yang sama diperlakukan dengan cara yang sama dalam laporan keuangan dari perusahaan yang berbeda pada periode waktu yang sama (memerlukan keseragaman metode) dan untuk perusahaan tertentu/perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda (memerlukan konsistensi).

F.     Standar (Teknik) Akuntansi
              Standar atau teknik akuntansi adalah peraturan-peraturan khusus yang dijabarkan dari prinsip dasar akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana standar perrlakuan catatan dan pelaporan terhadap semua transaksi dan peristiwa ekonomi yang terjadi dalam perusahaan. Standar ini diperlukan sebagai patokan dalam penyusunan laporan keuangan yang baku. Dengan adanya standar ini, pihak manajemen selaku pengelola dana dan aktivitas perusahaan dapat mencatat, mengikhtisarkan, dan melaporkan seluruh hasil kegiatan operasional maupun financial perusahaan secara baku dan transparan.
              Standar akuntansi mencakup konvensi, peraturan dan prosedur yang telah disusun dan disahkan oleh sebuah lembaga resmi (badan pembentuk standar) pada saat tertentu. Belkaoli (1985) mengemukakan pentingnya standar akuntansi yang baku, yaitu:
1)      Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan kegiatan perusahaan yang dapat dipercaya kebenarannya dan memiliki daya banding,
2)      Memberikan pedoman bagi akuntan dalam melaksanakan pekerjaannya secara hati-hati dan independen.
3)      Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap penting dalam menghitung pajak penghasilan, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan pengaturan ekonomi, dan peningkatan efiesiensi ekonomi, serta tujuan-tujuan makro lainnya.
4)      Menarik perhatian parah ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.

G. Review Jurnal
=================================================
Jurnal 1     : Critique To The Logic and The Normative Senses of Positive Accounting Theory
Penulis             : Suwaldiman
Volume            : Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No. 1, Hal. 47 - 53
Bulan               : 2003
==========================================================
Sifat dari Teori Akuntansi Positif
            Ide dasar dari PAT adalah mengacu kepada ide Popper mengenai apa itu teori dalam ilmu (Boland & Gordon, 1982, hal. 145). Fungsi teori adalah untuk menjelaskan dan memprediksi tentang suatu bidang atau fenomena yang sedang diamati. Selain itu, fungsi teori adalah untuk menjawab apa dan mengapa tidak apa yang seharusnya atau bagaimana melakukannya.
            Teori akuntansi positif terungkap perdebatan dengan Watts dan Zimmerman buku ”Teori Akuntansi Positif”. Mengacu pada gagasan Popper, hal ini diklaimbahwa tujuan teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi (Watts dan Zimmerman, 1986, hal. 2). Selanjutnya, mereka berpendapat bahwa definisi mereka tentang  praktek akuntansi  yang luas didasarkan pada  alasan bahwa  perkembangan  dan sifat akuntansi terkait erat dengan audit, praktek audit dimasukkan sebagai bagian dari praktek akuntansi (Watts dan Zimmerman, 1986, hal. 2). Mereka memberikan alasan untuk praktek diamati, yaitu mengapa perusahaan menggunakan metode LIFO daripada FIFO.
            Selain itu, tujuan dari PAT adalah untuk memberikan penjelasan dan prediksi yang berguna bagi pihak dalam menarik informasi akuntansi untuk memaksimalkan kekayaan mereka (yaitu praktik akuntansi berakar pada tujuan manajer) (Williams, 1989, hal. 455). Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan ini, penelitian akuntansi harus dilakukan secara empiris untuk mengembangkan PAT. Selanjutnya, agar PAT memiliki arti, harus mengandung setidaknya satu premis atau proposisi yang memungkinkan atribusi kausal. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa PAT didasarkan pada asumsi bahwa individu bertindak untuk memaksimalkan utilitas mereka sendiri (Williams, 1989, hal. 458).

Teori Akuntansi Normatif
            Teori normatif yang dominan dikembangkan pada tahun 1950-an dan 1960-an (Deegan, 2003, hal. 92). Tujuan utama dari teori akuntansi normatif adalah untuk memberikan arahan kepada individu untuk memungkinkan mereka untuk memilih kebijakan akuntansi yang paling tepat sesuai keadaan (Deegan, 2003, hal. 90). Oleh karena itu, hasil penelitian akuntansi normatif harus memberikan penjelasan untuk menginformasikan orang lain tentang pendekatan akuntansi yang optimal untuk mengadopsi dan mengapa pendekatan khusus ini dianggap optimal.
            Penelitian akuntansi  normatif  telah menghasilkan  teori  akuntansi  yang relevan untuk pengaturan standar pelaporan keuangan (Mozes, 1992, hal. 93). Dalam hal ini, FASB mengartikan penelitian akuntansi normatif  sebagai permintaan bagi para peneliti akuntansi untuk menyelidiki kualitas keputusan spesifik yang dibuat oleh badan penyusun standar berdasarkan data akuntansi (Mozes, 1992, hal. 93). Contoh sukses dari teori akuntansi normatif adalah kerangka kerja konseptual untuk pelaporan keuangan yang diterbitkan oleh FASB.
            Pendukung teori akuntansi normatif menyatakan bahwa standar akuntansi harus berasal dari norma-norma atau konsep tertentu, sehingga, standar akuntansi akan konsisten, sistematis, logika dan membentuk seperangkat aturan. Norma-norma atau konsep adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dan norma dasar dalam proses penetapan standar.

Kritik Terhadap Logika dari Teori Akuntansi Positif
            Tujuan utama dari PAT adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi dengan membuat sejumlah asumsi tentang perilaku manusia. Diasumsikan bahwa  tindakan individu  didasarkan pada  upaya untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka (Deegan, 1997, hal. 64). Dalam hal ini PAT  tidak memberikan penjelasan untuk akuntansi bagaimana memaksimalkan kesejahteraan. Watts dan Zimmerman menyatakan bahwa PAT berkaitan dengan menjelaskan  praktek akuntansi.  Hal ini dirancang untuk menjelaskan dan memprediksi  metode akuntansi yang dipergunakan oleh perusahaan (Watt& Zimmerman, 1986, hal. 7).
            Tampaknya PAT tidak memiliki peran untuk mempengaruhi masyarakat karena telah dibatasi untuk menjelaskan dan memprediksi. Bebas nilai diklaim oleh pendukung PAT telah membatasi bahwa penelitian akuntansi positif dan hasilnya hanya untuk  untuk menjelaskan dan memprediksi, tapi tidak menyarankan metode mana yang harus diadopsi oleh para manajer untuk memaksimalkan kekayaan mereka. Logikanya, di bawah kondisi ekstra biasa seperti inflasi tinggi,  manajer  perlu memiliki  metode terbaik  untuk memaksimalkan kekayaan mereka. Oleh karena itu PAT masih menyisakan pertanyaan yang belum terjawab  dan  kebingungan  untuk manajer.  Cukup memberikan deskripsi, penjelasan dan prediksi fenomena akuntansi memberikan manfaat sedikit sosial dan tidak memajukan disiplin akuntansi.
            Tingkat universalitas  PAT juga dipertanyakan. Teori harus bersifat universal karena dikembangkan dibawah objektivitas (bebas nilai). Teori di PAT dikembangkan dalam penelitian  positif  yang mengasumsikan bahwa tindakan individu untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Hipotesis diuji dengan asumsi umum yang bias dan dirancang subyektif. Berikut ini adalah tanggapan pertanyaan umum untuk asumsi yang dibuat oleh para peneliti PAT (Neu,1997, hal 56.): Apakah manajer benar-benar berperilaku dalam mementingkan diri sendiri? Oleh karena itu, PAT gagal untuk menjelaskan dan memprediksi praktek yang tidak memenuhi asumsi. Dalam hal ini PAT tampaknya tidak menjadi  teori karena kadang-kadang tidak universal.

Arti Normatif dari Teori Akuntansi Positif
            Tidak dapat dipungkiri bahwa akuntansi bukan ilmu murni seperti fisika, biologi, matematika, kimia, dll. Akuntansi merupakan ilmu terapan. Klaim oleh Watts dan Zimmerman bahwa PAT adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi sangat berbeda dengan  kualifikasi  Popper mengenai teori yang tepat diterapkan untuk ilmu murni tidak untuk ilmu terapan. Ilmuwan menerapkan penggunaan penelitian ilmu murni untuk mengembangkan nilai tetapi tidak membuat ilmu terapan menjadi ilmu murnidan bebas dari nilai.
            PAT adalah bebas dari nilai seperti yang diklaim oleh  Watts dan Zimmerman. Teori akuntansi dikembangkan menjadi konsep akuntansi, standar dan prosedur. Ini akan sangat berarti jika teori akuntansi tidak memiliki tujuan-orientasi tersebut. Selanjutnya, Tinker et al (1982, hal. 167) mencatat bahwa  PAT terbukti menjadi ilusi karena penelitian di bidang akuntansi (atau ilmu apapun) tidak bisa bebas nilai. Oleh karena itu akuntansi harus memainkan peran penting dalam mencapai kesejahteraan sosial dan tidak dapat dicapai dengan hanya memberikan penjelasan dan prediksi. Hal ini jelas bahwa jika PAT masih di bidang akuntansi tidak akan membebaskan nilai, tetapi juga sarat nilai.
            Akuntansi  harus  memainkan peran penting dalam memaksimalkan kesejahteraan sosial. Akuntansi merupakan alat untuk mencapai tujuan  sosial, yaitu, tujuan ekonomi nasional di negara di mana akuntansi diterapkan. Oleh karena itu, struktur akuntansi di negara tertentu sangat mungkin berbeda dari negara lain. Standar akuntansi  harus dikembangkan untuk  mempengaruhi distribusi kekayaan masyarakat.
            Telah dikemukakan bahwa akuntansi memainkan peran penting dalam mencapai distribusi kesejahteraan sosial, bukan hanya menjelaskan atau memprediksi  praktek akuntansi. Akhirnya, bisa dikatakan bahwa jika akuntansi bebas nilai, hanya menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi, akuntansi akan menjadi tidak berarti dan tidak melakukan apapun dalam mencapai kesejahteraan sosial.

Kesimpulan
            Jelaslah bahwa ”penjelasan, prediksi, kenetralan, dan bebas nilai” seperti yang diklaim dalam teori akuntansi positif telah membatasi teori akuntansi dan praktek dalam mendukung distribusi kesejahteraan sosial. Praktek akuntansi harus mencapai tujuannya yang tidak mewakili realitas ekonomi dengan cara ilmiah murni, tapi perkiraan itu pragmatis atas dasar norma-norma  tertentu.
            Sayangnya, pendukung PAT tampaknya tidak mau melihat bukti yang mendukung pandangan bahwa akuntansi akademik merupakan disiplin ilmu terapan. Akuntansi  harus memainkan peran penting peran dalam mencapai maksimalisasi individu dan kesejahteraan sosial. Oleh karena, itu mustahil bagi akuntansi untuk bebas nilai. Peneliti  akuntansi  harus mengembangkan teori akuntansi yang fokus dalam distribusi kesejahteraan sosial.

Pendapat Mengenai Jurnal
            Tulisan Suwaldiman ini membahas mengeni kritik terhadap teori akuntansi positif (PAT). Suwaldiman membahas logika dan arti normatif dari PAT. Dalam tulisannya, Suwaldiman berpendapat bahwa PAT tidak lebih baik dari bentuk teori yang lain dan hanya menjelaskan atau memprediksi praktek-praktek akuntansi yang berkembang saat ini.
            Masalah konstruksi teori akuntansi telah mengarah pada perdebatan pendekatan deduktif dengan pendekatan induktif dan dua aliran teori akuntansi positif dengan teori akuntansi normatif. Teori akuntansi positif menghasilkan penelitian yang didasarkan pada pengamatan empiris dan kemudian berdasarkan pada pendekatan induktif, teori dibangun. 
            Para pendukung akuntansi positif mengklaim bahwa mereka bebas nilai dalam menjelaskan dan memprediksi  praktek akuntansi. Di sisi lain, teori akuntansi normatif dibangun berdasarkan pendekatan normatif. Para pendukung normatif berpendapat bahwa teori akuntansi harus mendorong praktek sesuai dengan tujuan dari teori (yaitu, standar akuntansi dan prosedur), sehingga tujuan teori akan tercapai. Tulisan Suwaldiman ini dimulai dengan menjelaskan sifat positif dan teori akuntansi normatif kemudian pembahasan ditekankan pada kritik dengan logika penelitian akuntansi positif dan indra normatif dari teori akuntansi positif.

=================================================
Jurnal 2      : Struktur Meta Teori Akuntansi Keuangan (Sebuah Telaah dan Perbandingan antara FASB dan IASC)
Penulis              : I Made Narsa
Volume             : Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 2, Hal. 43-51
Bulan                : November, 2007
==========================================================
Tujuan Penelitian
Untuk membahas struktur meta teori yang dipergunakan oleh FASB dan IASC dalam mengembangkan rerangka konseptual, menelaah perbedaan-perbedaan mendasar, menganalisis hambatan-hambatan yang dialami serta mengidentifikasi upaya-upaya yang harus dilakukan agar IFRS diterapkan oleh negara-negara anggota.

Metode Penelitian: Komparatif

Hasil Penelitian
            Model kerangka konseptual FASB ini mencakup empat komponen dasar, yaitu:
a.       Tujuan pelaporan keuangan yang dituangkan pada SFAC No. 1 dan SFAC No. 4.
b.      Kriteria kualitas informasi yang dituangkan pada SFAC No. 2.
c.       Elemen-elemen laporan keuangan yang dituangkan pada SFCA No. 6 (pengganti SFAC No. 3).
d.      Pengukuran dan Pengakuan yang dituangkan pada SFAC No. 5.
           
            Model ini dirancang dengan cukup luas dan mencakup perusahaan bisnis dan nonbisnis. Rerangka ini merupakan dasar teoritis bagi FASB dalam mengembangkan standard akuntansi keuangan (Statement of Financial Accounting Standard) di Amerika Serikat.
            Standar-standar tersebut berkenaan dengan pengukuran aktivitas ekonomi, penentuan waktu kapan pengukuran dan pencatatan harus dilakukan, ketentuan pengungkapan mengenai aktivitas tersebut, penyiapan dan penyajian ringkasan aktivitas ekonomi tersebut dalam bentuk laporan keuangan. Kerangka dasar konseptual IASC memuat lima unsur utama, yaitu:
1)      Tujuan laporan keuangan yang dituangkan dalam paragraf 12-21.
2)      Asumsi dasar dituangkan pada paragraf 22-23, dan konsep modal dan pemeliharaan modal yang dituangkan pada paragraf 102-110.
3)      Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan yang dituangkan pada paragraf 24-46.
4)      Elemen-elemen laporan keuangan yang dituangkan pada paragraf 47-81.
5)      Definisi, pengakuan dituangkan pada paragraf 82-98, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan dituangkan pada paragraf 99-101.

            Kerangka dasar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pengembangan standar akuntansi keuangan dimasa depan dan dalam peninjaun kembali terhadap standar akuntansi keuangan yang berlaku.

Kesimpulan
            Penerapan IFRS ternyata mengalami hambatan yang sangat serius, karena banyak sekali terdapat perbedaan antar negara-negara anggota, baik dalam bidang sosial, budaya, hukum, ekonomi, politik, pendidikan, sistem pemerintahan, sistem pajak, dan lain sebagainya.
            Karakteristik dan tingkatan yang berbeda antar negara merupakan hambatan mendasar yang dihadapi dalam proses harmonisasi standar akuntansi keuangan. Hambatan lain yang muncul adalah adanya perbedaan kebutuhan dan keinginan antara Negara maju dengan yang belum maju dan antara Negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya sangat tinggi dan Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah bahkan sangat rendah. Yang harus dilakukan oleh IASC sebagai badan penyusun standar akuntansi interasional adalah membuat para anggota merasa butuh menerapkan IFRS.

Pendapat Mengenai Jurnal
            Dengan adanya penelitian ini kita dapat mengetahui adanya hambatan-hambatan yang dialami serta upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan agar IFRS diterapkan oleh negara-negara internasional dalam meta teori yang dipergunakan oleh FASB dan IASC dalam mengembangkan kerangka konseptual.








BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aturan dan teknik akuntansi yang ada didasarkan pada pondasi teori akuntansi. Pondasi ini dibentuk dari elemen-elemen hirarki yang berfungsi sebagai kerangka acuan atau struktur teoritis. Pendekatan dan metodologi apapun yang digunakan dalam penyusunan teori akuntansi, rerangka acuan atau struktur teori yang dihasilkan didasarkan pada serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik akuntansi. Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen sebagai berikut:
1.        Pernyataan tujuan laporan keuangan
2.        Pernyataan postulat dan konsep teroritis akuntansi yang terkait dengan asumsi-asumsi lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep teoritis diturunkan dari pernyataan tujuan
3.        Pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan konsep teroritis
4.        Batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi Pemahaman terhadap elemen-elemen ini dan hubungan teori akuntansi menjamin pemahaman terhadap alasan balik praktik aktual dan masa mendatang.

Laporan keuangan yang disajikan dalam laporan akuntansi formal semata-mata merupakan refleksi penerapan struktur teori akuntansi. Perbaikan isi dan format laporan keuangan berkaitan dengan perbaikan struktur teoritis akuntansi.

B. Saran
Penulis mengharapkan kepada semua pihak yang terutama pihak yang terkait dengan langsung agar dapat menggunakan akuntansi sebagaimana mestinya. Lebih dari itu, penulis mengharapkan agar tidak melupakan serta dapat mempertahankan dan mengembangkan akuntansi itu sendiri, terlebih di zaman yang semakin maju ini.








DAFTAR PUSTAKA

Ahmed Riahi, Belkaoui. 2000. Teori Akuntansi. Buku I. Jakarta: Salemba Empat.

Eldon S. Hendriksen & Michael F. Van Breda, 2000, Teori Akunting, Jakarta: Interaksara.

Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

H Kusnadi,  L Samsudin, Kertahadi, 2000, Teori Akuntansi, Malang: Universitas Brawijaya.

H.Z.A. Moechtar. 1995. Dasar-Dasar Akuntansi, Surabaya: Institut Dagang Muchtar.

Narsa, I Made. 2007. Struktur Meta Teori Akuntansi Keuangan (Sebuah Telaah dan Perbandingan antara FASB dan IASC). Jurnal Akuntansi dan Keuangan,  Vol. 9 No. 2, Hal 43-51.

Prasetya, Ferry Danu. (2012). Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol 1 (4), 1-7.

Soemarso S.R. 1990. Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta.

Suwaldiman. 2003. Critique To The Logic and The Normative Senses of Positive Accounting Theory. Kajian Bisnis dan Manajemen Vol. 6 No. 1, Hal 47-53.

Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.





No comments: