BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada perkembangan saat ini,
akuntansi dapat kita definisikan dengan mengacu pada konsep informasi.
Akuntansi adalah aktivitas jasa yang fungsinya menginformasikan informasi yang
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan.
Para
akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan
teori akuntansi. Untuk pengembangan sistem akuntansi tentunya perlu
pengembangan dari basis teorinya, sehingga sistem akuntansi tersebut bisa lebih
bermanfaat bagi pemakainya, lebih mudah mengembangkannya dan lebih mudah lagi
dalam memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang yang tentunya
berkaitan dengan praktik akuntansi itu sendiri. Teori akuntansi mengandung dua
kata, yaitu teori dan akuntansi. Teori sebagai
suatu susunan yang saling berkaitan dengan hipotesis, konsep dan prinsip
pragmatis yang membentuk kerangka acuan untuk suatu bidang. Teori
mencakup pertimbangan akan tujuan pelaporan eksternal, didasarkan pada
perspektif tertentu peran akuntansi, memprediksi teori akuntansi positif,
memprediksi bahwa kekuatan relatif dari kelompok pemangku kepentingan tertentu,
pemberian informasi akuntansi kepada orang-orang diluar organisasi, memprediksi
informasi akuntansi yang sah dan bahwa informasi akuntansi dapat digunakan
sebagai sarana untuk mendapatkan, mempertahankan teori legitimasi.
Tujuan
utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksi dan
menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi. teori didefinisikan
sebagai konsep, definisi, dan dalil yang menyajikan suatu pandangan sistematis
tentang fenomena, dengan menjelaskan hubungan antar variabel yang bertujuan
untuk menjelaskan serta memprediksi suatu fenomena.
Apresiasi penuh pada lingkup
akuntansi sekarang dan masa mendatang tergantung pada pemahaman teknik
akuntansi maupun struktur teori akuntansi dimana teknik diturunkan.
Pengembangan struktur teori akuntansi untuk memberikan justifikasi yang lebih
baik pada aturan-aturan dan teknik-teknik yang telah ada dimulai dengan
pengujian yang dilakukan oleh Paton tentang pondasi dasar akuntansi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari makalah ini adalah:
1.
Bagaimana
rumusan
tentang tujuan laporan keuangan?
2.
Bagaimana
konsep postulat
akuntansi yang dijabarkan
dari rumusan tujuan laporan keuangan?
3.
Bagaiman
konsep
teoritis akuntansi yang
dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan?
4.
Bagaimana
prinsip
dasar akuntansi, yang dijabarkan dari postulat dan konsep teoritis akuntansi?
5.
Bagaiamana
standar
atau teknik akuntansi yang
dirumuskan dari prinsip dasar akuntansi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan dari makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui
rumusan tentang tujuan laporan keuangan.
2. Mengetahui konsep postulat akuntansi yang dijabarkan dari rumusan tujuan
laporan keuangan.
3. Mengetahui
konsep teoritis akuntansi yang dijabarkan dari rumusan tujuan
laporan keuangan.
4. Mengetahui prinsip dasar akuntansi, yang dijabarkan
dari postulat dan konsep teoritis akuntansi.
5. Mengetahui
standar atau teknik akuntansi yang
dirumuskan dari prinsip dasar akuntansi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Elemen Struktur
Teori Akuntansi
Struktur teori akuntansi adalah elemen-elemen yang
saling terkait dan menjadi pedoman bagi pengembangan teori dan perumusan
standar atau teknik akuntansi. Elemen-elemen tersebut adalah:
1. Rumusan
tentang tujuan laporan keuangan.
2. Postulat
akuntansi, yang dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.
3. Konsep
teoritis akuntansi, yang dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.
4. Prinsip
dasar akuntansi, yang dijabarkan dari postulat dan konsep teoritis akuntansi.
5. Standar
atau teknik akuntansi, yang merupakan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan
sesuai dengan kebutuhan para pemakai, yang dirumuskan dari prinsip dasar
akuntansi.
B.
Tujuan Laporan Keuangan
Berikut
adalah rumusan tujuan laporan keuangan yang telah dijabarkan oleh AAA, APB, Trueblood
Committee Report dan FASB:
1.
ASOBAT
American
Accounting Association (AAA) adalah
sebuah organisasi akuntan pendidik yang bergungsi memfasilitasi dalam
pendidikan akuntansi dan memperlajari serta mengomentari masalah-masalah yang
terkait dengan standar akuntansi. Pada tahun 1966, AAA menerbitkan AStatement
of Basic Accounting Theory (ASOBAT) yang berisi tentang rumusan tujuan
akuntansi, yaitu:
v Membuat
keputusan mengenai penggunaan sumber daya yang terbatas dan menentukan sasaran
serta tujuan dari penggunaan sumber daya tersebut.
v Mengarahkan
dan mengendalikan sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya secara
efektif.
v Memelihara
dan melaporkan pengamanan atas sumber daya (Aktiva).
v Memfasilitasi
fungsi dan pengendalian sosial.
2. APB Statement No. 4
Accounting Principles Board (APB)
dibentuk oleh AICPA pada tahun 1959. Tujuan utama dari APB adalah
mengajukan rekomendasi secara tertulis mengenai prinsip akuntansi, menentukan
praktek akuntansi yang tepat, dan mempersempit celah perbedaan-perbedaan yang
ada serta ketidak-konsistenan yang terjadi dalam praktek akuntansi saat itu. Pada tahun 1970, APB menerbitkan
Statement No. 4 yang berjudul “Basic
Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statement Of Business
Enterprises”. Laporan ini berisi
tentang tujuan khusus dan tujuan umum laporan keuangan.
1) Tujuan
khusus laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 adalah menyajikan posisi
keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
2) Tujuan
Umum laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 adalah:
a) Memberikan
informasi yang terpecaya tentang sumber daya ekonomi (Aktiva) dan kewajiban
perusahaan, dengan maksud:
v Untuk
menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan.
v Untuk
menunjukkan posisi keuangan da investasi perusahaan.
v Untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya.
v Menunjukkan
kemampuan sumber daya yang ada untuk pertumbuhan perusahaan.
b) Memberikan
informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari
kegiatan usaha dalam mencari laba, dengan maksud:
v Memberikan
gambaran tentang jumlah deviden yang diharapkan pemegang saham.
v Menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada supplier, kreditur,
pegawai, pemerintah dan kemampuannya dalam mengumpulkan dana untuk kepentingan
ekspansi perusahaan.
v Memberikan
informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan
dan pengendalian.
v Menunjukkan
tingkat kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba jangka panjang.
c) Memungkinkan
untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilakan laba.
d) Memnerikan
informasi lainnya tentang perubahan aktiva dan kewajiban.
e) Mengungkapkan
informasi yang relavan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.
3.
Trueblood
Committee Report
Untuk
menyusun konsep yang menjelaskan tentang tujuan laporan keuangan, Presiden
AICPA saat itu (Marsall S. Amstrong) pada tahun 1971 membentuk tim perumus
tujuan laporan keuangan, yang dikenal dengan nama Trueblood Committee. Tim ini pada tahun 1973 berhasil merumuskan
tujuan laporan keuangan, yang dimuat dalam sebuah laporan yang berjudul ”Objectives
of Financial Statement”. Dalam laporan ini dirumuskan bahwa tujuan
laporan keuangan adalah:
v Tujuan
dasar laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna bagi
pengambilan keputusan ekonomi.
v Melayani
pemakai umum yang memiliki wewenang, kemampuan, atau sumber daya yang terbatas
untuk memperoleh informasi dan pihak-pihak yang mengandalkan laporan keuangan
sebagai sumber informasinya mengenai aktivitas ekonomi perusahaan.
v Memberikan
informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk pemakai untuk
memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi potensi arus kas berdasarkan
jumlah, waktu, dan ketidakpastian lainnya.
v Memberikan
informasi kepada pemakai untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
v Memberikan
informasi yang berguna untuk menilai kemampuan manajemen dalam memanfaatkan
sumber daya perusahaan secara efektif dan mencapai tujuan utama perusahaan.
v Memberikan
informasi yang factual dan dapat diinterprestasikan mengenai transaksi dan
peristiwa lainnya, yang diharapkan dapat berguna untuk memprediksi,
membandingkan, dan mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
v Memberikan
laporan tentang posisi keuangan perusahaan, yang diharapkan dapat berguna untuk
prediksi, membandingkan, dan mengevuasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba.
v Memberikan
laporan tentang laba periode (berkala), yang diharapkan dapat berguna untuk
prediksi, membandingkan, dan mengevuasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba.
v Memberikan
laporan tentang aktivitas keuangan perusahaan, yang diharapkan dapat berguna
untuk prediksi, membandingkan, dan
mengevuasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
v Memberikan
informasi yang berguna untuk proses peramalan.
v Tujuan
laporan keuangan bagi organisasi pemerintah dan organisasi yang bukan pencari
laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam mengevaluasi
aktivitas pengelolaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi.
v Melaporkan
aktivitas perusahaan yang mempengaruhi lingkungan social (masyarakat sekitar).
4.
SFAC
No. 1 dan No. 4
FASB
merupakan organisasi sector swasta yang bertanggung jawab dalam pembentukan
standar akuntansi di Amerika saat ini. FASB didirikan pada tahun 1973,
menggantikan APB. Pada tahun 1976, FASB mulai mengembangkan kerangka kerja
konseptual yang menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan
masalah kontroversi pelaporan keuangan. Fungsi utama FASB adalah menpelajari
masalah akuntansi terkini dan menetapkan standar akuntansi. FASB juga
menerbitkan Statement of Accounting
Concepts (SFAC) yang memberikan kerangka kerja konseptual dimana
memungkinkan untuk dikembangkannya standar akuntansi khusus. Pada
tahun 1978, FASB menerbitkan SFAC No. 1 yang berjudul “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”. Laporan ini memuat tentang rumusan
tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba (profit Organization), yaitu:
v Memberikan
informasi yang berguna bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya dalam
membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit dan lainnya.
v Memberikan
informasi untuk membantu investor atau calon investor dan kreditur serta
pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari
deviden atau bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham, dan
pinjaman yang jatuh tempo.
v Memberikan
informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim atas aktiva, dan
pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva dan kewajiban.
v Memberikan
informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu periode.
v Memberikan
informasi tentang bagaimana perusahaan mendaparkan dan membelanjakan kas,
tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal
termasuk deviden dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan tentang
factor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
v Memberikan
informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan
perusahaan kepada pemilik atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah
dipercayakan kepadanya.
v Memberikan
informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses pengambilan
keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan.
Pada tahun 1980, FASB No. 4 yang berjudul “Objectives of Financial Reporting by
Non-Business Organization”. Laporan ini memuat tentang rumusan tujuan
keuangan untuk organisasi yang bukan pencari laba (non-profit organization), yaitu:
1. Sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi seumber daya (aktiva)
perusahaan.
2. Untuk
menilai kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan kepada publik.
3. Untuk
menilai bagaimana manajemen melakukan pembiayaan dan investasi.
4. Memberikan
informasi tentang sumber daya (aktiva), kewajiban, dan kekayaan perusahaan,
serta perubahannya.
5. Memberikan
informasi tentang kinerja organisasi.
6. Memberikan
informasi tentang kemampuan organisasi dalam melunasi kewajiban jangka
pendeknya.
7. Memuat
penjelasan dan penafsiran manajemen.
C.
Postulat
Akuntansi
Postulat
akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri
(aksioma), yang sudah diterima karena kesesuiannya denga tujuan laporan
keuangan, dan menggambarkan aspek ekonomi, politik, social, dan hukum dari
suatu lingkungan dimana akuntansi berada.
1.
Postulat Entitas
Postulat entitas mengatakan bahwa setiap
perusahaan merupakan unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya
dan perusahaan lain.
v
Postulat
entitas menurunkan bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek,
peristiwa dan atribut peristiwa yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan.
v
Entitas
akuntansi adalah mendefinisikan sebagai unit ekonomi yang bertanggung jawab
atas aktivitas ekonomi dan pengendalian administratif atas unit.
v
Entitas
akuntansi juga dapat diartikan dalam kerangka kepentingan ekonomi berbagai
pemakai.
Implikasinya:
v Dibedakan anatar transaksi bisnis dan induvidu.
v Mengakui tanggung jawab pelayanan manajemne pada pemegang saham.
v Pengetrapan segmen perusahaan (seperti) divisi atau beberapa perusahaan
seperti konsolidasi perusahaan yang saling terkait).
v Akuntansi sumber daya manusia, sosio ekonomi, kos modal akan semakin mudah
masuk dalam laporan keuangan.
2.
Postulat Kelangsungan Usaha
Postulat Kelangsungan
Usaha atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus
beroperasi untuk melaksanakan proyek, komitmen, dan aktivitas yang sedang
berjalan.
Implikasinya:
v
Jika entitas
memiliki kehidupan yang terbatas, maka laporan yang sesuai akan akan
menspesifikasi data terminal dan sifat likuidasi.
v
Menjustifikasi
penilaian asset dengan dasar non likuidasi dan menyediakan dasar untuk
akuntansi depresiasi
v
Harapan
tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer untuk melihat ke depan dan
memotivasi investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan.
3. Postulat
Unit Pengukur
Postulat unit
pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan proses
mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter.
Implikasinya:
v Akuntansi terbatas untuk memprediksi informasi yang dinyatakan dalam satuan
moneter, tidak mencatat dan mengkomunikasikan informasi lain yang relevan namun
bersifat non moneter.
v Postulat unit mengukur menganggap bahwa daya beli uang adalah stabil
sepanjang waktu atau perubahannya tidak signifikan.
4.
Postulat Periode Akuntansi
Laporan keuangan yang
menggambarkan perubahan dalam kesejateraan perusahaan seharusnya diungkapkan
secara periodik.
Implikasinya:
v
Panjangnya
periode waktu dapat bervariasi, tetapi hokum pajak Penghasilan yang
mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan, dan praktik bisnis
tradisional menggunakan periode normal satu tahun.
v
Penggunaan
akrual dan tangguhan dalam pembuatan posisi
D.
Konsep
Teoritis Akuntansi
Konsep
teoritis akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya
sendiri (aksioma), yang sudah diterima umum karena kesesuaiannya dengan tujuan
laporan keuangan, dan menggambarkan sifat-sifat akuntansi yang berpean dalam
ekonomi bebas yang ditandai dengan adanya pengakuan terhadap kepemilikan
pribasi. Terdapat sejumalah konsep teori yang dipakai dalam perumusan prinsip
dasar akuntansi, yaitu:
1.
Proprietory Theory
|
Menurut
konsep teori ini, entitas hanyalah merupakan agen atau wakil dari pemilik (Proprietor). Karena itu, yang menjadi
pusat perhatian dari pencatatan akuntansi dan penyajian laporan keuangan adalah
pemilik, bukan entitas. Tujuan
utama dari konsep teori ini adalah menentukan dan menganalis besarnya kekayaan
bersih yang menjadi hak pemilik. Maka persamaan akuntansinya dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Aktiva – Kewajiban = Entitas Pemilik
|
2.
Entity Theory
|
Menurut
konsep teori ini, entitas (perusahaan) merupakan badan dan harus dibedakan dari
pemilik. Yang menjadi pusat perhatian dari pencatatan akuntansi dan penyajian
laporan keuangan adalah entitas, bukan pemilik. Entitas dianggap memilki
kekayaan, dan juga kewajiban kepada kreditur maupun pemegang saham. Menurut
teori ini, pesamaan akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang Saham
|
3.
Fund Theory
|
Menurut
konsep teori ini, yang menjadi ousat perhatian dari pencatatan akuntansi dan
penyajian laporan keuangan adalah bukan pemilik maupun entitas, melainkan
sekelompok aktiva yang penggunaanya dibatasi untuk membayar atau memenuhi
sejumlah kewajiban tertentu. Aktiva yang dibatasi penggunaanya dinamakan Fund. Menurut konsep ini
persamaan akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Aktiva = Pembatasan Aktiva
|
4.
Enterprise Theory
Menurut
konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dalam penyajian informasi
akuntansi adalah pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut konsep teori ini, pelaporan
akuntansi jangan hanya menyediakan informasi untuk pemilik saja, tetapi juga
ditujukan untuk pihak-pihak lainnya yang telah turut memberikan kontribusi
(langsung maupu tidak langsung) bagi perkembangan, kemajuan, dan kesinambungan
perusahaan.
5.
Residual Equity Theory
Menurut
konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dalam penyajian laporan keuangan
adalah pemegang saham biasa. Investor saham biasa merupakan pemilik perusahaan
sesungguhnya dalam perusahaan perseorangan (corporation).
Investor saham biasa memiliki bagian atau hak kepemilikan sisa (residu) atas
aktiva perusahaan, setelah hak hak kreditur dan pemeganga saham preferen
dipenuhi. Menurut konsep ini, persamaan akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Aktiva
– Kewajiban – Ekuitas Preferen = Ekuitas Residu
|
6.
Comander Theory
Menurut
konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari penyajian informasi
akuntansi adalah bukan pada pemilik maupun entitas, melainkan pada pihak-pihak
yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan pengendalian ekonomi
secara efektif atas sumber daya perusahaan.
7.
Investor Theory
Menurut
konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari penyajian informasi
akuntansi adalah mereka yang tergolong sebagai Specific equity (para kreditur dan pemegang saham preferen) dan Residual
Equity (pemegang saham biasa). Menurut konsep teori ini, persamaan
akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Aktiva
= Ekuitas Khusus + Ekuitas Residu
|
E.
Prinsip
Dasar Akuntansi
Prinsip
dasar akuntansi adalah prinsip atau sifat-sifat yang mendasari akuntansi dan
seluruh outputnya, termasuk laporan keuangan yang dijabarkan dari tujuan
laporan keuangan, postulat akuntansi, dan konsep toeritis akuntansi, serta
menjadi dasar dalam pengembangan teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai
dalam menyusun laporan keuangan. Berikut
ini adalah 9 (Sembilan) prinsip dasar akuntansi menurut APB Statement No. 4:
1)
Cost Principle
Prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum mengahruskan sebagian besar aktiva dan kewajiban
diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga perolehan (biaya historis).
Menurut APB Statement No. 4, Harga
Perolehan (biaya Historis) didefinisikan sebagai suatu jumlah tertentu yang
diukur dalam bentuk uang dari kas yang dibelanjakan, atau barang lain yang
diserahkan, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau utang yang
dibebankan sebagai imbalan dari barang dan jasa yang diterima, atau akan diterima. Harga Perolehan dibedakan menjadi 2
macam, yaitu:
v Expired Cost,
adalah pengeluaran yang telah menjadi beban (melalui penerimaan manfaat dalam
periode berjalan dan beban ini akan dikurangkan atau ditandingkan langsung
dengan pendapatan periode berjalan.
v Unexpired Cost, adalah
pengeluaran-pengeluaran yang belum menjadi beban dalam periode berjalan, akan
tetapi ditangguhkan terlebih dahulu sebagai aktiva dan baru akan menjadi beban
untuk pemakaian manfaat dalam periode akuntansi berikutnya.
2)
Revenue Principle
Pada
umumnya, Pendapatan ditafsirkan sebagai:
v Arus
kas masuk aktiva bersih sebagai akibat penjualan barang dan jasa,
v Arus
kas keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada pelanggan, dan
v Produksi
perusahaan sebagai akibat dari semata-mata penciptaan barang dan jasa oleh
perusahaan selama periode tertentu.
Perbedaan dalam penafsiran ini timbul karena adanya 2
(dua) pandangan yang berbeda mengenai apa yang termasuk pendapatan, yaitu:
v Secara
Luas, Pendapatan adalah seluruh perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, yang
timbul dari kegiatan produksi (penjualan barang dan pemberian jasa), dan dari
keuntungan yang berasal dari penjualan aktiva dan hasil investasi lainnya.
v Seacara
Sempit, Pendapatan hanya berasal dari kegiatan produksi saja, tidak termasuk
keuntungan yang berasal dari penjualan aktiva dan investasi. Pandangan ini
membedakan istilah pendapatan dengan keuntungan. AAA pada tahun 1957
mendefinisikan laba bersih (net income)
sebagai berikut: “Kelebihan
pendapatan dibandingkan dengan beban, ditambah atau dikurangi dengan keuntungan
atau kerugian perusahaan yang berasal dari penjualan, atau penggantian aktiva
lainnya.”
3)
Macthing Principle
Untuk
menentukan besarnya jumlah pendapatan dan beban secara tepat dalam periode yang
tepat, terdapat 2 pilihan yang tersedia yang dapat dijadikan sebagai dasar
dalam pencatatan oleh akuntan, yaitu:
vCash Basis,
merupakan Pendapatan dan Beban akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dalam
periode dimana uang kas diterima (untuk pendapatan), atau uang kas keluar
(untuk beban).
vAccrual Basis, baik
pendapatan maupun beban akan dilaporkan dalam laopran laba rugi dalam periode
dimana pendapatan dan beban tersebut terjadi, tanpa memperhatikan arus kas
masuk ataupun arus kas keluar.
Dengan Accrual Basis, beban-beban yang terkait dengan penciptaan
pendapatan haruslah dilaporkan dalam periode yang sama dimana pendapatan
tersebut juga diakui. Konsep akuntansi yang mendukung pelaporan pendapatan dan
beban yang terkait dalam periode yang sama dinamakan sebagai konsep Penandingan
(Macthing Concept).
4) Objectivity
Principle
Prinsip ini
sesungguhnya memiliki keterkaitan langsng dengan Cost Principle (prinsip harga perolehan). Harga perolehan memiliki
keunggulan dibandingkan dengan atribut pengukuran lainnya, yaitu lebih dapat
dihandalkan. Secara umum, pengguna laporan keuangan lebih memilih menggunakan
biaya historis karena memberikan tolak ukur yang lebih dapat dipercaya
(Objektif). Harga perolehan akan memberikan angka yang sama bagi siapapun juga
orangnya yang diminta untuk melaporkan harga beli dari sebuah aktiva yang sama.
Objectivity dianggap sebagai suatu
ukuran yang dapat diverifikasi kebenarannya (keabsahannya) berdasarkan pada
bukti yang ada.
5)
Consistency Principle
Menurut prinsip ini, transaksi dan
peristiwa ekonomi yang sejenis harus dicatat dan dilaporkan dengan cara yang
sama dari suatu periode ke
periode berikutnya. Apabila
sebuah perusahaan menerapkan perlakuan akuntansi yang sama untuk
kerjadian-kejadian yang serupa dari periode ke periode, maka perusahaan
tersebut dianggap konsisten dalam menerapkan standar akuntansinya.
6)
Disclosure Principle
Agar pelaporan keuangan menjadi lebih
efektif dan tidak menyesatkan, seluruh informasi yang relavan seharusnya
disajikan dengan cara tidak memihak, dapat dipahami, dan tepat waktu (full Disclosure principle). Prinsip pengungkapan penuh
mengindikasikan agar laporan keuangan dirancang dan disajikan sedemikian rupa
(berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum)sebagai kumpulan gambaran dari
transaksi dan peristiwa ekonomi yang memperngaruhi perusahaan untuk satu
periode, dan berisi cukup informasi yang mudah dipahami serta tidak membuat
pemakai umum maupun investor dan kreditur menjadi salah tafsir.
7)
Conservatism Principle
Menurut
prinsip ini, ketika kerugian terjadi maka seluruh keugian tersebut akan
langsung diakui meskipun belum terealisasi, akan tetapi ketika keuntungan terjadi
maka keuntungan yang belum terealisasi tidaklah akan diakui. prinsip ini
menggambarkan sikap pesimis sewaktu memilih metode akuntansi yang akan
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Bahkan menurut FASB, prinsip
konservatisme ini timbul sebagai reaksi atau sikap kehati-hatian akuntan
terhadap ketidakpastian.
8)
Materiality Principle
Materialitas
berkaitan dengan dampak dari suatu item terhadap hasil operasi dan keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Dalam APB Statement
No. 4, secara jelas disebutkan bahwa laporan keuangan hanya berisi
informasi yang dianggap cukup penting (material) dalam mempengaruhi penilaian
dan keputusan. Materialitas merupakan masalah pertimbangan professional, dimana
pos-pos tertentu akan dianggap material jika informasi yang terkandung
didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan.
9)
Uniformity Comparability Principle
Informasi
tentang sebuah perusahaan akan menjadi lebih berguna jika dapat diperbandingkan
dengan informasi serupa menyangkut perusahaan lain pada periode waktu yang sama
atau dengan informasi serupa dari perusahaan yang sama pada periode waktu yang
berbeda. Informasi dari berbagai perusahaan dianggap memiliki daya banding jika
telah diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama. Komparabilitas memungkinkan
pemakai mengindentifikasikan persamaan dan perbedaan yang nyata dalam peristiwa
ekonomi antar perusahaan.
Komparabilitas
data akuntansi untuk perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda
memerlukan konsistensi. Komparabilitas mengharuskan peristiwa yang sama
diperlakukan dengan cara yang sama dalam laporan keuangan dari perusahaan yang
berbeda pada periode waktu yang sama (memerlukan keseragaman metode) dan untuk
perusahaan tertentu/perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda
(memerlukan konsistensi).
F.
Standar
(Teknik) Akuntansi
Standar
atau teknik akuntansi adalah peraturan-peraturan khusus yang dijabarkan dari
prinsip dasar akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana standar perrlakuan
catatan dan pelaporan terhadap semua transaksi dan peristiwa ekonomi yang
terjadi dalam perusahaan. Standar
ini diperlukan sebagai patokan dalam penyusunan laporan keuangan yang baku.
Dengan adanya standar ini, pihak manajemen selaku pengelola dana dan aktivitas
perusahaan dapat mencatat, mengikhtisarkan, dan melaporkan seluruh hasil
kegiatan operasional maupun financial perusahaan secara baku dan transparan.
Standar
akuntansi mencakup konvensi, peraturan dan prosedur yang telah disusun dan
disahkan oleh sebuah lembaga resmi (badan pembentuk standar) pada saat
tertentu. Belkaoli (1985)
mengemukakan pentingnya standar akuntansi yang baku, yaitu:
1) Dapat
menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan kegiatan perusahaan
yang dapat dipercaya kebenarannya dan memiliki daya banding,
2) Memberikan
pedoman bagi akuntan dalam melaksanakan pekerjaannya secara hati-hati dan
independen.
3) Memberikan
database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap penting
dalam menghitung pajak penghasilan, peraturan tentang perusahaan, perencanaan
dan pengaturan ekonomi, dan peningkatan efiesiensi ekonomi, serta tujuan-tujuan
makro lainnya.
4) Menarik
perhatian parah ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.
G.
Review Jurnal
=================================================
Jurnal
1 : Critique To The Logic and The Normative Senses of
Positive Accounting Theory
Penulis : Suwaldiman
Volume : Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No. 1, Hal. 47 - 53
Bulan : 2003
==========================================================
Sifat dari Teori Akuntansi Positif
Ide dasar dari PAT adalah mengacu
kepada ide Popper mengenai apa itu teori dalam
ilmu (Boland & Gordon, 1982,
hal. 145). Fungsi teori adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi tentang suatu bidang atau fenomena yang sedang diamati. Selain
itu, fungsi teori adalah untuk menjawab apa dan mengapa
tidak apa yang seharusnya atau bagaimana melakukannya.
Teori akuntansi
positif terungkap perdebatan dengan Watts dan Zimmerman buku ”Teori
Akuntansi Positif”. Mengacu pada gagasan Popper, hal
ini diklaimbahwa tujuan teori akuntansi adalah untuk menjelaskan
dan memprediksi praktek akuntansi (Watts dan Zimmerman, 1986, hal. 2). Selanjutnya, mereka
berpendapat bahwa definisi mereka tentang praktek akuntansi yang
luas didasarkan pada alasan bahwa perkembangan dan
sifat akuntansi terkait erat
dengan audit, praktek audit dimasukkan sebagai bagian
dari praktek akuntansi (Watts dan Zimmerman, 1986, hal. 2). Mereka memberikan alasan untuk
praktek diamati, yaitu mengapa perusahaan menggunakan metode LIFO daripada FIFO.
Selain itu, tujuan dari PAT adalah
untuk memberikan penjelasan dan prediksi yang berguna bagi pihak dalam menarik
informasi akuntansi untuk memaksimalkan kekayaan mereka (yaitu praktik
akuntansi berakar pada tujuan manajer) (Williams, 1989, hal. 455). Oleh karena
itu, untuk mencapai tujuan ini, penelitian akuntansi harus dilakukan secara
empiris untuk mengembangkan PAT. Selanjutnya, agar PAT memiliki arti, harus
mengandung setidaknya satu premis atau proposisi yang memungkinkan atribusi
kausal. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa PAT didasarkan pada asumsi bahwa
individu bertindak untuk memaksimalkan utilitas mereka sendiri (Williams, 1989,
hal. 458).
Teori Akuntansi Normatif
Teori normatif yang
dominan dikembangkan pada tahun 1950-an dan 1960-an (Deegan, 2003,
hal. 92). Tujuan utama dari teori akuntansi normatif adalah untuk
memberikan arahan kepada individu untuk memungkinkan mereka untuk
memilih kebijakan akuntansi yang paling tepat sesuai keadaan (Deegan, 2003,
hal. 90). Oleh karena itu, hasil penelitian akuntansi normatif harus
memberikan penjelasan untuk menginformasikan orang lain tentang
pendekatan akuntansi yang optimal untuk mengadopsi dan
mengapa pendekatan khusus ini dianggap optimal.
Penelitian akuntansi normatif telah
menghasilkan teori akuntansi yang relevan untuk
pengaturan standar pelaporan keuangan (Mozes, 1992, hal. 93). Dalam hal
ini, FASB mengartikan penelitian akuntansi normatif sebagai
permintaan bagi para peneliti akuntansi untuk menyelidiki kualitas keputusan
spesifik yang dibuat oleh badan penyusun standar berdasarkan data akuntansi
(Mozes, 1992, hal. 93). Contoh sukses dari teori akuntansi normatif adalah
kerangka kerja konseptual untuk pelaporan keuangan yang diterbitkan
oleh FASB.
Pendukung teori akuntansi
normatif menyatakan bahwa standar akuntansi harus berasal dari
norma-norma atau konsep tertentu, sehingga, standar akuntansi akan konsisten,
sistematis, logika dan membentuk seperangkat aturan. Norma-norma atau
konsep adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dan norma dasar dalam proses penetapan standar.
Kritik Terhadap Logika dari Teori Akuntansi Positif
Tujuan
utama dari PAT adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktek
akuntansi dengan membuat sejumlah asumsi tentang perilaku
manusia. Diasumsikan bahwa tindakan individu didasarkan pada upaya
untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka (Deegan, 1997,
hal. 64). Dalam hal ini PAT tidak
memberikan penjelasan untuk akuntansi bagaimana memaksimalkan kesejahteraan.
Watts dan Zimmerman menyatakan bahwa PAT berkaitan
dengan menjelaskan praktek akuntansi. Hal ini dirancang untuk
menjelaskan dan memprediksi metode akuntansi yang dipergunakan oleh
perusahaan (Watt& Zimmerman, 1986, hal. 7).
Tampaknya PAT tidak memiliki
peran untuk mempengaruhi masyarakat karena
telah dibatasi untuk menjelaskan dan memprediksi. Bebas
nilai diklaim oleh pendukung PAT telah membatasi bahwa
penelitian akuntansi positif dan hasilnya hanya untuk untuk menjelaskan dan memprediksi, tapi tidak
menyarankan metode mana yang harus diadopsi oleh para
manajer untuk memaksimalkan kekayaan mereka. Logikanya, di
bawah kondisi ekstra biasa seperti inflasi tinggi, manajer perlu
memiliki metode terbaik untuk memaksimalkan kekayaan
mereka. Oleh karena itu PAT masih menyisakan pertanyaan yang
belum terjawab dan kebingungan untuk manajer. Cukup memberikan
deskripsi, penjelasan dan
prediksi fenomena akuntansi memberikan manfaat sedikit sosial
dan tidak memajukan disiplin akuntansi.
Tingkat universalitas PAT
juga dipertanyakan. Teori harus bersifat universal karena dikembangkan dibawah
objektivitas (bebas nilai). Teori di PAT dikembangkan dalam penelitian positif
yang mengasumsikan bahwa tindakan individu untuk memaksimalkan
kesejahteraan mereka. Hipotesis diuji dengan
asumsi umum yang bias dan dirancang subyektif. Berikut ini
adalah tanggapan pertanyaan umum untuk asumsi yang
dibuat oleh para peneliti PAT (Neu,1997,
hal 56.): Apakah manajer benar-benar berperilaku dalam mementingkan diri
sendiri? Oleh karena itu, PAT gagal untuk menjelaskan
dan memprediksi praktek yang tidak memenuhi asumsi. Dalam hal ini PAT
tampaknya tidak menjadi teori karena kadang-kadang tidak universal.
Arti Normatif dari Teori Akuntansi Positif
Tidak dapat dipungkiri
bahwa akuntansi bukan ilmu murni seperti fisika, biologi, matematika, kimia, dll. Akuntansi
merupakan ilmu terapan. Klaim
oleh Watts dan Zimmerman bahwa PAT adalah untuk
menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi sangat berbeda dengan kualifikasi
Popper mengenai teori yang tepat diterapkan untuk ilmu
murni tidak untuk ilmu terapan. Ilmuwan
menerapkan penggunaan penelitian ilmu murni untuk
mengembangkan nilai tetapi tidak membuat ilmu
terapan menjadi ilmu murnidan bebas dari nilai.
PAT adalah bebas
dari nilai seperti yang diklaim oleh Watts dan Zimmerman. Teori akuntansi dikembangkan
menjadi konsep akuntansi, standar dan prosedur. Ini akan
sangat berarti jika teori akuntansi tidak
memiliki tujuan-orientasi tersebut. Selanjutnya, Tinker et al (1982,
hal. 167) mencatat bahwa PAT terbukti menjadi ilusi karena
penelitian di bidang akuntansi (atau ilmu apapun) tidak
bisa bebas nilai. Oleh karena itu akuntansi harus memainkan
peran penting dalam mencapai kesejahteraan sosial dan tidak
dapat dicapai dengan hanya memberikan penjelasan
dan prediksi. Hal ini jelas bahwa
jika PAT masih di
bidang akuntansi tidak akan membebaskan nilai, tetapi
juga sarat nilai.
Akuntansi harus memainkan
peran penting dalam memaksimalkan kesejahteraan sosial. Akuntansi
merupakan alat untuk mencapai tujuan sosial, yaitu, tujuan
ekonomi nasional di negara di
mana akuntansi diterapkan. Oleh karena itu,
struktur akuntansi di negara tertentu sangat
mungkin berbeda dari negara lain. Standar akuntansi harus
dikembangkan untuk mempengaruhi distribusi kekayaan masyarakat.
Telah dikemukakan bahwa
akuntansi memainkan peran penting dalam
mencapai distribusi kesejahteraan sosial, bukan
hanya menjelaskan atau memprediksi praktek
akuntansi. Akhirnya, bisa dikatakan bahwa jika akuntansi
bebas nilai, hanya menjelaskan dan memprediksi praktek
akuntansi, akuntansi akan menjadi tidak berarti dan tidak
melakukan apapun dalam mencapai kesejahteraan sosial.
Kesimpulan
Jelaslah bahwa ”penjelasan, prediksi, kenetralan, dan
bebas nilai” seperti yang diklaim dalam teori akuntansi
positif telah membatasi teori akuntansi dan praktek dalam
mendukung distribusi kesejahteraan sosial. Praktek akuntansi
harus mencapai tujuannya yang tidak mewakili realitas
ekonomi dengan cara ilmiah
murni, tapi perkiraan itu pragmatis atas
dasar norma-norma tertentu.
Sayangnya, pendukung PAT tampaknya tidak
mau melihat bukti yang mendukung pandangan
bahwa akuntansi akademik merupakan disiplin ilmu terapan. Akuntansi
harus memainkan peran penting peran dalam mencapai maksimalisasi individu
dan kesejahteraan sosial. Oleh karena, itu mustahil bagi
akuntansi untuk bebas nilai. Peneliti akuntansi harus
mengembangkan teori akuntansi yang fokus dalam
distribusi kesejahteraan sosial.
Pendapat Mengenai Jurnal
Tulisan Suwaldiman ini membahas
mengeni kritik terhadap teori akuntansi positif (PAT). Suwaldiman membahas
logika dan arti normatif dari PAT. Dalam tulisannya, Suwaldiman berpendapat
bahwa PAT tidak lebih baik dari bentuk teori yang lain dan hanya menjelaskan
atau memprediksi praktek-praktek akuntansi yang berkembang saat ini.
Masalah konstruksi teori
akuntansi telah mengarah pada perdebatan pendekatan
deduktif dengan pendekatan induktif dan dua
aliran teori akuntansi positif dengan teori
akuntansi normatif. Teori akuntansi positif menghasilkan
penelitian yang didasarkan pada pengamatan empiris dan kemudian berdasarkan pada
pendekatan induktif, teori dibangun.
Para
pendukung akuntansi positif mengklaim bahwa mereka bebas nilai dalam menjelaskan
dan memprediksi praktek akuntansi. Di sisi lain, teori
akuntansi normatif dibangun berdasarkan
pendekatan normatif. Para pendukung normatif berpendapat bahwa teori
akuntansi harus mendorong praktek sesuai dengan tujuan dari teori (yaitu, standar
akuntansi dan prosedur), sehingga tujuan teori akan tercapai. Tulisan
Suwaldiman ini dimulai dengan menjelaskan sifat positif dan teori akuntansi
normatif kemudian pembahasan ditekankan pada kritik dengan logika penelitian
akuntansi positif dan indra normatif dari teori akuntansi
positif.
=================================================
Jurnal
2 : Struktur Meta Teori Akuntansi Keuangan (Sebuah Telaah
dan Perbandingan antara FASB dan IASC)
Penulis
: I Made Narsa
Volume : Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 2,
Hal. 43-51
Bulan : November, 2007
==========================================================
Tujuan Penelitian
Untuk
membahas struktur meta teori yang dipergunakan oleh FASB dan IASC dalam
mengembangkan rerangka konseptual, menelaah perbedaan-perbedaan mendasar,
menganalisis hambatan-hambatan yang dialami serta mengidentifikasi upaya-upaya
yang harus dilakukan agar IFRS diterapkan oleh negara-negara anggota.
Metode Penelitian: Komparatif
Hasil Penelitian
Model kerangka konseptual FASB ini
mencakup empat komponen dasar, yaitu:
a. Tujuan pelaporan keuangan yang
dituangkan pada SFAC No. 1 dan SFAC No. 4.
b. Kriteria kualitas informasi yang
dituangkan pada SFAC No. 2.
c. Elemen-elemen laporan keuangan yang
dituangkan pada SFCA No. 6 (pengganti SFAC No. 3).
d. Pengukuran dan Pengakuan yang
dituangkan pada SFAC No. 5.
Model ini dirancang dengan cukup
luas dan mencakup perusahaan bisnis dan nonbisnis. Rerangka ini merupakan dasar
teoritis bagi FASB dalam mengembangkan standard akuntansi keuangan (Statement of Financial Accounting Standard)
di Amerika Serikat.
Standar-standar tersebut berkenaan
dengan pengukuran aktivitas ekonomi, penentuan waktu kapan pengukuran dan
pencatatan harus dilakukan, ketentuan pengungkapan mengenai aktivitas tersebut,
penyiapan dan penyajian ringkasan aktivitas ekonomi tersebut dalam bentuk
laporan keuangan. Kerangka dasar konseptual IASC memuat lima unsur utama,
yaitu:
1)
Tujuan
laporan keuangan yang dituangkan dalam paragraf 12-21.
2)
Asumsi
dasar dituangkan pada paragraf 22-23, dan konsep modal dan pemeliharaan modal
yang dituangkan pada paragraf 102-110.
3)
Karakteristik
kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan yang
dituangkan pada paragraf 24-46.
4)
Elemen-elemen
laporan keuangan yang dituangkan pada paragraf 47-81.
5)
Definisi,
pengakuan dituangkan pada paragraf 82-98, dan pengukuran unsur-unsur yang
membentuk laporan keuangan dituangkan pada paragraf 99-101.
Kerangka dasar ini dimaksudkan
sebagai acuan bagi komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam
pengembangan standar akuntansi keuangan dimasa depan dan dalam peninjaun
kembali terhadap standar akuntansi keuangan yang berlaku.
Kesimpulan
Penerapan IFRS ternyata mengalami
hambatan yang sangat serius, karena banyak sekali terdapat perbedaan antar
negara-negara anggota, baik dalam bidang sosial, budaya, hukum, ekonomi,
politik, pendidikan, sistem pemerintahan, sistem pajak, dan lain sebagainya.
Karakteristik dan tingkatan yang
berbeda antar negara merupakan hambatan mendasar yang dihadapi dalam proses
harmonisasi standar akuntansi keuangan. Hambatan lain yang muncul adalah adanya
perbedaan kebutuhan dan keinginan antara Negara maju dengan yang belum maju dan
antara Negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya sangat tinggi dan Negara
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah bahkan sangat rendah. Yang
harus dilakukan oleh IASC sebagai badan penyusun standar akuntansi interasional
adalah membuat para anggota merasa butuh menerapkan IFRS.
Pendapat Mengenai Jurnal
Dengan adanya penelitian ini kita
dapat mengetahui adanya hambatan-hambatan yang dialami serta upaya-upaya apa
saja yang harus dilakukan agar IFRS diterapkan oleh negara-negara internasional
dalam meta teori yang dipergunakan oleh FASB dan IASC dalam mengembangkan
kerangka konseptual.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aturan dan
teknik akuntansi yang ada didasarkan pada pondasi teori akuntansi. Pondasi ini
dibentuk dari elemen-elemen hirarki yang berfungsi sebagai kerangka acuan atau
struktur teoritis. Pendekatan dan metodologi apapun yang digunakan dalam
penyusunan teori akuntansi, rerangka acuan atau struktur teori yang dihasilkan
didasarkan pada serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan
teknik akuntansi. Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen sebagai
berikut:
1.
Pernyataan
tujuan laporan keuangan
2.
Pernyataan
postulat dan konsep teroritis akuntansi yang terkait dengan asumsi-asumsi
lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep teoritis diturunkan
dari pernyataan tujuan
3.
Pernyataan
tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan konsep
teroritis
4.
Batang tubuh
teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi Pemahaman
terhadap elemen-elemen ini dan hubungan teori akuntansi menjamin pemahaman
terhadap alasan balik praktik aktual dan masa mendatang.
Laporan keuangan yang disajikan dalam laporan akuntansi formal semata-mata
merupakan refleksi penerapan struktur teori akuntansi. Perbaikan isi dan format
laporan keuangan berkaitan dengan perbaikan struktur teoritis akuntansi.
B. Saran
Penulis mengharapkan kepada semua
pihak yang terutama pihak yang terkait dengan langsung agar dapat menggunakan akuntansi
sebagaimana mestinya. Lebih dari itu, penulis mengharapkan agar tidak melupakan
serta dapat mempertahankan dan mengembangkan akuntansi itu sendiri, terlebih di
zaman yang semakin maju ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed Riahi, Belkaoui. 2000. Teori
Akuntansi. Buku I. Jakarta: Salemba Empat.
Eldon S. Hendriksen & Michael F. Van Breda,
2000, Teori Akunting, Jakarta: Interaksara.
Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
H
Kusnadi, L Samsudin, Kertahadi, 2000, Teori
Akuntansi, Malang: Universitas Brawijaya.
H.Z.A. Moechtar. 1995. Dasar-Dasar
Akuntansi, Surabaya: Institut Dagang Muchtar.
Narsa,
I Made. 2007. Struktur Meta Teori
Akuntansi Keuangan (Sebuah Telaah dan Perbandingan antara FASB dan IASC). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Hal 43-51.
Prasetya,
Ferry Danu. (2012). Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Di Indonesia.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol 1 (4), 1-7.
Soemarso
S.R. 1990. Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta.
Suwaldiman.
2003. Critique To The Logic and The
Normative Senses of Positive Accounting Theory. Kajian Bisnis dan Manajemen
Vol. 6 No. 1, Hal 47-53.
Suwardjono.
2002. Akuntansi Pengantar, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment