Temuan secara empiris adalah untuk membuktikan bagaimana praktek konservatisme didalam dunia nyata. Bagaimanakah secara nyata konservatisme berperanan dalam praktek akuntansi dan bagaimana pengaruhnya bagi para pengambil keputusan yang menggunakan akuntansi dengan penerapan konservatisme di dalamnya. Untuk itu dicoba untuk dirangkum beberapa hasil penelitian mengenai konservatisme.
A. Penelitian di Luar Negeri
1. Basu (1997) menyelidiki konservatisme di US pada 4 periode waktu 1963-1966 (low); 1967-1975 (high); 1976-1983 (low); 1983-1990 (high) yang berbeda tingkat terdapatnya litigation growth pada periode tersebut dan menemukan bahwa peningkatan konservatisme secara signifikan terjadi pada 2 masa periode litigation growth yang tinggi dan tidak terdapat peningkatan di dalam konservatisme pada periode litigation growth yang rendah. Ball et al. (2000) dengan data dari tahun 1985-1995 menemukan bahwa earnings dari perusahaan yang berada di negara yang bersifat common law (untuk memudahkan pemahaman: penentuan bersalah atau tidak bersalah dilakukan oleh kumpulan juri) lebih konservatif dibanding perusahaan di negara yang bersifat code law (untuk memudahkan pemahaman: penentuan salah atau tidak bersalah dilakukan oleh kumpulan hakim).
2. Beatty et al. (2007) menemukan bahwa kontrak dimodifikasi dengan klausul income escalators menjadi lebih mungkin diterapkan ketika biaya keagenan dari hutang cenderung lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa modifikasi dari kontrak digunakan untuk memenuhi kebutuhan dari pemberi hutang akan konservatisme. Sedangkan LaFond dan Watts (2008) menemukan bukti empiris bahwa asimetri informasi berhubungan positif signifikan dengan konservatisme setelah melakukan kontrol terhadap hal-hal lain yang membutuhkan konservatisme dan lebih lanjut, perubahan tingkat asimetri informasi diantara investor saham akan mengarah pada terjadinya perubahan tingkat konservatisme. (konservatisme tidak memicu asimetri informasi, malah asimetri informasi yang memicu konservatisme)
3. Lara et al (2005) melakukan penelitian mengenai hubungan board of directors characteristics dengan konservatisme akuntansi dengan sampel perusahaanperusahaan di Spanyol. Penelitian mereka menunjukkan bahwaperusahaan yang memiliki dewan yang kuat sebagai mekanisme corporate governance mensyaratkan tingkat konservatisme yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan dewan yang lemah. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persyaratan adanya konservatisme akuntansi akan lebih mengurangi dampak yang disebabkan oleh risiko litigasi.
4. Balachandran dan Mohanram (2011) menemukan bahwa tidak terdapat bukti bahwa meningkatnya konservatisme menunjukkan terjadinya penurunan relevansi nilai, sebaliknya, ditemukan bahwa perusahaan dengan relevansi nilai yang menurun adalah bagi perusahaan yang tingkat konservatismenya tidak meningkat.
5. Xu et al (2012) menemukan hubungan signifikan positif antara konservatisme akuntansi dan capital expenditure ketika inside capital tidak cukup untuk digunakan dalam investasi, yang mengimplikasikan bahwa konservatisme dapat menghasilkan terjadinya suatu tingkat investasi tertentu dengan mengurangi asimetri informasi dan biaya modal; namun demikian, hubungan antara konservatisme akuntansi dengan capital expenditure adalah negatif secara signifikan ketika inside capital cukup untuk penggunaan investasi, yang mengimplikasikan bahwa konservatisme dapat membatasi investasi pada level tertentu dengan mengurangi (mitigate) konflik kepentingan diantara manajemen dan outside shareholders dan menurunkan biaya keagenan.
6. Menurut Lafond dan Rouchowdhury (2007), kepemilikan manajerial merupakan presentase kepemilikan saham perusahaan oleh direktur perusahaan dibandingkan dengan jumlah saham perusahaan yang beredar secara keseluruhan. Hubungan antara kepemilikan manajerial dan konservatisme terjadi pada saat perusahaan akan melakukan investasi yang akan berpengaruh terhadap laba perusahaan. Hal ini disebabkan konservatisme akuntansi akan membuat perusahaan lebih mengakui kerugian dan menunda pengakuan keuntungan yang dapat berpengaruh terhadap penilaian kinerja manajer.
7. Ahmed dan Duellman (2007) menguji mengenai karakteristik dewan terhadap konservatisme akuntansi menemukan bukti bahwa inside directors berhubungan negatif signifikan dengan konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran akrual, sedangkan outside directors berhubungan positif. Ukuran dewan menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran akrual, sedangkan kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol berhubungan negatif dan tidak signifikan.
8. Anderson dan Reed (2003a) menggunakan variabel family ownership dan firm performance. Sampel yang digunakan adalah 170 perusahaan yang listing dibursa saham Chile. Mereka menemukan bahwa family firms yang go-public mempunyai performa yang lebih baik dibanding non-family firms.
9. Penelitian selanjutnya oleh Shuping, Xia dan Qiang (2012) melakukan penelitian dengan variabel konservatisme, non-CEO ownership dan founder ownership. Alat uji yang digunakan adalah regresi dengan sampel 1.204 perusahaan pada periode 1996-2005. Hasil dari penelitian ini adalah non-CEO ownership mempengaruhi konservatisme perusahaan dan founder ownership berpengaruh negatif terhadap hubungan non-CEO family ownership dengan konservatisme.
10. Cheng (2005) melakukan penelitian berjudul What Determines Residual Income? Hasil penelitiannya adalah dimana returned on Equity (ROE) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam menerapkan prinsip konservatisme akuntansi.
B. Penelitian Konservatisme di Indonesia
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari dan Wilopo (2002) sesuai dengan model Feltham-Ohlson (1995) membuktikan bahwa prinsip konservatif memiliki value relevance, artinya dengan menggunakan prinsip konservatif laporan keuangan yang disajikan juga dapat menunjukkan nilai pasar perusahaan. Jadi, dengan akuntansi konservatif, untuk menilai suatu perusahaan tidak cukup dengan earnings saja tetapi juga dibutuhkan nilai buku aktiva operasi perusahaan. Selain itu, hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa semakin konservatif penerapan prinsip akuntansi maka semakin tinggi pula pertumbuhan perusahaan tersebut dan semakin kecil kemungkinan manajemen perusahaan melakukan manajemen laba.
2. Dewi (2004) melakukan penelitian mengenai pengaruh konservatisme laporan keuangan terhadap earnings response coefficient pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur (kecuali perbankan) dari tahun 1996 hingga 2000, menemukan bukti bahwa akrual diskresioner dengan konservatisme laporan keuangan berhubungan signifikan tetapi lemah. Sedangkan hubungan earnings response coefficient dengan konservatisme laporan keuangan, khususnya bahwa earnings response coefficient laporan yang optimis lebih besar dibandingkan earnings response coefficient laporan yang konservatif. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa earnings response coefficient laporan yang cenderung persisten optimis lebih tinggi dibandingkan earnings response coefficient laporan yang cenderung persisten konservatif.
3. Widya (2004) melakukan penelitian dengan judul "analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif.‖ alam penelitiannya, Widya menggunakan struktur kepemilikan, kos politis, kontrak utang dan pertumbuhan sebagai variabel bebas. Sedangkan variabel terikatnya adalah konservatisme. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi struktur kepemilikan, besarnya kos politis dan pertumbuhan penjualan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif. Semakin besar konsentrasi struktur kepemilikan perusahaan terhadap modal, serta semakin besar kos politis yang dikeluarkan perusahaan, maka perusahaan tersebut cenderung untuk memilih strategi akuntansi konservatif. Disisi lain, penelitian tersebut menunjukkan bahwa leverage bukan merupakan faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif.
4. Hanggana (2002) Membahas kandungan prinsip matching dan conservatism dalam berbagai metode akuntansi yang sesuai dengan SAK yang berlaku di Indonesia. Dari telaah secara teoritis disimpulkan bahwa ada suatu metode akuntansi yang hanya mengandung prinsip matching tetapi kurang mengandung prinsip conservatism, sebaliknya ada metode akuntansi yang mengandung prinsip conservatism, tapi kurang mengandung prinsip matching. Disamping itu ada metode akuntansi yang mengandung princip matching dan conservatism yang cukup tinggi.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Haniaty dan Fitriany (2011) meneliti mengenai pengaruh dari konservatisme terhadap asimetri informasi yang dilakukan terhadap perusahaan non finansial di Indonesia selama tahun 2007 sampai tahun 2008. Konservatisme diukur dengan menggunakan model sebagaimana yang dilakukan oleh Givoly Hayn (2000), Zhang (2007) dan Kasznik (1999) serta model berdasarkan pasar (Duellman, 2006), sedangkan asimetri informasi diukur dengan CSPREAD (Kanagaretnam et al 2007) dan menghasilkan kesimpulan bahwa konservatisme memiliki korelasi yang signifikan dan negatif terhadap asimetri informasi. Ini menunjukkan bahwa IFRS tidak boleh meninggalkan prinsip konservatisme karena prinsip ini mengurangi asimetri informasi antara manager dan investor.
6. Wardhani (2008) meneliti pengaruh karakteristik board of directors sebagai bagian dari implementasi corporate governance terhadap praktek konservatisme. Wardhani (2008) menggunakan dua ukuran konservatisme yaitu ukuran akrual dan nilai pasar, sedangkan board of directors mencakup independensi dari komisaris, kepemilikan perusahaan oleh komisaris dan direksi, dan keberadaan komite audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat konservatisme dengan menggunakan ukuran akrual. Melalui ukuran pasar, penelitian menunjukkan bahwa semakin besar proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional maka semakin mendorong penggunaan prinsip akuntansi konservatisme.
7. Penelitian Dahlia Sari (2004) yang berjudul―Konservatisme akuntansi, dengan konflik bondholders shareholders seputar kebijakan deviden‖, dimana variabel konservatisme akuntansi, dengan konflik bondholders shareholders seputar kebijakan deviden,. Hasil penelitiannya Konservatisme berperan dalam perusahaan menghadapi konflik bondholders shareholder seputar kebijakan deviden.
8. Penelitian Juanda (2007) yang berjudul―pengaruh Resiko Litigasi Dan Tipe Strategi Terhadap Konflik Kepentingan an Konservatisme Akuntansi―, dimana variabel dependennya konservatisme, sedangkan variabel independennya adalah konflik kepentingan, resiko litigasi dan klasifikasi strategi. Hasil penelitiannya bahwa resiko litigasi tidak mempengaruhi konservatisme.
9. Cynthia Sari dan Desi Adhariani (2009) dengan judul ―Konservatisme erusahaan di ndonesia dan Faktor-Faktor Yang empengaruhinya―, dimana variabel dependennya konservatisme, sedangkan variabel independennya debt/equity hypothesis (yang diproksi oleh tingkat leverage), dan size hypothesis (Ukuran perusahaan, risiko perusahaan, rasio konsentrasi, dan intensitas modal). Hasil penelitiannya adalah adanya hubungan negatif antara rasio leverage dengan konservatisme akuntansi.
10. Eko Widodo Lo (2005) meneliti tentang Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan Terhadap Konservatisme Akuntansi. Variabel dependennya adalah konservatisme akuntansi sedangkan variabel independennya adalah tingkat kesulitan keuangan. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi ordinary least square. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hipotesis teori signaling yaitu tingkat kesulitan keuangan berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.
11. Lodovicus Lasdi (2009) meneliti tentang Determinan Konservatisme Akuntansi. Variabel dependen dari penelitian ini adalah konservatisme akuntansi sedangkan variabel independennya terdiri dari kontrak hutang, kontrak kompensasi, biaya litigasi, biaya politik dan pajak. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrak utang yang diproksikan dengan leverage, semakin besar tingkat leverage semakin berkurang tingkat Konservatisme akuntansi. Kedua, Kontrak kompensasi yang diproksikan dengan struktur Kepemilikan manajerial tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap Konservatisma akuntansi. Ketiga Litigasi yang diproksikan dengan asset growth berpengaruh terhadap konservatisma akuntansi. Keempat Pajak dan biaya politik yang diproksikan dengan sales growth tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konservatisma akuntansi.
12. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2010) bertujuan untuk menganalisis independensi komisaris, kepemilikan manajerial, keberadaan komite audit, ukuran dewan komisaris dan jumlah pertemuan dewan komisaris terhadap konservatisme laporan keuangan sebagai salah satu mekanisme corporate governance. Metode pengukuran yang digunakan yaitu akrual dan nilai pasar serta menggunakan variabel kontrol berupa kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan leverage. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris, leverage dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran akrual, sedangkan kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran nilai pasar.
13. Widayati (2011), menguji pengaruh struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan publik, biaya litigasi, pajak dan biaya politik, growth, debt covenent. Model analisi data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan publik, biaya litigasi, growth, dan debt covenent tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Sedangkan pajak dan biaya politik berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.
No comments:
Post a Comment