Pemimpin,
Kepemimpinan dan Manajemen Kepemimpinan
Pemimpin (Leader) pada
dasarnya adalah orang yang mampu menggerakkan sumberdaya (terutama manusia)
untuk bekerja bersama untuk mencapai tujuan. Menurut Jack Welch dalam Slater
(2001: 33), pemimpin adalah orang yang memberikan inspirasi dengan visi yang
jelas mengenai bagaimana sesuatu dapat dikerjakan dengan cara yang lebih baik.
Pemimpin dan kepemimpinan adalah
sesuatu yang tak dapat dipisahkan, merupakan suatu kesatuan. Seorang pemimpin
harus mempunyai jiwa kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan ini terbentuk dari suatu
proses dari waktu ke waktu hingga akhirnya akan mengkristal dalam suatu bentuk
karakteristik kepemimpinan. Seseorang yang mempunyai jiwa kepemimpinan, dengan
usaha yang gigih akan dapat membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada
dirinya (Fahmi, 2012: 16).
Robbins
(2003: 40) menyatakan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan
untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Sementara Stoner
(1996: 161) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok.
Dari definisi ini terdapat empat implikasi penting, yaitu:
1. Kepemimpinan
melibatkan orang lain–bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima
pengarahan dari pemimpin, akan membantu dalam menentukan status atau kedudukan
pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua
mutu atau kualitas kepemimpinan dari seorang manajer menjadi tidak relevan.
2. Kepemimpinan
melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata antara pemimpin dan anggota
kelompok. Pemimpin biasanya mempunyai kekuasaan yang lebih besar dan mempunyai
wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan dari anggota organisasi.
3. Kepemimpinan
adalah kemampuan menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi
tingkah laku pengikut dengan berbagai cara. Pemimpin tidak hanya dapat
memerintah bawahan ”apa” yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi
”bagaimana” bawahan akan melaksanakan perintahnya.
4. Kepemimpinan
adalah mengenai ”nilai”. Seorang pemimpin harus memperhatikan komponen moral
dalam melaksanakan kepemimpinannya. Pemimpin harus dapat menjadi contoh atau
guru etika bagi para bawahan atau pengikutnya.
Dalam melaksanakan fungsi
kepemimpinan ini, manajemen kepemimpinan sangat diperlukan oleh suatu
organisasi. Manajemen kepemimpinan adalah suatu ilmu yang mengkaji secara
komprehensif bagaimana seseorang melaksanakan kepemimpinan dengan mempergunakan
seluruh sumberdaya yang dimiliki serta dengan selalu mengedepankan konsep dan
aturan yang berlaku dalam ilmu manajemen (Fahmi, 2012: 2). Salah satu bagian
terpenting dalam ilmu manajemen adalah menggunakan seni dalam menggerakkan orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan seni ini, seorang pemimpin dapat
memberikan arahan kepada seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan secara
tepat.
Ilmu manajemen juga mendukung
pemimpin dalam melaksanakan konsep ”the right man in the right place”
secara tepat. Konsep ini berarti bahwa dalam menempatkan seorang karyawan dalam
tugas pekerjaan, disesuaikan dengan kemampuan dan kompetensinya. Jack Welch
dalam Slater (2001 : 35) tugas seorang pemimpin adalah menempatkan orang
terbaik pada posisi dengan peluang terbaik, mentransfer ide, mengalokasikan
sumber daya dan mengalokasikan dana pada bidang yang tepat. Dengan demikian,
manajemen kepemimpinan jelas akan dapat mendukung terlaksananya pekerjaan
secara tepat, sehingga pencapaian tujuan organisasi akan dapat dilaksanakan
secara lebih baik.
Peran Pemimpin
Peran pemimpin pada The Vijay Sathe’s
Model seperti dalam gambar dibawah, untuk dapat mencapai visi dan misi serta
sasaran organisasi/perusahaan atau komunitas diperlukan serangkaian strategi perencanaan
daya reslpon dan kualitasnya. Ini menunjukkan bahwa siapapun yang tergabung
dalam komunitas atau kelompok dalam organisasi harus tepat memilih pelaksananya.
Selanjutnya dalam model ini seorang pemimpin harus dapat memahami peran seorang
pemimpin yaitu menciptakan dan mempertahankan aktivitas kelompok yang berkaitan
dengan tugas yang harus dilaksanakan oleh pemimpin itu sendiri dan seseorang
agar kelompok dapat berfungsi secara efektif.
Proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok, menjadi tugas
utama dalam mengorganizing sumber daya manusia atau orang-orang yang ada di
dalamnya. Untuk itu efektivitas implementasi peran pemimpin harus disertai
dengan rancangan proses manajemen dan struktur organisasi sampai pada
terciptanya budaya organisasi yang kondusif, sehingga kualitas orang-orang di dalamnya
juga akan mempengaruhi keberhasilan yang akan dicapai.
Fungsi Utama Kepemimpinan
Pemimpin sesuai dengan perannya,
memiliki fungsi utama yang harus dipahami secara mendalam terhadap fungsi yang
berhubungan dengan tugas atau bahkan memecahkan masalah. Keutuhan dan
kekompakan kelompok atau social merupakan fungsi selanjutnya yang pada umunya
sering diabaikan. Leadership style (gaya kemimpinan) yang menggambarkan tentang
pola tingkah laku pemimpin dalam proses pengarahan juga sebagai salah satu akan
mempengaruhi perkerja yan ada.
Menurut Kouzes dan Posner,
keberhasilan seorang pemimpin harus dapat memenuhi kaidah sebagai berikut:
makna/keter panggilan; visi/arah yang jelas; kemampuan memeriksa dan menata
pola kerja yang sudah ada; kemampuan mengembangkan orang; dan kemampuan
mengangkat hati mereka. Sebagai pemimpin, berarti juga melaksanakan fungsi
melayani dengan pengharapan sebagai leading up artinya memimpin ke atas
dan berkembang, leading across yang berarti pemimpin juga memimpin
kesamping yang artinya belajar dari orang lain, leading down atau memimpin
ke bawah yang maknanya mengembangkan orang-orang di bawah, dan laininya adalah leading
inside.
Dalam dinamika operasional manajemen
sering muncul pertanyaan mengapa organisasi/perusahaan atau komunitas perlu
adanya pemimpin, menurut Stober dkk secara filasofis dapat dijelaskan bahwa
pada prinsipnya diperlukan seseorang yang memamang memiliki kekhasan yang mampu
memandang lebih jauh, lebih dalam, dan lebih luas. Tujuannya adalah; lebih
dalam artinya pemimpin mampu mengenali makna dan merumuskan visi-misi pribadi
kemudian potensi itu dimafaatkan secara maksimum; lebih luas, artinya pemimpin
mampu mendapatkan trust dan menginspirasi serta menghasilkan dampak
nyata berupa transformasi; lebih jauh, artinya pemimpin mampu mencari kontribusi
jangka panjang sesuai keyakinannya bersama-sama dengan orang yang ada
dibawahnya.
Selain diperlukan unsur pemimpin, juga
sering muncul pertanyaan mengapa perlu kepemimpinan, karena pada kenyataannya
seseorang menjabat sebagai pemimpin, namun sesungguhnya tidak melaksanakan
kepemimpinan. Kepemim pinan pada prinsipnya adalah suatu daya atau pengaruh
seorang pemimpin mampu untuk menggali makna, menemukan visimisi, dapat
menginspirasi atau menggerakkan orang, menstranformasi orang dan komunitasnya,
serta mengangkat harkat timnya sepanjang operasional organisasi/perusahaan atau
komunitasnya.
Ciri-Ciri Pemimpin yang Baik
Pemimpin yang baik, yang ideal bagi
organisasi, dicerminkan dari ciri-ciri yang dimilikinya. Memilih seseorang
untuk dijadikan sebagai seorang pemimpin tidak boleh dilakukan secara
sembarangan. Seseorang yang akan dipilih sebagai pemimpin hendaknya mempunyai
ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu yang akan dapat mendukungnya dalam
menjalankan roda kepemimpinannya. Menurut George R. Terry dalam Brantas (2009:
136), ciri-ciri seorang pemimpin adalah:
1. Energi:
mempunyai kekuatan mental dan fisik.
2. Stabilitas
emosi: seorang pemimpin tidak boleh berprasangka jelek, dapat mengendalikan
diri, dan tidak boleh cepat marah kepada bawahan, serta mempunyai kepercayaan
diri yang cukup besar.
3. Human
relationship: mempunyai pengetahuan tentang hubungan manusia.
4. Personal
motivation: keinginan menjadi pemimpin harus besar dan dapat memotivasi
diri sendiri.
5. Communication
skill: mempunyai kecakapan dalam berkomunikasi.
6. Teaching
skill: mempunyai kecakapan untuk mengajarkan, manjelaskan, dan
mengembangkan bawahannya.
7. Social
skill mempunyai keahlian di bidang
sosial, ia suka menolong, suka jika bawahannya maju, peramah, dan luwes dalam
bergaul.
8. Technical
competent: mempunyai kecakapan menganalisis, merencanakan, mengorganisasi,
mendelegasikan wewenang, menyusun konsep, dan mengambil keputusan.
Kartono (1988: 31) menyatakan bahwa
untuk menjadi pemimpin harus mempunyai:
1. Kekuasaan,
yaitu kekuatan, otoritas, legalitas, yang memberi wewenang kepada pemimpin
untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
2. Kewibawaan,
yaitu kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga mampu mengatur orang lain
untuk patuh pada pemimpin dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
3. Kemampuan,
yaitu segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan ketrampilan teknis
ataupun sosial yang dianggap melebihi kemampuan angoota biasa.
Zainun (1989: 89) selanjutnya
menyatakan bahwa setiap pemimpin akan berhasil memimpin suatu organisasi apabila
mempunyai syarat-syarat:
1. Mempunyai
kecerdasan yang cukup tinggi untuk memikirkan dan mencarikan pemecahan setiap
persoalan yang timbul dengan cara yang tepat, bijaksana dan memungkinkan untuk
dilaksanakan.
2. Mempunyai
emosi yang stabil, tidak mudah diombang-ambingkan oleh suasana yang senantiasa
berganti-ganti dan dapat memisahkan antara persoalan pribadi, rumah tangga, dan
organisasi.
3. Mempunyai
kepandaian dalam menghadapi manusia dan mampu membuat bawahan merasa betah,
senang dan puas dalam bekerja.
4. Mempunyai
keahlian untuk mengorganisir dan menggerakkan bawahan secara bijaksana dalam
meujudkan tujuan organisasi serta mengetahui dengan tepat kapan dan kepada
siapa tanggungjawab dan wewenang didelegasikan.
5. Pemimpin
juga harus mempunyai:
a. Keterampilan
sosial, yaitu keterampilan untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam
suatu masyarakat, dan
b. Keterampilan
manajemen, yaitu keterampilan dalam menggunakan metode, teknik dan peraltan
untuk melaksanakan tugas tertentu (keterampilan teknikal), kemampuan untuk
memahami motivasi dan bekerja sama dengan orang lain (keterampilan
manusiawiah), dan kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi dan
bertindak sesuai dengan tujuan menyeluruh organisasi (keterampilan
konsepsional).
Pemimpin
yang mempunyai ciri-ciri diatas kiranya akan dapat memimpin organisasi dengan
baik, tetapi akan sulit untuk mengharapkan bahwa seorang pemimpin akan
mempunyai semua ciri tersebut. Yang penting bagi seorang pemimpin adalah bahwa
dalam dirinya terdapat perimbangan yang secukupnya dengan ciri-ciri tersebut.
Perlu diperhatikan juga bahwa dalam berbagai tahapan perkembangan perusahaan
akan diperlukan pemimpin-pemimpin dengan watak dan sifat yang berbeda-beda,
demikian pula untuk zaman yang berbeda akan diperlukan pemimpin dengan
sifat-sifat yang berbeda pula (Van Der Schroeff, 1990: 153).
Leadership Characters (Karakter-Karakter
Kepemimpinan)
Menurut
Atmadja (2012: 18), karakter kepemimpinan adalah kualitas personal dari seorang
pemimpin yang terbentuk melalui akumulasi tindakan-tindakan yang mengacu kepada
nilai-nilai moralitas dan etika (moral / ethical values) yang diyakini
oleh seorang pemimpin. Karakter tidak cukup hanya dibentuk melalui
ucapan-ucapan, tetapi juga melalui pikiran dan tindakan riil (characters is
values in action). Pemimpin yang memiliki kualitas karakter (character
qualities) yang baik dan kuat adalah pemimpin yang berpikir, bersikap, dan
bertindak mengikuti nilai-nilai inti universal (universal core values)
yang baik seperti kejujuran (honesty), keterpercayaan (trustworthiness),
tanggungjawab (responsibility), kepedulian kepada negara (citizenship),
dan sebagainya.
Menurut Atmadja (2012: 26) ada lima
karakter kepemimpinan yang kemudian dikelompokkan dalam tiga tingkatan sebagai
berikut:
1. Dimensi
Spiritual (spiritual dimension) atau disebut sebagai Karakter Moral (moral
character) terdiri dari Selfless (Ikhlas) dan Honesty (Kejujuran).
2. Dimensi
Emosional (emotional dimension) atau disebut sebagai Karakter Sosial (social
character) terdiri dari Respect (menghargai) dan Empathy (memahami).
3. Dimensi
Rasional (rational dimension) atau disebut sebagai Karakter Kinerja (performance
character) yaitu pursuit of exellence (sikap mental untuk mencapai
hasil yang terbaik).
Leadership Principles (Prinsip-Prinsip
Kepemimpinan)
Atmadja (2012: 56) menyatakan bahwa
prinsip kepemimpinan adalah kualitas personal yang dimiliki oleh seorang
pemimpin yang mengacu kepada nilai-nilai yang mampu membawanya mencapai kinerja
terbaik dalam rangka mewujudkan misi dan tujuan perusahaan. Prinsip-prinsip
kepemimpinan itu diantaranya adalah:
1. Master Chef (peramu
talenta)
Disebut “master chef” karena
pemimpin harus dapat meramu orang-orang yang dipimpinnya sehingga mereka mampu
menjalankan misi dan tugas-tugas organisasi dengan baik. Meramu berarti
pemimpin harus dapat memilih orang-orang terbaik yang dimilikinya kemudian menempatkannya
pada posisi, tanggungjawab, dan kewenangan yang sesuai, sehingga akan
menghasilkan kerjasama dan kinerja sinergis yang luar biasa.
Untuk menjadi master chef,
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah mempersiapkan
orang-orang terbaiknya dengan memilih (choose) orang-orang yang tepat,
mengembangkan (grooming) kemampuan mereka sesuai kebutuhan organisasi,
dan akhirnya mengarahkan mereka mencapai kinerja terbaik melalui choacing dan
mentoring. Proses diatas selanjutnya dilanjutkan dengan menempatkan (placing)
orang-orang pilihan tersebut pada posisi yang tepat, kemudian mencampur (mixing)
orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang dan kompetensi tersebut
hingga terbentuk kombinasi yang pas dan selaras, kemudian disinergikan (synergizing)
satu sama lain sehingga akan tercapai hasil terbaik.
2. Inspiring by
modeling (inspirasi melalui peran panutan)
Cara paling efektif untuk
menjalankan kepemimpinan dan mempengaruhi anak buah adalah dengan menjadikan
diri pemimpin sebagai model. Caranya adalah dengan mempraktikkan apa-apa yang
diperintahkan tersebut kepada bawahan. Kekuatan mempengaruhi (power of
influence) ini ditentukan oleh kemampuan dalam menginspirasi bawahan
melalui peran panutan (role modeling).
Role modeling ini diwujudkan
dalam dua bentuk yaitu melalui passion dan vision. Passion yaitu
peran pemimpin dalam menghidupkan nilai-nilai dan perilaku yang diyakini dan
dikembangkan organisasi. Vision adalah peran pemimpin dalam
mengembangkan visi, strategi, model bisnis, ide-ide bisnis, dan kemudian
mewujudkannya untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Jadi prinsip inspiring
by modeling ini menuntut setiap pemimpin untuk pertama-tama menjadi peran
panutan bagi anak buah melalui nilai-nilai/perilaku dan visi cemerlang yang dia
usulkan, lalu menempatkan dirinya sebagai contoh yang dia jadikan senjata untuk
menginspirasi anak buah dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya.
3. Empowerment
and Motivation (pemberdayaan dan motivasi)
Kompetensi utama yang harus dimiliki
pemimpin adalah kemampuan dalam memberdayakan orang lain (empowerment others).
Ia harus dapat menemukan potensi-potensi tersembunyi anak buahnya dan kemudian
memberdayakannya sehingga menghasilkan kinerja yang luar biasa. Pemberdayaan
berarti memberikan kewenangan kepada anak buah agar mereka bisa memberikan
keputusan dalam memecahkan persoaalan-persoalan yang mereka hadapi dalam
mengambil keputusan. Pemberdayaan saja tidaklah cukup, pemimpin juga harus
dapat memotivasi, misalnya dengan memberikan target-target yang tinggi dan
menantang.
4. Productive
harmony (harmoni yang produktif)
Productive harmony adalah iklim
organisasi dimana keharmonisan antar karyawan terbangun baik, tetapi vitalitas
untuk mencapai kinerja unggul tetap dapat diwujudkan dan didorong. Disini
berarti keteduhan, kekeluargaan, saling pengertian, dan harmoni terpelihara
subur, tetapi dibalik itu dinamika persaingan untuk mencapai kinerja terbaik
antar karyawan juga tetap bisa dipelihara.
5. Everyone is
importance (semua orang adalah penting)
Everyone is importance berarti
menganggap bahwa semua orang, semua posisi/jabatan yang ada dalam
organisasi/perusahaan adalah penting bagi keberhasilan perusahaan. Semua orang
bekerja bahu membahu menurut porsi dan fungsinya masing-masing. Fungsi dan
peran masing-masing orang ini dikolaborasikan dan disinergikan sehingga
tercipta kerjasama dan kekuatan tim yang luar biasa.
Ketika setiap karyawan dianggap
penting, dihargai, dan memiliki peran yang bernilai bagi organisasi, ia akan
menemukan makna (meaning) dari apa yang mereka kerjakan. Makna bekerja (meaning
of work) ini adalah faktor penting penentu kepuasan kerja dan akhirnya
kinerja yang dicapai oleh karyawan. Meaning of work tadi akan melahirkan
sense of calling yaitu menganggap bahwa bekerja tidak hanya sekedar
kewajiban, tetapi merupakan sebuah penggilan jiwa. Juga akan melahirkan sense
of mission, yaitu menyikapi pekerjaan sebagai misi besar untuk mewujudkan
tujuan bersama organisasi. Dengan demikian akan muncullah yang namanya personal
commitment yaitu rasa tanggungjawab untuk bekerja yang muncul dari diri
karyawan sendiri dan bukannya dari pemimpin.
Makna kerja, panggilan, dan komitmen
ini pada akhirnya akan menggugah partisipasi (participation) karyawan
untuk terlibat aktif dalam berbagai inisiatif, tugas, dan program yang
diamanatkan pemimpin untuk mewujudkan tujuan organisasi. Jadi semua karyawan
akan bahu-membahu, berkontribusi (contribution) kemajuan organisasi.
Pada akhirnya akan muncul rasa memiliki (ownership) kepada organisasi tempat
mereka mengabdikan diri.
6. Guardian (pelindung)
The guardian berarti
bahwa pemimpin adalah pelindung. Ia harus bersedia pasang badan bagi anak
buahnya ketika mereka menghadapi persoalan-persoalan pelik yang tak dapat
mereka selesaikan sehingga membutuhkan campur tangannya. Untuk itu pemimpin
harus punya compassion, yaitu suatu sikap pemimpin yang tidak hanya
memikirkan kepentingan dirinya, tetapi secara tulus memberikan pengabdian
kepada anak buahnya. Disamping compassion, pemimpin juga harus mempunyai
unsur-unsur yang lain yaitu kerelaan berkorban (sacrifice), mengambil
tanggung jawab (responsible), dan berani menanggung risiko (take risk).
Sistem
Pengendalian Manajemen
Pengendalian merupakan salah satu fungsi
manajemen yang harus dijalankan dalam mengelola suatu oraganisasi yang berbentuk
perusahaan. Penerapan pengendalian manajemen diperlukan untuk mengendalikan
suatu aktivitas dalam perusahaan agar berlangsung sesuai dengan rencana dan
tujuan yang telah ditetapkan.
Beberapa ahli dan penulis memberikan
defenisi pengendalian manajemen. Salah seorang dari mereka adalah Robert N.
Anthony (2008: 8), mendefinisikan sebagai berikut: “Pengendalian manajemen
merupakan proses dengan mana para manajemen mempengaruhi anggota organisasi
lainnya untuk mengimplementasikan strategi organisasi”.
Dalam hal ini,
pengendalian manajemen membutukan suatu sistem formal yang merupakan cara
tertentu untuk melaksanakan suatu atau serangkaian aktivitas. Sistem yang
digunakan oleh manajemen untuk mengendalikan aktivitas suatu perusahaan disebut
sistem pengendalian manajemen.
Arief Suandi (2001: 9) menyatakan
bahwa: “Sistem pengendalian manajemen adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa
anak sistem yang saling berkaitan, yaitu: pemprograman, penganggaran, akuntansi,
pelaporan, dan pertanggungjawaban untuk membantu manajemen mempengaruhi orang
lain dalam sebuah perusahaan, agar mau mencapai tujuan perusahaan melalui
strategi tertentu secara efektif dan efisien”. Sistem pengendalian manajemen
adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi para anggota
organisasinya agar mengimplemenatsikan startegi-strategi organisasi secara
efisein dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Sumarsan (2013: 4)
menjelaskan sistem pengendalian manajemen merupakan suatu rangkaian tindakan
dan aktifitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara
terus menerus. Pengendalian manajemen bukanlah suatu sistem terpisah dalam
suatu organisasi, melainkan harus dianggap sebagai bagian penting dari setiap
sistem yang dipakai manajemen untuk mengatur dan mengarahkan kegiatannya.
Anthony dan Govindarajan (2005)
mendefinisikan SPM sebagai suatu proses di mana para manajer mempengaruhi
anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasi strategi organisasi, terkait
dengan kegiatan pengendalian manajemen, Anthony dan Govindarajan (2005) juga
menjelaskan kegiatan-kegiatan pengendalian manajemen, yaitu:
1. Merencanakan
apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi,
2. Mengkoordinasikan
kegiatan dari beberapa organisasi,
3. Mengkomunikasikan
informasi,
4. Mengevaluasi
informasi,
5. Memutuskan
tindakan apa yang seharusnya diambil,
6. Mempengaruhi
orang-orang untuk mengubah perilaku.
Unsur-unsur
Sistem Pengendalian Manajemen
Suatu sistem pengendalian manajemen
yang dapat diandalkan (reliable) harus memenuhi unsur-unsur berikut
Sumarsan (2013:9):
1. Keahlian
karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya.
2. Pemisahan
tugas.
3. Sistem
pemberian wewenang, tujuan dan teknik serta pengawasan yang wajar untuk
mengadakan pengendalian atas harta, utang penerimaan dan pengeluaran.
4. Pengendalian
terhadap penggunaan harta dan dokumen serta formulir yang penting.
5. Periksa
fisik harta dengan catatan-catatan harta dan utang, atau yang benar- benar ada,
dan mengadakan tindakan koreksi jika dijumpai adanya perbedaan.
Karakteristik
Sistem Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen meliputi
baik tindakan untuk menuntun dan memotivasi usaha pencapaian tujuan maupun
tindakan untuk mendeteksi dan memeperbaiki pelaksanaan yang tidak efektif dan
tidak efisien. Maka, sistem pengendalian manajemen mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
1. Sistem
pengendalian manajemen dipusatkan pada program (berupa proyek produk, lini
produk, penelitian, dan pengembangan atau kegiatan serupa yang dilakukan
perusahaan untuk mencapai tujuannya) dan pusat pertanggungjawaban (berupa unit
perusahaan yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab)
2. Informasi
yang diproses dalam sistem pengendalian manajemen terbagi atas dua jenis: data
terencana (dalam bentuk program, anggaran dan standar), data aktual (yaitu data
yang benar terjadi di dalam maupun di luar organisasi).
3. Sistem
pengendalian manajemen adalah sistem perusahaan total yang merangkum semua
aspek dalam operasi perusahaan yang berfungsi untuk membantu manajemen
memelihara keseimbangan di antara bagian-bagian perusahaan dan mengoperasikan
perusahaan secara terkoordinasi.
4. Sistem
pengendalian manajemen biasanya berhubungan erat dengan struktur keuangan
(financial stucture), dimana kegiatan-kegiatan dan sumber daya perusahaan
dinyatakan dalam satuan uang sehingga dapat dibandingkan satu sama lain. Serta
satuan lain yang berupa jumlah karyawan, angka kerusakan yang tidak dinyatakan
dalan bentuk uang sehingga dapat digunakan untuk memperluas ruang lingkup dan
kualitas sistem pengendalian manajemen.
5. Aspek-aspek
perencanaan sistem pengendalian manajemen cenderung mengikuti pola dan jadwal
tertentu. Misalnya, dalam penyusunan anggaran diambil langkah-langkah tertentu
untuk menentukan rangkaian kejadian pada tanggal tertentu setiap tahun.
6. Sistem
pengendalian manajemen merupakan sistem yang terkoordinasi dan terpadu, dimana
data yang terkumpul digabungkan untuk saling dibandingkan setiap saat. Data
aktual disusun sesuai dengan data yang direncanakan dan diukur secara konsisten
untuk memungkinkan perbandingan antara hasil aktual dengan hasil yang
diinginkan.
Struktur Sistem
Pengendalian Manajemen
Struktur merupakan bagian dari
sistem pengendalian manajemen., yang berpusat pada bermacam-macam jenis pusat
pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang
dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Setiap pusat
pertanggungjawaban mempunyai masukan dan keluaran. Pada dasarnya terdapat empat
jenis pusat pertanggungjawaban menurut Sumarsan (2013), yaitu sebagai berikut:
1. Pusat
Biaya (cost center)
2. Pusat
Pendapatan (revenue center)
3. Pusat
Laba (profit center)
4. Pusat
Investasi (investement center)
Proses Sistem
Pengendalian Manajmen
Menurut (Chandra: 2017), proses
dalam sistem pengendalian manajemen terdiri atas empat tahap, yaitu:
1.
Pemrograman
Pemrograman adalah proses memilih program
yang memutuskan kegiatan-kegiatan perusahaan yang akan dilakukan untuk
melaksanakan strategi perusahaan.
2.
Penganggaran
Penganggaran adalah alat penting untuk
perencanaan dan pengendalian jangka pendek (biasanya meliputi waktu satu tahun)
yang efektif dalam organisai. Anggaran yang telah disusun harus dapat menunjukkan
rincian dari pendapatan dan beban untuk tiap pusat pertanggungjawaban dan untuk
organisasi secara keseluruhan.
3.
Operasi dan pengukuran
Yaitu proses menjalankan program dan
anggaran serta membandingkan antara data sesungguhnya dengan anggaran.
4.
Pelaporan dan Analisis
Dalam tahap ini, dibuat laporan
anggaran kemudian laporan tersebut di analisis dengan merinci varians serta
faktor penyebabnya.
Keterbatasan Sistem Pengendalian
Manajemen
Patut disadari bahwa sebaik apapun
manajemen merancang suatu sistem pengendalian manajemen dalam organisasi
kelemahan atau keterbatasan tetap ada. Kunci utamanya ada pada manusia.
Beberapa keterbatasan yang dapat Diidentifikasikan (Japina: 2017) antara lain:
1. Kurang
matangnya suatu pertimbangan, efektivitas pengendalian seringkali dibatasi oleh
adanya keterbatasan manusia dalam pengambilan keputusan. Suatu keputusan
diambil oleh manajemen umumnya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang
ada pada saat itu, antara lain informasi yang tersedia, keterbatasan waktu, dan
beberapa variabel lain baik internal maupun eksternal (lingkungan). Dalam
kenyataannya, sering dijumpai bahwa beberapa keputusan yang diambil secara
demikian memberikan hasil yang kurang efektif dibandingkan dengan apa yang diharapkan.
Keterbatasan ini merupakan keterbatasan alamiah yang dihadapi oleh manajemen.
2. Kegagalan
menterjemahkan perintah, pengendalian telah didisain dengan sebaik-baiknya,
namun kegagalan dapat terjadi yang disebabkan adanya pegawai (Staf) yang salah
menterjemahkan perintah dari pimpinan. Kesalahan dalam menterjemahkan suatu
perintah dapat disebabkan dari ketidaktahuan atau kecerobohan pegawai yang
bersangkutan. Terjadinya kegagalan dapat lebih diperparah apabiia kegagalan
menterjemahkan perintah dilakukan oleh seorang pimpinan.
3. Pengabaian
manajemen, suatu pengendalian manajemen dapat berjalan efektif apabiia semua
pihak atau unsur dalam organisasi mulai dari tingkat tertinggi hingga terendah
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawabnya. Meskipun suatu organisasi memiliki pengendalian manajemen yang
memadai sekalipun. pengendalian tersebut tidak akan dapat mencapai tujuannya
jika staf atau bahkan seorang pimpinan mengabaikan pengendalian. Istilah
"pengabaian manajemen" ditujukan pada tindakan manajemen yang
mengaibaikan pengendalian dengan tujuan untuk kepentingan pribadi atau untuk
meningkatkan penyajian kondisi laporan kegiatan dan kinerja organisasi yang bersangkutan.
4. Adanya
Kolusi, kolusi adalah salah satu ancaman dari pengendalian yang efektif.
Pemisahan fungsi telah dilakukan namun jika manusianya melakukan suatu
persekongkolan untuk kepentingan pribadi atau kepentingan tertentu selain
organisasi, maka pengendalian yang sebaik apapun tidak akan dapat mendeteksi
atau mencegah terjadinya suatu tindakan yang merugikan organisasi. Sebagai
contoh, konsultan pengawas atas suatu kegiatan pembangunan gedung kantor
melakukan kolusi dengan pihak penyedia barang dan jasa yang melaksanakan
pembangunan dengan cara memberikan peluang terjadinya penyimpangan dalam
spesifikasi. Hal ini dapat terjadi apalagi pejabat pembuat komitmen kegiatan tersebut
kurang aktif melakukan pengecekan. Contoh lain, kolusi yang terjadi antara penyedia
barang dan jasa dengan pihak penerima barang. Penyedia barang dan jasa
menyerahkan barang yang dipesan dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda
tetapi dinyatakan dalam faktur penagihan telah sesuai dengan yang dipesan. Di
lain pihak, si penerima barang memproses penerimaan barang tersebut seolah-olah
telah diterima sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dipesan.
DAFTAR PUSTAKA
Japina, Henky. 2017. Pengendalian Manajemen atas Sistem Informasi. Jurnal Ilman,
Vol. 5, No. 1, Hal. 25-32.
Jatmiko.
2013. Pemimpin dan Kepemimpinan Organisasi. Forum Ilmiah-Vol. 10, No. 2, Hal. 209-219.
Musa, S. H. 2013. Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen Untuk Meningkatkan Kinerja Manajer
Penjualan Pada PT. Hasjrat Abadi Manado. Jurnal
EMBA Vol.1, No.4, Hal. 1790-1798.
Pramudyo, Anung. 2013. Implementasi Manajemen Kepemimpinan dalam Pencapaian Tujuan
Organisasi. JBMA–Vol. I, No. 2, Hal. 49-61.
Riny Chandra, Riny. 2017. Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen
Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT. Indojaya Agri Nusa. Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis,
Vol. 8, No.1, Hal. 619-633.
No comments:
Post a Comment