Saturday, January 13, 2018

FUNGSI MEMIMPIN (LEADING) DAN PENGENDALIAN (CONTROLLING)



Pemimpin, Kepemimpinan dan Manajemen Kepemimpinan
            Pemimpin (Leader) pada dasarnya adalah orang yang mampu menggerakkan sumberdaya (terutama manusia) untuk bekerja bersama untuk mencapai tujuan. Menurut Jack Welch dalam Slater (2001: 33), pemimpin adalah orang yang memberikan inspirasi dengan visi yang jelas mengenai bagaimana sesuatu dapat dikerjakan dengan cara yang lebih baik.
            Pemimpin dan kepemimpinan adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan, merupakan suatu kesatuan. Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan ini terbentuk dari suatu proses dari waktu ke waktu hingga akhirnya akan mengkristal dalam suatu bentuk karakteristik kepemimpinan. Seseorang yang mempunyai jiwa kepemimpinan, dengan usaha yang gigih akan dapat membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya (Fahmi, 2012: 16).
            Robbins (2003: 40) menyatakan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Sementara Stoner (1996: 161) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Dari definisi ini terdapat empat implikasi penting, yaitu:
1.    Kepemimpinan melibatkan orang lain–bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, akan membantu dalam menentukan status atau kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua mutu atau kualitas kepemimpinan dari seorang manajer menjadi tidak relevan.
2.      Kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata antara pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin biasanya mempunyai kekuasaan yang lebih besar dan mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan dari anggota organisasi.
3.  Kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi tingkah laku pengikut dengan berbagai cara. Pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan ”apa” yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi ”bagaimana” bawahan akan melaksanakan perintahnya.
4.      Kepemimpinan adalah mengenai ”nilai”. Seorang pemimpin harus memperhatikan komponen moral dalam melaksanakan kepemimpinannya. Pemimpin harus dapat menjadi contoh atau guru etika bagi para bawahan atau pengikutnya.

       Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan ini, manajemen kepemimpinan sangat diperlukan oleh suatu organisasi. Manajemen kepemimpinan adalah suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif bagaimana seseorang melaksanakan kepemimpinan dengan mempergunakan seluruh sumberdaya yang dimiliki serta dengan selalu mengedepankan konsep dan aturan yang berlaku dalam ilmu manajemen (Fahmi, 2012: 2). Salah satu bagian terpenting dalam ilmu manajemen adalah menggunakan seni dalam menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan seni ini, seorang pemimpin dapat memberikan arahan kepada seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan secara tepat.
        Ilmu manajemen juga mendukung pemimpin dalam melaksanakan konsep ”the right man in the right place” secara tepat. Konsep ini berarti bahwa dalam menempatkan seorang karyawan dalam tugas pekerjaan, disesuaikan dengan kemampuan dan kompetensinya. Jack Welch dalam Slater (2001 : 35) tugas seorang pemimpin adalah menempatkan orang terbaik pada posisi dengan peluang terbaik, mentransfer ide, mengalokasikan sumber daya dan mengalokasikan dana pada bidang yang tepat. Dengan demikian, manajemen kepemimpinan jelas akan dapat mendukung terlaksananya pekerjaan secara tepat, sehingga pencapaian tujuan organisasi akan dapat dilaksanakan secara lebih baik.

Peran Pemimpin
            Peran pemimpin pada The Vijay Sathe’s Model seperti dalam gambar dibawah, untuk dapat mencapai visi dan misi serta sasaran organisasi/perusahaan atau komunitas diperlukan serangkaian strategi perencanaan daya reslpon dan kualitasnya. Ini menunjukkan bahwa siapapun yang tergabung dalam komunitas atau kelompok dalam organisasi harus tepat memilih pelaksananya. Selanjutnya dalam model ini seorang pemimpin harus dapat memahami peran seorang pemimpin yaitu menciptakan dan mempertahankan aktivitas kelompok yang berkaitan dengan tugas yang harus dilaksanakan oleh pemimpin itu sendiri dan seseorang agar kelompok dapat berfungsi secara efektif.
       Proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok, menjadi tugas utama dalam mengorganizing sumber daya manusia atau orang-orang yang ada di dalamnya. Untuk itu efektivitas implementasi peran pemimpin harus disertai dengan rancangan proses manajemen dan struktur organisasi sampai pada terciptanya budaya organisasi yang kondusif, sehingga kualitas orang-orang di dalamnya juga akan mempengaruhi keberhasilan yang akan dicapai.

Fungsi Utama Kepemimpinan
      Pemimpin sesuai dengan perannya, memiliki fungsi utama yang harus dipahami secara mendalam terhadap fungsi yang berhubungan dengan tugas atau bahkan memecahkan masalah. Keutuhan dan kekompakan kelompok atau social merupakan fungsi selanjutnya yang pada umunya sering diabaikan. Leadership style (gaya kemimpinan) yang menggambarkan tentang pola tingkah laku pemimpin dalam proses pengarahan juga sebagai salah satu akan mempengaruhi perkerja yan ada.
    Menurut Kouzes dan Posner, keberhasilan seorang pemimpin harus dapat memenuhi kaidah sebagai berikut: makna/keter panggilan; visi/arah yang jelas; kemampuan memeriksa dan menata pola kerja yang sudah ada; kemampuan mengembangkan orang; dan kemampuan mengangkat hati mereka. Sebagai pemimpin, berarti juga melaksanakan fungsi melayani dengan pengharapan sebagai leading up artinya memimpin ke atas dan berkembang, leading across yang berarti pemimpin juga memimpin kesamping yang artinya belajar dari orang lain, leading down atau memimpin ke bawah yang maknanya mengembangkan orang-orang di bawah, dan laininya adalah leading inside.
   Dalam dinamika operasional manajemen sering muncul pertanyaan mengapa organisasi/perusahaan atau komunitas perlu adanya pemimpin, menurut Stober dkk secara filasofis dapat dijelaskan bahwa pada prinsipnya diperlukan seseorang yang memamang memiliki kekhasan yang mampu memandang lebih jauh, lebih dalam, dan lebih luas. Tujuannya adalah; lebih dalam artinya pemimpin mampu mengenali makna dan merumuskan visi-misi pribadi kemudian potensi itu dimafaatkan secara maksimum; lebih luas, artinya pemimpin mampu mendapatkan trust dan menginspirasi serta menghasilkan dampak nyata berupa transformasi; lebih jauh, artinya pemimpin mampu mencari kontribusi jangka panjang sesuai keyakinannya bersama-sama dengan orang yang ada dibawahnya.
      Selain diperlukan unsur pemimpin, juga sering muncul pertanyaan mengapa perlu kepemimpinan, karena pada kenyataannya seseorang menjabat sebagai pemimpin, namun sesungguhnya tidak melaksanakan kepemimpinan. Kepemim pinan pada prinsipnya adalah suatu daya atau pengaruh seorang pemimpin mampu untuk menggali makna, menemukan visimisi, dapat menginspirasi atau menggerakkan orang, menstranformasi orang dan komunitasnya, serta mengangkat harkat timnya sepanjang operasional organisasi/perusahaan atau komunitasnya.

Ciri-Ciri Pemimpin yang Baik
            Pemimpin yang baik, yang ideal bagi organisasi, dicerminkan dari ciri-ciri yang dimilikinya. Memilih seseorang untuk dijadikan sebagai seorang pemimpin tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Seseorang yang akan dipilih sebagai pemimpin hendaknya mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu yang akan dapat mendukungnya dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Menurut George R. Terry dalam Brantas (2009: 136), ciri-ciri seorang pemimpin adalah:
1.      Energi: mempunyai kekuatan mental dan fisik.
2.      Stabilitas emosi: seorang pemimpin tidak boleh berprasangka jelek, dapat mengendalikan diri, dan tidak boleh cepat marah kepada bawahan, serta mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar.
3.      Human relationship: mempunyai pengetahuan tentang hubungan manusia.
4.      Personal motivation: keinginan menjadi pemimpin harus besar dan dapat memotivasi diri sendiri.
5.      Communication skill: mempunyai kecakapan dalam berkomunikasi.
6.      Teaching skill: mempunyai kecakapan untuk mengajarkan, manjelaskan, dan mengembangkan bawahannya.
7.      Social skill  mempunyai keahlian di bidang sosial, ia suka menolong, suka jika bawahannya maju, peramah, dan luwes dalam bergaul.
8.      Technical competent: mempunyai kecakapan menganalisis, merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, menyusun konsep, dan mengambil keputusan.

            Kartono (1988: 31) menyatakan bahwa untuk menjadi pemimpin harus mempunyai:
1.      Kekuasaan, yaitu kekuatan, otoritas, legalitas, yang memberi wewenang kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
2.      Kewibawaan, yaitu kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga mampu mengatur orang lain untuk patuh pada pemimpin dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
3.      Kemampuan, yaitu segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan ketrampilan teknis ataupun sosial yang dianggap melebihi kemampuan angoota biasa.

            Zainun (1989: 89) selanjutnya menyatakan bahwa setiap pemimpin akan berhasil memimpin suatu organisasi apabila mempunyai syarat-syarat:
1.      Mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi untuk memikirkan dan mencarikan pemecahan setiap persoalan yang timbul dengan cara yang tepat, bijaksana dan memungkinkan untuk dilaksanakan.
2.      Mempunyai emosi yang stabil, tidak mudah diombang-ambingkan oleh suasana yang senantiasa berganti-ganti dan dapat memisahkan antara persoalan pribadi, rumah tangga, dan organisasi.
3.      Mempunyai kepandaian dalam menghadapi manusia dan mampu membuat bawahan merasa betah, senang dan puas dalam bekerja.
4.      Mempunyai keahlian untuk mengorganisir dan menggerakkan bawahan secara bijaksana dalam meujudkan tujuan organisasi serta mengetahui dengan tepat kapan dan kepada siapa tanggungjawab dan wewenang didelegasikan.
5.      Pemimpin juga harus mempunyai:
a.       Keterampilan sosial, yaitu keterampilan untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam suatu masyarakat, dan
b.      Keterampilan manajemen, yaitu keterampilan dalam menggunakan metode, teknik dan peraltan untuk melaksanakan tugas tertentu (keterampilan teknikal), kemampuan untuk memahami motivasi dan bekerja sama dengan orang lain (keterampilan manusiawiah), dan kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi dan bertindak sesuai dengan tujuan menyeluruh organisasi (keterampilan konsepsional).

            Pemimpin yang mempunyai ciri-ciri diatas kiranya akan dapat memimpin organisasi dengan baik, tetapi akan sulit untuk mengharapkan bahwa seorang pemimpin akan mempunyai semua ciri tersebut. Yang penting bagi seorang pemimpin adalah bahwa dalam dirinya terdapat perimbangan yang secukupnya dengan ciri-ciri tersebut. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam berbagai tahapan perkembangan perusahaan akan diperlukan pemimpin-pemimpin dengan watak dan sifat yang berbeda-beda, demikian pula untuk zaman yang berbeda akan diperlukan pemimpin dengan sifat-sifat yang berbeda pula (Van Der Schroeff, 1990: 153).

Leadership Characters (Karakter-Karakter Kepemimpinan)
            Menurut Atmadja (2012: 18), karakter kepemimpinan adalah kualitas personal dari seorang pemimpin yang terbentuk melalui akumulasi tindakan-tindakan yang mengacu kepada nilai-nilai moralitas dan etika (moral / ethical values) yang diyakini oleh seorang pemimpin. Karakter tidak cukup hanya dibentuk melalui ucapan-ucapan, tetapi juga melalui pikiran dan tindakan riil (characters is values in action). Pemimpin yang memiliki kualitas karakter (character qualities) yang baik dan kuat adalah pemimpin yang berpikir, bersikap, dan bertindak mengikuti nilai-nilai inti universal (universal core values) yang baik seperti kejujuran (honesty), keterpercayaan (trustworthiness), tanggungjawab (responsibility), kepedulian kepada negara (citizenship), dan sebagainya.
           Menurut Atmadja (2012: 26) ada lima karakter kepemimpinan yang kemudian dikelompokkan dalam tiga tingkatan sebagai berikut:
1.      Dimensi Spiritual (spiritual dimension) atau disebut sebagai Karakter Moral (moral character) terdiri dari Selfless (Ikhlas) dan Honesty (Kejujuran).
2.      Dimensi Emosional (emotional dimension) atau disebut sebagai Karakter Sosial (social character) terdiri dari Respect (menghargai) dan Empathy (memahami).
3.      Dimensi Rasional (rational dimension) atau disebut sebagai Karakter Kinerja (performance character) yaitu pursuit of exellence (sikap mental untuk mencapai hasil yang terbaik).

Leadership Principles (Prinsip-Prinsip Kepemimpinan)
            Atmadja (2012: 56) menyatakan bahwa prinsip kepemimpinan adalah kualitas personal yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang mengacu kepada nilai-nilai yang mampu membawanya mencapai kinerja terbaik dalam rangka mewujudkan misi dan tujuan perusahaan. Prinsip-prinsip kepemimpinan itu diantaranya adalah:
1. Master Chef (peramu talenta)
            Disebut “master chef” karena pemimpin harus dapat meramu orang-orang yang dipimpinnya sehingga mereka mampu menjalankan misi dan tugas-tugas organisasi dengan baik. Meramu berarti pemimpin harus dapat memilih orang-orang terbaik yang dimilikinya kemudian menempatkannya pada posisi, tanggungjawab, dan kewenangan yang sesuai, sehingga akan menghasilkan kerjasama dan kinerja sinergis yang luar biasa.
            Untuk menjadi master chef, kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah mempersiapkan orang-orang terbaiknya dengan memilih (choose) orang-orang yang tepat, mengembangkan (grooming) kemampuan mereka sesuai kebutuhan organisasi, dan akhirnya mengarahkan mereka mencapai kinerja terbaik melalui choacing dan mentoring. Proses diatas selanjutnya dilanjutkan dengan menempatkan (placing) orang-orang pilihan tersebut pada posisi yang tepat, kemudian mencampur (mixing) orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang dan kompetensi tersebut hingga terbentuk kombinasi yang pas dan selaras, kemudian disinergikan (synergizing) satu sama lain sehingga akan tercapai hasil terbaik.

2. Inspiring by modeling (inspirasi melalui peran panutan)
            Cara paling efektif untuk menjalankan kepemimpinan dan mempengaruhi anak buah adalah dengan menjadikan diri pemimpin sebagai model. Caranya adalah dengan mempraktikkan apa-apa yang diperintahkan tersebut kepada bawahan. Kekuatan mempengaruhi (power of influence) ini ditentukan oleh kemampuan dalam menginspirasi bawahan melalui peran panutan (role modeling).
            Role modeling ini diwujudkan dalam dua bentuk yaitu melalui passion dan vision. Passion yaitu peran pemimpin dalam menghidupkan nilai-nilai dan perilaku yang diyakini dan dikembangkan organisasi. Vision adalah peran pemimpin dalam mengembangkan visi, strategi, model bisnis, ide-ide bisnis, dan kemudian mewujudkannya untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Jadi prinsip inspiring by modeling ini menuntut setiap pemimpin untuk pertama-tama menjadi peran panutan bagi anak buah melalui nilai-nilai/perilaku dan visi cemerlang yang dia usulkan, lalu menempatkan dirinya sebagai contoh yang dia jadikan senjata untuk menginspirasi anak buah dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya.

3. Empowerment and Motivation (pemberdayaan dan motivasi)
            Kompetensi utama yang harus dimiliki pemimpin adalah kemampuan dalam memberdayakan orang lain (empowerment others). Ia harus dapat menemukan potensi-potensi tersembunyi anak buahnya dan kemudian memberdayakannya sehingga menghasilkan kinerja yang luar biasa. Pemberdayaan berarti memberikan kewenangan kepada anak buah agar mereka bisa memberikan keputusan dalam memecahkan persoaalan-persoalan yang mereka hadapi dalam mengambil keputusan. Pemberdayaan saja tidaklah cukup, pemimpin juga harus dapat memotivasi, misalnya dengan memberikan target-target yang tinggi dan menantang.

4. Productive harmony (harmoni yang produktif)
            Productive harmony adalah iklim organisasi dimana keharmonisan antar karyawan terbangun baik, tetapi vitalitas untuk mencapai kinerja unggul tetap dapat diwujudkan dan didorong. Disini berarti keteduhan, kekeluargaan, saling pengertian, dan harmoni terpelihara subur, tetapi dibalik itu dinamika persaingan untuk mencapai kinerja terbaik antar karyawan juga tetap bisa dipelihara.

5. Everyone is importance (semua orang adalah penting)
            Everyone is importance berarti menganggap bahwa semua orang, semua posisi/jabatan yang ada dalam organisasi/perusahaan adalah penting bagi keberhasilan perusahaan. Semua orang bekerja bahu membahu menurut porsi dan fungsinya masing-masing. Fungsi dan peran masing-masing orang ini dikolaborasikan dan disinergikan sehingga tercipta kerjasama dan kekuatan tim yang luar biasa.
            Ketika setiap karyawan dianggap penting, dihargai, dan memiliki peran yang bernilai bagi organisasi, ia akan menemukan makna (meaning) dari apa yang mereka kerjakan. Makna bekerja (meaning of work) ini adalah faktor penting penentu kepuasan kerja dan akhirnya kinerja yang dicapai oleh karyawan. Meaning of work tadi akan melahirkan sense of calling yaitu menganggap bahwa bekerja tidak hanya sekedar kewajiban, tetapi merupakan sebuah penggilan jiwa. Juga akan melahirkan sense of mission, yaitu menyikapi pekerjaan sebagai misi besar untuk mewujudkan tujuan bersama organisasi. Dengan demikian akan muncullah yang namanya personal commitment yaitu rasa tanggungjawab untuk bekerja yang muncul dari diri karyawan sendiri dan bukannya dari pemimpin.
            Makna kerja, panggilan, dan komitmen ini pada akhirnya akan menggugah partisipasi (participation) karyawan untuk terlibat aktif dalam berbagai inisiatif, tugas, dan program yang diamanatkan pemimpin untuk mewujudkan tujuan organisasi. Jadi semua karyawan akan bahu-membahu, berkontribusi (contribution) kemajuan organisasi. Pada akhirnya akan muncul rasa memiliki (ownership) kepada organisasi tempat mereka mengabdikan diri.

6. Guardian (pelindung)
            The guardian berarti bahwa pemimpin adalah pelindung. Ia harus bersedia pasang badan bagi anak buahnya ketika mereka menghadapi persoalan-persoalan pelik yang tak dapat mereka selesaikan sehingga membutuhkan campur tangannya. Untuk itu pemimpin harus punya compassion, yaitu suatu sikap pemimpin yang tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya, tetapi secara tulus memberikan pengabdian kepada anak buahnya. Disamping compassion, pemimpin juga harus mempunyai unsur-unsur yang lain yaitu kerelaan berkorban (sacrifice), mengambil tanggung jawab (responsible), dan berani menanggung risiko (take risk).

Sistem Pengendalian Manajemen
            Pengendalian merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dijalankan dalam mengelola suatu oraganisasi yang berbentuk perusahaan. Penerapan pengendalian manajemen diperlukan untuk mengendalikan suatu aktivitas dalam perusahaan agar berlangsung sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.
            Beberapa ahli dan penulis memberikan defenisi pengendalian manajemen. Salah seorang dari mereka adalah Robert N. Anthony (2008: 8), mendefinisikan sebagai berikut: “Pengendalian manajemen merupakan proses dengan mana para manajemen mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi organisasi”.
                Dalam hal ini, pengendalian manajemen membutukan suatu sistem formal yang merupakan cara tertentu untuk melaksanakan suatu atau serangkaian aktivitas. Sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mengendalikan aktivitas suatu perusahaan disebut sistem pengendalian manajemen.
            Arief Suandi (2001: 9) menyatakan bahwa: “Sistem pengendalian manajemen adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa anak sistem yang saling berkaitan, yaitu: pemprograman, penganggaran, akuntansi, pelaporan, dan pertanggungjawaban untuk membantu manajemen mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan, agar mau mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu secara efektif dan efisien”. Sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi para anggota organisasinya agar mengimplemenatsikan startegi-strategi organisasi secara efisein dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
            Sumarsan (2013: 4) menjelaskan sistem pengendalian manajemen merupakan suatu rangkaian tindakan dan aktifitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara terus menerus. Pengendalian manajemen bukanlah suatu sistem terpisah dalam suatu organisasi, melainkan harus dianggap sebagai bagian penting dari setiap sistem yang dipakai manajemen untuk mengatur dan mengarahkan kegiatannya.
            Anthony dan Govindarajan (2005) mendefinisikan SPM sebagai suatu proses di mana para manajer mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasi strategi organisasi, terkait dengan kegiatan pengendalian manajemen, Anthony dan Govindarajan (2005) juga menjelaskan kegiatan-kegiatan pengendalian manajemen, yaitu:
1.      Merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi,
2.      Mengkoordinasikan kegiatan dari beberapa organisasi,
3.      Mengkomunikasikan informasi,
4.      Mengevaluasi informasi,
5.      Memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil,
6.      Mempengaruhi orang-orang untuk mengubah perilaku.

Unsur-unsur Sistem Pengendalian Manajemen
            Suatu sistem pengendalian manajemen yang dapat diandalkan (reliable) harus memenuhi unsur-unsur berikut Sumarsan (2013:9):
1.      Keahlian karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya.
2.      Pemisahan tugas.
3.      Sistem pemberian wewenang, tujuan dan teknik serta pengawasan yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas harta, utang penerimaan dan pengeluaran.
4.      Pengendalian terhadap penggunaan harta dan dokumen serta formulir yang penting.
5.      Periksa fisik harta dengan catatan-catatan harta dan utang, atau yang benar- benar ada, dan mengadakan tindakan koreksi jika dijumpai adanya perbedaan.

Karakteristik Sistem Pengendalian Manajemen
            Sistem pengendalian manajemen meliputi baik tindakan untuk menuntun dan memotivasi usaha pencapaian tujuan maupun tindakan untuk mendeteksi dan memeperbaiki pelaksanaan yang tidak efektif dan tidak efisien. Maka, sistem pengendalian manajemen mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.      Sistem pengendalian manajemen dipusatkan pada program (berupa proyek produk, lini produk, penelitian, dan pengembangan atau kegiatan serupa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuannya) dan pusat pertanggungjawaban (berupa unit perusahaan yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab)
2.      Informasi yang diproses dalam sistem pengendalian manajemen terbagi atas dua jenis: data terencana (dalam bentuk program, anggaran dan standar), data aktual (yaitu data yang benar terjadi di dalam maupun di luar organisasi).
3.      Sistem pengendalian manajemen adalah sistem perusahaan total yang merangkum semua aspek dalam operasi perusahaan yang berfungsi untuk membantu manajemen memelihara keseimbangan di antara bagian-bagian perusahaan dan mengoperasikan perusahaan secara terkoordinasi.
4.      Sistem pengendalian manajemen biasanya berhubungan erat dengan struktur keuangan (financial stucture), dimana kegiatan-kegiatan dan sumber daya perusahaan dinyatakan dalam satuan uang sehingga dapat dibandingkan satu sama lain. Serta satuan lain yang berupa jumlah karyawan, angka kerusakan yang tidak dinyatakan dalan bentuk uang sehingga dapat digunakan untuk memperluas ruang lingkup dan kualitas sistem pengendalian manajemen.
5.      Aspek-aspek perencanaan sistem pengendalian manajemen cenderung mengikuti pola dan jadwal tertentu. Misalnya, dalam penyusunan anggaran diambil langkah-langkah tertentu untuk menentukan rangkaian kejadian pada tanggal tertentu setiap tahun.
6.      Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem yang terkoordinasi dan terpadu, dimana data yang terkumpul digabungkan untuk saling dibandingkan setiap saat. Data aktual disusun sesuai dengan data yang direncanakan dan diukur secara konsisten untuk memungkinkan perbandingan antara hasil aktual dengan hasil yang diinginkan.

Struktur Sistem Pengendalian Manajemen
            Struktur merupakan bagian dari sistem pengendalian manajemen., yang berpusat pada bermacam-macam jenis pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai masukan dan keluaran. Pada dasarnya terdapat empat jenis pusat pertanggungjawaban menurut Sumarsan (2013), yaitu sebagai berikut:
1.      Pusat Biaya (cost center)
2.      Pusat Pendapatan (revenue center)
3.      Pusat Laba (profit center)
4.      Pusat Investasi (investement center)

Proses Sistem Pengendalian Manajmen
            Menurut (Chandra: 2017), proses dalam sistem pengendalian manajemen terdiri atas empat tahap, yaitu:
1. Pemrograman
            Pemrograman adalah proses memilih program yang memutuskan kegiatan-kegiatan perusahaan yang akan dilakukan untuk melaksanakan strategi perusahaan.

2. Penganggaran
            Penganggaran adalah alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek (biasanya meliputi waktu satu tahun) yang efektif dalam organisai. Anggaran yang telah disusun harus dapat menunjukkan rincian dari pendapatan dan beban untuk tiap pusat pertanggungjawaban dan untuk organisasi secara keseluruhan.

3. Operasi dan pengukuran
            Yaitu proses menjalankan program dan anggaran serta membandingkan antara data sesungguhnya dengan anggaran.

4. Pelaporan dan Analisis
            Dalam tahap ini, dibuat laporan anggaran kemudian laporan tersebut di analisis dengan merinci varians serta faktor penyebabnya.

Keterbatasan Sistem Pengendalian Manajemen
            Patut disadari bahwa sebaik apapun manajemen merancang suatu sistem pengendalian manajemen dalam organisasi kelemahan atau keterbatasan tetap ada. Kunci utamanya ada pada manusia. Beberapa keterbatasan yang dapat Diidentifikasikan (Japina: 2017) antara lain:
1.      Kurang matangnya suatu pertimbangan, efektivitas pengendalian seringkali dibatasi oleh adanya keterbatasan manusia dalam pengambilan keputusan. Suatu keputusan diambil oleh manajemen umumnya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang ada pada saat itu, antara lain informasi yang tersedia, keterbatasan waktu, dan beberapa variabel lain baik internal maupun eksternal (lingkungan). Dalam kenyataannya, sering dijumpai bahwa beberapa keputusan yang diambil secara demikian memberikan hasil yang kurang efektif dibandingkan dengan apa yang diharapkan. Keterbatasan ini merupakan keterbatasan alamiah yang dihadapi oleh manajemen.
2.      Kegagalan menterjemahkan perintah, pengendalian telah didisain dengan sebaik-baiknya, namun kegagalan dapat terjadi yang disebabkan adanya pegawai (Staf) yang salah menterjemahkan perintah dari pimpinan. Kesalahan dalam menterjemahkan suatu perintah dapat disebabkan dari ketidaktahuan atau kecerobohan pegawai yang bersangkutan. Terjadinya kegagalan dapat lebih diperparah apabiia kegagalan menterjemahkan perintah dilakukan oleh seorang pimpinan.
3.      Pengabaian manajemen, suatu pengendalian manajemen dapat berjalan efektif apabiia semua pihak atau unsur dalam organisasi mulai dari tingkat tertinggi hingga terendah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya. Meskipun suatu organisasi memiliki pengendalian manajemen yang memadai sekalipun. pengendalian tersebut tidak akan dapat mencapai tujuannya jika staf atau bahkan seorang pimpinan mengabaikan pengendalian. Istilah "pengabaian manajemen" ditujukan pada tindakan manajemen yang mengaibaikan pengendalian dengan tujuan untuk kepentingan pribadi atau untuk meningkatkan penyajian kondisi laporan kegiatan dan kinerja organisasi yang bersangkutan.
4.      Adanya Kolusi, kolusi adalah salah satu ancaman dari pengendalian yang efektif. Pemisahan fungsi telah dilakukan namun jika manusianya melakukan suatu persekongkolan untuk kepentingan pribadi atau kepentingan tertentu selain organisasi, maka pengendalian yang sebaik apapun tidak akan dapat mendeteksi atau mencegah terjadinya suatu tindakan yang merugikan organisasi. Sebagai contoh, konsultan pengawas atas suatu kegiatan pembangunan gedung kantor melakukan kolusi dengan pihak penyedia barang dan jasa yang melaksanakan pembangunan dengan cara memberikan peluang terjadinya penyimpangan dalam spesifikasi. Hal ini dapat terjadi apalagi pejabat pembuat komitmen kegiatan tersebut kurang aktif melakukan pengecekan. Contoh lain, kolusi yang terjadi antara penyedia barang dan jasa dengan pihak penerima barang. Penyedia barang dan jasa menyerahkan barang yang dipesan dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda tetapi dinyatakan dalam faktur penagihan telah sesuai dengan yang dipesan. Di lain pihak, si penerima barang memproses penerimaan barang tersebut seolah-olah telah diterima sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dipesan.







DAFTAR PUSTAKA

Japina, Henky. 2017. Pengendalian Manajemen atas Sistem Informasi. Jurnal Ilman, Vol. 5, No. 1, Hal. 25-32.

Jatmiko. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan Organisasi. Forum Ilmiah-Vol. 10, No. 2, Hal. 209-219.

Musa, S. H. 2013. Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen Untuk Meningkatkan Kinerja Manajer Penjualan Pada PT. Hasjrat Abadi Manado. Jurnal EMBA Vol.1, No.4, Hal. 1790-1798.

Pramudyo, Anung. 2013. Implementasi Manajemen Kepemimpinan dalam Pencapaian Tujuan Organisasi. JBMA–Vol. I, No. 2, Hal. 49-61.

Riny Chandra, Riny. 2017. Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT. Indojaya Agri Nusa. Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8, No.1, Hal. 619-633.


No comments: