1.
Pengertian
Biaya Kualitas:
Horngren,
et.al (2003): "The
cost of quality (COQ) refers to cost incurpred to
prevent, or cost arising as a result of the production of a law quality product".
Menurut Anonymous yang dikutip
oleh Hariadi(2002):
"The
cost of quality refer to resources spent to assure consistent customer
satisfaction".
Blocher, et. al (2014):
"Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan,
pengidentifikasian, perbaikan, dan pembetulan produk yang berkualitas rendah,
dan dengan opportunity costdari
hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas".
Berdasarkan
beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas adalah biaya
yang dikeluarkan untuk memperbaiki kualitas produk.
2.
Manfaat Informasi Biaya
Kualitas
Menurut Garrison et.
al(2006)
laporan biaya kualitas memiliki beberapa kegunaan:
1. Informasi
biaya kualitas membantu para manjer melihat keuntungan financialdari
cacat.
2. Informasi
biaya kualitas membantu para manajer mengidentifikasikan pentingnya
masalah-masalah kualitas yang dihadapi perusahaan.
3. Informasi
biaya kualitas membantu para manajer melihat apakah biaya- biaya kualitas di
perusahaan mereka didistribusikan secara tidak baik.
Menurut Hansen, et.al (2010)
manfaat biaya kualitas sebagai berikut:
1) Pengambilan
keputusan manajemen untuk pihak internal, dan bagi pihak eksternal yaitu untuk
menilai kualitas perusahaan melalui program-program seperti ISO 9000.
2) Untuk
menerapkan dan mengawasi efektifitas program kualitas.
Jadi,
manfaat biaya kualitas adalah untuk membantu manajemen menentukan laba, juga
untuk mengambil keputusan strategi, serta untuk mempermudah pelaksanaan program
pengendalian kualitas.
3.
Alasan Penetapan Biaya
Kualitas
Menurut
Gaspersz (2006), perusahaan-perusahaan kelas dunia menduga biaya kualitas (quality cost)
untuk beberapa alasan berikut:
1.
Mengkuantifikasi ukuran dari
masalah kualitas dalam “bahasa uang”, guna meningkatkan komunikasi di antara
manajer menengah dan manajer puncak.
2.
Kesempatan utama untuk
reduksi biaya dapat diidentifikasi.
3.
Kesempatan untuk mengurangi
ketidakpuasan pelanggan dan ancaman - ancaman yang berkaitan dengan produk yang
dipasarkan dapat diidentifikasi. Beberapa biaya dari kualitas jelek (cost of poor quality) merupakan
hasil dari kegagalan produk setelah penjualan.
Beberapa perusahaan kelas dunia menggunakan
ukuran biaya kualitas sebagai indikator keberhasilan program perbaikan
kualitas, yang dapat dihubungkan dengan ukuran-ukuran lain sebagai berikut:
1.
Biaya kualitas dibandingkan
dengan nilai penjualan (persentase biaya kualitas total terhadap nilai
penjualan). Semakin rendah nilai ini, menunjukkan program perbaikan kualitas
semakin sukses.
2.
Biaya kualitas dibandingkan
terhadap keuntungan (persentase biaya kualitas total terhadap nilai
keuntungan). Semakin rendah nilai ini, menunjukkan program perbaikan kualitas
semakin sukses.
3.
Biaya kualitas dibandingkan
dengan harga pokok penjualan (cost
of goods sold), diukur berdasarkan persentase biaya kualitas
total terhadap nilai harga pokok penjualan, dimana semakin rendahnya nilai ini
menunjukkan semakin suksesnya program perbaikan kualitas.
Informasi biaya kualitas dapat memberikan
berbagai macam mamfaat, yang antara lain dapat digunakan untuk hal-hal berikut
(Fandy : 2000).
1. Mengidentifikasi
peluang laba (penghematan biaya dapat meningkatkan laba).
2. Mengambil
keputusan capital budgetingdan
keputusan investasi lainnya.
3. Menekan
biaya pembelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok.
4. Mengidentifikasi
pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para pelanggan.
5. Mengidentifikasi
sistem yang berlebihan.
6. Menentukan
apakah biaya-biaya kualitas telah didistribusikan secara tepat.
7. Penentuan
tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba.
8. Mengidentifikasi
masalah-masalah kualitas.
9. Dijadikan
sebagai alat manajemen untuk ukuran perbandingan tentang hubungan masukan-ke
luaran.
10. Dijadikan
sebagai salah satu alat analisis pareto untuk membedakan antara vital fewdantrivial
many.
11. Dijadikan
sebagai alat manajemen strategik untuk mengalokasikan sumber daya dalam
perumusan dan pelaksanaan strategi.
12. Dijadikan
sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.
4.
Pengelompokkan
Biaya Kualitas
Secara umum, Russel(1995) membagi biaya
kualitas menjadi dua bagian, seperti yang dikemukakan sebagai berikut:
A..Quality
cost fall into two major categories, the cost of quality of achieving good
quality, also known as the cost of quality assurance, and the cost associated
with poor quality products, also reffered to as the cost of non conforming to
specification”.
Sedangkan Horngren,
et.al(2003) menggolongkan biaya
kualitas secara lebih spesifik ke dalam empat ketegori, yaitu :
a. Prevention cost -costs incurred to preclude
the production of product that do not confirm to specifications.
b. Appraisal cost - costs incurred to defect which of the individual units of product do not
conform to specifications.
c. Internal failure cost- cost incurred by a non conforming product before it is shipped to
customer.
d. External failure cost - cost incurred by a non conformingproduct after it is shipped to
customers.
Sementara Gaspersz (2006) mencoba untuk mengelompokkan biaya kualitas secara
lebih rinci dengan mencantumkan contoh biaya-biaya yang sering mucul dari
setiap komponen biaya kualitas, sebagai berikut:
1. Biaya Kegagalan
Internal (Internal Failure
Costs), yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan kesalahan
dan nonkonformansi (errors
and nonconformance) yang ditemukan sebelum menyerahkan produk itu ke
pelanggan. Biaya-biaya ini tidak akan muncul apabila tidak ditemukan kesalahan
atau nonkonformansi dalam produk sebelum pengiriman. Contoh dari biaya
kegagalan internal adalah:
a) Serap: biaya yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja, material, dan biasanya overhead pada produk cacat
yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki kembali. Terdapat banyak ragam dari
jenis ini, yaitu serap, cacat, pemborosan,
usang, dan lain-lain.
b) Pekerjaan ulang (rework): biaya yang
dikeluarkan untuk memperbaiki kesalahan (mengerjakan ulang) produk agar
memenuhi spesifikasi yang ditentukan.
c) Analisis kegagalan (failure Analysis): biaya yang
dikeluarkan untuk menganalisis kegagalan produk guna menentukan
penyebab-penyebab kegagalan.
d) Inspeksi ulang dan pengujian
ulang (reinspection and retesting): biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan pengujianulang produk yang telah mengalami
pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.
e) Downgrading: selisih antara
harga jual normal dan harga yang dikurangi karena alasan kualitas.
f) Avoidable process losses: biaya-biaya
kehilangan yang terjadi, meskipun produk itu tidak cacat (konformans), sebagai
contoh : kelebihan bobot produk yang diserahkan ke pelanggan karena
variabilitas dalam peralatan pengukuran, dan lain-lain.
2.
Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Costs), yaitu biaya-biaya
yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformansi (errors and nonconformance) yang ditemukan
setelah produk itu diserahkan ke pelanggan. Biaya-biaya ini tidak akan muncul apabila
tidak ditemukan kesalahan atau nonkonformansi dalam produk setelah pengiriman.
Contoh dari biaya kegagalan eksternal adalah:
a)
Jaminan (warranty) : biaya yang
dikeluarkan untuk penggantian atau perbaikan kembali produk yang masih berada
dalam masa jaminan.
b)
Penyelesaian keluhan (complaint adjustment): biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk penyelidikan dan penyelesaian keluhan yang berkaitan dengan
produk cacat.
c)
Produk dikembalikan (returned product) : biaya-biaya yang
berkaitan dengan penerimaan dan penempatan produk cacat yang dikembalikan oleh
pelanggan.
d)
Allowances: biaya-biaya yang
berkaitan dengan konsesi pada pelanggan karena produk yang berada di bawah
standar kualitas yang sedang diterima oleh pelanggan atau yang tidak memenuhi
spesifikasi dalam penggunaan.
3.
Biaya Penilaian (Appraisal
Costs), yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan penentuan
derajat konformansi terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi yang ditetapkan).
Contoh dari biaya penilaian adalah :
a) Inspeksi dan
pengujian kedatangan material : biaya-biaya yang berkaitan dengan penentuan
kualitas dari material yang dibeli, apakah melalui inspeksi pada saat
penerimaan, melalui inspeksi yang dilakukan pada pemasok, atau melalui inspeksi
yang dilakukan oleh pihak ketiga.
b) Inspeksi dan
pengujian produk dalam proses : biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi
tentang konformansi produk dalam proses terhadap persyaratan kualitas
(spesifikasi) yang ditetapkan.
c) Inspeksi dan
pengujian produk akhir : biaya-biaya yang berkaiatan dengan evaluasi tentang
konformansi produk akhir terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi) yang
ditetapkan.
d) Audit kualitas produk
: biaya-biaya untuk melakukan audit kualitas pada produk dalam proses atau
produk akhir.
e) Pemeliharaan akurasi
peralatan pengujian : biaya -biaya dalammelakukan kalibrasi (penyesuaian) untuk
mempertahankan akurasi instrumen pengukuran dan peralatan.
f) Evaluasi stok :
biaya-biaya berkaitan dengan pengujian produk dalam penyimpanan untuk menilai
degradasi kualitas.
4.
Biaya Pencegahan (Prevention
costs), yaitu biaya-biaya yang berhubungandengan upaya
pencegahan kegagalan internal maupun eksternal, sehinggameminimumkan biaya
kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Contoh dari biaya pencegahan
adalah:
a) Perencanaan kualitas: biaya-biaya yang berkaitan dengan aktivitas perencanaan kualitas secara
keseluruhan, termasuk penyiapan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk
mengkomunikasikan rencana kualitas ke seluruh pihak yang berkepentingan.
b) Tinjauan ulang produk
baru (new product review): biaya-biaya yang
berkaitan dengan rekayasa keandalan (reliability
engineering) dan aktivitas-aktivitas lain yang terkait dengan
kualitas yang berhubungan dengan pemberitahuan desain baru.
c) Pengendalian proses:
biaya-biaya inspeksi dan pengujian dalam proses untuk menetukan status dari
proses (kapabilitas proses), bukan status dari produk.
d) Audit kualitas:
biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi atas pelaksanaan aktivitas dalam
rencana kualitas secara keseluruhan.
e) Evaluasi kualitas
pemasok: biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi terhadap pemasok sebelum
pemilihan pemasok, audit terhadap aktivitas-aktivitas selama kontrak, dan
usaha-usaha lain yang berkaitan dengan pemasok.
f) Pelatihan:
biaya-biaya yang berkaitan dengan penyiapan dan pelaksanaan program-program
pelatihan yang berkaitan dengan kualitas.
5.
Tujuan Biaya Kualitas
Biaya kualitas disusun oleh perusahaan
atas dasar suatu tujuan yang melandasi hal tersebut. Hansen (2010)
mengungkapkan tujuan biaya kualitas sebagai berikut:
1. Memperbaiki
danmempermudah
perencanaan, pengendalian, danpengambilan keputusan manajerial.
2. Memproyeksikan
mengenai kapan biaya dan penghematan ituterjadi dandibuat.
Jadi,
tujuan pembuatan biaya kualitas adalah untuk mempermudah proses keputusan
manajemen. Selain itu juga, agar perusahaan dapat memproyeksikan kapan biaya
terjadi, serta agar perusahaan dapat mengefisiensikan biaya. Dengan adanya
tujuan biaya kualitas, perusahaan mengharapkan agar biaya kualitas dapat
dipergunakan dengan baik.
6.
Teknik Pengendalian Kualitas
Salah satu cara atau teknik yang digunakan untuk melakukan
kegiatan pengendalian kualitas adalah dengan inspeksi. Gryna (2001)
mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan inspeksi sebagai berikut: “Inspection
and test include measurement of output and comparison to specified requirements
to determine conformity.Inspection is performed for a wide purposes; e.g.,
distinguishing between good and bad product, determining whether the process is
changing, measuring process capability, rating product quality, securing
product design information, rating the inspectiors ’ accuracy, and determining
the precisions of measuring instruments’”,
Perusahaan
dapat melakukan inspeksi untuk setiap unit produk barang (100%) yang diproduksi
maupun untuk sebagian produk barang yang diproduksi (sampel). Hal initergantung
keputusan manajemen perusahaan maumemilih
yang mana. Perlu diperhatikan bahwa meskipun inspeksi dilakukan 100%, hal ini
tidak akan menjamin tidak ada produk berkualitas buruk yang terjadi. Penyebab
lainnya adalah faktor manusia (human errors), dan kesalahan mesin yang
mungkin terjadi dalam melakukan inspeksi.
7.
Hubungan Antar Jenis Biaya
Kualitas
Secara garis besar, biaya pencegahan dan
penilaian bersifat “sukarela” sementara biaya kegagalan internal dan eksternal
bersifat “tidak sukarela” karena perusahaan bisa dipaksa untuk membayar biaya
ini. Biaya pencegahan dan penilaian disebut cost
of conformance(biaya
kesesuaian), yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk memastikan produk atau
jasa memenuhi kebutuhan konsumen. Sementara itu, biaya kegagalan internal dan
eksternal disebut cost
of nonconformance (biaya ketidaksesuaian).
Biaya
kualitas sama dengan jumlah cost
of conformancedan
cost of nonconformance.
Untuk menurunkan biaya kegagalan internal dan eksternal yang merupakan cost of nonconformance
adalah dengan cara meningkatkan cost
of conformance.Pada
akhirnya total biaya kualitas akan lebih rendah (Hariadi, 2002).
8.
Perilaku Biaya Kualitas
Menurut para pakar kualitas, suatu perusahaan
dengan program pengolalaan kualitas yang berjalan baik, biaya kualitasnya tidak
lebih besar dari 2,5% dari penjualan. Setiap perusahaan dapat menyususn
anggaran untuk menentukan besarnya standar biaya kualitas kelompok atau elemen
secara individual, sehingga biaya kualitas total yang dianggarkan tidak lebih
dari 2,5% dari penjualan.
Agar standar tersebut dapat tercapai, maka
perusahaan harus mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya kualitas secara
individual. Sebagianbiaya kualitas bervariasi dengan penjualan, namun sebagian
lainnya tidak. Maka menurut Fandy, dkk (2000), agar laporan kinerja kualitas
dapat bermanfaat:
1.
Biaya kualitas harus
digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap dihubungkan dengan
penjualan.
2.
Untuk biaya variabel,
penyempurnaan kualitas dicerminkan oleh pengurangan rasio biaya variabel.
Pengurangan kinerja dapat menggunakan salah satu dari dua cara sebagai berikut:
a.
Rasio biaya variabel pada
awal dan akhir periode tertentu dapat digunakan untuk menghitung penghematan
biaya sesungguhnya, atau kenaikan biaya sesungguhnya.
b.
Rasio biaya yang dianggarkan
dan rasio sesungguhnya dapat juga digunakan untuk mengukur kemajuan ke arah
pencapaian secara periodik.
c.
Untuk biaya tetap,
penyempurnaan biaya kualitas dicerminkan oleh perubahan absolut jumlah biaya
tetap.
9.
Pandangan
Terhadap Biaya Kualitas dan Jumlah Kesalahan
Pada
dekade yang lalu, banyak manajer bisnis yang beranggapan bahwa peningkatan
kualitas pasti dibarengi dengan peningkatan biaya, sehingga kualitas yang lebih
tinggi berarti biaya yang lebih tinggi pula. Pandangan ini dipertanyakan oleh para pioneerkualitas.
Juran meneliti
aspek ekonomis dari kualitas dan menyimpulkan bahwa mamfaat kualitas jauh
melebihi biayanya. Feigenbaum memperkenalkan Total QualityControl(TQC)
dan mengembangkan
prinsip bahwa kualitas merupakan tanggung jawab setiap orang.
Sementara
Crosby mengajukan konsepnya yang terkenal, yaitu “qualityis
free ”, maksudnya produk tidak boleh ada yang
cacat atau rusak. Menurut Fandy,dkk (2000) ada tiga kategori pandangan yang
berkembang di antara para praktisi mengenai biaya kualitas, yaitu sebagai berikut:
1.
Kualitas yang semakin tinggi
berarti biaya yang semakin tinggi. Atribut kualitas seperti kinerja dan
karakteristik tambahan menimbulkan biaya yang lebih besar dalam hal tenaga
kerja, bahan baku, desain, dan sumber daya ekonomis lainnya. Manfaat tambahan
dari peningkatan kualitas tidak dapat menutupi biaya tambahan.
2.
Biaya peningkatan kualitas
lebih rendah daripada penghematan yang dihasilkan. Pandangan ini dikemukakan
pertama kali oleh Deming dan dianut oleh para pemanufaktur Jepang. Penghematan
dihasilkan dari berkurangnya tingkat pengerjaan ulang, produk cacat, dan biaya
langsung lainnya yang berkaitan dengan kerusakan.
3.
Biaya kualitas merupakan
biaya yang sebenarnya melebihi biaya yang terjadi bila barang atau jasa
dihasilkan secara benar sejak saat pertama (exactly
right the first time) produksi. Pandangan inidianut
oleh para pendukung filosofi TQM. Biaya tidak hanya menyangkut biaya bahan
langsung, tetapi juga biaya akibat kehilangan pelanggan, kehilangan pangsa
pasar, dan banyak biaya tersembunyi lainnya serta peluang yang hilang dan tidak
teridentifikasi oleh sistem akuntansi biaya.
Paradigma yang diungkapkan oleh Juran
tersebut merupakan paradigma tradisional. Hal ini dikarenakan paradigma
tersebut beranggapan bahwa kesalahan tidak dapat dihindari sehingga sangatlah
mahal biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki semua kerusakan. Sebaliknya, TQM berpendapat
bahwa zero defect
seharusnya menjadi sasaran perusahaan. Perusahaan seharusnya menganalisis
penyebab semua kesalahan dan mengambil tindakan untuk memperbaikinya.
Berdasarkan pendekatan tradisional, biaya
terendah dicapai pada tingkat nonzero
defect.Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa
biaya untuk mengatasi kesalahan meningkat dengan semakin banyaknya kesalahan
yang terdeteksi dan berkurang apabila ada sedikit yang dibiarkan.
Sebaliknya, TQM berpendapat bahwa biaya
terendah dicapai pada tingkat zero
defect. Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa
meskipun kesalahan yang ada itu berjumlah besar, tetapi hal ini tidak
memerlukan lebih banyak biaya untuk memperbaiki kesalahan yang terakhir
tersebut dibandingkan dengan mengoreksi kesalahan yang pertama. Oleh karena
itu, biaya total akan menurun terus sampai kesalahan terakhir diatasi. Dalam
hal ini TQM berpendapat
bahwa quality is free.
No comments:
Post a Comment