Aspek utama dari upaya memperbaiki sistem kesehatan masyarakat adalah dari segi penyediaan sistem akuntansi manajemen (Management Accounting System/MAS) yang berfokus pada upaya penerapan teknologi informasi berbiaya rendah yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (Padovani, Orelli dan Young, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh (Lowe dan Doolin, 1999) membahas mengenai penerapan sistem akuntansi dengan menggunakan casemix (Upaya Pengendalian Biaya Pelayanan Rumah Sakit) pada rumah sakit umum Selandia Baru. Mereka mengungkapkan bahwa dalam konteks perawatan kesehatan, sistem akuntansi dengan casemix memberikan pengaruh pengontrolan yang baik karena dapat membantu mengelola kegiatan secara efisien, rumah sakit tidak akan menahan pasien lama dan membuat pegawai dapat bekerjasama secara tim.
Berbeda dengan reformasi
China di bidang akuntansi rumah sakit. Sebelum
melakukan reformasi, sistem akuntansi menyediakan data semata-mata untuk tujuan
perencanaan Pemerintah Pusat.
Reformasi diharapkan dapat mendesentralisasikan pembuatan keputusan di dalam
rumah sakit, sehingga memberi sinyal kebutuhan akan sistem akuntansi baru yang
akan memberikan informasi kepada manajer dan penyedia sumber daya. Setelah reformasi, Pemerintah terus mempertahankan kontrol dengan
menetapkan harga layanan medis pada tingkat yang rendah tanpa memperdulikan margin keuntungan untuk
penjualan farmasi dan layanan medis.
Kebijakan makro-kontrol ini telah menghasilkan sistem informasi akuntansi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan para manajer maupun penyedia sumber daya
eksternal. Akuntansi rumah sakit di China tunduk
pada evolusi kebijakan kesehatan Pemerintah
yang terus berlanjut (Chu dan Rask, 2002).
Ditinjau dari segi pembukuan, akuntansi rumah sakit dibagi menjadi 2 sistem yang sangat penting yaitu (Cordery, 2010):
a.
Cash Basis
Basis
akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar yang digunakan untuk pengakuan
pendapatan, belanja dan pembiayaan. Dalam rangka pengelolaan kas dengan
berdasarkan praktik bisnis yang sehat, Rumah Sakit menyelenggarakan hal-hal
sebagai berikut:
i. Merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas.
ii. Melakukan pemungutan pendapatan atau penagihan.
iii. Menyimpan kas dan mengelola rekening bank.
iv. Melakukan pembayaran.
v. Perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek.
vi. Memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk
memperoleh pendapatan tambahan.
b.
Accrual
Basis
Basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi
tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Menurut
(Kaufman, 2009) poin utama akuntansi akrual adalah sebagai berikut:
i. Pendapatan diperoleh pada saat layanan diberikan. Seorang pasien
di tempat tidur menerima sebuah layanan.
ii. Biaya adalah biaya penyediaan bahan dan layanan kepada
pihak-pihak yang menerima layanan, saat layanan diberikan.
iii. Waktu ketika sebuah organisasi mendapat bayaran untuk
layanan yang diberikannya, atau saat membayar obat dan layanan yang ia beli.
iv. Pengukuran surplus/defisit yang akurat bergantung pada pencocokan layanan yang
benar dan biaya penyediaan layanan.
Menurut (Young dan Pearlman, 1993) rumah sakit telah terhambat dengan sistem akuntansi biaya yang tidak memadai. Untuk memenuhi tantangan tahun 1990an, rumah sakit harus mengikuti pendekatan empat tahap terhadap akuntansi biaya:
a. Tahap
1, memperbaiki keseluruhan sistem akuntansi biaya.
b. Tahap
2, memisahkan biaya variabel dan
biaya tetap;
c. Tahap
3, mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong terjadinya biaya
serta cara agar biaya tersebut dapat dikendalikan dan
mendefinisikan ulang departemen mana
sebagai
pusat tanggung jawab keuntungan atau biaya.
d. Tahap
4, mengkonfigurasi ulang sistem administratif yang masih menggunakan sistem biaya tradisional.
No comments:
Post a Comment