Pengertian
Sistem menurut Mulyadi (2008:2) adalah: “suatu sistem pada dasarnya adalah
sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya yang berfungsi
bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian intern menurut
Susanto (2008:88) adalah pengendalian (control)
meliputi semua metode, kebijakan dan prosedur organisasi yang menjamin keamanan
harta kekayaan perusahaan, akurasi dan kelayakan data manajemen serta standar
operasi manajemen lainnya.Pengertian pengendalian intern menurut committe ofsponsoring organizations (COSO)
menurut Susanto (2008:95) adalah: COSO menyatakan bahwa pengendalianintern
menjadi dorongan yang diberikan kepada seseorang atau karyawan dari bagian
tertentu dari organisasi atau organisasi secara keseluruhan agar berjalan
sesuai dengan tujuan. Menurut Krismiaji (2010:218) menyatakan Pengertian
“Pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode yang digunakan
untuk menjaga atau melindungi aktiva dan menghasilkan informasi yang akurat dan
dapat dipercaya.”
Sistem pengendalian menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountans), meliputi
struktur organisasi, semua metode-metode danketentuan-ketentuan yang
terorganisasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan,
memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya,
meningkatkan efisiensi dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah
ditetapkan. Definisi tersebut menekankan pada apa yang hendak dicapai, bukan
pada elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut.
Pengendalian adalah usaha untuk mencapai tujuan tertentu
melalui perilaku yang diharapkan. Dalam defenisi pengendalian ini terdapat dua
hal penting: tujuan tertentu yang akan diwujudkan dalam perilaku tertentu yang
diharapkan (Mulyadi, Johny Setyawan, 2001: 646)
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi
oleh dewan komisaris, manajemen dan personil satuan usaha lainnya yang
dirancang untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam
hal keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian dengan undang-undang, dan
peraturan yang berlaku, efektifitas dan efesiensi operasi (Al Haryono Jusup,
2001 : 252).
(IAI,
2001dalam Sukrisno Agoes: 79) mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas-yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaiantiga
golongan tujuan berikut: a) Keandalan pelaporan keuangan, b) Efektifitas
danefisiensi operasi dan, c) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.
Sedangkan Horngren,
(2007:390) mendefinisikan pengendalian intern sebagai: Rencana organisasional
dan semua tindakan terkait yang dirancang untukmengamankan aktiva, mendorong
karyawan untuk mengikuti kebijakan perusahaan,meningkatkan efisiensi operasi,
dan memastikan catatan akuntansi yang akurat dandapat diandalkan.Pengendalian
intern juga mempunyai pengertian dalam arti sempit dan luas. Sistem pengendalian
dalam arti sempit sama dengan istilah internal check, yaitu prosedur-prosedur
mekanis untuk memeriksa ketelitian data-data administrasi misalnya mencocokkan
pejumlahan horizontal dengan penjumlahan vertikal. Sedangkan dalam arti luas,
sistem pengendalian intern dipandang sebagai sistemsosial yang mempunyai makna
atau wawasan khusus dalam organisasi perusahaan.
Menurut Messier (2006: 351) pengendalian internal adalah:Suatu
proses yang didesain oleh atau dibawah pengawasan dari eksekutif utama
perusahaan dan pejabat keuangan utama atau orang yang melakukan fungsi yang
samadan dipengaruhi oleh dewan komisaris perusahaan, manajemen, dan personel
lain untuk memberikan keyakinan memadai mengenai keandalan pelaporan keuangan
dan pembuatan laporan keuangan untuk tujuan eksternal sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Tabel 1: Penyebab Diperlukannya
Pengendalian dan Tipe Pengendalian yang Efektif untuk mengatasi Penyebab
tersebut
Penyebab diperlukannya pengendalian
|
Tipe pengendalian yang efektif
|
Ketidaksesuaian antara
tujuan individu dengan tujuan
organisasi
|
Pengendalian
utama:
|
Pengendalian
terhadap personel
|
|
Pengendalian
tambahan:
|
|
Pengendalian
terhadap keluaran
|
|
Pengendalian
terhadap tindakan tertentu
|
|
Pengendalian
terhadap Personel
|
|
Penghindaran
organisasi dari masalah pengendalian
|
|
Keterbatasan
individu:
|
|
Kurangnya
atau ketiadaan kompetensi personel
|
|
Keterbatasan
yang bersifat manusiawi
|
|
Sumber:
Mulyadi dan Johny Setyawan 2001:64
|
Dalam gambar diatas tipe
pengendalian dikelompokkan menjadi dua golongan:
1. Pengendalian utama: Pengendalian
terhadap personel.
Untuk
mencegah atau menghindari berbagai masalah yang dapat timbul didalam usaha
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan karena adanya ketidak sesuaian
antara tujuan organisasi dengan individu dan atau keterbatasaan individu, cara
utama yang ditempuh manajemen adalah mendesain dan mengimplementasikan
pengendalian terhadap personel dengan cara pendidikan dan pelatihan, penyediaan
teknologi yang memadai serta, dukungan dari manajemen puncak.
1. Pengendalian tambahan:
Pengendalian tambahan adalah usaha
pengendalian yang ditambahkan pada pengendalian utama,
untuk mencegah personel melakukan aktivitas yang tidak menuju
ke tujuan yang telah ditetapkan atau mencapai tujuan yang telah
ditetapkan melalui perilaku yang tidak diharapkan.
a.
Pengendalian
terhadap keluaran.
Dalam pengendalian ini, personel
dituntut
mempertanggung-jawabkan
keluaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pengendalian terhadap tindakan
tertentu.
Dengan
tipe pengendalian ini, manajemen merancang sistem pengendalian yang mendorong
personel untuk mengerjakan tindakan yang diharapkan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dan mencegah personel untuk melakukan tindakan yang tidak
diharapkan. Dengan cara penggunaan hambatan terhadap perilaku yang tidak
diharapkan agar perilaku tersebut tidak terjadi atau sangat kecil kemungkinannya
untuk terjadi, pertanggungjawaban tindakan, dan review yang dilakukan sebelum
tindakan dilaksanakan.
c. Penghindaran organisasi dari
perilaku individu yang tidak diharapkan.
Dalam
beberapa hal, manajemen dapat menghindarkan organisasi dari masalah-masalah
pengendalian dengan cara tidak memberi kesempatan personel organisasi untuk
berperilaku tidak sebagaimana yang diharapkan.
Konsep dasar pengendalian intern
menurut Mulyadi, (2002:180) yaitu:
1. Pengendalian intern merupakan suatu
proses. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu.
2. Pengendalian intern dijalankan oleh
orang. Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan
formulir, namun dijalankan oleh orang disetiap jenjang organisasi, yang
mencakup dewan komisaris, manajemen dan personel lain.
3. Pengendalian intern diharapkan dapat
mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen
dewan komisaris entitas.
4. Pengendalian intern ditujukan untuk
mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan, dan
operasi.
Manajemen biasanya memiliki tiga
tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian intern yang efektif yaitu (
Arens, 2008: 370):
1. Realibilitas pelaporan keuangan.
Manajamen memikul baik tanggung jawab hukum maupun profesional untuk memastikan
bahwa informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan persyaratan
pelaporan seperti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Tujuan
pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah memenuhi tanggung
jawab pelaporan keuangan tersebut.
2. Efisiensi dan efektivitas operasi.
Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya secara
efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran perusahaan. Tujuan
yang penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan dan
nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan
keputusan.
3. Ketaatan pada hukum dan peraturan.
Meskipun
dengan diterapkannya lima komponen pengendalian intern dengan sebaik apapun dirancang
dan dioperasikan, sistem tersebut tetap memiliki keterbatasan yang disebabkan
oleh factor-faktor berikut ( Boyton, Johnson, Kell, 2003: 376):
1. Kesalahan dalam pertimbangan.
Kadang-kadang manajemen dan personel lainnya dapat melakukan pertimbangan yang
buruk dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan tugas rutin karena
informasi yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya.
2. Kemacetan. Kemacetan dalam
melaksanakan pengendalian dapat terjadi ketika personel salah memahami instruksi
atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan.
3. Kolusi. Individu yang bertindak
bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu pengendalian penting
bertindak bersama dengan karyawan lain, konsumen atau pemasok, dapat melakukan
sekaligus dapat menutupi kecurangan sehingga tidak dapat dideteksi oleh
pengendalian internal (misalnya seperti kolusi antara tiga karyawan mulai dari
departemen personel, manufaktur, dan penggajian untuk membuat pembayaran kepada
karyawan fiktif, atau skedul pembayaran kembali antara seorang karyawan dalam
departemen pembelian dan pemasok atau antara seorang karyawan didepatemen
penjualan dengan pelanggan).
4. Penolakan manajemen. Manajemen dapat
mengesampingkan kebijakan atau prosedur tetulis untuk tujuan tidak sah seperti
keuntungan pribadi atau presentasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas yang
dinaikkan atau status ketaatan (misalnya menaikkan laba yang dilaporkan untuk
menaikkan pembayaran bonus atau nilai pasar dari saham entitas, atau menyembunyikan
pelanggaraan dari perjanjian hutang atau ketidaktaatan terhadap hukum dan
peraturan). Praktik penolakan (override)
termasuk membuat penyajian yang salah dengan sengaja kepada auditor dan lainnya
seperti menerbitkan dokumen palsu untuk mendukung pencatatan transaksi
penjualan fiktif.
5. Biaya versus manfaat. Biaya
pengendalian internal suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang
diharapkan untuk diperoleh. Karena pengukuran yangtepat baik
dari biaya dan manfaat biasanya tidak memungkinkan, mamajemen harus membuat
baik estimasi kuantutatif maupuan kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara
biaya dan manfaat.
Tujuan Sistem Pengendalian Intern
COSO dalam Susanto (2008:95)mengatakan tujuan sistem
pengendalian intern adalah:
a. Efisiensi dan efektivitas operasi.
b. Penyajian laporan keuangan yang
dapat dipercaya.
c. Ketaatan terhadap undang-undang dan
aturan yang berlaku.
Mulyadi (2008: 163)mengatakan tujuan sistem pengendalian intern yang
efektif diantaranya:
1. Menjaga keamanan harta perusahaan
dan juga catatan organisasi
2. Memeriksa ketelitian atas kecermatan
dan kebenaran data akuntansi.
3. Memajukan efisiensi perusahaan.
4. Membantu agar tidak ada penyimpangan
dari kebijakan-kebijakan manjemen yang ada.
Unsur-unsur Sistem Pengendalian
Intern
Mulyadi
(2008:164)mengatakan unsur-unsur pengendalian intern meliputi :
a. Struktur organisasi yang memisahkan
tanggung jawab fungsional secara tegas.
b. Sistem wewenang dan prosedur
pencatatan yang melindungi kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
c. Praktik yang sehat dalam menjalankan
tugas dan fungsi setiap unit.
d. Karyawan yang kompeten sesuai dengan
tanggung jawabnya.
COSO
dalamSusanto(2008: 96)mengatakan
pengendalian intern memiliki lima
komponen antara lain:
a. Lingkungan Pengendalian.
Lingkungan pengendalian
adalah pembentukan suasana
organisasi serta memberi
kesadaran tentangperlunya
pengendalian bagi suatu organisasi ada beberapa faktor yang mempengaruhi
lingkungan pengendalian:
1. Integritas dan nilai etika.
2. Komitmen terhadap kompetensi.
3. Partisipasi dewan direksi dan tim
auditor
4. Filosofi dan gaya manajemen
5. Struktur organisasi
6. Pemberian wewenang dan tanggung
jawab
7. Kebijakan mengenai sumber daya manusia dan penerapannya
A. Penilaian
Resiko
Penaksiran
resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan
pengelolaan resiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan,
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Penaksiran
resiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah penaksiran resiko yang
terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan dan desain dan
implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mengurangi resiko
tersebut pada tingkat minimum, dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat.
Penaksiran
resiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap resiko yang dapat
timbul dari perubahan keadaan, seperti:
a. Bidang baru bisnis atau transaksi
yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal.
b. Perubahan standar akuntansi.
d. Perubahan yang berkaitan dengan
revisi sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi.
e. Pertumbuhan pesat entitas yang
menuntut perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi dan personel yang
terlibat didalam fungsi tersebut.
B. Pengendalian aktivitas.
Aktivitas
pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan
keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan
prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah
dilaksanakan untuk mengurangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas
pengendalian memiliki berbagi macam tujuan dan ditetapkan dalam berbagai
tingkat dan fungsi organisasi. Penerapan aktivitas pengendalian ini dapat
berupa:
a. Review kinerja
b. Pengolahan informasi
c. Pengendalian fisik
d. Pemisahan tugas
e. Informasi dan komunikasi.
Sistem
akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menggolongkan,
menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu entitas, serta
menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan utang entitas tersebut. Fokus
utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan sistem
akuntansi adalah bahwa transaksi dilaksanakan dengan cara yang mencegah salah
saji dalam asersi manajemen dilaporan keuangan.
Oleh
karena itu, sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan memadai
bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah:
a. Sah.
b. Telah diotorisasi.
c. Telah dicatat.
d. Telah dinilai secara wajar.
e. Telah digolongkan secara wajar.
f. Telah dicatat dalam periode
seharusnya.
g. Telah dimasukkan kedalam buku
pembantu dal telah diringkas dengan benar.
Komunikasi
mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yangterlibat dalam
pelaporan keuangan tetang
bagaimana aktivitas mereka
berkaitandengan pekerjaan orang lain, baik yang
berada didalam maupun diluar organisasi. Komunikasi ini mencakup system
pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas. Pedoman
kebikajan, pedoman akuntasi dan pelaporan keuangan, daftar akun, dan memo juga
merupakan bagian dari komponen informasi dan komunikasi dalam pengendalian
intern.
C. Pemantauan.
Pemantauan
adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu,
pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan
tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian, pada waktu
yang tepat, untuk menentukan apakah pengendalian interntersebut
telah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.
Aktivitaspemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dari
pihak luar.
SA
Seksi 319 pertimbangan atas pengendalian intern dalam audit laporan keuangan
menyebutkan lima unsur pokok pengendalian intern yaitu:
1. Lingkungan pengendalian (Control Environment).
Lingkungan
pengendalian menciptakan suasana dalam suatu organisasi dan mempengaruhi
kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendallian
merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern, yang membentuk
disiplin dan struktur.
Berbagai
faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain:
a. Nilai integritas dan etika.
Efektivitas pengendalian intern bersumber dari dalam diri orang yang mendesain
dan melaksanakannya. Pengendalian intern yang memadai desainnya, namun tidak
dijalankan oleh orang-orang yang tidak menjunjung tinggi integritas dan tidak
memiliki etika, akan mengakibatkan tidak terwujudnya tujuan pengendalian
intern.
b. Komitmen terhadap kompetensi. Untuk
mencapai tujuan entitas, personel disetiap tingkat organisasi harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya secara
efektif. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan panduan antara kecerdasan,
pelatihan, dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi.
c. Dewan komisaris dan komite audit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas dewan komisaris atau komite audit
yaitu:
1. Independensinya manajemen.
2. Pengalaman dan kedudukan anggotanya.
3. Cakupan keterlibatan dengan dan
pemeriksaan secara mendalam aktivitas perusahaan.
4. Tingkat kesulitan pertanyan yang
diajukan dan ditindak lanjuti dengan manajemen.
5. Interaksinya dengan auditor internal
dan eksternal.
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen.
Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi
perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan apa yang seharusnya dikerjakan
dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perusahaan.
e. Struktur organisasi. Pengembangan
sturktur organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung
jawab di dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.
f. Pembagian wewenang dan pembebanan
tanggung jawab. Dengan pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat
mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan
organisasi.
g. Kebijakan dan praktik sumber daya
manusia. Pengendalian intern yang baik tidak akan dapat menghasilkan informasi
keuangan yang andal jika dilaksanakan oleh karyawan yang tidak kompeten dan
tidak jujur. Karena pentingnya perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan
jujur, agar terciptanya pengendalian yang baik, maka perusahaan perlu memiliki metode yang baik
dalam menerima karyawan, mengembangkam kompetensi mereka, menilai prestasi dan
memberikan kompensasi atas prestasi mereka.
Prosedur-prosedur Pengendalian
Internal
Dalam
sebuah perusahaan diperlukan adanya prosedur pengendalian internal. Adapun
prosedur pengendalian internal tersebut adalah sebagai berikut (Horngren dan
Harrison, 2007:392).
1. Karyawan yang Kompeten, Dapat Diandalkan,
dan EtisKaryawan dalam suatu perusahaan harus kompeten, dapat diandalkan (reliable), dan etis.
2. Pemberian Tanggung Jawab
Dalam sebuah perusahaan yang
memiliki pengendalian internal yang baik, tidak ada tugas penting yang
terlewatkan. Setiap karyawan memilki tanggung jawab tertentu.
3. Pemisahan Tugas
Manajemen yang cerdas akan membagi
tanggung jawab di antara dua atau lebih orang. Pemisahan tugas akan membatasi
penipuan dan meningkatkan keakuratan catatan akuntansi.
4. Audit
Untuk memvalidasi catatan akuntansinya,
sebagian besar perusahaan melakukan audit. Audit adalah pemeriksaan laporan
keuangan dan sistem akuntansi perusahaan.
5. Dokumen
Dokumen menyediakan rincian
transaksi bisnis. Dokumen meliputi faktur dan pesanan melalui faks. Dokumen
harus diberi nomor urut untuk mencegah pencurian dan ketidakefisienan.
6. Perangkat Elektronik
Sistem akuntansi semakin kurang
bergantung pada dokumen dan lebih mengandalkan pada perangkat penyimpanan
digital.
7. Pengendalian Lainnya
Perusahaan menyimpan dokumen penting
dalam brankas tahan api. Alarm anti pencuri akan melindungi bangunan, kamera
keamanan akan melindungi properti lainnya.Cuti wajib (mandatoryvacations) dan rotasi tugas (job rotation)akan memperbaiki pengendalian internal.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Sistem Pengendalian Intern
Pengendalian intern suatu entitas
berbeda-beda hal ini disebabkan olehbeberapa faktor:
a. Besar atau luasnya satuan usaha.
b. Karakteristik pemiliknya.
c. Sifat dan keanekaragaman usahanya.
d. Metode pemrosesan data.
e. Serta faktor-faktor lainnya.
Manajemen
pada umumnya menginginkan adanya jaminan yang memadai bahwa pengendalian intern
dapat dicapai. Dua faktor penting yang mendasari kesimpulan tersebut adalah:
1. Pengakuan bahwa biaya dari
pengendalian tidak boleh melebihi dari manfaat yang diperkirakan akan
diperoleh. kriteria cost-benefit
biaya-manfaat merupakan masalah yang kritis dalam proses pengambilan keputusan
manajemen, karena hubungan biaya-manfaat ini lebih bersifat estimasi dan
pertimbangan, bukan ukuran yang pasti.
2. Adanya kenyataan bahwa pengendalian
tidak boleh mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap efisiensi dan
profitabilitas. Misalnya untuk mengurangi kerugian akibat cek kosong,
perusahaan hanya menerima certified check
dan cashier dari pelanggan. Karena
hal tersebut akan berpengaruh pada penjualan,maka beberapa perusahaan percaya
bahwa dengan meminta identitas pembuatcek, maka akan memberikan jaminan
yang memadai terhadap kemungkinan kerugian adanya cek kosong.
Pada
dasarnya suatu pengendalian intern yang baik tidak hanya terbatas pada
masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan bagian akuntansi dan keuangan
tetapi lebih luas dari pada itu. Pengendalian intern yang baik juga meliputi
pengendalian melalui anggaran (budgetary
control), biaya standar atau standar pelaksanaan yang lain, laporan-laporan
operasi secara berkala, serta pengendalian kualitas yang dilakukan dengan
sistem inspeksi langsung maupun mendadak.
Ciri-Ciri Pengendalian Intern Yang
Efektif
Akmal
(2007:25) mengemukakan ciri-ciri Pengendalian intern yang efektif adalah:
a. Tujuannya jelas
b. Dibangun untuk tanggung jawab
bersama.
c. Biaya yang dikeluarkan dapat
mencapai tujuan.
d. Didokumentasikan.
e. Dapat diuji.
Perencanaan Pengendalian Internal
Perencanaan
(planning) adalah fungsi dasar (fundamental) manajemen, karena organizing, staffing, directing, dan controlling pun harus terlebih dahulu
direncanakan (Hasibuan, 2008:91). Pengendalian internal(internal control) mencakup rencana organisasi serta metode-metode
terkait dan pengukuran yang diadopsi perusahaan untuk melindungi aset dari
pencurian, perampokan, dan penyalahgunaan oleh karyawan serta meningkatkan
keakuratan dan kebenaran pencatatan akuntansi (Weygandt et al. 2007:454).
Tujuan Perencanaan Pengendalian
Internal
Tujuan
perencanaan menurut Hasibuan (2008:95) adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan bertujuan untuk
menentukan tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur, dan program serta memberikan
pedoman cara-cara pelaksanaan yang efektif dalam mencapai tujuan.
b. Perencanaan bertujuan untuk
menjadikan tindakan ekonomis, karena semua potensi yang dimiliki terarah dengan
baik kepada tujuan.
c. Perencanaan adalah suatu usaha untuk
memperkecil resiko yang dihadapi pada masa yang akan datang.
1. Perencanaan menyebabkan
kegiatan-kegiatan dilakukan secara teratur dan bertujuan.
2. Perencanaan memberikan gambaran yang
jelas dan lengkap tentang seluruh pekerjaan.
3. Perencanaan membantu penggunaan
suatu alat pengukuran hasil kerja.
4. Perencanaan menjadi suatu landasan
untuk pengendalian.
5. Perencanaan merupakan suatu usaha
untuk menghindari mismanagement dalam
penempatan karyawan.
6. Perencanaan membantu peningkatan
daya guna dan hasil guna organisasi.
No comments:
Post a Comment