Sunday, June 3, 2018

Sistem Pengendalian intern



Pengertian Sistem menurut Mulyadi (2008:2) adalah: “suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian intern menurut Susanto (2008:88) adalah pengendalian (control) meliputi semua metode, kebijakan dan prosedur organisasi yang menjamin keamanan harta kekayaan perusahaan, akurasi dan kelayakan data manajemen serta standar operasi manajemen lainnya.Pengertian pengendalian intern menurut committe ofsponsoring organizations (COSO) menurut Susanto (2008:95) adalah: COSO menyatakan bahwa pengendalianintern menjadi dorongan yang diberikan kepada seseorang atau karyawan dari bagian tertentu dari organisasi atau organisasi secara keseluruhan agar berjalan sesuai dengan tujuan. Menurut Krismiaji (2010:218) menyatakan Pengertian “Pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva dan menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.”
Sistem pengendalian menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountans), meliputi struktur organisasi, semua metode-metode danketentuan-ketentuan yang terorganisasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan. Definisi tersebut menekankan pada apa yang hendak dicapai, bukan pada elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut.
Pengendalian adalah usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui perilaku yang diharapkan. Dalam defenisi pengendalian ini terdapat dua hal penting: tujuan tertentu yang akan diwujudkan dalam perilaku tertentu yang diharapkan (Mulyadi, Johny Setyawan, 2001: 646)
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen dan personil satuan usaha lainnya yang dirancang untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian dengan undang-undang, dan peraturan yang berlaku, efektifitas dan efesiensi operasi (Al Haryono Jusup, 2001 : 252).
(IAI, 2001dalam Sukrisno Agoes: 79) mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas-yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaiantiga golongan tujuan berikut: a) Keandalan pelaporan keuangan, b) Efektifitas danefisiensi operasi dan, c) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Sedangkan   Horngren, (2007:390) mendefinisikan pengendalian intern sebagai: Rencana organisasional dan semua tindakan terkait yang dirancang untukmengamankan aktiva, mendorong karyawan untuk mengikuti kebijakan perusahaan,meningkatkan efisiensi operasi, dan memastikan catatan akuntansi yang akurat dandapat diandalkan.Pengendalian intern juga mempunyai pengertian dalam arti sempit dan luas. Sistem pengendalian dalam arti sempit sama dengan istilah internal check, yaitu prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian data-data administrasi misalnya mencocokkan pejumlahan horizontal dengan penjumlahan vertikal. Sedangkan dalam arti luas, sistem pengendalian intern dipandang sebagai sistemsosial yang mempunyai makna atau wawasan khusus dalam organisasi perusahaan.
Menurut Messier (2006: 351) pengendalian internal adalah:Suatu proses yang didesain oleh atau dibawah pengawasan dari eksekutif utama perusahaan dan pejabat keuangan utama atau orang yang melakukan fungsi yang samadan dipengaruhi oleh dewan komisaris perusahaan, manajemen, dan personel lain untuk memberikan keyakinan memadai mengenai keandalan pelaporan keuangan dan pembuatan laporan keuangan untuk tujuan eksternal sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Tabel 1: Penyebab Diperlukannya Pengendalian dan Tipe Pengendalian yang Efektif untuk mengatasi Penyebab tersebut
Penyebab diperlukannya pengendalian
Tipe pengendalian yang efektif
Ketidaksesuaian   antara   tujuan   individu dengan tujuan organisasi
Pengendalian utama:
Pengendalian terhadap personel
Pengendalian tambahan:
Pengendalian terhadap keluaran
Pengendalian terhadap tindakan tertentu
Pengendalian terhadap Personel
Penghindaran organisasi dari masalah pengendalian


Keterbatasan individu:

Kurangnya atau ketiadaan kompetensi personel

Keterbatasan yang bersifat manusiawi

Sumber: Mulyadi dan Johny Setyawan 2001:64
Dalam gambar diatas tipe pengendalian dikelompokkan menjadi dua golongan:
1.  Pengendalian utama: Pengendalian terhadap personel.
Untuk mencegah atau menghindari berbagai masalah yang dapat timbul didalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan karena adanya ketidak sesuaian antara tujuan organisasi dengan individu dan atau keterbatasaan individu, cara utama yang ditempuh manajemen adalah mendesain dan mengimplementasikan pengendalian terhadap personel dengan cara pendidikan dan pelatihan, penyediaan teknologi yang memadai serta, dukungan dari manajemen puncak.
1.    Pengendalian tambahan:
Pengendalian tambahan adalah usaha pengendalian yang ditambahkan pada pengendalian            utama, untuk            mencegah personel melakukan aktivitas yang tidak menuju ke tujuan yang telah ditetapkan atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui perilaku yang tidak diharapkan.
a.    Pengendalian terhadap keluaran.
Dalam pengendalian ini, personel dituntut mempertanggung-jawabkan keluaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
b.    Pengendalian terhadap tindakan tertentu.
Dengan tipe pengendalian ini, manajemen merancang sistem pengendalian yang mendorong personel untuk mengerjakan tindakan yang diharapkan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mencegah personel untuk melakukan tindakan yang tidak diharapkan. Dengan cara penggunaan hambatan terhadap perilaku yang tidak diharapkan agar perilaku tersebut tidak terjadi atau sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi, pertanggungjawaban tindakan, dan review yang dilakukan sebelum tindakan dilaksanakan.
c.    Penghindaran organisasi dari perilaku individu yang tidak diharapkan.
Dalam beberapa hal, manajemen dapat menghindarkan organisasi dari masalah-masalah pengendalian dengan cara tidak memberi kesempatan personel organisasi untuk berperilaku tidak sebagaimana yang diharapkan.
Konsep dasar pengendalian intern menurut Mulyadi, (2002:180) yaitu:
1.    Pengendalian intern merupakan suatu proses. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.
2.    Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang disetiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personel lain.
3.    Pengendalian intern diharapkan dapat mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dewan komisaris entitas.
4.    Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
Manajemen biasanya memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian intern yang efektif yaitu ( Arens, 2008: 370):
1.    Realibilitas pelaporan keuangan. Manajamen memikul baik tanggung jawab hukum maupun profesional untuk memastikan bahwa informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.
2.    Efisiensi dan efektivitas operasi. Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran perusahaan. Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.
3.    Ketaatan pada hukum dan peraturan.
Meskipun dengan diterapkannya lima komponen pengendalian intern dengan sebaik apapun dirancang dan dioperasikan, sistem tersebut tetap memiliki keterbatasan yang disebabkan oleh factor-faktor berikut ( Boyton, Johnson, Kell, 2003: 376):
1.    Kesalahan dalam pertimbangan. Kadang-kadang manajemen dan personel lainnya dapat melakukan pertimbangan yang buruk dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan tugas rutin karena informasi yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya.
2.    Kemacetan. Kemacetan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi ketika personel salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan.
3.    Kolusi. Individu yang bertindak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu pengendalian penting bertindak bersama dengan karyawan lain, konsumen atau pemasok, dapat melakukan sekaligus dapat menutupi kecurangan sehingga tidak dapat dideteksi oleh pengendalian internal (misalnya seperti kolusi antara tiga karyawan mulai dari departemen personel, manufaktur, dan penggajian untuk membuat pembayaran kepada karyawan fiktif, atau skedul pembayaran kembali antara seorang karyawan dalam departemen pembelian dan pemasok atau antara seorang karyawan didepatemen penjualan dengan pelanggan).
4.    Penolakan manajemen. Manajemen dapat mengesampingkan kebijakan atau prosedur tetulis untuk tujuan tidak sah seperti keuntungan pribadi atau presentasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas yang dinaikkan atau status ketaatan (misalnya menaikkan laba yang dilaporkan untuk menaikkan pembayaran bonus atau nilai pasar dari saham entitas, atau menyembunyikan pelanggaraan dari perjanjian hutang atau ketidaktaatan terhadap hukum dan peraturan). Praktik penolakan (override) termasuk membuat penyajian yang salah dengan sengaja kepada auditor dan lainnya seperti menerbitkan dokumen palsu untuk mendukung pencatatan transaksi penjualan fiktif.
5.    Biaya versus manfaat. Biaya pengendalian internal suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan untuk diperoleh. Karena pengukuran yangtepat baik dari biaya dan manfaat biasanya tidak memungkinkan, mamajemen harus membuat baik estimasi kuantutatif maupuan kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan manfaat.

Tujuan Sistem Pengendalian Intern
COSO dalam Susanto (2008:95)mengatakan tujuan sistem pengendalian intern adalah:
a.    Efisiensi dan efektivitas operasi.
b.    Penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya.
c.    Ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku.
Mulyadi (2008: 163)mengatakan  tujuan sistem pengendalian intern yang efektif diantaranya:
1.    Menjaga keamanan harta perusahaan dan juga catatan organisasi
2.    Memeriksa ketelitian atas kecermatan dan kebenaran data akuntansi.
3.    Memajukan efisiensi perusahaan.
4.    Membantu agar tidak ada penyimpangan dari kebijakan-kebijakan manjemen yang ada.

Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern
Mulyadi (2008:164)mengatakan unsur-unsur pengendalian intern meliputi :
a.    Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
b.    Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang melindungi kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
c.    Praktik yang sehat dalam menjalankan tugas dan fungsi setiap unit.
d.    Karyawan yang kompeten sesuai dengan tanggung jawabnya.
COSO dalamSusanto(2008: 96)mengatakan  pengendalian intern memiliki  lima komponen antara lain:
a.    Lingkungan Pengendalian.
Lingkungan  pengendalian  adalah  pembentukan  suasana  organisasi  serta  memberi  kesadaran  tentangperlunya pengendalian bagi suatu organisasi ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian:
1.    Integritas dan nilai etika.
2.    Komitmen terhadap kompetensi.
3.    Partisipasi dewan direksi dan tim auditor
4.    Filosofi dan gaya manajemen
5.    Struktur organisasi
6.    Pemberian wewenang dan tanggung jawab
7.    Kebijakan mengenai sumber daya manusia dan penerapannya

A.   Penilaian Resiko
Penaksiran resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan resiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Penaksiran resiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah penaksiran resiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan dan desain dan implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mengurangi resiko tersebut pada tingkat minimum, dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat.
Penaksiran resiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap resiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan, seperti:
a.    Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal.
b.    Perubahan standar akuntansi.
c.    Hukum dan peraturan baru.
d.    Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi.
e.    Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat didalam fungsi tersebut.

B.   Pengendalian aktivitas.
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagi macam tujuan dan ditetapkan dalam berbagai tingkat dan fungsi organisasi. Penerapan aktivitas pengendalian ini dapat berupa:
a.    Review kinerja
b.    Pengolahan informasi
c.    Pengendalian fisik
d.    Pemisahan tugas
e.    Informasi dan komunikasi.
Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menggolongkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu entitas, serta menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan utang entitas tersebut. Fokus utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan sistem akuntansi adalah bahwa transaksi dilaksanakan dengan cara yang mencegah salah saji dalam asersi manajemen dilaporan keuangan.
Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah:
a.    Sah.
b.    Telah diotorisasi.
c.    Telah dicatat.
d.    Telah dinilai secara wajar.
e.    Telah digolongkan secara wajar.
f.     Telah dicatat dalam periode seharusnya.
g.    Telah dimasukkan kedalam buku pembantu dal telah diringkas dengan benar.
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yangterlibat  dalam  pelaporan  keuangan  tetang  bagaimana  aktivitas  mereka  berkaitandengan pekerjaan orang lain, baik yang berada didalam maupun diluar organisasi. Komunikasi ini mencakup system pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas. Pedoman kebikajan, pedoman akuntasi dan pelaporan keuangan, daftar akun, dan memo juga merupakan bagian dari komponen informasi dan komunikasi dalam pengendalian intern.

C.   Pemantauan.
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu, pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian, pada waktu yang tepat, untuk menentukan apakah pengendalian interntersebut telah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan. Aktivitaspemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dari pihak luar.
SA Seksi 319 pertimbangan atas pengendalian intern dalam audit laporan keuangan menyebutkan lima unsur pokok pengendalian intern yaitu:
1.    Lingkungan pengendalian (Control Environment).
Lingkungan pengendalian menciptakan suasana dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendallian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern, yang membentuk disiplin dan struktur.
Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain:
a.    Nilai integritas dan etika. Efektivitas pengendalian intern bersumber dari dalam diri orang yang mendesain dan melaksanakannya. Pengendalian intern yang memadai desainnya, namun tidak dijalankan oleh orang-orang yang tidak menjunjung tinggi integritas dan tidak memiliki etika, akan mengakibatkan tidak terwujudnya tujuan pengendalian intern.
b.    Komitmen terhadap kompetensi. Untuk mencapai tujuan entitas, personel disetiap tingkat organisasi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan panduan antara kecerdasan, pelatihan, dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi.
c.    Dewan komisaris dan komite audit. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas dewan komisaris atau komite audit yaitu:
1.    Independensinya manajemen.
2.    Pengalaman dan kedudukan anggotanya.
3.    Cakupan keterlibatan dengan dan pemeriksaan secara mendalam aktivitas perusahaan.
4.    Tingkat kesulitan pertanyan yang diajukan dan ditindak lanjuti dengan manajemen.
5.    Interaksinya dengan auditor internal dan eksternal.
d.    Filosofi dan gaya operasi manajemen. Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perusahaan.
e.    Struktur organisasi. Pengembangan sturktur organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab di dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.
f.     Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab. Dengan pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi.
g.    Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. Pengendalian intern yang baik tidak akan dapat menghasilkan informasi keuangan yang andal jika dilaksanakan oleh karyawan yang tidak kompeten dan tidak jujur. Karena pentingnya perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, agar terciptanya pengendalian yang baik, maka perusahaan perlu memiliki metode yang baik dalam menerima karyawan, mengembangkam kompetensi mereka, menilai prestasi dan memberikan kompensasi atas prestasi mereka.

Prosedur-prosedur Pengendalian Internal
Dalam sebuah perusahaan diperlukan adanya prosedur pengendalian internal. Adapun prosedur pengendalian internal tersebut adalah sebagai berikut (Horngren dan Harrison, 2007:392).
1.    Karyawan yang Kompeten, Dapat Diandalkan, dan EtisKaryawan dalam suatu perusahaan harus kompeten, dapat diandalkan (reliable), dan etis.
2.    Pemberian Tanggung Jawab
Dalam sebuah perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang baik, tidak ada tugas penting yang terlewatkan. Setiap karyawan memilki tanggung jawab tertentu.
3.    Pemisahan Tugas
Manajemen yang cerdas akan membagi tanggung jawab di antara dua atau lebih orang. Pemisahan tugas akan membatasi penipuan dan meningkatkan keakuratan catatan akuntansi.
4.    Audit
Untuk memvalidasi catatan akuntansinya, sebagian besar perusahaan melakukan audit. Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan dan sistem akuntansi perusahaan.
5.    Dokumen
Dokumen menyediakan rincian transaksi bisnis. Dokumen meliputi faktur dan pesanan melalui faks. Dokumen harus diberi nomor urut untuk mencegah pencurian dan ketidakefisienan.
6.    Perangkat Elektronik
Sistem akuntansi semakin kurang bergantung pada dokumen dan lebih mengandalkan pada perangkat penyimpanan digital.
7.    Pengendalian Lainnya
Perusahaan menyimpan dokumen penting dalam brankas tahan api. Alarm anti pencuri akan melindungi bangunan, kamera keamanan akan melindungi properti lainnya.Cuti wajib (mandatoryvacations) dan rotasi tugas (job rotation)akan memperbaiki pengendalian internal.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Pengendalian Intern
Pengendalian intern suatu entitas berbeda-beda hal ini disebabkan olehbeberapa faktor:
a.    Besar atau luasnya satuan usaha.
b.    Karakteristik pemiliknya.
c.    Sifat dan keanekaragaman usahanya.
d.    Metode pemrosesan data.
e.    Serta faktor-faktor lainnya.
Manajemen pada umumnya menginginkan adanya jaminan yang memadai bahwa pengendalian intern dapat dicapai. Dua faktor penting yang mendasari kesimpulan tersebut adalah:
1.    Pengakuan bahwa biaya dari pengendalian tidak boleh melebihi dari manfaat yang diperkirakan akan diperoleh. kriteria cost-benefit biaya-manfaat merupakan masalah yang kritis dalam proses pengambilan keputusan manajemen, karena hubungan biaya-manfaat ini lebih bersifat estimasi dan pertimbangan, bukan ukuran yang pasti.
2.    Adanya kenyataan bahwa pengendalian tidak boleh mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap efisiensi dan profitabilitas. Misalnya untuk mengurangi kerugian akibat cek kosong, perusahaan hanya menerima certified check dan cashier dari pelanggan. Karena hal tersebut akan berpengaruh pada penjualan,maka beberapa perusahaan percaya bahwa dengan meminta identitas pembuatcek, maka akan memberikan jaminan yang memadai terhadap kemungkinan kerugian adanya cek kosong.
Pada dasarnya suatu pengendalian intern yang baik tidak hanya terbatas pada masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan bagian akuntansi dan keuangan tetapi lebih luas dari pada itu. Pengendalian intern yang baik juga meliputi pengendalian melalui anggaran (budgetary control), biaya standar atau standar pelaksanaan yang lain, laporan-laporan operasi secara berkala, serta pengendalian kualitas yang dilakukan dengan sistem inspeksi langsung maupun mendadak.

Ciri-Ciri Pengendalian Intern Yang Efektif
Akmal (2007:25)  mengemukakan ciri-ciri  Pengendalian intern yang efektif adalah:
a.    Tujuannya jelas
b.    Dibangun untuk tanggung jawab bersama.
c.    Biaya yang dikeluarkan dapat mencapai tujuan.
d.    Didokumentasikan.
e.    Dapat diuji.

Perencanaan Pengendalian Internal
Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar (fundamental) manajemen, karena organizing, staffing, directing, dan controlling pun harus terlebih dahulu direncanakan (Hasibuan, 2008:91). Pengendalian internal(internal control) mencakup rencana organisasi serta metode-metode terkait dan pengukuran yang diadopsi perusahaan untuk melindungi aset dari pencurian, perampokan, dan penyalahgunaan oleh karyawan serta meningkatkan keakuratan dan kebenaran pencatatan akuntansi (Weygandt et al. 2007:454).

Tujuan Perencanaan Pengendalian Internal
Tujuan perencanaan menurut Hasibuan (2008:95) adalah sebagai berikut:
a.    Perencanaan bertujuan untuk menentukan tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur, dan program serta memberikan pedoman cara-cara pelaksanaan yang efektif dalam mencapai tujuan.
b.    Perencanaan bertujuan untuk menjadikan tindakan ekonomis, karena semua potensi yang dimiliki terarah dengan baik kepada tujuan.
c.    Perencanaan adalah suatu usaha untuk memperkecil resiko yang dihadapi pada masa yang akan datang.
1.    Perencanaan menyebabkan kegiatan-kegiatan dilakukan secara teratur dan bertujuan.
2.    Perencanaan memberikan gambaran yang jelas dan lengkap tentang seluruh pekerjaan.
3.    Perencanaan membantu penggunaan suatu alat pengukuran hasil kerja.
4.    Perencanaan menjadi suatu landasan untuk pengendalian.
5.    Perencanaan merupakan suatu usaha untuk menghindari mismanagement dalam penempatan karyawan.
6.    Perencanaan membantu peningkatan daya guna dan hasil guna organisasi.

No comments: