1.
Pengertian Kecurangan
Ajeng (2014) menyatakan bahwa Kecurangan
atau fraud akhir-akhir ini makin
perhatian. Bukan hanya karena kasus korupsi di Indonesia yang terus-menerus
bertambah, namun juga karena bisnis juga butuh mengenali fraud guna kelangsungan usahanya. Kelangsungan usaha akan sangat
terganggu bahkan mungkin saja bangkrut jika kecurangan dibiarkan begitu saja.
Kasus paling terkenal yang kemudian membuat
kecurangan (terutama di bidang keuangan) cukup diperhatikan adalah kasus enron
di tahun 2000-an. Perusahaan terbesar dibidang energi di Amerika Serikat ini
telah melakukan banyak kecurangan seperti memalsukan jumlah laba bersih dalam
perusahaan. Kejahatan tersebut tidak hanya dilakukan sendiri oleh perusahaan,
namun dibantu dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) ternama Arthur Andersen yang
merupakan mitra tetap perusahaan.
Selain Enron, ada satu kasus yang
melibatkan perusahaan besar pula yaitu kasus WorldCom. Perusahaan kedua ini
merupakan perusahaan yang menjadi penyedia layanan telekomunikasi jarak jauh
terbesar di Amerika Serikat. Kesalahan yang dilakukan adalah sengaja melakukan
salah saji laporan keuangan, dimana beban dilaporkan pada modal, sehingga
perusahaan seakan memperoleh keuntungan yang besar. Dan kesalahan ini didapat
oleh auditor internal perusahaan sendiri. Sehingga, kepercayaan masyarakat atas
KAP Arthur Andersen makin menurun.
Dua kasus besar tersebut ternyata membawa
dampak besar terhadap bidang akuntansi, terutama auditing Pemerintah Amerika mengeluarkan Sarbanex-Oxley Act (SOX)
yang berguna untuk melindungi para investor.Menurut Ajeng (2014:3) mengatakan
bahwa kecurangan secara umum, semua tindakan kecurangan dapat dibagi menjadi
empat hal yang mendasar, yaitu sebagai berikut:
a. Sebuah kesalahan penyajian yang bersifat
material.
b. Scienter, adalah maksud untuk melakukan penipuan,
manipulasi, atau melakukan kecurangan.
c. Reliance, adalah seseorang yang menerima
representasi cukup dan dapat dibenarkan dari representasi tersebut.
d. Kerusakan, adalah kerusakan keuangan yang
diakibatkan dari ketiga hal diatas.
Menurut Cris (2016:19) Association Of Certified Fraud Examinations (ACFE 2000) menggunakan
istilah fraud tree atau pohon
kecurangan dan mengategorikan kecurangan dalam tiga kelompok:
a. Kecurangan laporan keuangan, dapat dibagi
ke dalam beberapa kategori yakni:
a)
Timing difference Iimporer treatment of
sales)
Bentuk
kecurangan laporan keuangan dengan mencatat transaksi yang berbeda atau lebih
awal dengan waktu transaksi yang sebenarnya, misalnya mencatat transaksi
penjualan lebih awal dari transaksi sebenarnya.
b)
Fictions revenues
Bentuk
laporan keuangan dengan menciptakan pendapatan yang sebenarnya tidak pernah
terjadi (fiktif).
c)
Canceled liabilities and expenses
Bentuk
kecurangan laporan keuangan dengan menyembunyikan kewajiban-kewajiban perusahaan
sehingga laporan keuangan terlihat bagus.
d)
Improper disclosure
Bentuk
kecurangan perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan atas laporan keuangan
secara cukup dengan maksud untuk menyembunyikan kecurangan-kecurangan yang
terjadi di perusahaan sehingga pembaca laporan keuangan tidak mengetahui
keadaan yang sebenarnya terjadi di perusahaan.
e)
Improper asset valuation
Bentuk
kecurangan laporan keuangan dengan melakukan penilaian yang tidak wajar atau
sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum atas aset perusahaan dengan tujuan
untuk meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya.
b.
Asset misappropiatio (Penyalagunaan asset)
Penyalagunaan aset dapat digolongkan dalam
dua jenis kecurangan diantaranya:
a)
Kecurangan
kas termasuk kecurangan kas adalah pencurian kas dan pengeluaran –pengeluaran
secara curang seperti pemalsuan cek.
b)
Kecurangan
atas persediaan dan aset lainnya yakni kecurangan berupa pencurian dan pemakaian
untuk kepentingan pribadi terhadap persediaan atau aset lainnya.
c.
Corruption (korupsi)
Korupsi terbagi atas:
a) Pertentangan kepentingan, (conflict of interest), yakni
pertentangan kepentingan yang terjadi ketika karyawan, manajer, dan eksekutif perusahaan
memiliki kepentingan pribadi terhadap transaksi, yang mengakibatkan dampak
kurang baik terhadap perusahaan. Pertentangan kepentingan termasuk ke dalam
tiga kategori yaitu: perencanaan, penjualan, rencana pembelian, dan rencana
lainnya.
b) Suap (bribery),
yakni penawaran, pemberian, penerimaan, atau permohonan sesuatu dengan tujuan untuk
mempengaruhi pembuat keputusan dalam membuat keputusan bisnis.
c) Pemberian ilegal (ilegal gratuity), yaitu pemberian yang menyerupai suap tetapi
pemberian ilegal disini bukan untuk memengaruhi keputusan bisnis melainkan
hanya sebuah permainan. Orang yang memiliki pengaruh yang dia berikan dalam
negoisasi atau kesepakatan bisnis. Hadiah diberikan setelah kesepakatan
selesai.
d) Pemerasan secara ekonomi (economic extortion), pada dasarnya
pemerasan secara ekonomi lawan dari suap. Penjual menawarkan untuk memberi suap
atau hadiah kepada pembeli yang memesan produk dari perusahaannya.
2.
Jenis-jenis Kecurangan
Ajeng (2014:6) Ada berbagai jenis kecurangan
dan ada banyak cara untuk mengenalinya lewat pengalaman pengungkapan kecurangan
sebelumnya. Para akuntan membedakan kecurangan dalam beberapa kategori, seperti
berikut:
a. Penyelewengan Aset
Kecurangan dalam bentuk ini terdiri atas:
pencurian uang tunai atau persediaan, skimming
(pencurian uang lewat peng-captur-an nomor rekening orang lain), kecurangan dan
penggelapan gaji. Penyelewengan aset adalah jenis yang paling umum dari
kecurangan jenis ini. Contoh paling mudah atau sering terjadi adalah
penyalagunaan aset, seperti kecurangan pencairan dana pada penagihan piutang,
penggajian, pengeluaran biaya, biaya pemeliharaan, dan pencarian kas di kasir.
Karyawan tidak selamanya bekerja sendiri
untuk melakukan kecurangan, namun melakukan kolusi dengan orang lain untuk
maksud tersebut, seperti membantu vendor
untuk membuat tagihan berlebih pada perusahaan.
b. Kecurangan dalam Laporan Keuangan.
Fraud jenis ini ditandai dengan kesengajaan
untuk membuat laporan keuangan menjadi salah saji atau kesalahan jumlah dalam
pengungkapan pelaporan keuangan, dengan maksud menipu pengguna laporan
keuangan. Lebih khusus, kecurangan dalam laporan melibatkan manipulasi,
pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang
dipergunakan untuk pembuatan suatu laporan keuangan. Selain bentuk tersebut,
penyalagunaan prinsip akuntansi yang disengaja untuk memanipulasi hasil juga
termasuk kecurangan.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh
ACFE (Asosiasi Certified Fraud Examiners)
kecurangan dalam laporan keuangan, dibandingkan dengan bentuk kecurangan lain
yang dilakukan karyawan perusahaan, biasanya memiliki dampak kerugian aset yang
lebih tinggi pada perusahaan yang menjadi korban. Selain itu juga akan membawa
dampak negatif bagi pemegang saham dan investasi secara umum.
3.
Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya
Kecurangan
Ajeng (2014), menyatakan Selain fraud tree yang menggambarkan
jenis-jenis kecurangan secara lengkap, juga dikenal istilah fraud triangle atau segistiga
kecurangan, yang menyebutkan adanya tiga kondisi yang mendorong terjadinya
kecurangan, yaitu:
a. Kesempatan
Situasi
yang membuka bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan. Hal ini
terjadi karena lemahnya sistem pengendalian intern.
b. Insentif/ tekanan
Manajemen
atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan.
Hal ini terjadi misalnya karena adanya kebutuhan dari pelaku.
c. Rasionalisasi/pembenaran
Ada
sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen
atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada
dalam lingkaran yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan
yang tidak jujur.
d. Indivvidual/Capability
Sifat dan kemampuan pribadi seseorang yang mempunyai
peranan besar yang memungkinkan melakukan suatu tindak kecurangan. Pada elemen
individual capability terdapat
beberapa komponen kemampuan untuk menciptakan fraud yaitu: posisi/fungsi seseorang dalam perusahaan, tingkat
kepercayaan diri/ego, kemampuan pemaksaan, kebohongan yang efektif, dan
kekebalan terhadap stress
Untuk
lebih memahami bagaimana kecurangan dalam siklus segitiga tersebut, maka akan
ditampilkan beberapa kasus dari majalah info Bank dalam Cris (2016:33)
menyebutkan kasus fraud yang
dilakonkan Malinda Dee sangat transparan penyebabnya. Pertama, adanya tekanan
yang menimpa Malinda. Malinda adalah sosok sosialita yang menggandrungi gaya
hidup yang sangat “wah”. Beliau adalah kolektor mobil-mobil super mewah.
Anak-anaknya yang harus mengenyam pendidikan di mancanegara dengan standar
hidup yang tinggi harus tinggal di daerah permukiman yang bergensi.Tekanan yang
dialami seorang Malinda secara terus menerus mendorongnya mencari solusi dengan
mencari kesempatan yang bisa disiasati agar tekanan tadi dapat diobati.
Ternyata kesempatan (yang merupakan faktor penentu nomor kedua) memang terbuka.
Kasus Malinda Dee menunjukkan bahwa fraud
tidak mesti dilakukan oleh semacam sindikat kejahatan profesional, orang biasa
dan baik-baik pun bisa saja terjerat kasus fraud
karena dorongan tiga faktor tersebut.
4.
Merespon Risiko Kecurangan
Dalam laporannya yang berjudul ACFE Report to The Nations on Occupational Fraud
and Abuse 2014, Fraud Global Study,
ACFE (Asosiasi Auditor Fraud
International) menyebutkan bahwa setiap tahun perusahaan menderita kerugian
sekitar 5% dari pendapatannya akibat fraud.
Pelaku fraud mayoritas (77%) adalah
karyawan di enam bagian/departemen: akuntansi, operasi, penjualan, executives/pejabat tinggi, customer service, dan pembelian.
Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa
semakin tinggi kedudukan pelaku fraud
semakin besar pula kerugian yang diderita perusahaan. Rata-rata kerugian akibat
fraud yang dilakukan pemilik USD
573.000, oleh manajer USD 180.000 dan oleh karyawan USD 60.000. umumnya pelaku
melakukan fraud pertama kali dengan
masa lalu kerja yang bersih. Dimana 87% pelaku sebelumnya belum pernah
melakukan fraud, 84% belum pernah
dihukum atau dipecat akibat fraud.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa dampak kecurangan atas fraud sangat besar dan cakupannya cukup
luas (Cris:37).
Ada beberapa kemungkinan dan dampak risiko
korupsi yaitu:
a. Suap (penyuapan)
Suap
adalah fraud dimana petugas pusdiklat
menerima imbalan atau sogokan dari pemasok atas jasanya memastikan atau
membantu pembayaran atas sebuah tagihan (faktur) yang palsu atau sudah di markup.
b. Pengaturan tender
Dalam
bid rigging (pengaturan tender),
pegawai pusdiklat menerima imbalan tertentu atas jasanya memengaruhi pemenangan
tender/kontrak kepada vendor yang
diunggulkan. Pegawai yang terlibat dalam skema pengaturan tender biasanya
memiliki akses atau pengaruh yang kuat dalam proses tender. Bid rigging bisa dilakukan dari mulai
penentuan kebutuhan barang, pembuatan kerangka acuan kerja (Tor), pada saat pelaksanaan
tender, maupun pada saat penetapan pemenang.
c. Pemerasan ekonomis
Meminta
uang atau keuntungan ekonomis lainnya dengan imbalan akan melakukan keputusan
yang menguntungkan pihak yang diminta.
d. Gratifikasi tidak sah
Menerima
gratifikasi yang tidak sesuai atau melebihi ketentuan organisasi. Risiko ini
masuk dalam kategori sedang.
e. Konflik kepentingan
Melakukan
pembelian atau penjualan aktiva dengan menguntungkan pembeli atau penjual dan
merugikan perusahaan. Dalam transaksi ini pegawai yang terlibat memiliki
kepentingan dalam perusahaan pembeli atau penjual. Kepentingan dalam perusahaan
pembeli atau penjual.
Untuk lebih memahami pernyataan tersebut,
tiga konsep dasar harus diperiksa yaitu (Ajeng:43):
a. Kecurangan versus kesalahan
Standar Auditing menyatakan bahwa terdapat
perbedaan maksud utama antara penipuan dan kesalahan. Kesalahan adalah salah
saji disengaja atau kelalaian dari jumlah atau pengungkapan kesalahan dalam
laporan keuangan mungkin melibatkan hal-hal berikut:
a) Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan
data yang dipersiapkan untuk pembuatan laporan keuangan.
b) Perkiraan akuntansi yang tidak masuk akal
yang timbul dari pengawasan atau salah tafsir atas suatu fakta.
c)
Kesalahan
dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi,
cara penyajian atau disclosure.
b. Jaminan wajar
Standar Audit Professional menjelaskan
bahwa auditor tidak dapat menjamin bahwa laporan keuangan sepenuhnya bebas dari
salah saji material dan tidak dapat memberikan jaminan mutlak karena dua alasan
sifat bukti dan karakteristik penipuan.
c. Materialitas
Laporan standar auditor meliputi ekspresi
berikut atau yang setara “ menurut pendapat kami, laporan keuangan terlampir
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material”, dengan kata lain
auditor bertanggung jawab untuk menyediakan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
dinyatakan cukup atau wajar, tetapi hanya berkaitan dengan hal-hal material.
5.
Mengidentifikasi dan Mengevaluasi Faktor
Risiko
Faktor risiko fraud perlu dievaluasi dalam konteks. Konteks itu dapat
didefenisikan sebagai pemahaman tentang bisnis entitas, lingkungan ekonomi umum
dan pasar di mana ia beroperasi, kehadiran faktor risiko penipuan lain, jika
ada, serta keberadaan dan efektivitas pengendalian yang ada. Fakta atau keadaan
yang mungkin merupakan faktor risiko penipuan dalam satu konteks mungkin memiliki
signifikansi kurang di tempat yang berbeda.
Sebuah pemahaman yang memadai tentang
bisnis entitas dan hubungannya dengan mitra usaha, pemasok, dan pelanggan
sangat penting untuk di evaluasi yang tepat faktor risiko fraud. Kemampuan untuk mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa
atau mencurigakan, rasiokeuangan dipertanyakan, dan penjelasan masuk akal oleh
manajemen atau pihak lain, jelas menyiratkan kesadaran dan pemahaman tentang
apa yang normal dan diharapkan dalam konteks entitas, sektor industri, bisnis
umum, dan lingkungan ekonomi di mana entitas beroperasi.
Identifikasi dan evaluasi faktor risiko fraud tidak harus dilihat sebagai proses
satu kali saja yang dilakukan dan diselesaikan pada tahap perencanaan.
Sebaliknya merupakan proses kumulatif yang terus dilakukan bersamaan proses
audit. Auditor tetap waspada terhadap risiko salah saji material yang dihasilkan
dari penipuan pada semua tahap audit. Sehingga penilaian mereka dapat
diperbaharui sesuai konfirmasi yang lebih jelas dan up date informasi tersebut mungkin muncul:
a. Selama perencanaan dan penilaian risiko
b. Dalam diskusi dengan manajemen atau karyawan
lain.
c. Sebagai hasil dari kontrol pengujian atau analitis substantif atau review pengujian rinci atau pemeriksaan
tahap penyelesaian.
6.
Kecurangan Laporan Keuangan dan Pasar Modal
Pasar modal utama di dunia diinformasikan
dan didorong oleh beragam jenis informasi keuangan yang akurat, lengkap, dan
tepat waktu. Jenis informasi lain yang relevan dengan aktivitas pasar modal:
data komersial, ilmiah, politik, cuaca dan demografis. Ada banyak jenis pasar
modal. Mereka mencakup pasar utang dan ekuitas untuk penerbitan saham publik,
dilaksanakan oleh pertukaran terorganisir dan juga oleh jenis pasar khusus
seperti JSX (Jakarta Stock Exchange).
Terdapat pula pasar yang penting, yaitu
pasar kredit di mana perusahaan, pemerintah, dan individu dapat meminjam dana
untuk penggunaan jangka pendek dan jangka panjang dari kreditur, mulai dari
bank tradisional dan pasar surat berharga hingga penerbit kartu kredit. Ada
pula pasar komoditas seperti Chicago dan London, dimana komoditas pertanian
diperdagangkan dan London Metal di mana logam dasar dan mulia diperdagangkan.
Dana investasi yang dikelola mulai dari
reksa dana publik kompleks sampai pendanaan swasta terbuka untuk hanya beberapa
investor terpilih juga merupakan sektor penting dari pasar modal. Pasar valuta
asing juga harus dipertimbangkan, miliaran
dolar mata uang diperdagangkan setiap hari di tempat dan pasar di seluruh
dunia.Ketika informasi keuangan yang salah saji dengan adanya skema, dibuatlah
langkah-langkah tertentu:
a. Sekilas tentang informasi keuangan dan
persyaratan penyajian secara cukup (fair).
Di pasar modal seluruh dunia, informasi
keuangan yang disajikan umumnya berupa neraca, atau laporan posisi keuangan,
laporan laba rugi, atau laporan operasi, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, catatan kaki yang memberikan informasi tambahan mengenai kebijakan
dan prosedur akuntansi yang digunakan dalam penyusunan informasi keuangan yang
terkandung dalam laporan keuangan; pernyataan sifat dan komposisi saldo yang
ditampilan dalam laporan keuangan; dan hal-hal penting lainnya yang memerlukan
pengungkapan dalam rangka untuk penyajian laporan keuangan secara wajar, sesuai
hasil usaha dan kondisi keuangan entitas pelapor.
Dalam pembuatan laporan keuangan harus
mempergunakan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di dunia Internasional
terdapat GAAP. Pemberian standar ini tentunya untuk mempermudah dalam melakukan
evaluasi atas laporan keuangan. Yang beragam akan menyulitkan pihak-pihak
berkepentingan dalam sebuah laporan keuangan dalam sebuah laporan keuangan.
b. Sekilas tentang kecurangan dalam laporan
keuangan.
Kecurangan informasi keuangan biasanya
berupa salah saji material yang disengaja atau akibat kecerobohan. Laporan
paling umum untuk mendeteksi hal tersebut adalah laporan tahunan dan triwulan.
Salah saji tersebut umumnya menyebabkan
kelebihan pendapatan , biaya terlalu rendah, aset berlebihan, kelalaian
kewajiban, kesalahan penempatan transaksi (pengakuan transaksi atau kegagalan
dalam mengungkapkan, transaksi pristiwa akuntansi, atau materi informasi
lainnya, yang dipergunakan untuk penilaian wajar atas keuangan perusahaan.
Laporan keuangan yang salah saji karena
disengaja atau ceroboh, sehingga menyesatkan, tidak akurat, dan tidak sesuai
dengan PABU, merupakan kecurangan pada investor. Jenis paling umum dari
kecurangan laporan keuangan melibatkan kelebihan pernyataan pendapatan dan
laba, serta terlalu rendahnya biaya, sehingga dapat menggelembungkan
kemampulabaan (kemampuan perusahaan menghasilkan laba) atau meminimalkan
kerugian dari suatu entitas. Salah saji tersebut juga mengakibatkan kelebihan
aktiva dan terlalu rendahnya kewajiban.
Tabel 1
|
||
Penipuan Inklusif Melibatkan Kombinasi
Salah Saji
|
||
|
|
|
Aktiva atau kewajiban
|
Akibat pada Laporan Laba Rugi
|
|
Piutang (kelebihan)
|
Pendapatan (Kelebihan)
|
|
Penyisihan retur Penjualan (kekurangan)
|
Pendapatan (Kelebihan)
|
|
Penyisihan piutang tak tertagih
(kekurangan)
|
Beban piutang tak tertagih (kekurangan)
|
|
Persediaan (kelebihan)
|
Harga pokok penjualan (kekurangan)
|
|
Cadangan persediaan (untuk penurunan
nilai lower cost or market) (kekurangan)
|
Harga pokok penjualan (kekurangan)
|
|
Persediaan (kelebihan)
|
Beban langsung (kekurangan)
| |
Aset prabayar atau ditangguhkan
(kelebihan )
|
Beban langsung, tidak langsung atau
penjualan, umum dan administrasi
(kekurangan)
|
|
c. Observasi atas laporan keuangan.
Penipuan keuangan dapat diminimalkan dan
dikurangi dampaknya pada pasar modal dan investor jika dicatat dan ditemukan
dalam tahap awal. Kebanyakan penipuan kuangan mulai dari kecil dan kemudian
tumbuh lebih besar dan lebih besar sampai mereka menyebabkan kerusakan yang
signifikan. Penerapan kewaspadaan dan skeptisme profesional yang cukup dapat berfungsi sebagai pencegah penipuan
dan kerugian keuangan yang diderita oleh investor dan pengguna lain dari
informasi keuangan. Pengalaman
menunjukkan bahwa pengendalian internal yang memadai, etika dari atas yang
tepat, audit yang efektif, dan kewaspadaan bagi kegiatan penipuan dapat
memberikan perbedaan hasil yang nyata.
7.
Pentingnya Skeptisme Professional
Menurut SAS 1, Codification of Auditing Standards and Procedures
dalam Ajeng (2014:116) mengatakan perawatan profesional
yang memadai berarti bahwa auditor melaksankan skeptisme professional. Sikap ini selalu menjadi landasan standar auditing
dan lingkungan saat ini, ditandai dengan peningkatan kompleksitas dan risiko,
menciptakan sense tinggi mengenai
pentingnya sikap ini. SAS 99 dan standar lainnya menekankan pentingnya
skeptisme professional dalam
pertimbangan risiko penipuan.
Menurut defenisi, penipuan melibatkan
penggunaan muslihat. Sebagai contoh, catatan akuntansi dan voucher yang dimanipulasi atau dipalsukan, akuntansi atau
pengungkapan yang tidak tepat,
penjelasan palsu, tidak akurat, atau tidak lengkap. Sementara auditor tidak
perlu menganggap bahwa mereka dibohongi atau dokumen yang disediakan bagi
mereka terindikasi salah, tanpa adanya kemungkinan kasus. Dalam hal ini,
auditor tertantang untuk memperoleh penjelasan atau bukti dari sumber-sumber
lain yang kredibel dalam atau di luar
organisasi klien atau berdasarkan pengalaman sebelumnya atau pengetahuan yang
cukup beralasan.
Professional skeptisme memiliki beberapa
aspek, yaitu: menjaga pikiran tetap terbuka, mengembangkan kesadaran yang
tinggi, membuat penilaian kritis terhadap bukti, dan mencari pembuktian.
Auditor tetap berfikiran terbuka dan menghindari praduga tentang entitas atau
manajemen. Pendekatan ini sama sekali tidak merusak pentingnya pengetahuan
audit kumulatif dalam kaitanyya dengan klien
atau orang-orang yang bertanggung jawab di bidang manajemen. Mengembangkan
kesadaran adanya risiko penipuan membantu auditor mempertahankan professional
skeptisme. Mengetahui hal-hal yang bisa salah dapat dilakukan, antara lain
dengan menganalisis skandal perusahaan dari beberapa tahun terakhir dan
hubungan dengan klien tertentu dapat menjadi alat penting dalam mendeteksi
kecurangan.
8.
Observasi dan Inspeksi
Ajeng(2014), seperti yang dibahas diatas,
indikasi risiko penipuan dapat muncul pada setiap tahap audit. Dalam hal ini,
auditor harus waspada terhadap peristiwa atau keadaan di mana diperlukan revisi
dalam penilaian risiko penipuan sebelumnya. Tidak ada pengganti untuk proses
peninjauan dokumen, data danasset.
Pengamatan dan inspeksi adalah bagian standar dari program kerja audit,
termasuk vouching, pelacakan, dan
melakukan atau mengamati perhitungan fisik. Anomali substantif mungkin terungkap melalui prosedur pengujian, seperti
transaksi atau rasio keuangan dan hubungan yang tidak masuk akal, berikut
adalah beberapa contoh yang dimaksud:
a. Perbedaan dalam catatan akuntansi.
Dalam hal ini termasuk hal-hal berikut:
a) Transaksi yang tidak tercatat secara
lengkap atau tepat waktu atau jumlah tidak tercatat secara benar sesuai dengan
periode akuntansi, klarifikasi, atau kebijakan entitas.
b) Terjadi konflik atau kehilangan terkait
bukti.
c) Saldo transaksi yang tidak terotorisasi
(tidak sah).
d) Peristiwa bermasalah atau tidak biasa
antara auditor dan klien.
e) Penyesuaian menit terakhir yang secara
signifikan memengaruhi hasil keuangan.
f) Bukti akses karyawan ke sistem dan catatan
tidak konsisten dengan akses yang diperlukan untuk melakukan tugas kewenangan.
g) Perbedaan signifikan rekening kontrol
sebelum rekonsiliasi dengan rekening pembantu, yang diselidiki dan diperbaiki
secara tidak tepat waktu.
h) Tips atau pengaduan kepada auditor tentang
dugaan penipuan.
b. Terjadi konflik atau kehilangan terkait
bukti
Dalam hal ini termasuk kondisi-kondisi
berikut:
a) Dokumen hilang.
b) Ketidaktersediaan dokumen asli saat
dibutuhkan yang diperkirakan masih ada, hanya berupa dokumen fotokopi atau
dikirimkan secara elektronik.
c) Signifikan item yang tidak dijelaskan pada
rekonsiliasi.
d) Bukti dokumen yang tidak biasa, seperti
perubahan tulisan untuk dokumentasi secara tulisan tangan yang biasanya dibuat
secara elektronik.
e) Tanggapan yang tidak konsisten, tidak
jelas, atau tidak masuk akal dari manajemen atau karyawan atas pertanyaan atau
prosedur analitis.
f) Perbedaan yang tidak biasa antara catatan
entitas dengan konfirmasi balasan.
g) Persediaan atau aset fisik hilang dengan
jumlah yang signifikan.
h) Bukti elektronik tidak tersedia atau
hilang, tidak konsisten dengan catatan praktik retensi atau kebijakan entitas.
i) Ketidakmampuan untuk menghasilkan bukti
pengembangan sistem kunci dan program perubahan pengujian dan implementasi
kegiatan untuk sistem berkala.
c. Peristiwa bermasalah atau tidak biasa
antara auditor dan klien.
9.
Teknik Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Mengetahui di mana untuk mencari penipuan
adalah komponen kunci dalam mendeteksi fraud
setiap item baris dalam laporan laba rugi, neraca sangat mungkin di
manipulasi, namun di daerah tertentu bisa terjadi lebih teratur. Auditor harus
waspada terhadap skema potensial yang memengaruhi item baris ini. Berfikir
tentang skema potensial dapat membantu identifikasi risiko. Paling sering,
tujuan penipuan pelaporan keuangan adalah untuk melebih-lebihkan laba bersih
atau kekayaan bersih, meskipun tindakan ini tidak sepenuhnya salah dalam rangka
manajemen laba.
Laba bersih yang dibuat berlebihan, maka
biasanya dibuat pendapatan berlebihan dan atau biayanya rendah. Kekayaan bersih
yang dibuat berlebihan, sama aset harus dibesarkan dan atau kewajiban harus
direndahkan. Dalam sistem pembukuan double
entry, entry yang tidak sesuai akan muncul dalam dua atau lebih baris item.
Auditor harus memahami program identifikasi risiko klien. Jika tidak memiliki
program seperti itu, maka menimbulkan potensi red flag.
a. Pengakuan pendapatan
Kecurangan pelaporan keuangan dengan cara
pengakuan pendapatan yang tidak tepat merupakan salah satu bentuk yang paling
umum dari salah saji material karena kecurangan. Untuk alasan ini, SAS 99
menyatakan bahwa auditor harus menganggap bahwa ada risiko salah saji material
karena kecurangan yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan.
Auditor mempertimbangkan sifat bisnis
entitas, bagaimana menghasilkan pendapatan, kemudian mengidentifikasi cara-cara
dimana pendapatan mungkin salah saji dan bagaimana salah saji tersebut mungkin
disembunyikan. Contoh risiko spesifik yang mungkin auditor dapat pertimbangkan,
tergantung pada siifat dari bisnis yang meliputi hal-hal berikut:
a) Penjualan fiktif barang dibuat dan
disembunyikan dengan pemalsuan catatan persediaan, dokumen pengiriman, dan
faktur.
b) Penjualan digelembungkan dengan pengiriman
barang yang tidak dipesan, dengan memperlakukan pengiriman konsinyasi sebagai
pendapatan. Atau sebaliknya, mengabaikan pengiriman yang berhubungan dengan
pemindahan kepemilikan.
c) Penjualan fiktif dapat dipesan untuk produk
yang telah dikemas, tetapi tidak dikirim ke pelanggan dan tidak akan pernah
dikirm. Penjualan tersebut dapat di write
off kemudian atau dimanipulasi umurnya agar tidak mempengaruhi rasio dan
metrik negatif.
d) Penjualan dikenakan perjanjian tambahan
yang memberikan pelanggan hak untuk pengembalian barang yang tidak digunakan
atau pengaturan lain, yang memiliki pengaruh secara parsial atau keseluruhan
membalikkan penjualan.
e) Penjualan cut off mungkin dimanipulasi dengan membiarkan buku terbuka (saldo
tidak tutup) untuk periode setelah tutup tahun.
f) Timbulnya peendapatan fiktif atau naiknya
pendapatan dari proyek jangka panjang yang sedang berlangsung, mungkin timbul
sebagai akibat dari perkiraan agresif tingkat penyelesaian.
Indikator manipulasi seperti itu mungkin
termasuk, tetapi tidak terbatas pada pola penjualan tidak biasa atau rasio yang
muncul dari prosedur analitis, perbedaan dalam dokumentasi, pengakuan
pendapatan tidak sesuai dengan kontrak, catatan kredit besar setelah akhir
tahun, debitur lama beredar, entri
debit tak direkonsiliasi pada akun, atau penyimpangan dalam jumlah persediaan.
Penting untuk memperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang sumber-sumber
pendapatan yang signifikan dan kebijakan pengakuan pendapatan terkait, serta
setiap perubahan terbaru.
No comments:
Post a Comment