Sunday, June 3, 2018

Tinjauan Umum Tentang Kecurangan



1.    Pengertian Kecurangan
Ajeng (2014) menyatakan bahwa Kecurangan atau fraud akhir-akhir ini makin perhatian. Bukan hanya karena kasus korupsi di Indonesia yang terus-menerus bertambah, namun juga karena bisnis juga butuh mengenali fraud guna kelangsungan usahanya. Kelangsungan usaha akan sangat terganggu bahkan mungkin saja bangkrut jika kecurangan dibiarkan begitu saja.
 Kasus paling terkenal yang kemudian membuat kecurangan (terutama di bidang keuangan) cukup diperhatikan adalah kasus enron di tahun 2000-an. Perusahaan terbesar dibidang energi di Amerika Serikat ini telah melakukan banyak kecurangan seperti memalsukan jumlah laba bersih dalam perusahaan. Kejahatan tersebut tidak hanya dilakukan sendiri oleh perusahaan, namun dibantu dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) ternama Arthur Andersen yang merupakan mitra tetap perusahaan.
Selain Enron, ada satu kasus yang melibatkan perusahaan besar pula yaitu kasus WorldCom. Perusahaan kedua ini merupakan perusahaan yang menjadi penyedia layanan telekomunikasi jarak jauh terbesar di Amerika Serikat. Kesalahan yang dilakukan adalah sengaja melakukan salah saji laporan keuangan, dimana beban dilaporkan pada modal, sehingga perusahaan seakan memperoleh keuntungan yang besar. Dan kesalahan ini didapat oleh auditor internal perusahaan sendiri. Sehingga, kepercayaan masyarakat atas KAP Arthur Andersen makin menurun.
Dua kasus besar tersebut ternyata membawa dampak besar terhadap bidang akuntansi, terutama auditing Pemerintah Amerika mengeluarkan Sarbanex-Oxley Act (SOX) yang berguna untuk melindungi para investor.Menurut Ajeng (2014:3) mengatakan bahwa kecurangan secara umum, semua tindakan kecurangan dapat dibagi menjadi empat hal yang mendasar, yaitu sebagai berikut:
a.     Sebuah kesalahan penyajian yang bersifat material.
b.     Scienter, adalah maksud untuk melakukan penipuan, manipulasi, atau melakukan kecurangan.
c.      Reliance, adalah seseorang yang menerima representasi cukup dan dapat dibenarkan dari representasi tersebut.
d.     Kerusakan, adalah kerusakan keuangan yang diakibatkan dari ketiga hal diatas.
Menurut Cris (2016:19) Association Of Certified Fraud Examinations (ACFE 2000) menggunakan istilah fraud tree atau pohon kecurangan dan mengategorikan kecurangan dalam tiga kelompok:
a.     Kecurangan laporan keuangan, dapat dibagi ke dalam beberapa kategori yakni:
a)     Timing difference Iimporer treatment of sales)
Bentuk kecurangan laporan keuangan dengan mencatat transaksi yang berbeda atau lebih awal dengan waktu transaksi yang sebenarnya, misalnya mencatat transaksi penjualan lebih awal dari transaksi sebenarnya.
 b)     Fictions revenues
Bentuk laporan keuangan dengan menciptakan pendapatan yang sebenarnya tidak pernah terjadi (fiktif).
c)     Canceled liabilities and expenses
Bentuk kecurangan laporan keuangan dengan menyembunyikan kewajiban-kewajiban perusahaan sehingga laporan keuangan terlihat bagus.
d)     Improper disclosure
Bentuk kecurangan perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan atas laporan keuangan secara cukup dengan maksud untuk menyembunyikan kecurangan-kecurangan yang terjadi di perusahaan sehingga pembaca laporan keuangan tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi di perusahaan.
e)     Improper asset valuation
Bentuk kecurangan laporan keuangan dengan melakukan penilaian yang tidak wajar atau sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum atas aset perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya.
 b.     Asset misappropiatio (Penyalagunaan asset)
Penyalagunaan aset dapat digolongkan dalam dua jenis kecurangan diantaranya:
a)     Kecurangan kas termasuk kecurangan kas adalah pencurian kas dan pengeluaran –pengeluaran secara curang seperti pemalsuan cek.
b)     Kecurangan atas persediaan dan aset lainnya yakni kecurangan berupa pencurian dan pemakaian untuk kepentingan pribadi terhadap persediaan atau aset lainnya.
c.       Corruption (korupsi)
Korupsi terbagi atas:
a)     Pertentangan kepentingan, (conflict of interest), yakni pertentangan kepentingan yang terjadi ketika karyawan, manajer, dan eksekutif perusahaan memiliki kepentingan pribadi terhadap transaksi, yang mengakibatkan dampak kurang baik terhadap perusahaan. Pertentangan kepentingan termasuk ke dalam tiga kategori yaitu: perencanaan, penjualan, rencana pembelian, dan rencana lainnya.
b)     Suap (bribery), yakni penawaran, pemberian, penerimaan, atau permohonan sesuatu dengan tujuan untuk mempengaruhi pembuat keputusan dalam membuat keputusan bisnis.
c)     Pemberian ilegal (ilegal gratuity), yaitu pemberian yang menyerupai suap tetapi pemberian ilegal disini bukan untuk memengaruhi keputusan bisnis melainkan hanya sebuah permainan. Orang yang memiliki pengaruh yang dia berikan dalam negoisasi atau kesepakatan bisnis. Hadiah diberikan setelah kesepakatan selesai.
d)     Pemerasan secara ekonomi (economic extortion), pada dasarnya pemerasan secara ekonomi lawan dari suap. Penjual menawarkan untuk memberi suap atau hadiah kepada pembeli yang memesan produk dari perusahaannya.

2.    Jenis-jenis Kecurangan
Ajeng (2014:6) Ada berbagai jenis kecurangan dan ada banyak cara untuk mengenalinya lewat pengalaman pengungkapan kecurangan sebelumnya. Para akuntan membedakan kecurangan dalam beberapa kategori, seperti berikut:
a.     Penyelewengan Aset
Kecurangan dalam bentuk ini terdiri atas: pencurian uang tunai atau persediaan, skimming (pencurian uang lewat peng-captur-an nomor rekening orang lain), kecurangan dan penggelapan gaji. Penyelewengan aset adalah jenis yang paling umum dari kecurangan jenis ini. Contoh paling mudah atau sering terjadi adalah penyalagunaan aset, seperti kecurangan pencairan dana pada penagihan piutang, penggajian, pengeluaran biaya, biaya pemeliharaan, dan pencarian kas di kasir.
Karyawan tidak selamanya bekerja sendiri untuk melakukan kecurangan, namun melakukan kolusi dengan orang lain untuk maksud tersebut, seperti membantu vendor untuk membuat tagihan berlebih pada perusahaan.
b.     Kecurangan dalam Laporan Keuangan.
Fraud jenis ini ditandai dengan kesengajaan untuk membuat laporan keuangan menjadi salah saji atau kesalahan jumlah dalam pengungkapan pelaporan keuangan, dengan maksud menipu pengguna laporan keuangan. Lebih khusus, kecurangan dalam laporan melibatkan manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang dipergunakan untuk pembuatan suatu laporan keuangan. Selain bentuk tersebut, penyalagunaan prinsip akuntansi yang disengaja untuk memanipulasi hasil juga termasuk kecurangan.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh ACFE (Asosiasi Certified Fraud Examiners) kecurangan dalam laporan keuangan, dibandingkan dengan bentuk kecurangan lain yang dilakukan karyawan perusahaan, biasanya memiliki dampak kerugian aset yang lebih tinggi pada perusahaan yang menjadi korban. Selain itu juga akan membawa dampak negatif bagi pemegang saham dan investasi secara umum.
 3.    Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya Kecurangan
Ajeng (2014), menyatakan Selain fraud tree yang menggambarkan jenis-jenis kecurangan secara lengkap, juga dikenal istilah fraud triangle atau segistiga kecurangan, yang menyebutkan adanya tiga kondisi yang mendorong terjadinya kecurangan, yaitu:
a.    Kesempatan
Situasi yang membuka bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan. Hal ini terjadi karena lemahnya sistem pengendalian intern.
b.    Insentif/ tekanan
Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Hal ini terjadi misalnya karena adanya kebutuhan dari pelaku.
c.    Rasionalisasi/pembenaran
Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkaran yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.
d.    Indivvidual/Capability
Sifat dan kemampuan pribadi seseorang yang mempunyai peranan besar yang memungkinkan melakukan suatu tindak kecurangan. Pada elemen individual capability terdapat beberapa komponen kemampuan untuk menciptakan fraud yaitu: posisi/fungsi seseorang dalam perusahaan, tingkat kepercayaan diri/ego, kemampuan pemaksaan, kebohongan yang efektif, dan kekebalan terhadap stress
Untuk lebih memahami bagaimana kecurangan dalam siklus segitiga tersebut, maka akan ditampilkan beberapa kasus dari majalah info Bank dalam Cris (2016:33) menyebutkan kasus fraud yang dilakonkan Malinda Dee sangat transparan penyebabnya. Pertama, adanya tekanan yang menimpa Malinda. Malinda adalah sosok sosialita yang menggandrungi gaya hidup yang sangat “wah”. Beliau adalah kolektor mobil-mobil super mewah. Anak-anaknya yang harus mengenyam pendidikan di mancanegara dengan standar hidup yang tinggi harus tinggal di daerah permukiman yang bergensi.Tekanan yang dialami seorang Malinda secara terus menerus mendorongnya mencari solusi dengan mencari kesempatan yang bisa disiasati agar tekanan tadi dapat diobati. Ternyata kesempatan (yang merupakan faktor penentu nomor kedua) memang terbuka. Kasus Malinda Dee menunjukkan bahwa fraud tidak mesti dilakukan oleh semacam sindikat kejahatan profesional, orang biasa dan baik-baik pun bisa saja terjerat kasus fraud karena dorongan tiga faktor tersebut.
4.    Merespon Risiko Kecurangan
Dalam laporannya yang berjudul ACFE Report to The Nations on Occupational Fraud and Abuse 2014, Fraud Global Study, ACFE (Asosiasi Auditor Fraud International) menyebutkan bahwa setiap tahun perusahaan menderita kerugian sekitar 5% dari pendapatannya akibat fraud. Pelaku fraud mayoritas (77%) adalah karyawan di enam bagian/departemen: akuntansi, operasi, penjualan, executives/pejabat tinggi, customer service, dan pembelian.
Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa semakin tinggi kedudukan pelaku fraud semakin besar pula kerugian yang diderita perusahaan. Rata-rata kerugian akibat fraud yang dilakukan pemilik USD 573.000, oleh manajer USD 180.000 dan oleh karyawan USD 60.000. umumnya pelaku melakukan fraud pertama kali dengan masa lalu kerja yang bersih. Dimana 87% pelaku sebelumnya belum pernah melakukan fraud, 84% belum pernah dihukum atau dipecat akibat fraud. Data-data tersebut menunjukkan bahwa dampak kecurangan atas fraud sangat besar dan cakupannya cukup luas (Cris:37).
Ada beberapa kemungkinan dan dampak risiko korupsi yaitu:
a.    Suap (penyuapan)
Suap adalah fraud dimana petugas pusdiklat menerima imbalan atau sogokan dari pemasok atas jasanya memastikan atau membantu pembayaran atas sebuah tagihan (faktur) yang palsu atau sudah di markup.
b.    Pengaturan tender
Dalam bid rigging (pengaturan tender), pegawai pusdiklat menerima imbalan tertentu atas jasanya memengaruhi pemenangan tender/kontrak kepada vendor yang diunggulkan. Pegawai yang terlibat dalam skema pengaturan tender biasanya memiliki akses atau pengaruh yang kuat dalam proses tender. Bid rigging bisa dilakukan dari mulai penentuan kebutuhan barang, pembuatan kerangka acuan kerja (Tor), pada saat pelaksanaan tender, maupun pada saat penetapan pemenang.
c.      Pemerasan ekonomis
Meminta uang atau keuntungan ekonomis lainnya dengan imbalan akan melakukan keputusan yang menguntungkan pihak yang diminta.
d.      Gratifikasi tidak sah
Menerima gratifikasi yang tidak sesuai atau melebihi ketentuan organisasi. Risiko ini masuk dalam kategori sedang.
e.      Konflik kepentingan
Melakukan pembelian atau penjualan aktiva dengan menguntungkan pembeli atau penjual dan merugikan perusahaan. Dalam transaksi ini pegawai yang terlibat memiliki kepentingan dalam perusahaan pembeli atau penjual. Kepentingan dalam perusahaan pembeli atau penjual.
Untuk lebih memahami pernyataan tersebut, tiga konsep dasar harus diperiksa yaitu (Ajeng:43):
a.      Kecurangan versus kesalahan
Standar Auditing menyatakan bahwa terdapat perbedaan maksud utama antara penipuan dan kesalahan. Kesalahan adalah salah saji disengaja atau kelalaian dari jumlah atau pengungkapan kesalahan dalam laporan keuangan mungkin melibatkan hal-hal berikut:
a)    Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang dipersiapkan untuk pembuatan laporan keuangan.
b)    Perkiraan akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari pengawasan atau salah tafsir atas suatu fakta.
c)    Kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau disclosure.
b.      Jaminan wajar
Standar Audit Professional menjelaskan bahwa auditor tidak dapat menjamin bahwa laporan keuangan sepenuhnya bebas dari salah saji material dan tidak dapat memberikan jaminan mutlak karena dua alasan sifat bukti dan karakteristik penipuan.
c.      Materialitas
Laporan standar auditor meliputi ekspresi berikut atau yang setara “ menurut pendapat kami, laporan keuangan terlampir disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material”, dengan kata lain auditor bertanggung jawab untuk menyediakan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan dinyatakan cukup atau wajar, tetapi hanya berkaitan dengan hal-hal material.
5.    Mengidentifikasi dan Mengevaluasi Faktor Risiko
Faktor risiko fraud perlu dievaluasi dalam konteks. Konteks itu dapat didefenisikan sebagai pemahaman tentang bisnis entitas, lingkungan ekonomi umum dan pasar di mana ia beroperasi, kehadiran faktor risiko penipuan lain, jika ada, serta keberadaan dan efektivitas pengendalian yang ada. Fakta atau keadaan yang mungkin merupakan faktor risiko penipuan dalam satu konteks mungkin memiliki signifikansi kurang di tempat yang berbeda.
Sebuah pemahaman yang memadai tentang bisnis entitas dan hubungannya dengan mitra usaha, pemasok, dan pelanggan sangat penting untuk di evaluasi yang tepat faktor risiko fraud. Kemampuan untuk mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa atau mencurigakan, rasiokeuangan dipertanyakan, dan penjelasan masuk akal oleh manajemen atau pihak lain, jelas menyiratkan kesadaran dan pemahaman tentang apa yang normal dan diharapkan dalam konteks entitas, sektor industri, bisnis umum, dan lingkungan ekonomi di mana entitas beroperasi.
Identifikasi dan evaluasi faktor risiko fraud tidak harus dilihat sebagai proses satu kali saja yang dilakukan dan diselesaikan pada tahap perencanaan. Sebaliknya merupakan proses kumulatif yang terus dilakukan bersamaan proses audit. Auditor tetap waspada terhadap risiko salah saji material yang dihasilkan dari penipuan pada semua tahap audit. Sehingga penilaian mereka dapat diperbaharui sesuai konfirmasi yang lebih jelas dan up date informasi tersebut mungkin muncul:
a.     Selama perencanaan dan penilaian risiko
b.     Dalam diskusi dengan manajemen atau karyawan lain.
c.      Sebagai hasil dari kontrol pengujian atau analitis substantif atau review pengujian rinci atau pemeriksaan tahap penyelesaian.
 6.    Kecurangan Laporan Keuangan dan Pasar Modal
Pasar modal utama di dunia diinformasikan dan didorong oleh beragam jenis informasi keuangan yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Jenis informasi lain yang relevan dengan aktivitas pasar modal: data komersial, ilmiah, politik, cuaca dan demografis. Ada banyak jenis pasar modal. Mereka mencakup pasar utang dan ekuitas untuk penerbitan saham publik, dilaksanakan oleh pertukaran terorganisir dan juga oleh jenis pasar khusus seperti JSX (Jakarta Stock Exchange).
Terdapat pula pasar yang penting, yaitu pasar kredit di mana perusahaan, pemerintah, dan individu dapat meminjam dana untuk penggunaan jangka pendek dan jangka panjang dari kreditur, mulai dari bank tradisional dan pasar surat berharga hingga penerbit kartu kredit. Ada pula pasar komoditas seperti Chicago dan London, dimana komoditas pertanian diperdagangkan dan London Metal di mana logam dasar dan mulia diperdagangkan.
Dana investasi yang dikelola mulai dari reksa dana publik kompleks sampai pendanaan swasta terbuka untuk hanya beberapa investor terpilih juga merupakan sektor penting dari pasar modal. Pasar valuta asing juga harus dipertimbangkan, miliaran dolar mata uang diperdagangkan setiap hari di tempat dan pasar di seluruh dunia.Ketika informasi keuangan yang salah saji dengan adanya skema, dibuatlah langkah-langkah tertentu:
a.    Sekilas tentang informasi keuangan dan persyaratan penyajian secara cukup (fair).
Di pasar modal seluruh dunia, informasi keuangan yang disajikan umumnya berupa neraca, atau laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, atau laporan operasi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan kaki yang memberikan informasi tambahan mengenai kebijakan dan prosedur akuntansi yang digunakan dalam penyusunan informasi keuangan yang terkandung dalam laporan keuangan; pernyataan sifat dan komposisi saldo yang ditampilan dalam laporan keuangan; dan hal-hal penting lainnya yang memerlukan pengungkapan dalam rangka untuk penyajian laporan keuangan secara wajar, sesuai hasil usaha dan kondisi keuangan entitas pelapor.
Dalam pembuatan laporan keuangan harus mempergunakan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di dunia Internasional terdapat GAAP. Pemberian standar ini tentunya untuk mempermudah dalam melakukan evaluasi atas laporan keuangan. Yang beragam akan menyulitkan pihak-pihak berkepentingan dalam sebuah laporan keuangan dalam sebuah laporan keuangan.
b.    Sekilas tentang kecurangan dalam laporan keuangan.
Kecurangan informasi keuangan biasanya berupa salah saji material yang disengaja atau akibat kecerobohan. Laporan paling umum untuk mendeteksi hal tersebut adalah laporan tahunan dan triwulan.
Salah saji tersebut umumnya menyebabkan kelebihan pendapatan , biaya terlalu rendah, aset berlebihan, kelalaian kewajiban, kesalahan penempatan transaksi (pengakuan transaksi atau kegagalan dalam mengungkapkan, transaksi pristiwa akuntansi, atau materi informasi lainnya, yang dipergunakan untuk penilaian wajar atas keuangan perusahaan.
Laporan keuangan yang salah saji karena disengaja atau ceroboh, sehingga menyesatkan, tidak akurat, dan tidak sesuai dengan PABU, merupakan kecurangan pada investor. Jenis paling umum dari kecurangan laporan keuangan melibatkan kelebihan pernyataan pendapatan dan laba, serta terlalu rendahnya biaya, sehingga dapat menggelembungkan kemampulabaan (kemampuan perusahaan menghasilkan laba) atau meminimalkan kerugian dari suatu entitas. Salah saji tersebut juga mengakibatkan kelebihan aktiva dan terlalu rendahnya kewajiban.

Tabel 1

Penipuan Inklusif Melibatkan Kombinasi Salah Saji




Aktiva atau kewajiban
Akibat pada Laporan Laba Rugi

Piutang (kelebihan)
Pendapatan (Kelebihan)

Penyisihan retur Penjualan (kekurangan)
Pendapatan (Kelebihan)

Penyisihan piutang tak tertagih (kekurangan)
Beban piutang tak tertagih (kekurangan)

Persediaan (kelebihan)
Harga pokok penjualan (kekurangan)

Cadangan persediaan (untuk penurunan nilai lower cost or market) (kekurangan)
Harga pokok penjualan (kekurangan)


Persediaan (kelebihan)
Beban langsung (kekurangan)

Aset prabayar atau ditangguhkan (kelebihan )
Beban langsung, tidak langsung atau penjualan, umum dan administrasi  (kekurangan)




 c.    Observasi atas laporan keuangan.
Penipuan keuangan dapat diminimalkan dan dikurangi dampaknya pada pasar modal dan investor jika dicatat dan ditemukan dalam tahap awal. Kebanyakan penipuan kuangan mulai dari kecil dan kemudian tumbuh lebih besar dan lebih besar sampai mereka menyebabkan kerusakan yang signifikan. Penerapan kewaspadaan dan skeptisme profesional yang cukup dapat berfungsi sebagai pencegah penipuan dan kerugian keuangan yang diderita oleh investor dan pengguna lain dari informasi keuangan. Pengalaman menunjukkan bahwa pengendalian internal yang memadai, etika dari atas yang tepat, audit yang efektif, dan kewaspadaan bagi kegiatan penipuan dapat memberikan perbedaan hasil yang nyata.
 7.    Pentingnya Skeptisme Professional
Menurut SAS 1, Codification of Auditing Standards and Procedures dalam Ajeng (2014:116) mengatakan perawatan profesional yang memadai berarti bahwa auditor melaksankan skeptisme professional. Sikap ini selalu menjadi landasan standar auditing dan lingkungan saat ini, ditandai dengan peningkatan kompleksitas dan risiko, menciptakan sense tinggi mengenai pentingnya sikap ini. SAS 99 dan standar lainnya menekankan pentingnya skeptisme professional dalam pertimbangan risiko penipuan.
Menurut defenisi, penipuan melibatkan penggunaan muslihat. Sebagai contoh, catatan akuntansi dan voucher yang dimanipulasi atau dipalsukan, akuntansi atau pengungkapan  yang tidak tepat, penjelasan palsu, tidak akurat, atau tidak lengkap. Sementara auditor tidak perlu menganggap bahwa mereka dibohongi atau dokumen yang disediakan bagi mereka terindikasi salah, tanpa adanya kemungkinan kasus. Dalam hal ini, auditor tertantang untuk memperoleh penjelasan atau bukti dari sumber-sumber lain yang kredibel dalam atau di luar organisasi klien atau berdasarkan pengalaman sebelumnya atau pengetahuan yang cukup beralasan.
Professional skeptisme memiliki beberapa aspek, yaitu: menjaga pikiran tetap terbuka, mengembangkan kesadaran yang tinggi, membuat penilaian kritis terhadap bukti, dan mencari pembuktian. Auditor tetap berfikiran terbuka dan menghindari praduga tentang entitas atau manajemen. Pendekatan ini sama sekali tidak merusak pentingnya pengetahuan audit kumulatif dalam kaitanyya dengan klien atau orang-orang yang bertanggung jawab di bidang manajemen. Mengembangkan kesadaran adanya risiko penipuan membantu auditor mempertahankan professional skeptisme. Mengetahui hal-hal yang bisa salah dapat dilakukan, antara lain dengan menganalisis skandal perusahaan dari beberapa tahun terakhir dan hubungan dengan klien tertentu dapat menjadi alat penting dalam mendeteksi kecurangan.
 8.    Observasi dan Inspeksi
Ajeng(2014), seperti yang dibahas diatas, indikasi risiko penipuan dapat muncul pada setiap tahap audit. Dalam hal ini, auditor harus waspada terhadap peristiwa atau keadaan di mana diperlukan revisi dalam penilaian risiko penipuan sebelumnya. Tidak ada pengganti untuk proses peninjauan dokumen, data danasset. Pengamatan dan inspeksi adalah bagian standar dari program kerja audit, termasuk vouching, pelacakan, dan melakukan atau mengamati perhitungan fisik. Anomali substantif mungkin terungkap melalui prosedur pengujian, seperti transaksi atau rasio keuangan dan hubungan yang tidak masuk akal, berikut adalah beberapa contoh yang dimaksud:
a.    Perbedaan dalam catatan akuntansi.
Dalam hal ini termasuk hal-hal berikut:
a)  Transaksi yang tidak tercatat secara lengkap atau tepat waktu atau jumlah tidak tercatat secara benar sesuai dengan periode akuntansi, klarifikasi, atau kebijakan entitas.
b)  Terjadi konflik atau kehilangan terkait bukti.
c)  Saldo transaksi yang tidak terotorisasi (tidak sah).
d)  Peristiwa bermasalah atau tidak biasa antara auditor dan klien.
e)  Penyesuaian menit terakhir yang secara signifikan memengaruhi hasil keuangan.
f)   Bukti akses karyawan ke sistem dan catatan tidak konsisten dengan akses yang diperlukan untuk melakukan tugas kewenangan.
g)  Perbedaan signifikan rekening kontrol sebelum rekonsiliasi dengan rekening pembantu, yang diselidiki dan diperbaiki secara tidak tepat waktu.
h)  Tips atau pengaduan kepada auditor tentang dugaan penipuan.
b.    Terjadi konflik atau kehilangan terkait bukti
Dalam hal ini termasuk kondisi-kondisi berikut:
a)  Dokumen hilang.
b)  Ketidaktersediaan dokumen asli saat dibutuhkan yang diperkirakan masih ada, hanya berupa dokumen fotokopi atau dikirimkan secara elektronik.
c)  Signifikan item yang tidak dijelaskan pada rekonsiliasi.
d)  Bukti dokumen yang tidak biasa, seperti perubahan tulisan untuk dokumentasi secara tulisan tangan yang biasanya dibuat secara elektronik.
e)  Tanggapan yang tidak konsisten, tidak jelas, atau tidak masuk akal dari manajemen atau karyawan atas pertanyaan atau prosedur analitis.
f)   Perbedaan yang tidak biasa antara catatan entitas dengan konfirmasi balasan.
g)  Persediaan atau aset fisik hilang dengan jumlah yang signifikan.
h)  Bukti elektronik tidak tersedia atau hilang, tidak konsisten dengan catatan praktik retensi atau kebijakan entitas.
i)    Ketidakmampuan untuk menghasilkan bukti pengembangan sistem kunci dan program perubahan pengujian dan implementasi kegiatan untuk sistem berkala.
c.    Peristiwa bermasalah atau tidak biasa antara auditor dan klien.
 9.    Teknik Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Mengetahui di mana untuk mencari penipuan adalah komponen kunci dalam mendeteksi fraud setiap item baris dalam laporan laba rugi, neraca sangat mungkin di manipulasi, namun di daerah tertentu bisa terjadi lebih teratur. Auditor harus waspada terhadap skema potensial yang memengaruhi item baris ini. Berfikir tentang skema potensial dapat membantu identifikasi risiko. Paling sering, tujuan penipuan pelaporan keuangan adalah untuk melebih-lebihkan laba bersih atau kekayaan bersih, meskipun tindakan ini tidak sepenuhnya salah dalam rangka manajemen laba.
Laba bersih yang dibuat berlebihan, maka biasanya dibuat pendapatan berlebihan dan atau biayanya rendah. Kekayaan bersih yang dibuat berlebihan, sama aset harus dibesarkan dan atau kewajiban harus direndahkan. Dalam sistem pembukuan double entry, entry yang tidak sesuai akan muncul dalam dua atau lebih baris item. Auditor harus memahami program identifikasi risiko klien. Jika tidak memiliki program seperti itu, maka menimbulkan potensi red flag.
a.    Pengakuan pendapatan
Kecurangan pelaporan keuangan dengan cara pengakuan pendapatan yang tidak tepat merupakan salah satu bentuk yang paling umum dari salah saji material karena kecurangan. Untuk alasan ini, SAS 99 menyatakan bahwa auditor harus menganggap bahwa ada risiko salah saji material karena kecurangan yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan.
Auditor mempertimbangkan sifat bisnis entitas, bagaimana menghasilkan pendapatan, kemudian mengidentifikasi cara-cara dimana pendapatan mungkin salah saji dan bagaimana salah saji tersebut mungkin disembunyikan. Contoh risiko spesifik yang mungkin auditor dapat pertimbangkan, tergantung pada siifat dari bisnis yang meliputi hal-hal berikut:
a)  Penjualan fiktif barang dibuat dan disembunyikan dengan pemalsuan catatan persediaan, dokumen pengiriman, dan faktur.
b)  Penjualan digelembungkan dengan pengiriman barang yang tidak dipesan, dengan memperlakukan pengiriman konsinyasi sebagai pendapatan. Atau sebaliknya, mengabaikan pengiriman yang berhubungan dengan pemindahan kepemilikan.
c)  Penjualan fiktif dapat dipesan untuk produk yang telah dikemas, tetapi tidak dikirim ke pelanggan dan tidak akan pernah dikirm. Penjualan tersebut dapat di write off kemudian atau dimanipulasi umurnya agar tidak mempengaruhi rasio dan metrik negatif.
d)  Penjualan dikenakan perjanjian tambahan yang memberikan pelanggan hak untuk pengembalian barang yang tidak digunakan atau pengaturan lain, yang memiliki pengaruh secara parsial atau keseluruhan membalikkan penjualan.
e)  Penjualan cut off mungkin dimanipulasi dengan membiarkan buku terbuka (saldo tidak tutup) untuk periode setelah tutup tahun.
f)   Timbulnya peendapatan fiktif atau naiknya pendapatan dari proyek jangka panjang yang sedang berlangsung, mungkin timbul sebagai akibat dari perkiraan agresif tingkat penyelesaian.
Indikator manipulasi seperti itu mungkin termasuk, tetapi tidak terbatas pada pola penjualan tidak biasa atau rasio yang muncul dari prosedur analitis, perbedaan dalam dokumentasi, pengakuan pendapatan tidak sesuai dengan kontrak, catatan kredit besar setelah akhir tahun, debitur lama beredar, entri debit tak direkonsiliasi pada akun, atau penyimpangan dalam jumlah persediaan. Penting untuk memperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang sumber-sumber pendapatan yang signifikan dan kebijakan pengakuan pendapatan terkait, serta setiap perubahan terbaru.

No comments: