Sunday, January 19, 2020

TINGKAT KEPUASAN PASIEN BPJS KELAS III PADA RUANG RAWAT INAP RSUD


PENDAHULUAN
Perkembangan terakhir mengenai pelayanan kesehatan secara umum menunjukkan bahwa masyarakat pengguna pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Dan tak dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan serta menuntut keamanan pelayanan kesehatan yang mereka terima (Efendi, 2009; 121).
Pelayanan kesehatan yang belum sesuai dengan harapan yang diinginkan pasien maka diharapkan menjadi masukan bagi organisasi pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, puskesmas) agar berupaya memenuhi harapan pasien tersebut. Jika kinerja layanan kesehatan yang diperoleh pasien pada suatu fasilitas layanan kesehatan sesuai dengan harapannya, pasien pasti akan selalu datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Pasien akan selalu mencari pelayanan kesehatan di fasilitas yang kinerja pelayanan kesehatannya dapat memenuhi harapan pasien (Pohan, 2007;143).
Rumah sakit adalah salah satu fasilitas pelayanan yang memberikan perlindungan kesehatan bagi masyarakat umum, harus mampu menyediakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada mutu. Karena itu diperlukan kualitas dan kemampuan tenaga kesehatan dan fasilitas rumah sakit. Departemen Kesehatan telah menyiapkan aturan-aturan yang dapat dipedomani dengan menetapkan visi yang harus dilaksanakan yaitu: menyelenggarakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan yang bermutu merata dan terjangkau, memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2005;13).
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan dan kesengsaraan yang dialami oleh pasien dan keluargnya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Kepuasan merupakan perbandingan antara jasa kualitas pelayanan kesehatan yang didapat dengan keinginan kebutuhan dan harapan (Nursalam, 2011;295).
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Rumah Sakit Rujukan di bagian Selatan-Selatan adalah rumah sakit tipe B berdasarkan rumah sakit dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.03/I/0196/2015 tanggal 4 Februari 2015, yang memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan RSUD memiliki visi yaitu “Menjadi Rumah sakit Rujukan yang berkualitas, profesional dan sejahtera “.Adapun Mottonya yaitu “Kepuasan Anda adalah Tujuan Kami”. Pada tahun 2018 RSUD mendapatkan Akreditasi Rumah Sakit Tingkat Paripurna sesuai keputusan Komisi Akreditasi Rumah Sakit Nomor : KARS-SERT/1240/V/2018, tanggal 3 Mei 2018.  
Namun meskipun RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja sudah meraih akreditasi paripurna tapi masih ada saja terjadi beberapa kasus mengenai kualitas pelayanan kesehatan terhadap RSUD, salah satu contohnya akhir-akhir ini ramai diberitakan, misal kasus pasien Wina seorang pasien di RSUD, yang hanya bisa terbaring lemas di ruang perawatan lantaran tak satupun dokter yang menanganinya. Padahal sudah dua hari dirawat, Wina dirawat dengan status pasien BPJS. Hanya saja sejak dirawat tak satupun dokter memeriksa kondisinya, parahnya lagi Wina yang menderita usus buntu, sempat diterlantarkan oleh pihak rumah sakit dikamar kelas III padahal ia merupakan pasien BPJS kelas II. Pihak rumah sakit beralasan ruang perawatan sedang penuh, lalu soal dokter jika hari jumat memang biasanya tidak masuk. Mirisnya melihat kondisi ini pihak rumah sakit dan bagian pengawasan terkesan cuek (Suara Lidik, 2017;1).
Berdasarkan data dari kepala Ruangan Rekam Medik RSUD,  khususnya kunjungan pasien BPJS kelas III Perawatan Seruni, tahun 2016 sebanyak 2122 pasien, tahun 2017 sejumlah 2076 pasien, dan pada tahun 2018 berjumlah 1947 orang pasien. Dengan adanya penurunan angka kunjungan setiap tahun, maka diindikasi adanya kesenjangan antara pelayanan yang diterima dengan harapan pasien.
Bertitik dari hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang  “Tingkat Kepuasan Pasien BPJS Kelas  III Pada Ruang Rawat Inap Seruni RSUD.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian action research yaitu pencarian data dari realisasi permasalahan yang ada dengan mengacu pada pembuktian konsep atau teori yang digunakanDesain penelitian kuantitatif yang digunakan survey deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kepuasan pasien BPJS Kesehatan yang memiliki dampak terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Seruni RSUD bulan Juni 2019.
Sumber data dalam penelitian ini adalah 95 pasien BPJS rawat inap kelas III Seruni. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data dan informasi yaitu metode kuesioner, observasi, dan telaah dokumen. Data dianalisis secara univariat dengan menggunakan SPSS Versi 20.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin bahwa dari 95 responden terdiri dari jenis kelamin perempuan yakni sebanyak 64 orang (67,4%) dan 31 orang (32,6%) berjenis kelamin laki-lakiBerdasarkan data tersebut diperoleh informasi bahwa sebagian besar pasien BPJS kelas III di RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin perempuan.
Tabel juga menunjukkan bahwa berdasarkan umur responden, umur <20 tahun sebanyak 4 orang (4,2%), umur 20-29  tahun sebanyak 46 orang (48,4%), umur 30-39 tahun sebanyak 26 orang (27,4%), umur 40-49 tahun sebanyak 11 orang (11,6%), dan umur >49 tahun sebanyak 8 orang (8,4%)Berdasarkan data tersebut diperoleh informasi bahwa sebagian besar pasien BPJS kelas III di RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar berumur 20-29 tahun.
Tabel juga menunjukkan bahwa berdasarkan pendidikan responden, tamatan SD sebanyak 12 orang (12,6%), tamat SMP sebanyak 12 orang (12,6%), tamatan SMA sebanyak 42 orang (44,2%), tamatan Diploma sebanyak 8 orang (8,4%), tamatan Sarjana sebanyak 19 orang (20,0%), dan dan tamatan Magister sebanyak 2 orang (2,1%)Berdasarkan data tersebut diperoleh informasi bahwa sebagian besar pasien BPJS kelas III di RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar tamatan SMA.
Tabel juga menunjukkan bahwa berdasarkan pekerjaan responden, PNS sebanyak 13 orang (13,7%), Karyawan Swasta sebanyak 1 orang (1,1%), Karyawan BUMN sebanyak 1 orang (1,1%), Buruh sebanyak 2 orang (2,1), Wiraswasta sebanyak 12 orang (12,6), IRT sebanyak 35 orang (36,8%), Honorer sebanyak 16 orang (16,8%), Petani sebanyak 8 orang (8,4%), Pelajar/ Mahasiswa sebanyak 4 orang (4,2%), dan Tidak Bekerja sebanyak 3 orang (3,2)Berdasarkan data tersebut diperoleh informasi bahwa sebagian besar pasien BPJS kelas III di RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar Ibu Rumah Tangga.
                                                                                                                                                                                                                                                               Tabel 1
Karakteristik Umum Responden

No.
Karakteristik Umum Responden
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1.
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
31
61
32,6
67,4
Total
95
100,0%
2.
Umur
-    <20 tahun
-    20-29 tahun
-    30-39 tahun
-    40-49 tahun
-    >49 tahun
4
46
26
11
8
4,2
48,4
27,4
11,6
8,4
Total
95
100,0%
3.
Pendidikan
Tamat SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Magister
12
12
42
8
19
2
12,6
12,6
44,2
8,4
20,0
2,1
Total
95
100,0%
4
Pekerjaan


PNS
13
13,7
Karyawan Swasta
1
1,1
Karyawan BUMN
1
1,1
Buruh
2
2,1
Wiraswasta
12
12,6
IRT
35
36,8
Honorer
16
16,8
Petani
8
8,4
Pelajar/ Mahasiswa
4
4,2
Tidak Bekerja
3
3,2
Total
95
100,0
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 2 menunjukkan bbahwa pernyataan “perawat selalu menjaga kerapian dan penampilannya (menggunakan kap, bagi yang tidak berjilbab dan tanda pengenal)” merupakan pernyataan dengan persentase jawaban terbesar yakni sebesar 20,8%. Paling sedikit adalah pernyataan “perawat selalu memberi salam dan senyum ketika memberi tindakan pada pasien” yakni sebesar 18,4% di RSUD.
Tabel 2
Rekapitulasi Jawaban Variabel
Tangibles (Bukti Fisik)

No
Pernyataan
B x F
Persentase
1
Perawat percaya diri dan terampil dalam memberikan tindakan keperawatan pada pasien
334
20,6
2
Perawat selalu menjaga kebersihan dan kerapian ruangan yang pasien tempati
324
20,0
3
Perawat menjaga kebersihan alat-alat kesehatan yang digunakan pada pasien
327
20,2
4
Perawat selalu memberi salam dan senyum ketika memberi tindakan pada pasien
299
18,4
5
Perawat selalu menjaga kerapian dan penampilannya (menggunakan kap, bagi yang tidak berjilbab dan tanda pengenal)
338
20,8
Sumber : Data Primer, 2019
Tingkat kepuasan pasien ada variable tangibles (bukti fisik) ditemukan bahwa sebagian besar responden merasakan puas yakni sebanyak 42 orang (44,2%) terhadap perawat yang percaya diri dan terampil perawat dalam memberikan tindakan keperawatan pada pasien sehingga membuat pasien percaya akan kemampuan perawat tersebut, puas yakni sebanyak 36 orang (37,9%) terhadap perawat yang menjaga kebersihan dan kerapian ruangan yang pasien tempati sehingga pasien merasa nyaman di ruangan tersebut yang membuat proses penyembuhan dapat berjalan dengan baik, puas yakni sebanyak 40 orang (42,1%) terhadap perawat yang menjaga kebersihan alat-alat kesehatan yang digunakan pada pasien sehingga pasien merasa yakin akan sterilisasi alat-alat yang digunakan pada mereka, puas yakni sebanyak 33 orang (34,7%) terhadap perawat yang memberi salam dan senyum ketika memberi tindakan pada pasien sehingga pasien merasa dihargai dan dihormati selama dirawat, dan puas yakni sebanyak 53 orang (55,8%) terhadap perawat yang menjaga kerapian dan penampilannya sehingga membuat pasien yang dirawat nyaman dengan kerapihan dari penampilan perawat di rawat inap seruni.
Tabel 3
Rekapitulasi Jawaban Variabel Reliability (Kehandalan)


No
Pernyataan
B x F
Persentase
1
Perawat mampu menangani masalah keperawatan pasien dengan tepat dan professional
344
22,7
2
Perawat memberikan informasi tentang fasilitas yang tersedia, cara penggunaannya dan tata tertib yang berlaku di ruang perawatan Seruni
310
20,4
3
Perawat selalu memberi salam dan senyum ketika bertemu pasien
269
17,7
4
Perawat teliti dan terampil dalam melaksanakan tindakan keperawatan
321
21,1
5
Ketepatan waktu perawat tiba di ruangan ketika pasien membutuhkan
274
18,1
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 3 menunjukkan bahwa pernyataan “perawat mampu menangani masalah keperawatan pasien dengan tepat dan professional” merupakan pernyataan dengan persentase jawaban terbesar yakni sebesar 22,7%. Paling sedikit adalah pernyataan “perawat selalu memberi salam dan senyum ketika bertemu pasien” yakni sebesar 17,7% di RSUD.
Tingkat kepuasan pasien BPJS Kelas III pada Ruang Rawat Inap Seruni RSUD pada variable reliability (kehandalan) ditemukan bahwa sebagian besar responden merasakan puas yakni sebanyak 33 orang (34,7%) terhadap perawat yang mampu menangani masalah keperawatan pasien dengan tepat dan professional sehingga pasien yakin untuk dirawat di rumah sakit tersebut karena adanya perawat yang dapat dihandalkan, pasien merasakan puas sebanyak 36 orang (37,9%) terhadap perawat yang memberikan informasi tentang fasilitas yang tersedia sehingga pasien dapat lebih mengetahui fasilitas yang tersedia sehingga mereka bisa memilih dimana mereka akan dirawat dengan fasilitas yang tersedia, cara penggunaannya dan tata tertib yang berlaku, pasien merasakan kurang puas sebanyak 27 orang (28,4%) terhadap perawat yang selalu memberi salam dan senyum ketika bertemu pasien sehingga hal ini dapat menghambat pengambilan informasi dari pasien karena tidak adanya komunikasi yang baik dari perawat, pasien merasakan puas sebanyak 35 orang (36,8%) terhadap perawat yang teliti dan terampil dalam melaksanakan tindakan keperawatan sehingga pasien merasa nyaman karena dirawat oleh perawat yang teliti dan terampil dalam artian pasien yakin dirawat di rumah sakit tersebut akan lebih mudah untuk sembuh, dan pasien merasakan puas sebanyak 27 orang (28,4%) terhadap ketepatan waktu perawat tiba di ruangan ketika pasien membutuhkan sehingga pasien tidak lama menunggu apalagi jika hal tersebut bersifat mendesak sehingga hal ini sangat penting di rumah sakit

Tabel 4
Rekapitulasi Jawaban Variabel Responsiveness (Tanggung Jawab)

No
Pernyataan
B x F
Persentase
1
Perawat bersedia menawarkan bantuan kepada pasien ketika mengalami kesulitan walau tanpa diminta
291
19,0
2
Perawat segera menangani pasien ketika sampai di ruang rawat inap Seruni
307
20,0
3
Perawat menyediakan waktu untuk membantu anda berjalan, BAB,BAK, ganti posis tidur, dll
278
18,1
4
Perawat membantu pasien dalam memperoleh obat dan menjelaskan tata cara konsumsi obat pada pasien
333
21,7
5
Perawat membantu pasien dalam pelaksanaan pemeriksaan laboratorium di rumah sakit ini
326
21,2
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4 menunjukkan bahwa pernyataan “perawat membantu pasien dalam memperoleh obat dan menjelaskan tata cara konsumsi obat pada pasien” merupakan pernyataan dengan persentase jawaban terbesar yakni sebesar 21,79%. Paling sedikit adalah pernyataan “Perawat menyediakan waktu untuk membantu anda berjalan, BAB, BAK, ganti posis tidur, dan lain-lain” yakni sebesar 18,1% di RSUD.
Tingkat kepuasan pasien BPJS Kelas III pada Ruang Rawat Inap Seruni RSUD pada variable responsiveness (tanggung jawab) ditemukan bahwa sebagian besar responden kurang puas sebanyak 37 orang (38,9%)  terhadap perawat yang bersedia menawarkan bantuan kepada pasien  ketika mengalami kesulitan walau tanpa diminta sehingga pasien dapat muncul kekhawatiran ketika mereka membutuhkan bantuan perawat sebab jika terjadi kondisi darurat yang mereka bisa andalkan pertama di seruni hanyalah perawat yang berjaga, pasien merasakan puas sebanyak 37 orang (38,9%) terhadap perawat yang segera menangani pasien ketika sampai di ruang rawat inap seruni sehingga pasien tidak menunggu lama untuk dirawat di seruni, pasien merasakan kurang puas sebanyak 33 orang (34,7%) terhadap perawat yang menyediakan waktu untuk membantu pasien berjalan, BAB, BAK, ganti posis tidur, dan lain-lain sehingga pasien merasa tidak nyaman karena dalam kondisi ketika memanggil perawat ketika pasien membutuhkannya mereka sulit untuk diandalkan, pasien merasakan puas sebanyak 41 orang (43,2%) terhadap perawat yang membantu pasien dalam memperoleh obat dan menjelaskan tata cara konsumsi obat pada pasien sehingga ketika pasien bertanyak pasien tidak akan salah dalam mengkonsumsi obatnya, dan pasien merasakan puas sebanyak 48 orang (50,5%)  terhadap perawat yang membantu pasien dalam pelaksanaan pemeriksaan laboratorium di rumah sakit sehingga mereka berani mengikuti pemeriksaan laboratorium karena ada yang menemani mereka.

Tabel 5
Rekapitulasi Jawaban Variabel
Assurance (Jaminan)

No
Pernyataan
B x F
Persentase
1
Semua perawat dapat selalu menunjukkan senyum kepada pasien yang datang.
274
17,4
2
Pasien akan merasa aman dengan barang yang dibawa.
311
19,8
3
Tersedia dokter spesialis.
354
22,5
4
Tarif perawatan dapat dijangkau oleh pasien
329
20,9
5
Perawat terdidik dan mampu melayani pasien dengan baik
304
19,3
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 5 menunjukkan bahwa pernyataan “tersedia dokter spesialis.” merupakan pernyataan dengan persentase jawaban terbesar yakni sebesar 22,5%. Paling sedikit adalah pernyataan “semua perawat dapat selalu menunjukkan senyum kepada pasien yang datang.” yakni sebesar 17,4% di RSUD.
Tingkat kepuasan pasien BPJS Kelas III pada Ruang Rawat Inap Seruni RSUD pada variable assurance (jaminan) ditemukan bahwa sebagian besar responden merasakan kurang puas sebanyak 28 orang (29,5%) terhadap perawat yang selalu menunjukkan senyum kepada pasien yang datang sehingga tidak ada rasa nyaman ketika bertemu dengan perawat, pasien merasakan puas sebanyak 43 orang (45,3%) terhadap rasa aman pasien dengan barang yang dibawa sehingga pasien dan keluarga dapat merasa aman menaruh barang ketika menjaga pasien, pasien merasakan puas sebanyak 46 orang (48,4%) terhadap tersedianya dokter spesialis sehingga pasien tidak perlu ke rumah sakit lain yang mungkin jaraknya jauh karena rumah sakit ini sudah memiliki dokter spesialis, pasien merasakan puas sebanyak 43 orang (45,3%) terhadap tarif perawatan di rumah sakit sehingga pasien tidak merasa takut dengan pembayaran yang mahal, dan pasien merasakan puas sebanyak 34 orang (35,8%) terhadap perawat yang terdidik dan mampu melayani pasien dengan baik sehingga pasien merasa terjamin karena rumah sakit memiliki perawat yang dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Tabel 6 menunjukkan bahwa pernyataan “Perawat sering menengok dan memeriksa pasien seperti mengukur tensi, suhu, nadi, pernafasan dan cairan infus” merupakan pernyataan dengan persentase jawaban terbesar yakni sebesar 21,5%. Paling sedikit adalah pernyataan “pelayanan yang diberikan perawat tidak memandang pangkat/ status tetapi berdasarkan kondisi pasien” yakni sebesar 18,0% di RSUD.
Tingkat kepuasan pasien BPJS Kelas III pada Ruang Rawat Inap Seruni RSUD pada variable empathty (empati) ditemukan bahwa sebagian besar responden merasakan kurang puas dan puas masing-masing sebanyak 34 orang (35,8%) terhadap perawat yang memberikan informasi kepada pasien tentang segala tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sehingga dapat dikatakan seimbang antara pasien yang menerima informasi kesehatan dan yang tidak menerima, pasien merasakan puas sebanyak 33 orang (34,7%) terhadap perawat yang mudah ditemui dan dihubungi bila pasien membutuhkan sehingga pasien merasa diperhatikan oleh pasien, pasien merasakan puas sebanyak 38 orang (40,0%) terhadap perawat yang sering menengok dan memeriksa pasien seperti mengukur tensi, suhu, nadi, pernafasan dan cairan infus sehingga dapat muncul perasaan rumah sakit menjaga pasiennya dalam kondisi sehat selama dirawat, pasien merasakan kurang puas sebanyak 31 orang (32,6%) terhadap perawat yang perhatian dan memberikan dukungan moril terhadap kondisi pasien sehingga hal ini dapat menghambat proses penyembuhan pasien karena dukungan salah satunya yang memberikan semangat pasien untuk sembuh, dan pasien merasakan kurang puas sebanyak 26 orang (27,4%) terhadap pelayanan yang diberikan perawat yang tidak memandang pangkat/ status tetapi berdasarkan kondisi pasien sehingga pasien dapat memutuskan untuk tidak datang lagi ke rumah sakit karena mereka mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari perawat di rumah sakit.

Tabel 6
Rekapitulasi Jawaban Variabel
Empathy (Empati)


No
Pernyataan
B x F
Persentase
1
Perawat memberikan informasi kepada pasien tentang segala tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
319
21,3
2
Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila pasien membutuhkan
296
19,7
3
Perawat sering menengok dan memeriksa pasien seperti mengukur tensi, suhu, nadi, pernafasan dan cairan infuse
323
21,5
4
Perawat perhatian dan memberikan dukungan moril terhadap kondisi pasien
291
19,4
5
Pelayanan yang diberikan perawat tidak memandang pangkat/ status tetapi berdasarkan kondisi pasien
270
18,0
Sumber : Data Primer, 2019

PEMBAHASAN
Penelitian menemukan sebagian besar responden puas terhadap semua dimensi tangibles (bukti fisik). Kepuasan pasien pada dimensi tangibles (bukti fisik) pada pasien BPJS kelas III pada ruang rawat inap seruni RSUD memberikan gambaran bahwa perawat yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan pada pasien BPJS Kelas III di ruang rawat inap seruni sudah optimal baik dari aspek kepercayaan diri dan keterampilan perawat, kebersihan dan kerapian ruangan, kebersihan alat-alat kesehatan yang digunakan, salam dan senyum perawat kepada pasien, dan kerapian penampilan perawat yang selalu dijaga saat melayani pasien.
Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1988;12-40) dalam Kamil (2010; 8), pelayanan pada dimensi tampilan fisik meliputi fasilitas, peralatan,  penampilan petugas, kebersihan dan kenyamanan ruangan. Disamping itu kemampuan pemberi pelayanan dalam mengatur dan menyediakan kondisi dengan personil yang terlibat didalamnya, penampilan tenaga kesehatan, penampilan ruangan, dan peralatan dalam keadaan siap pakai, akan memberikan dampak pada kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien karena dimensi tampilan fisik adalah yang pertama kali menjadi perhatian pasien ketika mereka menggunakan fasilitas rumah sakit.
Tangibles merupakan wujud fisik rumah sakit. Menurut Budiawan dan Effendi (2015) dalam Munawir (2018; 21), tangible merupakan salah satu aspek kualitas pelayanan yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pasien. Lima dimensi pernyataan variable tangible (bukti fisik) dinyatakan sebagian besar puas oleh pasien rawat inap RSUD.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamil (2010; 8) yang melakukan penelitian dengan judul Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan Di Rsudza Banda Aceh dan menemukan bahwa kepuasan pasien pada dimensi ini harusnya berkaitan sangat erat dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan yang berlangsung saat ini di rumah sakit tersebut yang relatif sangat baru, seperti gedung yang bersih dan nyaman, fasilitas fisik yang lengkap, dan penampilan para tenaga kesehatan yang bersih dan rapi.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Munawir (2018; 21) yang melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit dan menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tangible dengan kepuasan pasien rawat jalan.
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Supartiningsih (2017) dalam Munawir (2018; 21) dalam penelitian yang berjudul Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Rumah Sakit Kasus Pada Pasien Rawat Jalan dari penelitian tersebut didapatkan p-value=0,088 dan > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan dengan kepuasan pasien.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Praidhi (2019; 11) yang meneliti dengan judul Hubungan Kualitas Layanan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Bpjs Kesehatan Di RSUD Mandau dan menemukan bahwa dari responden yang menilai bukti fisik tidak baik, sebagian besar merasa tidak puas.
Penelitian menemukan sebagian besar responden puas terhadap semua dimensi reliability (kehandalan). Kepuasan pasien pada dimensi kehandalan pada pasien BPJS kelas III pada ruang rawat inap seruni RSUD memberikan gambaran bahwa perawat yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan pada pasien BPJS Kelas III di ruang rawat inap seruni sudah optimal baik dari aspek ketepatan, profesionalisme, ketelitian, keterampilan, dan ketepatan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Praidhi (2019; 11) yang meneliti dengan judul Hubungan Kualitas Layanan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Bpjs Kesehatan Di RSUD Mandau dan menemukan bahwa dari responden yang menilai tidak handalnya pelayanan rawat inap, sebagian besar merasa tidak puas.
Penelitian menemukan sebagian besar responden merasakan puas terhadap dimensi responsiveness (tanggung jawab). Kepuasan pasien pada dimensi responsiveness (tanggung jawab) pada pasien BPJS kelas III pada ruang rawat inap seruni RSUD memberikan gambaran bahwa perawat yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan pada pasien BPJS Kelas III di ruang rawat inap seruni sudah optimal dalam melaksanakan peran dan fungsi perawat misalnya dalam menawarkan bantuan kepada pasien, menanggapi keluhan pasien, menyediakan waktu bagi pasien, membantu pasien memperoleh obat (dan menjelaskan cara konsumsinya), dan membantu pelaksanaan pemeriksaan laboratorium pasien.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Praidhi (2019; 11) yang meneliti dengan judul Hubungan Kualitas Layanan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Bpjs Kesehatan Di RSUD Mandau dan menemukan bahwa dari responden yang menilai tidak tanggapnya pelayanan rawat inap, sebagian besar merasa tidak puas.
Assurance (jaminan), yang dimaksud dengan assurance disini adalah kemampuan petugas dalam memberikan rasa aman, memberikan jaminan keselamatan, dan petugas mampu memberikan pelayanan dan pengobatan secara tepat di ruang rawat inap Seruni RSUD.
Penelitian menemukan sebagian besar responden merasakan puas terhadap variabel assurance (jaminan). Kepuasan pasien pada dimensi assurance (jaminan) pada pasien BPJS Kelas III pada ruang rawat inap seruni RSUD memberikan gambaran pelayanan kesehatan pada pasien BPJS Kelas III di ruang rawat inap seruni sudah terlaksana secara optimal dalam memberikan rasa aman terhadap barang pasien, adanya dokter spesialis, tarif yang terjangkau, menunjukkan senyum kepada pasien yang datang, dan kompetensi perawat dalam melayani pasien.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Praidhi (2019; 11) yang meneliti dengan judul Hubungan Kualitas Layanan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Bpjs Kesehatan Di RSUD Mandau dan menemukan bahwa dari responden yang menilai tidak terjaminnya pelayanan yang diberikan, sebagian besar merasa tidak puas.
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamil (2010; 7) yang melakukan penelitian dengan judul Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan Di Rsudza Banda Aceh dan menemukan bahwa gambaran tentang pengalaman nyata pasien yang tidak sesuai dengan harapan bagaimana tenaga kesehatan mampu membuat para pasien mempercayainya, merasa aman dalam menerima pelayanan, bersikap konsisten,  dan memiliki pengetahuan yang memadai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien yang membuat pasien tidak puas terhadap pelayanan.
Penelitian menemukan sebagian besar responden merasakan puas terhadap variabel empathy (empati). Kepuasan pasien pada dimensi empathy (empati) pada pasien BPJS Kelas III pada ruang rawat inap seruni RSUD memberikan gambaran bahwa sikap dan perilaku perawat yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan pada pasien BPJS Kelas III di ruang rawat inap seruni sudah terlaksana secara maksimal baik dari aspek pemberian informasi kepada pasien, kemudahan menemui dan menghubungi perawat, mengutamakan kepentingan pasien, memberikan perhatian dan dukungan moril kepada pasien, dan tidak membeda-bedakan pasien dalam memberikan pelayanan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Praidhi (2019; 11) yang meneliti dengan judul Hubungan Kualitas Layanan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Bpjs Kesehatan Di RSUD Mandau dan menemukan bahwa dari responden yang menilai tidak empatinya petugas kesehatan, sebagian besar merasa tidak puas.
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamil (2010; 6) yang melakukan penelitian dengan judul Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan Di RSUDZA Banda Aceh dan menemukan bahwa sikap dan perilaku tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien pada ruang rawat inap kelas III RSUDZA Banda Aceh, seperti; memberikan perhatian secara individual, memiliki jam pelayanan yang nyaman, selalu mengutamakan kepentingan pasien, dan memahami kebutuhan spesifik para pasiennya belum terlaksana secara optimal yang membuat pasien tidak puas terhadap pelayanan.
Karya desain yang dibuat berdasarkan hasil penelitian ini disebut dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada Pelayanan Kelas III Ruang Rawat Inap Seruni RSUD. SOP Pelayanan Kelas III Ruang Rawat Inap Seruni merupakan SOP yang tepat untuk diterapkan dalam pelayanan tersebut karena merupakan solusi dari temuan yang diperoleh peneliti selama penelitian ini dilakukan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) pada Pelayanan Kelas III Ruang Rawat Inap Seruni RSUD terdiri dari prosedur/langkah-langkah sebagai berikut:
Standar Operasional Prosedur pertama yang harus diperhatikan adalah, Perawat harus menerapkan 3S yakni memberikan Senyum, mengucapkan Salam,  memberikan Sapa kepada pasien dimanapun dan kapanpun selama berada di dalam area rumah sakit tanpa terkecuali, khususnya ketika memberikan pelayanan keperawatan. Agar memberikan rasa nyaman terhadap pasien. SOP selanjutnya adalah perawat harus melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien baik saat pasien baru datang, selama diberikan pelayanan kesehatan, sampai pasien akan pulang sehingga pasien meninggalkan rumah sakit dalam keadaan sehat fisik, sosial, mental, dan memiliki cukup pengetahuan tentang penyakitnya dan cara mencegahnya kelak jika terjadi penyakit serupa. Kemudian perawat harus menyediakan waktu untuk menawarkan bantuan dan membantu pasien dalam kondisi mereka membutuhkan pertolongan pasien misalnya untuk berjalan, BAB, BAK, ganti posisi tidur, dan lain-lain. Selanjutnya perawat sebaiknya mengunjungi pasien di ruang rawat inap sejam sekali dengan waktu kunjungan minimal 5 menit per pasien untuk mengetahui kebutuhan pasien. Perawat juga harus terbuka dan jujur terhadap pasian dengan memberikan semua informasi terkait penyakit pasien tanpa menyembunyikan informasi apapun, terlebih ketika pasien menanyakan perihal penyakit dan pengobatannya. Agar pasien tetap merasa nyaman dan berada disekitar keluarga mereka, perawat haruslah membangun hubungan kekerabatan kepada pasien untuk memberikan dukungan moril dan semangat dalam menjalani pengobatan di rumah sakit.  SOP yang terakhir, perawat harus melayani pasien tanpa membeda-bedakan status, pangkat, keyakinan, usia, kondisi penyakit, dan hal lain yang dapat menimbulkan pasien merasa tidak dilayani dalam kondisi yang dimilikinya.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat dibuat dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan pasien BPJS Kelas III pada Ruang Rawat Inap Seruni RSUD pada variable tangibles (bukti fisik) ditemukan bahwa sebagian besar responden merasakan puas yakni sebanyak 42 orang (44,2%) terhadap perawat yang percaya diri dan terampil perawat dalam memberikan tindakan keperawatan pada pasien. Tingkat kepuasan pasien BPJS Kelas III pada Ruang Rawat Inap Seruni RSUD pada variable reliability (kehandalan) ditemukan bahwa sebagian besar responden merasakan puas yakni sebanyak 33 orang (34,7%) terhadap perawat yang mampu menangani masalah keperawatan pasien dengan tepat dan professional.
Tingkat kepuasan pasien BPJS Kelas III pada Ruang Rawat Inap Seruni RSUD pada variable responsiveness (tanggung jawab) ditemukan bahwa sebagian besar responden kurang puas sebanyak 37 orang (38,9%)  terhadap perawat yang bersedia menawarkan bantuan kepada pasien  ketika mengalami kesulitan walau tanpa diminta. Kepuasan pasien BPJS Kelas III pada Ruang Rawat Inap Seruni RSUD jika diukur pada variable assurance (jaminan) ditemukan bahwa sebagian besar responden merasakan kurang puas sebanyak 28 orang (29,5%) terhadap perawat yang selalu menunjukkan senyum kepada pasien yang datang.
Tingkat kepuasan pasien BPJS Kelas III pada Ruang Rawat Inap Seruni RSUD pada variable empathty (empati) ditemukan bahwa sebagian besar responden merasakan kurang puas dan puas masing-masing sebanyak 34 orang (35,8%) terhadap perawat yang memberikan informasi kepada pasien tentang segala tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan.
Saran yang dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut:
Pada aspek tangibles (bukti fisik) di RSUD, perawat sebaiknya tetap menjaga kebersihan dan kerapian ruangan pasien dan tempat kerjanya, tetap menjaga kebersihan alat-alat kesehatan yang digunakan pada pasien karena sangat terkait dengan bisa tidaknya terjadi infeksi jika alat tidak steril, tetap selalu memberi salam dan senyum ketika memberi tindakan pada pasien, dan perawat tetap selalu menjaga kerapian dan penampilannya terutama ketika memberikan pelayanan kepada pasien. Yang harus dilakukan oleh perawat jika mengacu pada aspek reliability (kehandalan) di RSUD, perawat sebaiknya tetap selalu mampu menangani masalah keperawatan dengan tepat dan profesional, tetap memberikan informasi tentang fasilitas yang tersedia, cara penggunaannya dan tata tertib yang berlaku, perawat harus selalu membersalam, sapa, dan senyum ketika bertemu pasien dan siapapun yang ditemu khususnya di rumah sakit, tetap teliti dan terampil dalam melaksanakan tindakan keperawatan, dan tetap tepat waktu ketika pasien membutuhkan. Kemudian pada aspek responsiveness (tanggung jawab) di RSUD, perawat sebaiknya selalu menawarkan bantuan kepada pasien dengan mengunjungi pasien setiap sejam sekali untuk mengetahui kebutuhan pasien, tetap segera menangani pasien ketika sampai di ruang rawat inap seruni, sebaiknya perawat menyediakan waktu untuk pasien minimal 5 menit setiap jam, tetap membantu pasien dalam memperoleh obat dan menjelaskan tata cara konsumsinya, dan tetap membantu pasien dalam pelaksanaan pemeriksaan laboratorium di rumah sakit.
Pada aspek assurance (jaminan) di RSUD, perawat sebaiknya senyum kepada siapapun yang ditemui di rumah sakit khususnya pasien, tetap menjaga agar pasien merasa aman dengan barang yang dibawa, tetap menjaga tersedia dokter spesialis di rumah sakit, tetap agar tarif dapat dijangkau pasien, dan tetap agar perawat selalu terdidik dan mampu melayani pasien dengan baik. Hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan jika mengacu pada aspek empathy (empati) di RSUD, perawat harus memberikan informasi kepada pasien tentang segala tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, tetap menjaga agar perawat mudah ditemui dan dihubungi bila pasien membutuhkan, tetap menjaga agar perawat selalu menengok dan memeriksa pasien minimal sejam sekali, sebaiknya perawat perhatian dan memberikan dukungan moril terhadap kondisi pasien dengan awalnya membangun komunikasi dengan pasien, dan sebaiknya pelayanan yang diberikan perawat tidak memandang pangkat/ status tetapi berdasarkan kondisi pasien.


REFERENSI
Depkes RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia
Efendi F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek Dalam Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
Kamil, Hajjul. 2010. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan Di Rsudza Banda Aceh. Idea Nursing Journal Vol. III No. 1 ISSN: 2087-2879
Munawir. Ikbal. 2018. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 17 No.3 Tahun 2018
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional . Jakarta : Salemba Mustika
Parasuraman, A et.al. 1988. “SERVQUAL: A Multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality”. Journal of Retailing, vol. 64, no.1, 12-37
Pohan. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Praidhi, Amri. 2019. Hubungan Kualitas Layanan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Bpjs Kesehatan Di RSUD Mandau. MENARA Ilmu Vol. XIII No.1 Januari 2019
Suara Lidik. 2017. Miris, Pasien BPJS Mandiri Ini ‘Dicueki’ Dokter RSUD Bulukumba. Bulukumba: Suara Lidik


No comments: